1
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
2
Balai Besar Industri Keramik
ABSTRAK
Pariwisata merupakan sektor pembangunan yang memberikan kontribusi terbesar bagi pemasukan
daerah Bali. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat baik bagi pengembangan industri kecil dan menengah.
Salah satu industri yang mendapat pengaruh positif itu adalah industri kerajinan keramik yang terus
berkembang.
Keberadaan keramik Bali sudah ada sejak jaman purbakala, namun kontribusi yang diberikan bagi
pemasukan nilai ekspor kerajinan Bali masih sangat kecil. Sebagian besar industri keramik tersebut
mendatangkan bahan baku dari luar Bali. Sehingga ketergantungan akan bahan baku dari luar Pulau Bali
masih sangat besar. Hal ini mengakibatkan biaya produksi menjadi semakin besar dan jika muncul
permasalahan tentang komposisi tanah liat maka akan sulit untuk dipecahkan.
Untuk itu perlu dilaksanakan penelitian dan penerapan tanah liat Bali sebagai alternatif di dalam
memanfaatkan kandungan lokal yang ada.
Telah dilaksanakan analisa kimia dengan metode konvensional (secara basah) serta didukung pula
dengan analisa mineral terhadap beberapa tanah liat Bali yang meliputi : tanah liat Desa Pocong-Tabanan,
Desa Ubung Kaja-Denpasar, Desa Nyitdah-Tabanan dan juga uji coba penerapan bodi keramik pada ketiga
tanah liat tersebut.
Hasil menunjukkan ketiga tanah liat tersebut dapat diterapkan sebagai bahan baku keramik jenis
gerabah dilihat dari kandungan oksida kimianya.
ABSTRACT
Tourism is one of the development sectors that give largest contribution for Bali income. This case gives
very good influence for development of medium and small-scale industries. One of the industries, which are
getting good influence, is ceramic craft industries that keep on develop.
The existence of Balinese ceramics has already existed since olden times, though the contribution of
Balinese craft export value still small. Most of those ceramics industries imported ceramics raw material from
outside Bali. Thus the dependency of ceramic raw material from outside Bali still big. This case resulted in
increasing of production cost and if clay composition problem happened it would difficult to solve.
In order to use local content, research and application of some Balinese clays had been conducted.
Chemical analyzes using conventional method (wet method) also supported by mineral analyzes and test
piece ceramics body application for some Balinese clay had been conducted covering clay from Pocong Village-
Tabanan, Ubung Kaja Village-Denpasar and Nyitdah Village-Tabanan.
The result showed those three clays can be applied as a raw material earthenware type from chemical
oxides content.
1. PENDAHULUAN
Bali merupakan daerah tujuan wisatawan dengan berbagai potensi yang dimilikinya seperti : budaya, seni,
keindahan alam, keramahan penduduk, alokasi dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan.
Dampak yang diperoleh dengan makin meningkatnya perkembangan daerah wisata di Bali dengan pesat yaitu
ditandai dengan siklus kegiatan perekonomian di Bali. Meskipun dilanda badai krisis ternyata tidak menurunkan
minat seseorang untuk melakukan perjalanan wisata ke Bali. Salah satunya adalah peningkatan industri kerajinan
yang diwujudkan dalam benda-benda souvenir sebagai kenang-kenangan pada saat mengunjungi Bali. Di antara
industri kerajinan yang terus berkembang adalah industri kerajinan keramik.
Sejalan dengan perkembangan industri pariwisata, industri kerajinan keramik Bali masih menjumpai
kendala di dalam penyediaan bahan baku produksinya. Sebagian besar bahan baku yang digunakan masih
mendatangkan dari luar Bali. Dengan makin meningkatnya permintaan barang-barang cinderamata maka
kebutuhan akan bahan baku terus meningkat, sehingga ketergantungan bahan dari luar Pulau Bali semakin besar.
Pengaruh dari ketergantungan tersebut menyebabkan :
1. Biaya produksi keramik di Bali menjadi lebih besar, sehingga harga produknya menjadi lebih mahal
dibandingkan daerah lain di Indonesia.
2. Jika terjadi permasalahan yang berkaitan dengan komposisi massa tanah yang dibeli, maka masalah
tersebut menjadi tidak dapat dipecahkan
Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan penelitian yang memanfaatkan bahan galian yang ada di Pulau Bali
guna mengurangi ketergantungan bahan dari luar Bali.
Bahan utama di dalam proses pembuatan keramik adalah tanah liat (clay). Untuk itu telah dilakukan
analisa kimia dengan metode basah sesuai dengan Standar Industri Indonesia No.0454-81 tentang “Cara Uji
Kimia Untuk Lempung dan Felspar Metode Basah” untuk tanah liat dari Desa Pacung-Tabanan, Desa Ubung
Kaja-Denpasar, Desa Nyitdah-Tabanan yang diperkuat dengan analisa mineral dan juga uji coba penerapan bodi
keramik pada ketiga tanah liat tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi geologi Indonesia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu Indonesia Bagian
Barat, Indonesia Bagian Timur, daerah jalur gunung api. Geologi di Indonesia bagian barat yaitu Sumatera,
Jawa dan Kalimantan bagian barat merupakan bagian dari paparan Sunda yang dibangun oleh batuan plutonik
yang bersifat asam, seperti granit dan rhyolit. Geologi Indonesia bagian timur yang mencakup Kalimantan
bagian timur dan Sulawesi merupakan daerah transisi akibat benturan lempeng Asia dan lempeng Pasifik
(Sukandar Asikin, 1976).
Batuan yang terdapat didaerah ini umumnya berupa batuan basa hingga ultra basa dan metamorf.
Sedangkan daerah jalur gunung api berada sejajar dengan zona penunjaman lempeng Australia – Samudera
Hindia yang memanjang dari Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa dan membelok ke utara melalui Sulawesi karena
aktifitas gunung api yang masih intensif, geologi di jalur ini umumnya didominsi oleh batuan vulkanik. Sehingga
batuan tersebut banyak mengandung mineral mafic. Hal mengakibatkan sebagian besar tanah di Bali berwarna
merah kecoklatan atau warna gelap, karena kadar komponen oksida besi (Fe 2O3) relatif tinggi. Tanah liat yang
mengandung oksida besi antara 9-10% bilamana dibakar akan berwarna merah (Hermann Salmang, 1961).
Lokasi daerah yang diteliti adalah di Banjar Bangah, Desa Pacung, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan, Propinsi Bali yang berjarak 40 km dengan jalan kelas III, 2 km dengan jalan kelas IV dan 0,04 km
dengan jalan setapak dari ibukota propinsi Denpasar.
Ketebalan top soil mencapai 10 meter. Jenis batuan yang ada berupa liparit yang merupakan produk
vulkanik kwarter. Morfologi daerah setempat adalah berbukit sedang. Kedalaman air tanah 1 meter dan
terdapat banyak sungai. Proses pembentukannya merupakan hasil pelapukan dari batuan liparit lapuk yang
berasal dari gunung Pohen. Terdapat lensa-lensa dengan ketebalan 1-4 m. Pada bagian bawah menutupi bagian
tufa. Pada bagian atas ditutupi soil dari pelapukan batuan vulkanik. Diperkirakan umur geologinya adalah
subrecent. Dengan jumlah cadangan 35.000 m3. Penelitian di lapangan dilaksanakan selama 1 hari.
2.1.2 Desa Ubung Kaja Kota Denpasar
Lokasi daerah yang diteliti adalah di Banjar Binoh Kaja, Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denapasar Barat,
Kota Denpasar. Ketebalan top soil mencapai 1 meter. Jenis batuan yang ada berupa breksi vulkanik. Morfologi
daerah setempat adalah dataran. Kedalaman air tanah cukup dalam. Proses pembentukannya merupakan hasil
pelapukan dan pada umumnya merupakan soil, yang berasal dari batuan, batuan lahar (vulkanik) Gunung Bratan
dan Gunung Batur. Bagian yang lapuk umumnya belum begitu dalam 2 – 16 m. Diperkirakan umur geologinya
adalah kwarter. Dengan jumlah cadangan cukup.
Lokasi daerah yang diteliti adalah di Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Propinsi
Bali yang berjarak 15 km dari ibukota propinsi Denpasar dengan melewati jalan kelas II.
Ketebalan top soil mencapai 1 meter. Jenis batuan yang ada berupa tuff. Morfologi daerah setempat
adalah berbukit sedang. Proses pembentukannya merupakan hasil pelapukan dan pada umumnya merupakan soil
yang berasal dari batuan lahar (vulkanik) Gunung Bratan dan Gunung Batur. Bagian yang lapuk umumnya
belum begitu dalam 2-16 meter. Diperkirakan umur geologinya adalah kwarter. Dengan jumlah cadangan besar.
Penelitian di lapangan dilaksanakan selama 1 hari.
3. METODA PENELITIAN
Adapun metoda analisa kimia yang digunakan untuk meneliti tanah liat Bali tersebut analisis secara
kuantitatif dengan metode konvensional (secara basah). Prosedur analisis kimia untuk lempung dilakukan sesuai
dengan Standar Industri Indonesia No. 0454-81 tentang “Cara Uji Kimia Untuk Lempung dan Felspar Metode
Basah”. Adapun kandungan senyawa kimia yang dianalisis adalah sebagai berikut :
3.1 Kadar Al2O3
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca analitik - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Larutan asam sulfat 10%
- Gelas piala - Larutan asam sulfat (1:1)
- Kertas saring - Larutan asam klorida
- Tanur - Larutan kupferron
- Eksikator
- Corong
Penentuan besarnya kadar Al2O3 dengan menggunakan perhitungan :
Al2 O3
Z Z 0.0025485 10 100%
'
b. Kadar SiO2
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca - Labu ukur - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Buret mikro - Larutan asam sulfat 10%
- Penangas Air - Spektrofotometer - Larutan asam sulfat (1:1)
- Tungku pembakaran - Pengocok - Larutan asam klorida
- Desikator - Kaca Arloji - Larutan kupferron
- Gelas piala - Pipet Ukur
a b
SiO 2 100%
BeratContoh
Dimana :
a = Berat sebelum proses
b = Berat setelah proses
Penimbangan 1,0 g contoh , kemudian dimasukkan ke dalam cawan platina pijarkan pada suhu 1100oC
selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat tetap.
W0 W1
Hilang.Pijar 100%
W0
Wo = Berat contoh dalam gram
W1 = Berat Sisa Pembakaran, dalam gram
4. HASIL PENELITIAN
Hasil analisa kimia dari ketiga tanah liat tersebut seperti terlihat pada Tabel 1 :
5. PEMBAHASAN
Hasil analisa kimia terhadap ketiga lempung tersebut dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah
prosentase kandungan mineral dengan Metode Analisis Rasional. Pengertian Analisis Rsional yaitu dengan cara
mengasumsikan jenis-jenis mineral yang terkandung dalam bahan bersangkutan mempunyai rumus kimia
tertentu, dan jumlah persentase oksida-oksida menurut analisa kimia merupakan komposisi mineral-mineral
tersebut. Persentase masing-masing mineral dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari hasil analisa kimia dapat dievaluasi menurut diagram Avgustinik (seperti terlihat pada gambar 2)
dapat diketahui kegunaan bahan – bahan tersebut.
6. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ketiga tanah liat tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketiga tanah liat tersebut hampir semuanya merupakan bahan campuran yang dapat dikelompokkan
dalam :
a. Kelompok kaolin yang berwarna putih dengan komposisinya haloisit, felspar, silika dan bahan
minor lainnya yaitu : BTR.I/A, BTR I/ CBR dengan jumlah cadangan cukup ( 5 juta m3)
b. Kelompok lempung berwarna coklat/merah, dengan komposisi haloisit/montmorilonit, feldspar dan
silika yaitu : PJT II/T
c. Kelompok feldspar dengan warna coklat/merah dan dengan komposisi feldspar (plagioklas : Albit,
Anortit), kristobalit dan hematit yaitu : PJT I/T
2. Evaluasi cara Avgustinik yang didasarkan atas hasil analisa kimia memberikan :
a. BTR I/A dan BTR I/CBR dimungkinkan untuk dapat dipakai dalam pembuatan ubin lantai, gerabah halus
padat, barang tahan asam.
b. BNK I/AT dan PJT I/T dimungkinkan untuk bahan pembuatan genteng
c. PJT/I dimungkinkan untuk bahan pembuatan bata.
3. Tanah liat yang diteliti menurut fungsinya di dalam badan keramik dapat dikelompokkan :
a. Sebagai bahan pelebur : PJT.I/T
b. Sebagai bahan pengisi/kerangka : BTR.I/A, BTR.I/CBR
DAFTAR PUSTAKA
1. Singer, F., and Sonja, S., “Industrial Ceramics”, Publikasi I, Chapman and Hall, London, 1963.
2. SII.0454-81,”Cara Uji Kimia Untuk Lempung Dan Feldspar Metoda Basah”, Departemen Perindustrian.
3. SII.0654-82,”Kaolin Sebagai Bahan Baku Barang Keramik Halus”, Departemen Perindustrian.
4. SII.1145-84,”Feldspar Untuk Pembuatan Badan Keramik Halus”, Departemen Perindustrian.