Anda di halaman 1dari 40

Unit 3

LANGKAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Nabisi Lapono

Pendahuluan

S eorang anak yang berkeinginan membuat layang-layang, langkah pertama yang


harus dilakukannya adalah merencanakan dan menyiapkan semua bahan-bahan
yang dibutuhkan. Langkah pertama ini sangat menentukan karena apabila tidak
dirancang dan disiapkan bahan-bahan yang diperlukan secara lengkap, ada
kemungkinan anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam pembuatan layang-
layangnya. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran yang akan Anda
laksanakan, pertama-tama diperlukan perencanaan secara benar sesuai dengan
langkah-langkah yang benar pula. Pertama-tama anak tersebut di atas perlu
menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan layang-layang sebelum
mulai membuatnya. Apabila bahan yang diperlukan belum tersedia secara lengkap,
misalnya baru tersedia bahan kertas koran dan anak bersangkutan sudah mulai
membuat layang-layang dengan bahan yang sudah tersedia misalnya kertas koran
sedangkan benang belum tersedia, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan
dalam melaksanakan langkah berikutnya yakni menyelesaikan pembuatan layang-
layangnya.
Dalam Unit 3 mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di SD/MI ini, Anda akan
mempelajari langkah-langkah perencanaan pembelajaran yang mendidik. Anda akan
mempelajari secara khusus tentang langkah-langkah penyusunan kurikulum sesuai
dengan landasan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang menunjang
pencapaian Kompetensi Dasar 3 (Mampu merancang langkah perencanaan
pembelajaran). Sesuai dengan panduan penyusunan kurikulum yang dikembangkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Unit 3 mata kuliah ini terdiri atas
2 subunit sebagai berikut.
Subunit 3.1 Langkah perencanaan pembelajaran
3.2 Contoh perencanaan pembelajaran
Secara berturut-turut pada tiap subunit dari Unit 3 ini, Anda akan mempelajari
secara garis besar langkah perencanaan pembelajaran yang mendidik serta implikasi

Belajar dan Pembelajaran 3-79


pedagogiknya dalam pembelajaran yang mendidik di SD/MI. Pada tiap subunit akan
dibahas topik-topik yang didasarkan pada kebijakan yang dikeluarkan oleh
penanggung jawab pendidikan mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat
kabupaten/kota, disertai sejumlah latihan yang harus Anda kerjakan secara individual
atau secara berkelompok. Setiap selesai mempelajari satu subunit, Anda diminta
untuk mengerjakan soal latihan tersebut secara individual, kemudian menilai sendiri
hasil belajar berdasarkan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Sangat diharapkan,
penggunaan rambu-rambu jawaban yang disediakan pada bagian akhir tiap sub-unit
bahan ajar cetak ini Anda gunakan setelah selesai mengerjakan soal latihan, agar
pemahaman yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini perlu
diperhatikan, karena keberhasilan Anda sebagai seorang guru dalam mengelola
pembelajaran di SD/MI sangat ditentukan oleh pemahaman tentang langkah-langkah
perencanaan pembelajaran yang mendidik. Oleh sebab itu, Anda diminta untuk
mempelajari Unit 3 Bahan Ajar Cetak ini mulai dari Subunit 3.1 dan 3.2 secara
berturut-turut; selesaikan dahulu secara tuntas mempelajari materi pembelajaran pada
Subunit 3.1 baru berpindah pada Subunit 3.2.
Pada akhir Unit 3 disediakan rangkuman materi dan sejumlah soal tes formatif
yang harus dikerjakan secara individual. Anda diminta untuk mengerjakan soal tes
formatif tersebut secara individual, kemudian menilai sendiri hasil belajar
berdasarkan rambu-rambu jawaban tes formatif yang disediakan. Sangat diharapkan,
penggunaan rambu-rambu jawaban yang disediakan pada bagian akhir tiap unit
bahan ajar cetak ini Anda gunakan setelah selesai mengerjakan soal tes formatif, agar
pemahaman yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini perlu
diperhatikan, karena keberhasilan Anda sebagai seorang guru dalam mengelola
pembelajaran di SD/MI sangat ditentukan oleh pemahaman tentang prinsip-prinsip
pengembangan pembelajaran yang mendidik dan implikasi pedagogiknya.

3-80 Unit 3
Subunit 3.1
Langkah Perencanaan Pembelajaran

P erencanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh


seorang guru, karena merupakan kegiatan menetapkan hal-hal yang harus
dilakukan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Perencanaan
pembelajaran yang mendidik perlu mengikuti prosedur yang tepat agar rencana
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai dengan teori belajar dan
pembelajaran. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dalam pedoman
penyusunan KTSP mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengembangan silabus mata pelajaran adalah (1) mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok pembelajaran, (3)
mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian
kompetensi, (5) menetapkan jenis penilaian berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi, (6) menentukan alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran, dan (7)
menentukan sumber belajar. Perhatikan Gambar 3.1 tentang langkah pengembangan
kurikulum berikut ini.

(4)
(1) (3)
(2) PENGALAMAN
MATERI
RUMPUN/ INDIKATOR KURIKULER
BELAJAR
ELEMEN
KOMPETENSI

(5)
PENGELOMPOKAN
PENGALAMAN
BELAJAR DAN
MATERI KURIKULER

(7) (6)
KONVERSI
(8) WAKTU
PERKIRAAN
MATAPELAJARAN WAKTU
MENJADI JAM (35 menit setiap jam
PELAJARAN pelajaran)

Gambar 5 Langkah Pengembangan Kurikulum

Belajar dan Pembelajaran 3-81


Berdasarkan Gambar 6 tentang langkah pengembangan kurikulum dapat ditetapkan
langkah perencanaan pembelajaran yang mendidik seperti digambarkan dalam
Gambar 6 berikut ini.

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK

1 KAJIAN STANDAR KOMPETENSI


DAN KOMPETENSI DASAR

2 RANCANGAN PENGALAMAN BELAJAR


PESERTA DIDIK

3 IDENTIFIKASI MATERI POKOK


PEMBELAJARAN

4 RANCANGAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN

5 INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI

6 PENENTUAN
JENIS PENILAIAN PEMBELAJARAN

7 ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN

8 MEDIA DAN SUMBER


PEMBELAJARAN
Gambar 3.2 Langkah Perencanaan Pembelajaran Yang Mendidik
Gambar 6 Pembelajaran yang mendidik

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Pembelajaran yang mendidik akan dapat dikelola dengan baik apabila mengacu
dan diarahkan kepada pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Kompetensi yang dikuasai peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Di dalam Permendiknas tersebut telah ditetapkan standar kompetensi lulusan
minimal, yakni (1) standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, (2) standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan (3)
standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

3-82 Unit 3
Pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
(1) Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta
didik.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

Bunyi pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 seperti dikutip dalam kotak
di atas, mengamanatkan bahwa SKL inilah yang menjadi acuan seluruh proses
pembelajaran yang diselenggarakan pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah, termasuk di SD/MI. SKL inilah yang disebut sebagai kompetensi
minimal baik untuk satuan pendidikan dasar maupun untuk kelompok mata pelajaran
dan masing-masing mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik, dengan terlebih
dahulu menjabarkannya ke dalam bentuk kompetensi dasar. Tugas Anda sebagai
seorang guru yang akan merencanakan pembelajaran yang mendidik di SD/MI,
pertama-tama adalah mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi yang ditetapkan dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.

Pasal 1 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 berbunyi:


(1) Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya
disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
Peraturan Menteri ini.

Di dalam melakukan kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran, Anda perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Belajar dan Pembelajaran 3-83


a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran.
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antara mata
pelajaran.
Perhatikan rumusan SKL dari 5 mata pelajaran di SD/MI (Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS, dan PPKn) seperti yang dimuat dalam Lampiran
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 berikut ini.

SKL Bahasa Indonesia SD/MI

1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,
pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di
sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama,
pantun dan cerita rakyat.

2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi
peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita,
pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya
sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.

3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana
berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak
berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.

4. Menulis
Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana,
petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk
cerita, puisi, dan pantun.

(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

3-84 Unit 3
SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI seperti dikutip di atas mencakup
kegiatan (a) mendengarkan (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. SKL pada
tiap kegiatan dalam Bahasa Indonesia SD/MI tersebut mencakup kompetensi
minimal dalam kegiatan mendengarkan adalah “Memahami wacana lisan berbentuk
perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai
peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita,
drama, pantun dan cerita rakyat.” Kompetensi minimal dalam kegiatan berbicara
adalah “Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana,
wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di
sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan,
pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng,
pantun, drama, dan puisi.” Kompetensi minimal dalam kegiatan membaca adalah
“Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk,
teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng,
pantun, percakapan, cerita, dan drama.” Sedangkan kompetensi minimal dalam
kegiatan menulis adalah “Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan
sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi,
dan pantun.”
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI dilakukan dengan
cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan kata
operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Untuk menguasai kemampuan
mendengarkan peserta didik perlu berlatih (belajar) memahami wacana lisan, untuk
menguasai kemampuan berbicara peserta didik perlu berlatih (belajar) menggunakan
wacana lisan, untuk menguasai kemampuan membaca peserta didik perlu berlatih
(belajar) menggunakan berbagai jenis membaca, dan untuk menguasai kemampuan
menulis peserta didik perlu berlatih (belajar) melakukan berbagai jenis kegiatan
menulis.
Kegiatan belajar (a) memahami wacana lisan, (b) menggunakan wacana lisan, (c)
menggunakan berbagai jenis membaca, dan (d) melakukan berbagai jenis kegiatan
menulis inilah yang menjadi dasar menetapkan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Berdasarkan kata operasional yang digunakan
dalam SKL tersebut dapat ditetapkan kompetensi dasar minimal untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Misalnya, dari SKL minimal yang pertama mata

Belajar dan Pembelajaran 3-85


pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI (kompetensi mendengarkan) dapat dirumuskan
kompetensi dasar antara lain:
(a) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, dan berita;
(b) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar; dan
(c) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk karya sastra seperti dongeng, puisi, cerita, drama, pantun, dan
cerita rakyat.
Ketiga jenis kemampuan dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI tersebut
dikelompokkan berdasarkan jenis wacana lisan berupa (i) perintah, penjelasan,
petunjuk, pesan, pengumuman, dan berita, (ii) deskripsi peristiwa dan benda di
sekitar, serta (ii) karya sastra. Pengelompokkan berdasarkan jenis wacana lisan
tersebut didasari pemikiran bahwa masing-masing jenis wacana lisan tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia
SD/MI yang didasarkan pada jenis wacana lisan tersebut dikaitkan dengan teori
belajar (Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah
Anda pelajari dalam Unit 1 Bahan Ajar Cetak ini, khususnya Teori Belajar
Pemrosesan Informasi yang dikemukakan Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford,
1992) seperti dijelaskan pada Unit 1 Bahan Ajar Cetak ini, maka dapat dikatakan
bahwa wacana lisan digunakan sebagai informasi yang harus diproses dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Struktur informasi tiap jenis wacana lisan
(perintah dan sejenisnya, deskripsi peristiwa, dan karya sastra) berbeda satu dengan
yang lainnya. Melalui penjabaran SKL (kemampuan mendengarkan) mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD/MI ke dalam kompetensi dasar seperti dikemukakan di atas,
peserta diberi kesempatan untuk berlatih memproses informasi yang didengarkannya
dengan menggunakan kemampuan kognitifnya. Hal ini dimungkinkan karena
menurut penjelasan Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992), bahwa model
belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing yang melibatkan keaktifan dari tiga taraf struktural sistem informasi,
yaitu (a) sensory register atau intake register, (b) working memory, dan (c) long-term
memory.

3-86 Unit 3
SKL Matematika SD/MI

1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan
sehari-hari.

2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan


sifatsifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan
sehari-hari.

3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,


sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan


menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel,


gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata
hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan
sehari-hari.

6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam


kehidupan.

7. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

SKL mata pelajaran Matematika SD/MI seperti dikutip di atas mencakup


kegiatan (a) memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari,
(b) memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan
sifatsifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari,
(c) memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut,
waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari, (d) memahami konsep koordinat untuk menentukan letak
benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, (e)
memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan

Belajar dan Pembelajaran 3-87


grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta
menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, (f) memiliki sikap
menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, dan (g) memiliki
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Matematika SD/MI dilakukan dengan cara
memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan kata
operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk menguasai
kemampuan memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari,
peserta didik perlu menguasai kompetensi dasar (1) memahami konsep bilangan
bulat dan pecahan, (2) memahami sifat-sifat bilangan dan operasi hitungnya, dan (3)
memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika SD/MI
tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme, Kognitivisme,
Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam Unit 1 Bahan
Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan tingkatan
perkembangan kognisi individu. Menurut Teori Belajar Kognitivisme dan
Humanisme, keterampilan individu menerapkan pola pikir formal operasional sangat
ditentukan oleh penguasaan keterampilan menerapkan pola pikir konkrit operasional.
Hal ini disebabkan karena perkembangan kognisi individu diawali dengan pemikiran
tentang sesuatu yang konkrit dan sederhana di sekitarnya. Itulah sebabnya,
kompetensi dasar yang pertama dari mata pelajaran Matematika SD/MI adalah
penguasaan atau pemahaman konsep bilangan bulat dan pecahan, disusul dengan
penguasaan dan pemahaman sifat-sifat bilangan dan operasi hitungnya. Apabila
pembelajaran yang Anda kelola dalam mata pelajaran Matematika SD/MI sesuai
dengan urutan kompetensi dasar tersebut, maka dapat dikatakan proses pembelajaran
tersebut sebagai pembelajaran yang mendidik.

3-88 Unit 3
SKL llmu Pengetahuan Alam SD/MI

1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil


pengamatannya secara lisan dan tertulis.

2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan


dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.

3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan,


serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup.

4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya,


perubahan wujud benda, dan kegunaannya.

5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya.

6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan


perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan
kegiatan manusia.

(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI seperti dikutip di atas
mencakup kegiatan (a) melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan
menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis, (b) memahami
penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi
manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, (c) memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan
tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup, (d) memahami
beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda,
dan kegunaannya, (e) memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya,
dan (f) memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI dilakukan
dengan cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan
kata operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk menguasai
kemampuan melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil

Belajar dan Pembelajaran 3-89


pengamatannya secara lisan dan tertulis, peserta didik perlu menguasai kompetensi
dasar (1) memahami konsep gejala-gejala alam, (2) menjelaskan hasil pengamatan
tentang gejala-gejala alam.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam SD/MI tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme, Kognitivisme,
Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam Unit 1 Bahan
Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan tingkatan
perkembangan kognisi individu. Menurut Teori Belajar Kognitivisme dan
Humanisme, keterampilan individu menerapkan pola pikir formal operasional sangat
ditentukan oleh penguasaan keterampilan menerapkan pola pikir konkrit operasional.
Itulah sebabnya, kompetensi dasar yang pertama dari mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam SD/MI adalah penguasaan atau pemahaman konsep gejala-gejala
alam, disusul dengan penguasaan keterampilan menjelaskan hasil pengamatan
terhadap gejala-gejala alam dimaksud. Apabila pembelajaran yang Anda kelola
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI sesuai dengan urutan
kompetensi dasar tersebut, maka dapat dikatakan proses pembelajaran tersebut
sebagai pembelajaran yang mendidik.

SKL Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI

1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling


menghormati dalam kemajemukan keluarga.
2. Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan
lingkungan tetangga, serta kerja sama di antara keduanya.
3. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
4. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
5. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman
suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
6. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
7. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia
Tenggara serta benua-benua.
8. Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara
tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam.
9. Memahami peranan Indonesia di era global.

(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

3-90 Unit 3
SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI seperti dikutip di atas
mencakup kegiatan (a) memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan
sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga, (b) mendeskripsikan
kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja
sama di antara keduanya, (c) memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman
suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi, (d) mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi, (e) menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional,
keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia, (f) menghargai peranan
tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
(g) memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia
Tenggara serta benua-benua, (h) mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di
Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi
bencana alam, dan (i) memahami peranan Indonesia di era global.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI dilakukan
dengan cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan
kata operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk menguasai
kemampuan memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga, peserta didik perlu menguasai
kompetensi dasar (1) memahami hakikat diri dan keluarga, dan (2) mewujudkan
sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial SD/MI tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme, Kognitivisme,
Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam Unit 1 Bahan
Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan tingkatan
perkembangan sosioemosi individu. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme,
keterampilan individu mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan
sangat ditentukan oleh penguasaan keterampilan memahami dan menghargai emosi
karena pada usia SD egosentrik individu menjadi sangat menonjol dalam berperilaku.
Di dalam diri individu mulai tumbuh kesadaran bahwa dirinya adalah dirinya sendiri
yang berbeda dengan orang lain sehingga cenderung tidak mau dipengaruhi atau
ditolong oleh orang lain. Individu mulai berusaha untuk melakukan sendiri segala
sesuatu, dan mulai membangun wilayah kepemilikan pribadi. Individu mulai
berupaya menyusun dan menemukan konsep diri (self concept) dan jati diri (self
esteem atau self identity) berdasarkan standar atau norma yang ditetapkannya sendiri.
Itulah sebabnya, pada tahapan perkembangan ini seringkali terjadi pertentangan

Belajar dan Pembelajaran 3-91


antara orangtua dan anak di rumah. Itulah sebabnya, kompetensi dasar yang pertama
dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI adalah penguasaan atau
pemahaman hakikat diri dan keluarga, disusul dengan penguasaan keterampilan
mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga. Apabila
pembelajaran yang Anda kelola dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
SD/MI sesuai dengan urutan kompetensi dasar tersebut, maka dapat dikatakan proses
pembelajaran tersebut sebagai pembelajaran yang mendidik.

SKL Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI

1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan.


2. Memahami dan menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah.
3. Memahami kewajiban sebagai warga dalam keluarga dan sekolah.
4. Memahami hidup tertib dan gotong royong.
5. Menampilkan sikap cinta lingkungan dan demokratis.
6. Menampilkan perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
7. Memahami sistem pemerintahan, baik pada tingkat daerah maupun pusat.

(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

SKL mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI seperti dikutip di atas


mencakup kegiatan (a) menerapkan hidup rukun dalam perbedaan, (b) memahami
dan menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah, (c) memahami kewajiban
sebagai warga dalam keluarga dan sekolah, (d) memahami hidup tertib dan gotong
royong, (e) menampilkan sikap cinta lingkungan dan demokratis, (f) menampilkan
perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari,
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan (g) memahami sistem pemerintahan, baik
pada tingkat daerah maupun pusat.
Kajian terhadap SKL mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI
dilakukan dengan cara memperhatikan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik
berdasarkan kata operasional yang digunakan dalam SKL tersebut. Misalnya, untuk
menguasai kemampuan menerapkan hidup rukun dalam perbedaan, peserta didik

3-92 Unit 3
perlu menguasai kompetensi dasar (1) memahami hakikat kehidupan manusia, dan
(2) mewujudkan hidup rukun dalam perbedaan.
Apabila pengelompokkan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegeraan SD/MI tersebut dikaitkan dengan teori belajar (Behaviorisme,
Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme) yang telah Anda pelajari dalam
Unit 1 Bahan Ajar Cetak ini, maka kajian kompetensi dasar tersebut sesuai dengan
tingkatan perkembangan sosioemosi individu. Menurut Teori Belajar
Konstruktivisme, keterampilan individu mewujudkan sikap saling menghormati
dalam kemajemukan sangat ditentukan oleh penguasaan keterampilan memahami
dan menghargai perbedaan karena pada usia SD egosentrik individu menjadi sangat
menonjol dalam berperilaku. Di dalam diri individu mulai tumbuh kesadaran bahwa
dirinya adalah dirinya sendiri yang berbeda dengan orang lain sehingga cenderung
tidak mau dipengaruhi atau ditolong oleh orang lain. Individu mulai berusaha untuk
melakukan sendiri segala sesuatu, dan mulai membangun wilayah kepemilikan
pribadi. Individu mulai berupaya menyusun dan menemukan konsep diri (self
concept) dan jati diri (self esteem atau self identity) berdasarkan standar atau norma
yang ditetapkannya sendiri. Itulah sebabnya, pada tahapan perkembangan ini
seringkali terjadi pertentangan antara orangtua dan anak di rumah. Itulah sebabnya,
kompetensi dasar yang pertama dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI
adalah penguasaan atau pemahaman hakikat diri dan keluarga, disusul dengan
penguasaan keterampilan mewujudkan sikap saling menghormati dalam
kemajemukan keluarga. Apabila pembelajaran yang Anda kelola dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI sesuai dengan urutan kompetensi dasar
tersebut, maka dapat dikatakan proses pembelajaran tersebut sebagai pembelajaran
yang mendidik.

2. Merancang Pengalaman Belajar


Setelah kajian kompetensi dan kompetensi dasar minimal setiap mata pelajaran,
Anda perlu merancang pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik untuk
menguasai kompetensi dasar mata pelajaran bersangkutan. Kegiatan merancangan
pengalaman belajar ini menjadi mudah dilakukan apabila kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran telah selesai dikaji atau dijabarkan. Perhatikan
contoh rancangan pengalaman belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
SD/MI, Matematika SD/MI, IPA SD/MI, IPS SD/MI, dan Pendidikan
Kewarganegaraan SD/MI berikut ini.

Belajar dan Pembelajaran 3-93


Rancangan Pengalaman Belajar
Bahasa Indonesia SD/MI

SKL 1. Mendengarkan.
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,
pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda
di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita,
drama, pantun dan cerita rakyat.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Kompetensi Dasar:
(a) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, dan
berita;
(b) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar; dan
(c) kemampuan menjelaskan karakteristik dan perbandingan wacana lisan
berbentuk karya sastra seperti dongeng, puisi, cerita, drama, pantun,
dan cerita rakyat.

Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (mendengarkan) mata pelajaran


Bahasa Indonesia SD/MI tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman belajar
yang dialami peserta didik. Pengalaman belajar utama adalah melalui kegiatan
menjelaskan apa yang didengarkan peserta didik dari wacana lisan tertentu.
Kompetensi dasar sebagai jabaran dari SKL nomor 1 dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia SD/MI tersebut berkaitan dengan karakteristik jenis wacana lisan yang
harus didengarkan peserta didik.

3-94 Unit 3
Rancangan Pengalaman Belajar
Matematika SD/MI

SKL 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan
sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Kompetensi Dasar:
(a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan.
(b) Memahami sifat-sifat bilangan dan operasi hitungnya.
(c) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung bilangan bulat dan
pecahan dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (memahami konsep bilangan bulat
dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari) mata pelajaran Matematika SD/MI
tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman belajar yang dialami peserta didik.
Pengalaman belajar utama adalah melalui kegiatan memahami konsep, sifat, dan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Rancangan Pengalaman Belajar


IPA SD/MI

SKL 1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil


pengamatannya secara lisan dan tertulis.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Kompetensi Dasar:
(a) Memahami konsep gejala-gejala alam
(b) Menjelaskan hasil pengamatan tentang gejala-gejala alam.

Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (melakukan pengamatan terhadap


gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis) mata
pelajaran IPA SD/MI tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman belajar yang

Belajar dan Pembelajaran 3-95


dialami peserta didik. Pengalaman belajar utama adalah melalui kegiatan memahami
dan menjelaskan konsep gejala-gejala alam hasil pengamatan sendiri oleh peserta
didik.

Rancangan Pengalaman Belajar


IPS SD/MI

SKL 1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga.
(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Kompetensi Dasar:
(c) Memahami hakikat diri dan keluarga.
(d) Mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.

Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (memahami identitas diri dan
keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan
keluarga) mata pelajaran IPS SD/MI tersebut di atas telah menunjukkan pengalaman
belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman belajar utama adalah melalui
kegiatan memahami dan mewujudkan hakikat diri dan keluarga yang diwujudkan
melalui sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.

Rancangan Pengalaman Belajar


Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI

SKL 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan.


(dikutip dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Kompetensi Dasar:
(a) Memahami hakikat kehidupan manusia.
(b) Mewujudkan hidup rukun dalam perbedaan.

Rumusan kompetensi dasar dari SKL nomor 1 (menerapkan hidup rukun dalam
perbedaan) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI tersebut di atas
telah menunjukkan pengalaman belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman
belajar utama adalah melalui kegiatan memahami dan mewujudkan hakikat
kehidupan manusia yang diwujudkan melalui sikap hidup rukun dalam perbedaan.

3-96 Unit 3
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran merupakan langkah ketiga dalam
merancang pembelajaran yang mendidik. Identifikasi materi pokok/pembelajaran
hendaknya dipilih yang menunjang pencapaian kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti digambarkan dalam Gambar 7
berikut ini.

Poptensi Relevan Tingkat


peserta dengan perkembangan
didik karakteristik peserta didik
daerah

Ketepatan MATERI Manfaat


alokasi bagi
POKOK/
waktu peserta
PEMBELAJARAN didik

Relevan dengan Aktualitas,


kebutuhan kedalaman, Struktur
peserta didik dan dan keilmuan
tuntuan keluasan
lingkungan

Gambar 7 Faktor yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi


materi pokok/pembelajaran

4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.

Belajar dan Pembelajaran 3-97


a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik serta berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta
didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi pembelajaran.

5. Merumuskan Indikator Pencapain Kompetensi


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator ini harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah. Perumusan indikator
menggunakan kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi, karena
akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

6. Penentuan Jenis Penilaian Pembelajaran


Penilaian pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah dirancang
sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Perlu disadari dan dimengerti bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Hasil
penilaian pembelajaran tersebut merupakan informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan, sehingga dalam penentuan jenis penilaian perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.

3-98 Unit 3
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya dibawah kriteria ketuntasan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.

7. Menentukan Alokasi Waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Di dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah telah ditetapkan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran di
SD/MI. Alokasi waktu tersebut dapat dilihat dalam struktur kurikulum SD/MI yang
tercantum dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 seperti tertera
dalam Tabel 4 berikut ini.

Belajar dan Pembelajaran 3-99


Tabel 4
Struktur Kurikulum SD/MI**)
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah ............................................................. 26 27 28 32
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
**)Disadur dari Tabel 2 Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

Perlu dijelaskan bahwa komponen muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler


untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke
dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal dan pembelajaran terpadu
ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan
lokal dan pembelajaran terpadu yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, sehingga
dimungkinkan dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua
mata pelajaran muatan lokal.
Sedangkan pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar
dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan,

3-100 Unit 3
dan kelompok ilmiah remaja. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, bukan secara tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

8. Menentukan Sumber Belajar


Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Belajar dan Pembelajaran 3-101


Latihan
Setelah mempelajari materi subunit 3.1 tentang langkah perencanaan
pembelajaran yang mendidik di atas, Anda diminta mengerjakan soal latihan berikut
ini.
1. Jelaskan mengapa pembelajaran yang mendidik perlu direncanakan!
2. Sebutkan minimal tiga contoh kata operasional yang dapat digunakan dalam
merancang kegiatan pembelajaran!
3. Jelaskan mengapa komponen pengembangan diri perlu dirancang oleh guru
walaupun bukan merupakan mata pelajar!

Rambu-Rambu Jawaban Soal Latihan


1. Pembelajaran yang mendidik harus dirancang terlebih dahulu agar jelas
arahnya ke pencapaian kompetensi tertentu serta dapat diukur pencapaiannya.
Kegiatan merancang pembelajaran yang mendidik tersebut dilakukan secara
sistematik mengikuti langkah-langkah tertentu, yang diawali dengan
mengkaji SKL dan kompetensi dasar. Hasil kajian SKL dan kompetensi dasar
inilah yang digunakan merancang pengalaman belajar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, jenis penilaian pembelajaran yang digunakan, alokasi waktu
kegiatan pembelajaran, dan media/sumber pembelajaran.
2. Tiga contoh kata operasional yang dapat digunakan dalam rancangan
kegiatan pembelajaran yang mendidik antara lain, (a) menjelaskan, (b)
mengamati, dan (c) menganalisa.
3. Komponen pengembangan diri merupakan salah satu bagian dari proses
pembelajaran yang mendidik seperti halnya komponen mata pelajaran dan
komponen muatan lokal. Oleh sebab itu, komponen pengembangan diri
tersebut perlu dirancang sesuai langkah-langkah perencanaan pembelajaran
yang mendidik, dengan diawali kegiatan kajian SKL dan kompetensi dasar
yang akan dicapai.

3-102 Unit 3
Subunit 3.2
Contoh Perencanaan Pembelajaran

P embelajaran yang mendidik merupakan proses pembelajaran yang


dipersyaratkan dalam KBK di SD/MI. Pada Subunit 3.2 ini, Anda akan
mempelajari satu contoh pembelajaran yang mendidik yaitu dalam mata
pelajaran Matematika SD/MI. Salah satu teori belajar yang banyak mendasari
pembelajaran yang mendidik dalam mata pelajaran Matematika SD/MI adalah Teori
Belajar Konstruktivisme.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta
didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata
lain, peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal
tersebut, Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalahperan aktif peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley
(1991:12) mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik.
Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori
belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu (1) peserta didik mengkonstruksi

Belajar dan Pembelajaran 3-103


pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
matematika menjadi lebih bermakna karena peserta didik mengerti, (3) strategi
peserta didik lebih bernilai, dan (4) peserta didik mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
(1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif
dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba
gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan
peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan
peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh
guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
1. Mengapa Pembelajaran Matematika di SD?
Salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab sebelum mengajarkan
matematika di sekolah adalah mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah?
Untuk menjawab pertanyaan ini sejumlah pakar dalam pembelajaran matematika
memberikan pendapat, pandangan, atau komentar sebagi berikut.
Jackson (1992:756) mengatakan bahwa secara umum matematika adalah
“penting bagi kehidupan masyarakat.” Oleh karena itu, matematika dimasukkan
dalam kurikulum sekolah. Sejalan dengan pandangan ini, Dreeben (dalam Romberg,
1992: 756) mengungkapkan bahwa matematika diajarkan di sekolah dalam rangka
memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs) bagi peserta didik
dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa seseorang harus mempunyai kesempatan yang
banyak untuk belajar matematika, kapan dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan
akan matematikanya sendiri. Sebaliknya, kaum absolutis berpendapat bahwa
algoritma matematika telah disusun sedemikian rupa dan dilengkapi dengan alat
hitung yang canggih (seperti kalkulator dan komputer). Oleh karena itu, anak
maupun masyarakat tidak perlu belajar banyak tentang matematika (Burke dalam

3-104 Unit 3
Romberg, 1992:757; Finn dalam Romberg, 1992:757). Sujono (1988:15)
mengajukan beberapa alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah.
Pertama, matematika menyiapkan peserta didik menjadi pemikir dan penemu.
Kedua, matematika menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang hemat,
cermat, dan efisien. Selain itu, matematika membantu peserta didik untuk
mengembangkan karakternya. Sementara itu, Thorndike (dalam Jackson, 1992:758)
mengatakan bahwa matematika sangat penting diajarkan di sekolah karena
matematika merupakan bagian penting dari batang tubuh pembelajaran itu sendiri.
Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Freudental (dalam Romberg,
1992:758) mengatakan bahwa tujuan diajarkannya matematika di sekolah adalah
untuk melengkapi apa yang telah dimiliki oleh para ahli matematika. Pemahaman
yang lebih umum dikemukakan oleh Jacobs (dalam Jackson, 1992:758) dengan
mengatakan bahwa matematika diajarkan di sekolah karena dia merupakan kegiatan
atau aktivitas manusia. Pandangan yang lebih khusus dikemukakan oleh Stanic
(dalam Romberg, 1992:759). Dia menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir peserta
didik. Selain itu, peningkatan sikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui
pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola
pembelajarannya.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah, di satu sisi merupakan hal yang penting untuk menigkatkan kecerdasan
peserta didik. Namun, di sisi lain terdapat pakar yang menilai bahwa pembelajaran
matematika di sekolah hanyalah merupakan kebutuhan yng bersifat pelengkap dari
apa yang telah dikembangkan oleh para ilmuan dalam matematika.
2. Bagaimana Cara Mengajarkan Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme?
Secara umum, pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme meliputi
empat tahap: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan
motivasi belajar peserta didik), (2) tahap eksplorasi, (3) tahap diskusi dan penjelasan
konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep (Horsley, 1990: 59).
Sejalan dengan pandangan di atas, Tobin dan Timon (dalam Lalik, 1997:19)
mengatakan bahwa pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme meliputi
empat kegiatan, antara lain (1) berkaitan dengan prior knowledge peserta didik, (2)
mengandung kegiatan pengalaman nyata (experiences), (3) terjadi interaksi sosial
(social interaction) dan (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense
making).

Belajar dan Pembelajaran 3-105


Petunjuk tentang proses pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme juga
dikemukakan oleh Dahar (1989: 160), sebagai berikut: (1) siapkan benda-benda
nyata untuk digunakan para peserta didik, (2) pilihlah pendekatan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, (3) perkenalkan kegiatan yang layak dan
menarik serta beri kebebasan anak untuk menolak saran guru, (4) tekankan
penciptaan pertanyaan dan masalah serta pemecahannya, (5) anjurkan para peserta
didik untuk saling berinteraksi, (6) hindari istilah teknis dan tekankan berpikir, (7)
anjurkan mereka berpikir dengan cara sendiri, dan (8) perkenalkan kembali materi
dan kegiatan yang sama setelah beberapa tahun lamanya.
Beberapa uraian di atas dapat memberi pandangan kepada guru agar dalam
menerapkan prinsip belajar konstruktivisme, benar-benar harus memperhatikan
kondisi lingkungan bagi anak. Di samping itu, pengertian tentang kesiapan anak
untuk belajar, juga tidak boleh diabaikan. Dengan kata lain, bahwa faktor
lingkungan sebagai suatu sarana interaksi bagi anak, bukanlah satu-satunya yang
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh bagi guru.
Yager (1991:55) mengajukan pentahapan yang lebih lengkap dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Hal ini dapat menjadi pedoman
dalam pembelajaran secara umum, pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan
pembelajaran Matematika. Cakupan tersebut didasarkan pada tugas guru yang tidak
mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama dan olah raga merupakan guru kelas.
Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan
pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh
peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengillustrasikan
pemahamannya tentang konsep tersebut. Tahap kedua, peserta didik diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah
dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa
keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya. Tahap ketiga,
peserta didik memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi
peserta didik, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya, peserta didik
membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Tahap
keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui

3-106 Unit 3
kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-
isu dalam lingkungan peserta didik tersebut.
Perhatikan contoh rancangan pembelajaran Matematika SD/MI dengan
pendekatan Teori Belajar Konstruktivisme berikut ini.
Contoh 1.
Mata Pelajaran : Matematika SD/MI
Kelas : V
Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi
hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
(kutipan dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006)
Kompetensi Dasar : (3) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pokok : (1) Nilai tempat dan sistem desimal.
(2) Menghitung nilai rata-rata.
Contoh Rancangan Pembelajaran Yang Mendidik:
(1) Nilai Tempat dan Sistem Desimal.
Untuk merancang pembelajaran yang mendidik dari materi pokok nilai tempat
dan sistem desimal, perhatikan dialog antara guru dan peserta didik dalam
penelitian yang telah dilakukan oleh Fitz Simons (1992:79). (Apakah dialog guru
dan siswa tidak sebaiknya langsung dalam terjemahan bahasa Indonesia agar
lebih efisien?)
Guru : What is 10 to the power of 3? (berapa hasil dari 10 berpangkat
3)
Peserta didik : 1000
Guru : And 10 to the power of 2? (dan berapa hasil dari 10 berpangkat
2)
Peserta didik : 100.
Guru : So 10 to the power of 1 must be?(jadi hasil 10 berpangkat 1
adalah)

Belajar dan Pembelajaran 3-107


Peserta didik : 10
Peserta didik : What is 10 to the power of 0? (berapa hasil dari 10 berpangkat 0)
Guru : Let's find what is 10 to the power of 0? What's happen?
You know that the power of 10 decreases one by one do you?
What's happen in case of 100…?
(Mari kita kerjakan hasil 10 berpangkat 0? Apa yang terjadi?
Anda tahu bahwa pangkat dari 10 bertambah satu demi satu
kan? Apa yang akan terjadi jika 10 berpangkat 0?)
Peserta didik : Most of the children did not give responds.(kebanyakan peserta
didik tidak merespon)
Guru : The noughts keep getting crossed off. What does that mean?
When the noughts keep getting crossed off?
What are we really doing?
(Kesia-siaan telah terjadi. Apa artinya itu? Kapankah kesia-siaan
terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi?)
Peserta didik : We are taking a short cut. (kami telah mengambil jalan pintas)
Guru : We are taking a short cut. (kita yang telah mengambil jalan
pintas)
Peserta didik : We are dividing by ten (kita sedang melakukan pembagian
dengan 10)
Guru : So what is 10 to the power by 0? (jadi, apa artinya 10 berpangkat
0)
Peserta didik : One.(satu)
Guru : OK. What is 10 to the power of -1? (Ok, kalau 10 berpangkat -
1?)
Peserta didik : Is it -1? No…, it can't because the left-hand side is 01. It must be
point one. Every one seems to be happy when someone say 0.1
or 1/10".
(Apakah ada -1? Tidak…, ini tidak mungkin karena bagian kiri
adalah 01. Ini tentu bernilai satu. Tiap orang tampaknya senang
apabila seseorang mengatakan nolkoma satu atau satu dibagi 10)

3-108 Unit 3
Kegiatan pembelajaran dengan materi pokok di atas (nilai tempat sistem desimal)
merupakan proses pembelajaran yang mendidik, karena guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya dalam pemecahan masalah
bilangan berpangkat, dan memberi kesempatan untuk mengambil keputusan tentang
sesuatu hal yang terjadi.
(2) Menghitung Nilai Rata-Rata.
Contoh lain yang dapat dikembangkan oleh guru adalah menentukan rata-rata
hitung. Perhatikan langkah-langkah pembelajarannya.
(a) Siapkan beberapa menara blok yang tingginya berbeda-beda sebagai benda
kongkrit bagi peserta didik. Misalnya pada gambar berikut ini.

(b) Minta peserta didik untuk memotong beberapa menara blok yang lebih tinggi
sesuai dengan keinginannya.
(c) Tempelkan potongan menara blok yang tertinggi kepada menara blok yang
terpendek. Selanjutnya, potong sebagian menara blok yang lebih tinggi dan
letakkan atau tempelkan pada menara blok yang kurang tinggi. Lakukan hal
ini seterusnya hingga semua menara blok adalah sama tingginya. Tinggi
menara blok tersebut yang sudah rata disebut rata-rata tingggi. Hasilnya
seperti berikut.

(4) Ulangi kegiatan di atas, dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu setiap menara
blok dipotong atau dipisahkan secara vertikal. Hal ini dilakukan secara
berturut-turut. Selanjutnya, susun hasil potongan dengan cara melintang

Belajar dan Pembelajaran 3-109


(horizontal), yaitu melengketkan pada kertas atau buku matematika peserta
didik, sehingga hasilnya seperti berikut ini.

Setelah hal ini dilakukan oleh peserta didik, ajak mereka untuk berpikir
bagaimana jika menara blok tersebut dibagi oleh lima orang anak sama banyak? Dari
sini peserta didik diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri tentang konsep
pembagian, yaitu 25/5 = 5. Dengan demikian, rata-rata tinggi menara blok tersebut
adalah 5.
Dengan pendekatan seperti di atas, pada akhirnya peserta didik dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui aktivitas yang dilakukan. Dengan
kata lain, tanpa mereka diajar secara paksa, peserta didik akan memahami sendiri apa
yang mereka lakukan dan pelajari melalui pengalamannya.
Contoh 2.
Mata Pelajaran : Matematika SD/MI
Kelas : IV
Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi
hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
(kutipan dari Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006)
Kompetensi Dasar : (3) Memahami penerapan konsep, sifat, dan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pokok : (1) Generalisasi bilangan dengan menggunakan gambar
kotak.
Contoh Rancangan Pembelajaran Yang Mendidik:
Kegiatan peserta didik: (a) Memperhatikan Gambar 1 kotak segi empat, menghitung
jumlah kotaknya, dan menjelaskan bagaimana cara
menghitung jumlah kotak tersebut.
(b) Menghitung jumlah kotak segi empat yang terdapat
dalam Gambar 2 dan Gambar 3.
(c) Membuat gambar dengan jumlah kotak 5 x 5 dan 10 x
10.

3-110 Unit 3
(d) Memperhatikan apakah terdapat kesamaan pola untuk
bilangan segi empat yang terkandung dalam Gambar 1,
2, dan 3.
(e) Menjelaskan apakah yang menjadi alasan masing-masing
peserta didik menentukan kesamaan atau ketidak samaan
pola untuk bilangan segi empat yang terkandung dalam
Gambar 1, 2, dan 3.
(f) Mendiskusikan dengan teman sebangku bagaimana cara
membuktikan kebenaran penjelasan alasan yang
dikemukakan masing-masing dalam menentukan
kesamaan atau ketidak samaan pola untuk bilangan segi
empat yang terkandung dalam Gambar 1, 2, dan 3.

Gambar 1

Gambar 2
Gambar 3

Panduan untuk guru : (1) Dalam pelaksanaan kegiatan nomor (a) sampai dengan
nomor (c), peserta didik diberi kesempatan untuk
mengerjakan secara bersama-sama.
(2) Apabila peserta didik mengalami kesulitan
menyelesaikan kegiatan nomor (c) sampai dengan
nomor (f), guru dapat membantu dengan cara memberi
contoh penyelesaiannya.
(3) Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan
penguatan (reinforcement) misalnya berupa pujian bagi
peserta didik yang cepat menyelesaiakn kegiatannya.

Setelah mempelajari bahan ajar pada Subunit 3.2 di atas, Anda diminta
mengerjakan soal-soal latihan dengan membaca secara teliti terlebih dahulu kasus
yang tertera dalam kotak berikut ini.

Belajar dan Pembelajaran 3-111


Pagi itu, Ibu Sri guru kelas 4 SD Inpres 1 Kaliurang yang terletak di lereng
gunung Merapi berangkat naik sepeda motor ke sekolah dengan membonceng
anaknya yang duduk di kelas 3. Jam di arloji Ibu Sri sudah menunjukkan pukul
07.00 wib (Waktu Indonesia Bagian Barat), padahal jarak antara rumah Ibu Sri
dengan sekolah +6 km.
Setibanya di sekolah, peserta didik sudah berada di ruang kelas karena jam
sekolah dimulai tepat pukul 07.00 wib. Setelah mengantar anaknya ke ruang kelas 3,
Ibu Sri segera memasuki ruang kelas 4 dengan disambut ucapan ”Selamat pagi Bu!”
oleh semua peserta didik secara serempak dalam keadaan berdiri dipimpin ketua
kelasnya. Dengan suara datar Ibu Sri berkata, ”Ok, duduk dan keluarkan buku PR
Matematika.”
Semua peserta didik serempak duduk sambil mengambil buku tulis PR
Matematika dan membukanya di atas meja. Ibu Sri bertanya, ”Siapa yang tidak
mengerjakan PR silahkan berdiri di depan kelas.” Peserta didik saling berbisik satu
sama lain sambil mendudukkan kepala. Ibu Sri berkata lagi dengan suara yang agak
keras, ”Baik, kalau semua mengerjakan PR saya akan periksa, tetapi kalau ternyata
ada yang tidak mengerjakan, awas ya, saya akan suruh keluar dan tidak boleh ikut
pelajaran hari ini.”
Peserta didik diam semuanya, dan tidak seorang pun yang berani bergerak atau
saling berbisik. Ibu Sri berjalan berkeliling sambil memeriksa buku peserta didik
satu per satu. Pada meja peserta didik yang kelima, Ibu Sri menemuka PR yang
dikerjakannya hanya 2 nomor dari 5 nomor PR. Ibu Sri langsung membentak,
”Mengapa kamu hanya mengerjakan 2 nomor PR, dasar anak malas ... bodoh ...
dan nakal. Kamu berdiri dan kerjakan PR nomor 3 sampai dengan nomor 5 di
papan tulis.” Peserta didik bersangkutan langsung berdiri dan menuju ke papan tulis
akan tetapi tidak dapat mengerjakan PR tersebut. Ibu Sri dengan segera menyuruh
peserta didik tersebut berdiri dengan satu kaki sambil memegang kedua belah
telinganya.
Ibu Sri langsung menghentikan kegiatan pembelajaran membahas pengerjaan PR
Matematika, dan selanjutnya menjelaskan materi pembelajaran berikutnya.

Pertanyaan
1. Apakah Ibu Sri mengelola pembelajaran mengikuti langkah-langkah tertentu?
Jelaskan jawaban Anda!
2. Ditinjau dari prinsip penyusunan silabus mata pelajaran, apakah Ibu Sri
mengikuti prinsip tersebut dalam pembelajaran yang dikelolanya pagi itu?
Jelaskan jawaban Anda!
3. Ditinjau dari teori belajar Skinner, prinsip pembelajaran apakah yang
diterapkan Ibu Sri terhadap peserta didik yang tidak mengerjakan PR
Matematika? Jelaskan jawaban Anda!

3-112 Unit 3
Rambu-Rambu Jawaban Soal Latihan
1. Ibu Sri mengelola pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip tertentu, yaitu (a)
menyuruh peserta didik menyiapkan di atas meja buku pekerjaan PR
Matematika, (b) menanyakan siapa peserta didik yang tidak mengerjakan PR
Matematika, (c) memeriksa buku pekerjaan PR Matematika satu per satu, dan
(d) menghukum seorang peserta didik yang hanya mengerjakan dua nomor
PR Matematika, serta (e) melanjutkan pembelajaran dengan materi baru.
Prinsip-prinsip yang ditempuh Ibu Sri ini bukanlah prinsip pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya, karena saat itu Ibu Sri sudah terlambat masuk
kelas dan tanpa membicarakan pekerjaan PR Matematika langsung
melanjutkan pembelajaran dengan materi yang baru.
2. Ditinjau dari prinsip penyusunan silabus mata pelajaran, Ibu Sri tidak
mengikuti prinsip tersebut dalam pembelajaran yang dikelolanya pagi itu.
Pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan Ibu Sri antara lain (a) tidak
memiliki dasar keilmuan dalam pendidikan dan pembelajaran karena di
dalam diri Ibu Sri terkandung muatan emosi sehingga pembelajaran
berlangsung tanpa terencana dengan baik, (b) tidak relevan, karena Ibu Sri
hanya menyuruh peserta didik menyiapkan buku PR Matematika di atas meja
dan tidak membahasnya bersama peserta didik bagaimana hasil pekerjaan
peserta didik, (c) tidak sistematis, karena Ibu Sri hanya memeriksa buku
peserta didik sampai pada orang yang kelima, kemudian langsung
menghentikan pembelajaran yang berkaitan dengan PR Matematika dan
langsung melanjutkan pembelajaran dengan materi yang baru, (d) tidak
konsisten, karena peserta didik yang dihukum mengerjakan soal PR
Matematika di papan tulis langsung dihukum berdiri terus di depan kelas
dengan satu kaki sambil memegang ke dua belah daun telinganya.
3. Ditinjau dari teori belajar Skinner, prinsip pembelajaran yang diterapkan Ibu
Sri terhadap peserta didik yang tidak mengerjakan PR Matematika ada
kemungkinan menggunakan prinsip penguatan negatif (negative
einforcement), akan tetapi penerapannya tidak mendidik. Peserta didik tanpa
diberi penjelasan mengapa ia dihukum dengan mengerjakan PR Matematika
di papan tulis dan berdiri satu kaki di depan kelas sambil memegang kedua
belah daun telinganya.

Belajar dan Pembelajaran 3-113


Rangkuman Unit 3
LANGKAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK

Pembelajaran yang mendidik merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh


seorang guru sebagai implikasi pedagogik dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Perencanaan ini perlu dilakukan karena merupakan kegiatan menetapkan hal-hal yang
harus dilakukan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Perencanaan
pembelajaran yang mendidik perlu mengikuti prosedur yang tepat agar rencana tersebut
sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai dengan teori belajar dan pembelajaran.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dalam pedoman penyusunan KTSP
mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan silabus mata
pelajaran adalah (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2)
mengidentifikasi materi pokok pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan
pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) menetapkan jenis
penilaian berdasarkan indikator pencapaian kompetensi, (6) menentukan alokasi waktu
tiap kegiatan pembelajaran, dan (7) menentukan sumber belajar. Ketujuh langkah
perencanaan pembelajaran yang mendidik tersebut merupakan satu kesatuan yang diikat
oleh hasil kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam
tiap mata pelajaran.

PENGALAMAN
BELAJAR
SUMBER MATERI POKOK
BELAJAR PEMBELAJARAN

PENGALAMAN BELAJAR

KAJIAN
ALOKASI STANDAR KEGIATAN
WAKTU KOMPETENSI DAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI
DASAR

JENIS INDIKATOR
PENILAIAN PENCAPAIAN
KOMPETENSI

3-114 Unit 3
Tes Formatif Unit 3
1. Jelaskan standar yang menjadi acuan dalam menyusun langkah perencanaan
pembelajaran yang mendidik!
2. Jelaskan langkah pertama perencanaan pembelajaran yang mendidik yang
mendidik!
3. Jelaskan alasan mengapa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik!
4. Jelaskan aturan tentan Standar Isi yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor
22 Tahun 2006!
5. Prinsip utama apakah yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yang
mendidik? Jelaskan jawaban Anda!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah mengerjakan Tes Formatif Unit 3, bandingkanlah
jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir unit
ini. Jika dapat menjawab dengan benar minimal 80% pertanyaan
dalam tes formatif tersebut, maka Anda dinyatakan berhasil dengan
baik. Selamat untuk Anda, silakan Anda mempelajari unit berikutnya.
Sebaliknya, bila jawaban yang benar kurang dari 80%, silakan
pelajari kembali uraian yang terdapat dalam unit sebelumnya,
terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

Belajar dan Pembelajaran 3-115


Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif
1. Standar yang menjadi acuan dalam merencanakan proses pembelajaran yang
mendidik adalah tujuan pendidikan nasional seperti termaktub dalam perundang-
undangan dan peraturan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional.
2. Seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah diarahkan untuk kepentingan peserta
didik dalam menguasai berbagai keterampilan hidup yang dibutuhkannya kelak.
Pembelajaran di sekolah tidak diarahkan hanya untuk penguasaan materi
pembelajaran oleh peserta didik melainkan ditujukan untuk pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
3. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dimaksudkan bahwa peserta didik
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Artinya seluruh proses
pembelajaran ditujukan untuk pencapaian kompetensi oleh peserta didik, bukan
hanya sebagai pelaksanaan tugas guru sesuai dengan tanggung jawabnya.
4. Standar isi yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 memuat
aturan tentang struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah,
terutama yang berkaitan dengan lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal yang harus dikuasai peserta didik disertai sejumlah acuan tentang beban
belajar peserta didik dan kalender pendidikan.
5. Pembelajaran yang mendidik dilaksanakan berdasarkan prinsip berpusat pada
peserta didik dan dilaksanakan secara ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,
memadai, aktual, kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.

3-116 Unit 3
Daftar Pustaka

Bourne, Lyle E. Jr. & Ekstrand, Bruce R. 1973. Psychology: Its Principles and
Meanings. Hinsdale, Illinois: The Dryden Press

Diknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Diknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti

Diknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006


tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: http://www.diknas.go.id/

Diknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006


tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: http://www.diknas.go.id/

Diknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006


tentang Pelaksanaan Permen Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permen 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lilusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: http://www.diknas.go.id/

Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Boston:


Allyn and Bacon

Belajar dan Pembelajaran 3-117


Glosarium
Kompetensi= seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.

Potensi= kemampuan yang dimiliki seseorang baik secara phisik mapun secara
psikis.

Silabus= rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema


tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

3-118 Unit 3

Anda mungkin juga menyukai