1, JUNI 2019
ABSTRACT
Resource estimates are related to the quality of samples in the field. One of sampling bauxite method is a test
pit. However, sufficiently deep deposition conditions become a constraint related to security in retrieval by this
method. Therefore, researchers suspect that bauxite sampling can also be done by drilling with results that are
not much different from making test pits. The aim of this study was to compare bauxite sampling with test pits
and drilling seen from the engineering work, cost efficiency, time and quality of the samples produced. The
research was conducted at PT. Harita Prima Abadi Mineral Ketapang by observing the sampling process and
interviewing workers. It was obtained that the cost of making 1 (one) test pit was Rp. 5,000,000, and the cost of
1 (one) drilling is Rp. 2,000,000, - .The time for making a test pit to minimal 3 workers is 6-8 hours and the
drilling time to minimal 4 workers is 3-4 hours. The quality of bauxite samples from test pit is very good, the
number of samples can be taken as needed. While the quality of drilling samples is CF cannot be calculated and
bauxite samples obtained have a small size and a little amount.
ABSTRAK
Estimasi sumberdaya berhubungan erat dengan kualiatas sampel di lapangan. Salah satu metode pengambilan
sampel bauksit adalah dengan metode pembuatan test pit. Akan tetapi, kondisi endapan yang cukup dalam
menjadi suatu kendala terkait keamanan dalam pengambilan dengan metode tersebut. Oleh karena itu, peneliti
menduga pengambilan sampel bauksit dapat juga dilakukan dengan pengeboran cutting dengan hasil yang tidak
jauh berbeda dengan pembuatan test pit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sampling
bauksit dengan test pit dan pengeboran cutting dilihat dari keteknikan pekerjaan, efisiensi biaya, waktu serta
kualitas sampel yang dihasilkan. Penelitian dilakukan di PT. Harita Prima Abadi Mineral Kabupaten Ketapang
dengan melakukan pengamatan pada proses pengambilan sampel dan wawancara kepada pekerja. Diperoleh
bahwa biaya pembuatan 1 (satu) test pit sebesar Rp. 5.000.000,- dan biaya 1 (satu) pengeboran Rp. 2.000.000,- ,
waktu pembuatan test pit dengan tenaga kerja paling sedikit 3 orang adalah 6-8jam dan waktu pengeboran
dengan tenaga kerja paling sedikit 4 orang adalah 3-4 jam, kualitas sampel bauksit hasil test pit sangat baik,
jumlah sampel bisa diambil sesuai kebutuhan, sedangkan kualitas sampel hasil pengeboran tidak bisa dilakukan
perhitungan nilai CF dan jumlah sempel yang didapat berukuran kecil dan sedikit.
1. PENDAHULUAN
Estimasi jumlah sumberdaya sangatlah penting deskripsi batuan perlapisan bijih bauksit. Akan tetapi
dilakukan karena berhubungan erat dengan profit dan untuk bauksit yang memiliki ketebalan yang cukup
umur penambangan yang akan dilakukan oleh tebal (>3m) dan memiliki OB yang cukup tebal (>2m)
perusahaan tambang. Jika hasil estimasi sumberdaya maka secara teknis pembuatan test pit akan memakan
tidak optimal, maka perhitungan terhadap profit dan waktu yang cukup lama dan biaya yang semakin
umur penambangan menjadi tidak akurat saat mahal, selain itu dari segi keamanan dikhawatirkan
dilakukan perencanaan penambangan. dinding test pit longsor sehingga bisa menimpa
Pekerjaan estimasi sumberdaya berhubungan erat pekerja yang ada di dalam test pit. Bijih bauksit yang
dengan kualiatas sampel di lapangan. Dalam hal ini berupa batuan krikil membuat batuan sukar untuk
sampel bauksit diperoleh dengan metode pembuatan digali menggunakan peralatan sederhana seperti
test pit. Test pit biasanya dibuat dengan ukuran 1,2m cangkul sehingga membuat pekerjaan pembuatan test
x 0,8m dengan kedalaman hingga menembus pit menjadi lama.
perlapisan bijih. Setelah test pit dibuat tahapan Dalam pengambilan sampel bauksit selain
selanjutnya adalah sampling dengan metode chanel menggunakan test pit peneliti menduga bisa juga
sampling, sampel yang di ambil berukuran 20cm x dilakukan dengan metode pengeboran, akan tetapi dari
10cm dengan kedalaman per 1m badan bijih untuk hasil pengeboran sulit dilakukan pendeskripsian
dijadikan 1 sampel yang memiliki berat 32 kg/sampel. perlapisan dan tidak akuratnya dalam pengukuran
Pembuatan test pit selain memudahkan dalam ketebalan OB maupun bijih bauksit. Secara praktis
sampling bauksit juga memudahkan pengukuran pengambilan sampel dengan pengeboran juga harus
ketebalan perlapisan bijih dan memudahkan dalam melakukan pembuatan test pit dibeberapa tempat
p-ISSN: 2302-9579/e-ISSN: 2581-2866 164
JURNAL SIMETRIK VOL.9, NO.1, JUNI 2019
untuk melihat korelasi batuan hasil pengeboran dan tufaan, batu pasir kuarsa, metasedimen. Litologi
perlapisan batuan dengan posisi sebenarnya. Sehingga ini tersebar di sebelah utara diantara formasi Kus
tujuan dari pengambilan sampel untuk mengetahui kemudian di sebelah selatan dari arah barat laut
jumlah sumberdaya dan karakteristik endapan bisa dan tersingkap luas ke tenggara.
tercapai. Dengan metode pengeboran diharapkan
pekerjaan sampling bauksit menjadi cepat dan diduga 2.2 Bauksit
lebih hemat untuk jumlah sampel yang banyak. Bauksit adalah bijih logam aluminium (Al) dan
Dari uraian yang telah penulis kemukakan, merupakan suatu koloid oksida Al dan Si yang
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengandung air. Istilah bauksit dipergunakan untuk
judul “Perbandingan Sampling dengan Metode Test bijih yang mengandung oksida aluminium monohidrat
pit dan Pengeboran Pada Endapan Bauksit PT. Harita atau anhidrat. Biasanya berasosiasi dengan laterit,
Prima Abadi Mineral Kabupaten Ketapang Provinsi warnanya tergantung dari oksida besi yang
Kalimantan Barat”. terkandung dalam batuan asal, makin basa batuan asal
biasanya makin tingggi kandungan unsur besinya,
2. TINJAUAN PUSTAKA sehingga warna dari bijih bauksit akan bertambah
2.1 Geologi Regional merah. Didalam bauksit berupa mineral Gipsit Ahmit
Berdasarkan analisa dari peta geologi lembar atau Diaspor. Di Kalimantan Barat cebakan bauksit
Kendawangan dengan skala 1:250.000 yang terdapat pada jalur penyebaran busur laterit (Laterite
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan belt) yang membujur dengan arah barat laut-tenggara
Geologi tahun 1994, maka kondisi geologi regional dari Kota Kabupaten Ketapang, Sanggau, Landak,
pada daerah eksplorasi dapat diuraikan sebagai Kubu Raya, Pontianak, Bengkayang sampai Kota
berikut: Batuan yang terdapat pada daerah eksplorasi Singkawang. Secara geologi endapan bauksit terjadi
adalah Granit Sukadana (Kus) serta letusan Gunung karena proses pelapukan (Residual concentration) dari
api Kerabai (Kuk). Batuan-batuan tersebut terbentuk batuan yang kaya akan mineral feldspar atau mineral
pada zaman Kapur Akhir karena adanya perubahan alumina silika lainnya.
sifat magmatisme secara drastis. Sifat kimia batuan Adapun batuan tersebut antara lain: Granite,
yang sama dan kedudukannya berdekatan antara Granodiorit, Syenit, Dasit, Andesit, Trakhit,
Granit Sukadana dan Gunung api Kerabai diduga Monzonit, Riolit dan Tuff Riodasit. Kegunaan
keduanya dihasilkan oleh magma yang sama alumina sebagian besar digunakan untuk industri
logam aluminium, Industri kimia dan metalurgi.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar
aluminium tinggi, kadar Fe rendah dan sedikit kadar
kuarsa bebas. Mineral silika yang berubah akibat
pelapukan, mengakibatkan unsur silika terlepas dari
ikatan kristal, dan sebagian unsur besi juga terlepas.
Pada proses ini terjadi penambahan air (H2O),
sedangkan alumina, bersama dengan titanium dan
ferric oksida (dan mungkin manganis oksida) menjadi
terkonstrasi sebagai endapan residu alumunium.
Batuan yang memenuhi persyaratan itu antara lain
nepelin syenit dan sejenisnya yang berasal dari batuan
beku, batuan lempung atau serpih. Batuan itu akan
mengalami proses laterisasi (proses pertukaran suhu
Sumber : PPPG, 1984 secara terus menerus sehingga batuan mengalami
pelapukan).
Gambar 1. Peta Geologi Lembar Ketapang
2.3 Sampling Menggunakan Metode Test pit
Dari hasil pengamatan pada peta geologi regional Test pit umum digunakan untuk mengetahui
Kabupaten Ketapang (Gambar 1) daerah penelitian variasi kadar atau endapan secara vertikal. Sering
tersusun oleh formasi-formasi sebagai berikut: digunakan untuk mendapatkan sampel dalam jumlah
1. Granit Sukadana (Kus), terdiri atas batuan granit besar (bulk sample) pada pada endapan laterit. Untuk
yang berwarna abu-abu kemerahan dengan sampel dengan ukuran kecil dapat dilakukan
ukuran kristal kasar yang terdiri dari kuarsa, pengambilan sampel berupa channel sampling pada
orthoklas, plagioklas, hornblende, biotit dan dinding test pit. Testpit umumnya berbentuk persegi
sedikit batuan diorit, diorit porfiri yang berwarna panjang dengan ukuran 1,2m x 0,8m, penggalian
abu-abu kehitaman. Formasi ini tersebar di testpit menggunakan cangkul, dodos/linggis, tali,
sebelah utara bagian blok dari barat ke timur, ember dan pita ukur. Penggalian test pit dihentikan
kemudian dibagian tengah blok dan selatan. apabila telah mencapai batuan dasar yaitu batu
2. Gunung api Kerabai (Kuk), terdiri atas lempung, watertable atau boulder batu.
perselingan vulkanik tuff, batuan apal, batu pasir
Test pit pada sampling bauksit dibuat dengan permasalahan struktur geologi, sampling batuan dan
kedalaman hingga menembus perlapisan ore bauksit. lain sebagainya.
Proses penggalian test pit bisa dihentikan jika pada
saat penggalian menemukan air atau sudah menembus
perlapisan ore bauksit.
DAFTAR PUSTAKA
Annels, A.E., and Dominy, S.C., 2003, Technical
Note: Core Recovery and Quality: Important
Factors in Mineral Resource Estimation,
Applied Earth Science (Trans. Inst. Min.
Metall. B) December 2003 Vol.112, Wales.
Gadallah, M., and Fisher, R., 2009, An
Introduction: Exploration Geophysics,
Springer-Verlag, Berlin Heidelberg.pringer,
Berlin.
Halim, S., dan Felicia, 2012, Deteksi Keausan Alat
pada Proses Pengeboran Sumber Alam, Jurnal
Teknik Industri, Vol. 14 No. 2. Pp 123-128,
Surabaya.
Sinclair, A.J., and Blackwell, G.H., 2004, Applied
Mineral Inventory Estimation, Cambridge
University Press, Cambridge.
Wellmer, F.W.; Dalheimer, M., and Wagner, M.,
2008, Economic Evaluations in Exploration
2nd Edition, S