OLEH
TOTOK NUGROHO
UPT-PSTKP BALI
DEPUTI TIEML
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2002
2
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
TOTOK NUGROHO
UPT-PSTKP BALI
DEPUTI TIEML
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2002
Mengetahui
Ka. UPT-PSTKP Bali
2
KATA PENGANTAR
Porselin merupakan salah satu jenis bodi keramik selain stoneware dan earthenware
yang telah banyak dikenal. Porselin pertama kali dikembangkan di daratan Cina.
Penampakan bodi yang putih, translusen dan tipis serta memiliki kekuatan mekanis yang
tinggi merupakan keunggulan dari bodi keramik jenis porselin. Namun demikian untuk
mendapatkan hasil tersebut diperlukan suhu pembakaran yang tinggi yaitu 1300oC.
Pemanfaatan Ball Clay Sambas sebagai bahan baku untuk pembuatan keramik jenis
porselin telah banyak dikembangkan oleh perajin keramik di sentra industri keramik di
Singkawang, Kalimantan Barat. Deposit yang cukup besar juga telah dieksplorasi oleh
salah perusahaan pertambangan mineral yang bernama WBB Clayindo dengan lokasi
pertambangan terletak di daerah Capkala 60 km kota Singkawang.
Uji coba penerapan bodi porselin akan dilakukan di UPT-PSTKP Bali dengan
memanfaatkan Ball Clay Sambas tersebut. Diharapkan hasil uji coba tersebut nantinya
dapat dimanfaatkan oleh perajin keramik di Bali.
2
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul i
Lembar Pengesahan ii
Abstrak v
I. Pendahuluan 1
II. Metodologi 1
II.1Analisa Kimia 1
II.2Analisa Rasional 1
IV. Pembahasan 9
V. Kesimpulan 10
2
ABSTRAK
Perhitungan komposisi bodi porselin dengan menggunakan Ball Clay Sambas telah
dilakukan berdasarkan kandungan mineral triaksial.
Dalam perhitungan ini Ball Clay Sambas dikombinasikan dengan Kaolin Belitung,
Kuarsa Belitung dan Kuarsa Belitung dan Feldspar Cina. Ball Clay Sambas dan Kaolin
Belitung berfungsi sebagai zat pembentuk plastis, Kuarsa Belitung berfungsi sebagai zat
pengisi sementara Feldspar Cina sebagai zat pelebur.
Hasil penghitungan komposisi menunjukkan bahwa Ball Clay Sambas dapat
dipergunakan dalam membuat komposisi bodi porselin dengan berbasis produk Porselin
Minoyaki.
2
1. PENDAHULUAN
Porselin didefinsikan sebagai produk keramik yang badannya dibakar rapat pada
suhu diatas 1.300 – 1400oC peresapan air tidak lebih dari 0,1%, berglasir dan bila tipis
tembus cahaya (definisi berdasarkan SII 1143 – 84 tentang Alat Minum The Atau Kopi
Keramik Rumah Tangga Jenis Semi Porselin Dan Porselin). Sedangkan Semi Porselin
didefinisikan sebagai jenis barang keramik yang badannya dibakar rapat pada suhu
sampai 1300oC, peresapan air tidak lebih dari 2,0% berglasir dan tidak tembus cahaya.
Untuk membuat produk porselin dibutuhkan bahan-bahan dengan kandungan
oksida besi yang sangat minim (di bawah 1%) serta kandungan alumina dan silika yang
cukup besar, sebab produk porselin memerlukan panas tinggi untuk pembakarannya.
Pada perhitungan ini menggunakan bahan utama Ball Clay Sambas, Felspar Cina,
Kaolin Belitung dan Kuarsa Belitung. Keempat bahan tersebut penampakan visualnya
putih kecuali Ball Clay Sambas yang abu-abu dan kandungan oksida besinya dibawah 1%
serta alumina dan kuarsa yang cukup tinggi. Kuarsa dan alumina mempunyai sifat titik
lebur yang tinggi sedangkan feldspar berfungsi sebagai pelebur atau penurun suhu
kematangan.
Ball Clay Sambas yang diuji coba dalam penyusunan komposisi ini diperkirakan
dari Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat terdapat sentra kerajinan keramik yang
cukup besar yang berlokasi di Singkawang dengan produk keramik yang berciri khas
menyerupai produk keramik dari Cina.
Produk yang dijadikan acuan dalam penyusunan ini adalah produk porselin
Minoyaki, sebuah produk yang berasal dari Propinsi Gifu Jepang. Adapun komposisi
bahan bakunya adalah : Pottery Stone 10%, Soukei 50%, Kaolin 35% dan Lempung
Gairome 5% yang dibakar pada suhu 1350oC dengan atmosfer pembakaran reduksi. Sifat-
sifat mekanisnya : susut total 13.5%, peresapan air 0% dan kuat lentur 790 kgf/cm2.
Hasil dari perhitungan komposisi ini diharapkan dapat diperoleh komposisi bodi
yang standar dan dapat dipertahankan kosistensi mutunya.
2. METODOLOGI
Analisa Kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Metode Fluoresensi Sinar-X dan metode Basah (Konvensional). Adapun hasil yang
diperoleh dari analisa kimia ini adalah oksida-oksida kimia yang ada dalam bahan
tersebut seperti : Al2O3, SiO2, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, Na2O, K2O serta Hilang Pijar.
Hasil yang diperoleh dalam bentuk persentase berat.
2
Analisa rasional dilakukan untuk menentukan jumlah kandungan mineral yang ada.
Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode pendekatan. Analisa ini
didasarkan pada komposisi kimia bahan yang diubah ke mineral yang paling mungkin di
dalam bahan tersebut. Persentase oksida-oksida kimia yang diperoleh dari analisa kimia
diubah ke ekivalen molekulnya dengan cara membagi persen oksida dengan berat
molekulnya. Kemudian ekivalen molekul mineral-mineral dihitung berdasarkan ekivalen
molekul oksida-oksida. Adapun urutan perhitungan analisa rasional berdasarkan ekivalen
molekul adalah sebagai berikut :
a. Dari ekivalen molekul potash, soda atau lime, dihitung ekivalen molekul alumina dan
silika yang diperlukan di dalam suatu feldspar berupa ortoklas, albit atau anortit.
b. Sisa alumina dari perhitungan digunakan untuk menghitung ekivalen kaolinit.
c. Sisa silika dipertimbangkan sebagai kuarsa.
d. Besi (III) oksida dihitung sebagai limonit (2Fe2O3.3H2O) kecuali jika dinyatakan
harus berada dalam bentuk lain, atau sebagai besi (III) oksida bebas.
e. Air sisa dari kaolinit dan limonit dipertimbangkan sebagai kelembaban.
f. Jika jumlah CO2 diketahui dihitung sebagai kalsit (CaCO3).
g. MgO dirumuskan sebagai serpentin kecuali jika diketahui dianggap sebagai
Magnesium Karbonat.
h. TiO2 umumnya dihitung sebagai Ilmenit. Kelebihan TiO2 dihitung sebagai Rutil.
Bahan Baku SiO2 Al2O3 CaO MgO Fe2O3 Na2O K2O TiO2 HP
Ball Clay Sambas 53.28 30.91 0.75 0.54 0.48 0.20 0.27 0.33 13.25
Kaolin Belitung 47.14 35.47 0.44 0.26 0.19 1.18 0.26 0.26 13.13
Kuarsa Belitung 99.50 0.27 0.15 - - - - - -
Feldspar Cina 67.68 16.82 0.39 1.21 0.39 4.72 7.48 - -
Porselin Minoyaki 72.84 17.73 0.21 0.29 0.87 0.62 1.73 0.27 5.44
2
3.2 Analisa Rasional
3.2.1 Feldspar Cina
Mol Ekivalen :
SiO2 = 67.68 : 60.1 = 1.126
Al2O3 = 16.82 : 102 = 0.165
CaO = 0.75 : 56.1 = 0.013
MgO = 1.21 : 40.3 = 0.03
Fe2O3 = 0.39 : 159.7 = 0.0024
Na2O = 4.72 : 62 = 0.076
K2O = 7.48 : 94.2 = 0.079
Eq BM Persen Berat
Feldspar = 87.2%
Clay Substance = 2.78%
Kuarsa = 8.79%
2
Dengan pertimbangan :
1. Fe2O3 masuk dalam kandungan clay substance
2. TiO2 masuk dalam kuarsa
3. Serpentin masuk dalam Feldspar
3.2.2 Ball Clay Sambas
Mol Ekivalen :
SiO2 = 53.28 : 60.1 = 0.886
Al2O3 = 30.91 : 102 = 0.303
CaO = 0.75 : 56.1 = 0.013
MgO = 0.54 : 40.3 = 0.013
Fe2O3 = 0.48 : 159.7 = 0.003
Na2O = 0.20 : 62 = 0.003
K2O = 0.27 : 94.2 = 0.003
TiO2 = 0.33 : 79.9 = 0.004
HP = 13.25 : 18 = 0.736
2
= 109.69 100
Mineral Triaksial
Feldspar = 9.57 %
Clay Substance = 76.61%
Kuarsa = 13.82%
Dengan pertimbangan :
1. Fe2O3 masuk dalam kandungan clay substance
2. TiO2 masuk dalam kuarsa
3. Serpentin masuk dalam Feldspar
2
Eq BM Persen Berat
Feldspar = 8.7%
Clay Substance = 88.58%
Kuarsa = 1.05%
Dengan pertimbangan :
1. Fe2O3 masuk dalam kandungan clay substance
2. TiO2 masuk dalam kuarsa
3. Serpentin masuk dalam Feldspar
3.2.4 Kuarsa Belitung
Mol Ekivalen :
SiO2 = 99.50 : 60.1 = 1.655
Al2O3 = 0.27 : 102 = 0.003
Fe2O3 = 0.15: 159.7 = 0.001
Analisa Rasional
Eq BM Persen Berat
2
Mineral Triaksial
Feldspar =-
Clay Substance = 0.16%
Kuarsa = 99.11%
Dengan pertimbangan :
1. Fe2O3 masuk dalam kandungan clay substance
2
Eq BM Persen Berat
Feldspar = 37.44%
Clay Substance = 35.22%
Kuarsa = 27.41%
Dengan pertimbangan :
1. Fe2O3 masuk dalam kandungan clay substance
2. TiO2 masuk dalam kuarsa
3. Serpentin masuk dalam Feldspar
Bahan Baku CS Fd Qz
Ball Clay Sambas 76.61 9.57 13.82
Feldspar Cina 2.78 87.2 8.79
Kaolin Belitung 88.58 8.7 1.05
Kuarsa Belitung 0.16 - 99.11
CS Fd Qz
Porselin Minoyaki 35.22 37.44 27.41
17.61 2.2 3.17
Ball Clay Sambas = (100:76.61) x 17.61 = 17.61 35.24 24.24
22.99 17.61 1.73 0.21
Kaolin Belitung = (100:88.58) x 17.61 = - 33.51 24.03
19.88 1.07 33.51 3.38
Feldspar Cina = (100 : 87.2) x 33.51 = -1.07 - 20.65
38.43 0.03 - 20.65
Kuarsa Belitung = (100 : 99.11) x 20.65 = -1.1 - -
20.84 Error - -
2
Sehingga dapat disimpulkan Susunan Bahan Bakunya :
Dengan metode lain dan jumlah bahan yang sama dapat dihitung pula komposisi tersebut
seperti di bawah ini :
CS Fd Qz
35.22 37.44 27.41
Dengan mempertimbangkan :
1. Ball Clay Sambas dan Kaolin Belitung sebagai bahan plastis yang berfungsi untuk
workability (kemampuan untuk dibentuk), maka jumlah Clay Substance perlu
dibagi dua untuk kedua bahan tersebut.
2. Kandungan clay substance pada Felspar Cina dan Kuarsa Belitung dalam
perhitungan ini diabaikan karena kedua bahan tersebut bukan merupakan bahan
plastis.
Jumlah Feldspar dalam dua bahan tersebut adalah : 4.81 + 1.74 = 6.55
Maka Feldspar Cina yang dibutuhkan adalah :
(37.44 – 6.55)(100 / 87.2) = 35.42
Namun di dalam Feldspar Cina terdapat Kuarsa sebesar : 35.42 x (8.79 / 100) = 3.11
Jumlah Kuarsa dalam kedua Clay Substance dan dalam Feldspar Cina adalah : 0.42 +
0.21 + 3.11 = 3.74
Maka Kuarsa Belitung yang kita butuhkan adalah : (27.41 – 3.74) x (100 / 99.11) = 23.88
Sehingga susunan komposisi yang diperoleh adalah :
2
Kuarsa Belitung 23.88 + 23.37 %+
Jumlah 102.15 99.98 %
4. PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN
Dari uji coba penyusunan komposisi tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Penyusunan komposisi bodi keramik harus diawali dengan analisa kimia
dari bahan mentah yang akan digunakan. Hasil analisa kimia digunakan untuk analisa
rasional dengan metode pendekatan untuk menentukan kandungan mineral triaksial.
b. Dari perhitungan komposisi bodi keramik jenis porselin keras dengan
menggunakan Ball Clay Sambas dengan 2 metode diperoleh hasil yang hampir sama
(dengan selisih 1-2%) kecuali komposisi Kuarsa Belitung yang disebabkan oleh
bahan-bahan pengotor yang ada dalam bahan tersebut dan pengabaian kandungan
mineral lempung pada bahan Feldspar.
DAFTAR PUSTAKA
2
2