Belajar Dan Pembelajaran Unit 3
Belajar Dan Pembelajaran Unit 3
Pendahuluan
3-80 Unit 3
Subunit 3.1
Langkah Perencanaan Pembelajaran
(4)
(1) (3)
(2) PENGALAMAN
MATERI
RUMPUN/ INDIKATOR KURIKULER
BELAJAR
ELEMEN
KOMPETENSI
(5)
PENGELOMPOKAN
PENGALAMAN
BELAJAR DAN
MATERI KURIKULER
(7) (6)
KONVERSI
(8) WAKTU
PERKIRAAN
MATAPELAJARAN WAKTU
MENJADI JAM (35 menit setiap jam
PELAJARAN pelajaran)
4 RANCANGAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN
5 INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
6 PENENTUAN
JENIS PENILAIAN PEMBELAJARAN
7 ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN
3-82 Unit 3
Pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
(1) Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta
didik.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran Peraturan Menteri ini.
Bunyi pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 seperti dikutip dalam kotak
di atas, mengamanatkan bahwa SKL inilah yang menjadi acuan seluruh proses
pembelajaran yang diselenggarakan pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah, termasuk di SD/MI. SKL inilah yang disebut sebagai kompetensi
minimal baik untuk satuan pendidikan dasar maupun untuk kelompok mata pelajaran
dan masing-masing mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik, dengan terlebih
dahulu menjabarkannya ke dalam bentuk kompetensi dasar. Tugas Anda sebagai
seorang guru yang akan merencanakan pembelajaran yang mendidik di SD/MI,
pertama-tama adalah mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi yang ditetapkan dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Di dalam melakukan kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran, Anda perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,
pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di
sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama,
pantun dan cerita rakyat.
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi
peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita,
pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya
sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana
berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak
berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.
4. Menulis
Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana,
petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk
cerita, puisi, dan pantun.
3-84 Unit 3
SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI seperti dikutip di atas mencakup
kegiatan (a) mendengarkan (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. SKL pada
tiap kegiatan dalam Bahasa Indonesia SD/MI tersebut mencakup kompetensi
minimal dalam kegiatan mendengarkan adalah “Memahami wacana lisan berbentuk
perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai
peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita,
drama, pantun dan cerita rakyat.” Kompetensi minimal dalam kegiatan berbicara
adalah “Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana,
wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di
sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan,
pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng,
pantun, drama, dan puisi.” Kompetensi minimal dalam kegiatan membaca adalah
“Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk,
teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng,
pantun, percakapan, cerita, dan drama.” Sedangkan kompetensi minimal dalam
kegiatan menulis adalah “Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan
sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi,
dan pantun.”
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI dilakukan dengan
cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan kata
operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Untuk menguasai kemampuan
mendengarkan peserta didik perlu berlatih (belajar) memahami wacana lisan, untuk
menguasai kemampuan berbicara peserta didik perlu berlatih (belajar) menggunakan
wacana lisan, untuk menguasai kemampuan membaca peserta didik perlu berlatih
(belajar) menggunakan berbagai jenis membaca, dan untuk menguasai kemampuan
menulis peserta didik perlu berlatih (belajar) melakukan berbagai jenis kegiatan
menulis.
Kegiatan belajar (a) memahami wacana lisan, (b) menggunakan wacana lisan, (c)
menggunakan berbagai jenis membaca, dan (d) melakukan berbagai jenis kegiatan
menulis inilah yang menjadi dasar menetapkan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Berdasarkan kata operasional yang digunakan
dalam SKL tersebut dapat ditetapkan kompetensi dasar minimal untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Misalnya, dari SKL minimal yang pertama mata
3-86 Unit 3
SKL Matematika SD/MI
1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan
sehari-hari.
3-88 Unit 3
SKL llmu Pengetahuan Alam SD/MI
SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI seperti dikutip di atas
mencakup kegiatan (a) melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan
menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis, (b) memahami
penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi
manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, (c) memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan
tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup, (d) memahami
beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda,
dan kegunaannya, (e) memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya,
dan (f) memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI dilakukan
dengan cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan
kata operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk menguasai
kemampuan melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
3-90 Unit 3
SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI seperti dikutip di atas
mencakup kegiatan (a) memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan
sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga, (b) mendeskripsikan
kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja
sama di antara keduanya, (c) memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman
suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi, (d) mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi, (e) menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional,
keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia, (f) menghargai peranan
tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
(g) memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia
Tenggara serta benua-benua, (h) mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di
Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi
bencana alam, dan (i) memahami peranan Indonesia di era global.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI dilakukan
dengan cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan
kata operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk menguasai
kemampuan memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga, peserta didik perlu menguasai
kompetensi dasar (1) memahami hakikat diri dan keluarga, dan (2) mewujudkan
sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial SD/MI tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme, Kognitivisme,
Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam Unit 1 Bahan
Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan tingkatan
perkembangan sosioemosi individu. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme,
keterampilan individu mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan
sangat ditentukan oleh penguasaan keterampilan memahami dan menghargai emosi
karena pada usia SD egosentrik individu menjadi sangat menonjol dalam berperilaku.
Di dalam diri individu mulai tumbuh kesadaran bahwa dirinya adalah dirinya sendiri
yang berbeda dengan orang lain sehingga cenderung tidak mau dipengaruhi atau
ditolong oleh orang lain. Individu mulai berusaha untuk melakukan sendiri segala
sesuatu, dan mulai membangun wilayah kepemilikan pribadi. Individu mulai
berupaya menyusun dan menemukan konsep diri (self concept) dan jati diri (self
esteem atau self identity) berdasarkan standar atau norma yang ditetapkannya sendiri.
Itulah sebabnya, pada tahapan perkembangan ini seringkali terjadi pertentangan
3-92 Unit 3
perlu menguasai kompetensi dasar (1) memahami hakikat kehidupan manusia, dan
(2) mewujudkan hidup rukun dalam perbedaan.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegeraan SD/MI tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme,
Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam
Unit 1 Bahan Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan
tingkatan perkembangan sosioemosi individu. Menurut Teori Belajar
Konstruktivisme, keterampilan individu mewujudkan sikap saling menghormati
dalam kemajemukan sangat ditentukan oleh penguasaan keterampilan memahami
dan menghargai perbedaan karena pada usia SD egosentrik individu menjadi sangat
menonjol dalam berperilaku. Di dalam diri individu mulai tumbuh kesadaran bahwa
dirinya adalah dirinya sendiri yang berbeda dengan orang lain sehingga cenderung
tidak mau dipengaruhi atau ditolong oleh orang lain. Individu mulai berusaha untuk
melakukan sendiri segala sesuatu, dan mulai membangun wilayah kepemilikan
pribadi. Individu mulai berupaya menyusun dan menemukan konsep diri (self
concept) dan jati diri (self esteem atau self identity) berdasarkan standar atau norma
yang ditetapkannya sendiri. Itulah sebabnya, pada tahapan perkembangan ini
seringkali terjadi pertentangan antara orangtua dan anak di rumah. Itulah sebabnya,
kompetensi dasar yang pertama dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI
adalah penguasaan atau pemahaman hakikat diri dan keluarga, disusul dengan
penguasaan keterampilan mewujudkan sikap saling menghormati dalam
kemajemukan keluarga. Apabila pembelajaran yang Anda kelola dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI sesuai dengan urutan kompetensi dasar
tersebut, maka dapat dikatakan proses pembelajaran tersebut sebagai pembelajaran
yang mendidik.
SKL 1. Mendengarkan.
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,
pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda
di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita,
drama, pantun dan cerita rakyat.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)
Kompetensi Dasar:
(a) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, dan
berita;
(b) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar; dan
(c) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk karya sastra seperti dongeng, puisi, cerita, drama, pantun,
dan cerita rakyat.
3-94 Unit 3
Rancangan Pengalaman Belajar
Matematika SD/MI
SKL 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan
sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)
Kompetensi Dasar:
(a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan.
(b) Memahami sifat-sifat bilangan dan operasi hitungnya.
(c) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung bilangan bulat dan
pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (memahami konsep bilangan bulat
dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari) mata pelajaran Matematika SD/MI
tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman belajar yang dialami peserta didik.
Pengalaman belajar utama adalah melalui kegiatan memahami konsep, sifat, dan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi Dasar:
(a) Memahami konsep gejala-gejala alam
(b) Menjelaskan hasil pengamatan tentang gejala-gejala alam.
SKL 1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)
Kompetensi Dasar:
(c) Memahami hakikat diri dan keluarga.
(d) Mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.
Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (memahami identitas diri dan
keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan
keluarga) mata pelajaran IPS SD/MI tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman
belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman belajar utama adalah melalui
kegiatan memahami dan mewujudkan hakikat diri dan keluarga yang diwujudkan
melalui sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.
Kompetensi Dasar:
(a) Memahami hakikat kehidupan manusia.
(b) Mewujudkan hidup rukun dalam perbedaan.
Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (menerapkan hidup rukun dalam
perbedaan) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI tersebut di atas
telah menunjukkan pengalaman belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman
belajar utama adalah melalui kegiatan memahami dan mewujudkan hakikat
kehidupan manusia yang diwujudkan melalui sikap hidup rukun dalam perbedaan.
3-96 Unit 3
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran merupakan langkah ketiga dalam
merancang pembelajaran yang mendidik. Identifikasi materi pokok/pembelajaran
hendaknya dipilih yang menunjang pencapaian kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti digambarkan dalam Gambar 7
berikut ini.
3-98 Unit 3
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya dibawah kriteria ketuntasan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.
3-100 Unit 3
dan kelompok ilmiah remaja. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, bukan secara tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
3-102 Unit 3
Subunit 3.2
Contoh Perencanaan Pembelajaran
3-104 Unit 3
Romberg, 1992:757; Finn dalam Romberg, 1992:757). Sujono (1988:15)
mengajukan beberapa alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah.
Pertama, matematika menyiapkan peserta didik menjadi pemikir dan penemu.
Kedua, matematika menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang hemat,
cermat, dan efisien. Selain itu, matematika membantu peserta didik untuk
mengembangkan karakternya. Sementara itu, Thorndike (dalam Jackson, 1992:758)
mengatakan bahwa matematika sangat penting diajarkan di sekolah karena
matematika merupakan bagian penting dari batang tubuh pembelajaran itu sendiri.
Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Freudental (dalam Romberg,
1992:758) mengatakan bahwa tujuan diajarkannya matematika di sekolah adalah
untuk melengkapi apa yang telah dimiliki oleh para ahli matematika. Pemahaman
yang lebih umum dikemukakan oleh Jacobs (dalam Jackson, 1992:758) dengan
mengatakan bahwa matematika diajarkan di sekolah karena dia merupakan kegiatan
atau aktivitas manusia. Pandangan yang lebih khusus dikemukakan oleh Stanic
(dalam Romberg, 1992:759). Dia menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir peserta
didik. Selain itu, peningkatan sikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui
pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola
pembelajarannya.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah, di satu sisi merupakan hal yang penting untuk menigkatkan kecerdasan
peserta didik. Namun, di sisi lain terdapat pakar yang menilai bahwa pembelajaran
matematika di sekolah hanyalah merupakan kebutuhan yng bersifat pelengkap dari
apa yang telah dikembangkan oleh para ilmuan dalam matematika.
2. Bagaimana Cara Mengajarkan Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme?
Secara umum, pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme meliputi
empat tahap: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan
motivasi belajar peserta didik), (2) tahap eksplorasi, (3) tahap diskusi dan penjelasan
konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep (Horsley, 1990: 59).
Sejalan dengan pandangan di atas, Tobin dan Timon (dalam Lalik, 1997:19)
mengatakan bahwa pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme meliputi
empat kegiatan, antara lain (1) berkaitan dengan prior knowledge peserta didik, (2)
mengandung kegiatan pengalaman nyata (experiences), (3) terjadi interaksi sosial
(social interaction) dan (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense
making).
3-106 Unit 3
kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-
isu dalam lingkungan peserta didik tersebut.
Perhatikan contoh rancangan pembelajaran Matematika SD/MI dengan
pendekatan Teori Belajar Konstruktivisme berikut ini.
Contoh 1.
Mata Pelajaran : Matematika SD/MI
Kelas : V
Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi
hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
(kutipan dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006)
Kompetensi Dasar : (3) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pokok : (1) Nilai tempat dan sistem desimal.
(2) Menghitung nilai rata-rata.
Contoh Rancangan Pembelajaran Yang Mendidik:
(1) Nilai Tempat dan Sistem Desimal.
Untuk merancang pembelajaran yang mendidik dari materi pokok nilai tempat
dan sistem desimal, perhatikan dialog antara guru dan peserta didik dalam
penelitian yang telah dilakukan oleh Fitz Simons (1992:79). (Apakah dialog guru
dan siswa tidak sebaiknya langsung dalam terjemahan bahasa Indonesia agar
lebih efisien?)
Guru : What is 10 to the power of 3? (berapa hasil dari 10 berpangkat
3)
Peserta didik : 1000
Guru : And 10 to the power of 2? (dan berapa hasil dari 10 berpangkat
2)
Peserta didik : 100.
Guru : So 10 to the power of 1 must be?(jadi hasil 10 berpangkat 1
adalah)
3-108 Unit 3
Kegiatan pembelajaran dengan materi pokok di atas (nilai tempat sistem desimal)
merupakan proses pembelajaran yang mendidik, karena guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya dalam pemecahan masalah
bilangan berpangkat, dan memberi kesempatan untuk mengambil keputusan tentang
sesuatu hal yang terjadi.
(2) Menghitung Nilai Rata-Rata.
Contoh lain yang dapat dikembangkan oleh guru adalah menentukan rata-rata
hitung. Perhatikan langkah-langkah pembelajarannya.
(a) Siapkan beberapa menara blok yang tingginya berbeda-beda sebagai benda
kongkrit bagi peserta didik. Misalnya pada gambar berikut ini.
(b) Minta peserta didik untuk memotong beberapa menara blok yang lebih tinggi
sesuai dengan keinginannya.
(c) Tempelkan potongan menara blok yang tertinggi kepada menara blok yang
terpendek. Selanjutnya, potong sebagian menara blok yang lebih tinggi dan
letakkan atau tempelkan pada menara blok yang kurang tinggi. Lakukan hal
ini seterusnya hingga semua menara blok adalah sama tingginya. Tinggi
menara blok tersebut yang sudah rata disebut rata-rata tingggi. Hasilnya
seperti berikut.
(4) Ulangi kegiatan di atas, dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu setiap menara
blok dipotong atau dipisahkan secara vertikal. Hal ini dilakukan secara
berturut-turut. Selanjutnya, susun hasil potongan dengan cara melintang
Setelah hal ini dilakukan oleh peserta didik, ajak mereka untuk berpikir
bagaimana jika menara blok tersebut dibagi oleh lima orang anak sama banyak? Dari
sini peserta didik diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri tentang konsep
pembagian, yaitu 25/5 = 5. Dengan demikian, rata-rata tinggi menara blok tersebut
adalah 5.
Dengan pendekatan seperti di atas, pada akhirnya peserta didik dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui aktivitas yang dilakukan. Dengan
kata lain, tanpa mereka diajar secara paksa, peserta didik akan memahami sendiri apa
yang mereka lakukan dan pelajari melalui pengalamannya.
Contoh 2.
Mata Pelajaran : Matematika SD/MI
Kelas : IV
Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi
hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
(kutipan dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006)
Kompetensi Dasar : (3) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pokok : (1) Generalisasi bilangan dengan menggunakan gambar
kotak.
Contoh Rancangan Pembelajaran Yang Mendidik:
Kegiatan peserta didik: (a) Memperhatikan Gambar 1 kotak segi empat, menghitung
jumlah kotaknya, dan menjelaskan bagaimana cara
menghitung jumlah kotak tersebut.
(b) Menghitung jumlah kotak segi empat yang terdapat
dalam Gambar 2 dan Gambar 3.
(c) Membuat gambar dengan jumlah kotak 5 x 5 dan 10 x
10.
3-110 Unit 3
(d) Memperhatikan apakah terdapat kesamaan pola untuk
bilangan segi empat yang terkandung dalam Gambar 1,
2, dan 3.
(e) Menjelaskan apakah yang menjadi alasan masing-masing
peserta didik menentukan kesamaan atau ketidak samaan
pola untuk bilangan segi empat yang terkandung dalam
Gambar 1, 2, dan 3.
(f) Mendiskusikan dengan teman sebangku bagaimana cara
membuktikan kebenaran penjelasan alasan yang
dikemukakan masing-masing dalam menentukan
kesamaan atau ketidak samaan pola untuk bilangan segi
empat yang terkandung dalam Gambar 1, 2, dan 3.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Panduan untuk guru : (1) Dalam pelaksanaan kegiatan nomor (a) sampai dengan
nomor (c), peserta didik diberi kesempatan untuk
mengerjakan secara bersama-sama.
(2) Apabila peserta didik mengalami kesulitan
menyelesaikan kegiatan nomor (c) sampai dengan
nomor (f), guru dapat membantu dengan cara memberi
contoh penyelesaiannya.
(3) Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan
penguatan (reinforcement) misalnya berupa pujian bagi
peserta didik yang cepat menyelesaiakn kegiatannya.
Setelah mempelajari bahan ajar pada Subunit 3.2 di atas, Anda diminta
mengerjakan soal-soal latihan dengan membaca secara teliti terlebih dahulu kasus
yang tertera dalam kotak berikut ini.
Pertanyaan
1. Apakah Ibu Sri mengelola pembelajaran mengikuti langkah-langkah tertentu?
Jelaskan jawaban Anda!
2. Ditinjau dari prinsip penyusunan silabus mata pelajaran, apakah Ibu Sri
mengikuti prinsip tersebut dalam pembelajaran yang dikelolanya pagi itu?
Jelaskan jawaban Anda!
3. Ditinjau dari teori belajar Skinner, prinsip pembelajaran apakah yang
diterapkan Ibu Sri terhadap peserta didik yang tidak mengerjakan PR
Matematika? Jelaskan jawaban Anda!
3-112 Unit 3
Rambu-Rambu Jawaban Soal Latihan
1. Ibu Sri mengelola pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip tertentu, yaitu (a)
menyuruh peserta didik menyiapkan di atas meja buku pekerjaan PR
Matematika, (b) menanyakan siapa peserta didik yang tidak mengerjakan PR
Matematika, (c) memeriksa buku pekerjaan PR Matematika satu per satu, dan
(d) menghukum seorang peserta didik yang hanya mengerjakan dua nomor
PR Matematika, serta (e) melanjutkan pembelajaran dengan materi baru.
Prinsip-prinsip yang ditempuh Ibu Sri ini bukanlah prinsip pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya, karena saat itu Ibu Sri sudah terlambat masuk
kelas dan tanpa membicarakan pekerjaan PR Matematika langsung
melanjutkan pembelajaran dengan materi yang baru.
2. Ditinjau dari prinsip penyusunan silabus mata pelajaran, Ibu Sri tidak
mengikuti prinsip tersebut dalam pembelajaran yang dikelolanya pagi itu.
Pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan Ibu Sri antara lain (a) tidak
memiliki dasar keilmuan dalam pendidikan dan pembelajaran karena di
dalam diri Ibu Sri terkandung muatan emosi sehingga pembelajaran
berlangsung tanpa terencana dengan baik, (b) tidak relevan, karena Ibu Sri
hanya menyuruh peserta didik menyiapkan buku PR Matematika di atas meja
dan tidak membahasnya bersama peserta didik bagaimana hasil pekerjaan
peserta didik, (c) tidak sistematis, karena Ibu Sri hanya memeriksa buku
peserta didik sampai pada orang yang kelima, kemudian langsung
menghentikan pembelajaran yang berkaitan dengan PR Matematika dan
langsung melanjutkan pembelajaran dengan materi yang baru, (d) tidak
konsisten, karena peserta didik yang dihukum mengerjakan soal PR
Matematika di papan tulis langsung dihukum berdiri terus di depan kelas
dengan satu kaki sambil memegang ke dua belah daun telinganya.
3. Ditinjau dari teori belajar Skinner, prinsip pembelajaran yang diterapkan Ibu
Sri terhadap peserta didik yang tidak mengerjakan PR Matematika ada
kemungkinan menggunakan prinsip penguatan negatif (negative
einforcement), akan tetapi penerapannya tidak mendidik. Peserta didik tanpa
diberi penjelasan mengapa ia dihukum dengan mengerjakan PR Matematika
di papan tulis dan berdiri satu kaki di depan kelas sambil memegang kedua
belah daun telinganya.
PENGALAMAN
BELAJAR
SUMBER MATERI POKOK
BELAJAR PEMBELAJARAN
PENGALAMAN BELAJAR
KAJIAN
ALOKASI STANDAR KEGIATAN
WAKTU KOMPETENSI DAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI
DASAR
JENIS INDIKATOR
PENILAIAN PENCAPAIAN
KOMPETENSI
3-114 Unit 3
Tes Formatif Unit 3
1. Jelaskan standar yang menjadi acuan dalam menyusun langkah perencanaan
pembelajaran yang mendidik!
2. Jelaskan langkah pertama perencanaan pembelajaran yang mendidik yang
mendidik!
3. Jelaskan alasan mengapa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik!
4. Jelaskan aturan tentan Standar Isi yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor
22 Tahun 2006!
5. Prinsip utama apakah yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yang
mendidik? Jelaskan jawaban Anda!
3-116 Unit 3
Daftar Pustaka
Bourne, Lyle E. Jr. & Ekstrand, Bruce R. 1973. Psychology: Its Principles and
Meanings. Hinsdale, Illinois: The Dryden Press
Potensi= kemampuan yang dimiliki seseorang baik secara phisik mapun secara
psikis.
3-118 Unit 3