Anda di halaman 1dari 5

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang dianalisa melalui
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam disertasi ini, bahwa internalisasi nilai
pendidikan antikorupsi di Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa
Karawang diperoleh temuan penelitian berupa kesimpulan akhir sebagai berikut :
1. Kebijakan Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang
dalam Matakuliah Pendidikan Antikorupsi adalah sebuah matakuliah
antikorupsi yang berdiri sendiri (independen) derngan mata kuliah lain,
sehingga Proses pembelajaran tersebut meliputi: (1) perencanaan proses
pembelajaran; (2) pelaksanaan proses pembelajaran; (3) penilaian hasil proses
pembelajaran; dan (4) pengawasan proses pembelajaran. Strategi
pembelajaran yang dirumuskan di sini lebih menekankan pada perencanaan
dan pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Proses pendidikannya, Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahap-
tahap sesuai perencanaan yang telah disusun dalam silabus dan SAP. Kontrak
perkuliahan,Pada awal perkuliahan mahasiswa diperkenalkan dengan
deskripsi, gambaran umum materi, tujuan dan tagihan yang harus dipenuhi
mahasiswa yang tertuang dalam dokumen kontrak perkuliahan. Dosen dan
mahasiswa melakukan kesepakatan dan menandatangani kontrak perkuliahan
yang menjadi komitmen bersama antara dosen dan mahasiswa.
3. Dampak Pembelajaran matakuliah pendidikan Antikorupsi adalah
menunjukan bahwa mahasiswa mulai menaplikasikan nilai-nilai antikorupsi
dalam berbagai kegiatan di kampus baik kegiatan akademik maupun
keorganisasian, sebagai langkah membudayakan sikap antikorupsi,
mahasiswa katif dalam berbagai forum diskusi permasalahgan
antikorupsi,kritis dan tanggap dalam setiap tidak korupsi dilingkungan
sekitar. Serta aktif memberikan pendapat mengenai pemecahan masalah
akman tindak korupsi yang tedrjadi.,Terbukti dari hasil pengujian hipotesis

194
195

dapat disimpulakan adanya hubungan asosiatif antara internalisasi nilai


dengan korupsi sebesar75 % dan sisanya sebesar 25 % dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model ..
4. Tawaran model konsep pembelajaran Matakuliah Pendidikan Antikorupsi
yang dilaksanakan di Fakultas Aagama Islam Universitas Singaperbangsa
Karawang, mengalami kendala yang sangat signifikan. Hal ini dikarenakan
oleh beberapa factor. Pertama, belum adanya kurikulum secara khusus baik
yang disediakan oleh fakultas maupun oleh Kopertais. Kedua, materi yang
disuguhkan oleh penyelenggara masih kurang berkenan dengan kebutuhan
mahasiswa, terutama menyangkut pada aspek prilaku koruptif dan akhlak.
Untuk itu, melalui pembujatan model konsep kurikulum yang di tawarkan
harapan Fakultas melalui penelitian disertasi ini hendaknya pembelajaran
Matakuliah Antikorupsi di Fakultas Aagama Islam Universitas
Singaperbangsa Karawang dilaksanakan dengan baik. Sehingga pembelajaran
Matakuliah Pendidikan Antikorupsi yang diinginkan dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
model konsep kurikulum pendikan antikorupsi untuk Fakultas Agama Islam
Universitas Singaperbangsa Karawang sebagai berikut
Pertama Tujuan Matakuliuah Antikorupsi ini tidak berlandaskan pada salah
satu perspektif keilmuan secara khuisus. Melainkan berdasarkan pada
fenomena permasalahan serta pendekatan budaya yang telah di uraikan di
atas, matakuliah ini lebih menekakankan pada pembangunan karakter
antikorupsi (anti-corruption character building) pada diri individu
mahasiswa. Dengan demikian tujuan dari matakuliah antikorupsi adalah
membentuk kepribadian antikorupsi pada diri pribadi mahasiswa sereta
membangun semangat dan kompetensinya sebagai agent of change bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari ancaman
korupsi.
Kedua, Materi kurikulum, adapun materi kurikulum matakuliah Antikorupsi
dengan menyesuaikan tingkat peserta didik yaitu mahasiswa tingkat sarjana
(S1). Setidaknya terdapat tiga bahan kurikulum pokok yang harus
196

diperehatikan dalam pembelajaran antikorupsi yaitu a) Tujuan, hakekat, dan


kebutuhan peserta didik yang secara ideal harus terhindar dari sikap koruptif.
b). Hakekat dan kebutuhan masyarakat dimana peserta didik merupakan
bagian dari masyarakat yang menentang koruptif. c). Masalah pokok yang
ditunjukan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sebagai pribadi
yang matang dan mampu menjalin hubungan dengan masyarakat.Selain itu
pada pembelajaran kurikulum antikorupsi penekanan berbasis kompetensi dan
nilai karakter antikorupsi mahasiswa tidak hanya belajar bidang ilmu yang
ditekuninya melainkan juga hard skill dan soft skill termasuk di dalamnya
adalah pembentukan karakter-karakter yang pada dasarnya pembelajaran
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yaitu
rawinput,instrumental input,proses,emviromental input dan output.
Ketiga, metode. Metode pembelajaran yang akan dilaksankan pada
matakuliah antikorupsi (learning methods) adalah beberapa metode
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam matakuliah antikorupsi ini
memadukan antara metode pembelajaran islami dengan metode aktif learning.
Metode pembelajaran islami diperlukan untuk memberikan pemahaman
mahasiswa dengan melalui keteladanan para nabi, para shabat, ulama-ulama
masa lalu dan masa sekarang dedngan melalui method kisah.Sementara agar
mahasiswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Metode yang
digunakan harus memberikan aspek problem based learning bagi mahasiswa,
bahkan membawa pada problem solving setiap masalah yang di bahas.
Keempat, evaluasi, pada dasarnya evaluasi berfunsi untuk mengukurt tingkat
pemahaman dan keterampilan mahasiswa yang berarti mengukur efektifitas
perkuliahan. Namun bagi sebuah matakuliah mengenai tata nilai semacam
antikorupsi, sulit untuk mengukur kompetensi mahasiswa hanya berdasarkan
ujian. Penilaian keseluruhan memang bisa meliputi beberapa aktifitas, namun
ketika ujian harus diadakan dalam ruanglingkup akademis, yang perlu
mendapat perhatikan : soal menghindari hapalan konsep atau tiori, soal lebih
bersifat menggali opini atu sikap atau persfektif antikorupsi mahasiswa,
bentuk ujian beragam take home test, debat, dan lain-lain.Selain itu evaluasi
197

hasil belajar dilaksaanakan melalui penugasan terstruktur, ujiang tengaha


semester, dan ujian akhir semester. Ujian dapat dilaksanakan dengan tes
ataupun nontest sesuai dengan karaktewristik matakuliah. Terakhir, evaluasi
dan monitoring perkuliahan dilakukan sejak penyiapan perangkat
perkuliahan, pelaksanaan perkuliahan, ujian, hingga infut nilain dan
yudisium. Evaluasi dan monitoring dilakukan oleh Badan Penjamin Mutu
pimpinan Fakultas dan pimpinann prodi.

B. Rekomendasi
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas ,maka
ada bebertapa rekomendasi yang dapat dijadikan pertimbangan bagi
terlaksananya pendidikan anti korupsi adalah sebagai berikut :

1. Model konsep Kurikulum Pendidikan Antikorupsi bisa terlaksana dengan


baik jika dalam pelaksanaannya disepakati oleh kalangan pemangku
pendidikan yang komprehensif oleh Kemdiknas maupun Kemenag
mengingat Pendidikan ini tergolong baru di Indonesia bahkan sama sekali
tidak disinggung dalam UU Sisdiknas No. 20/2003. Ini terlihat dari tidak
seragamnya kurikulum pengajarannya karena masing-masing kampus
menggunakan rumusan kurikulum pendidikan versi masing-masing.
Selain itu hasil pengamatan penulis dari beberapa lembaga pendidikan
utamanya di kampus yang sudah menerapkan pendidikan antikorupsi,
bahan ajarnya masih asal-asalan karena memang bahan ajar untuk materi
pendidikan antikorupsi ini masih sangat sulit ditemui di pasaran. Untuk
itu para dosen dan para civitas harus adanya MOU atau bentuk
kesepakatan bersama untuk menyukseskan pendidikan antikorupsi yang
dilaksanakan oleh Fakultas Agaama Islam Universitas Singaperbangsa
karawang.
2. Dalam pelaksanaan tidak ada kurikulum yang sempurna, untuk itu harus
dibuatkan moddel konsep kurikulum dengan cara mengkaji kurikulum
dan mengevaluasinya. Hal ini disebabkan tidak ada satupun konsep yang
198

langsung sempurna, oleh sebab itu harus selalu ada perbaikan dan
penyempurnaan setiap waktu.
3. Bagi para dosen masih sangat jarang dosen yang mempunyai kompetensi
khusus dalam pembelajaran Pendidikan Antikorupsi. Sehingga penulis
merekomendasikan kepada pihak terkait agar memperbanyak pelatihan-
pelatihan atau training oftrainer (TOT) khusus untuk dosen yang
disiapkan untuk mempunyai kompetensi khusus di bidang pendidikan
antikorupsi.
4. Penelitian ini tentunya baru sedikit variabel yang diteliti, masih banyak
variabel lain yang menarik untuk diteliti pada penelitian berikutnya.Untuk
itu, diharapkan akan ada yang mengadakan penelitian dengan variabel
yang belum diteliti dalam penelitian ini..

Anda mungkin juga menyukai