Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MINERAL, KIMIA DAN SIFAT FISIKA KAPUR DESA BANYU

WEDANG, GROGAK, BALI BARAT DAN APLIKASINYA SEBAGAI


BAHAN BAKU KERAMIK

Totok Nugroho (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)

ABSTRAK
Telah dilakukan ANALISIS MINERAL, KIMIA DAN SIFAT FISIKA KAPUR DESA BANYU
WEDANG, GROGAK BALI SERTA APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK.
Analisis mineral dilaksanakan dengan metode difraksi sinar-x dan infra red spektrofotometri sedangkan
analisis kimia dilaksanakan dengan metode basah atau metode konvensional berdasarkan Standar Industri
Indonesia No 0454-81 tentang “Cara Uji Kimia Untuk Lempung dan Felsdpar Metode Basah” dan pada
tahapan terakhir dilaksanakan uji coba pembuatan komposisi keramik dengan tanah Banyu Wedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku keramik dari luar Bali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kapur dari desa Banyu Wedang dapat digunakan sebagai bahan baku
keramik khususnya untuk jenis genteng dan gerabah.

ABSTRACT
MINERAL, CHEMICAL AND PHYSICAL PROPERTIES ANALYSIS’S OF BANYU WEDANG
CLAY GROGAK-BALI AND ITS APPLICATION AS CERAMIC RAW MATERIAL have been
conducted. Mineral analysis was conducted using x-ray diffraction method and InfraRed
Spectrophotometer method, whereas chemical analysis conducted using Conventional Method or Wet
Method based on Indonesian Industrial Standard Number: 0454-81 about Chemical Testing Method for
Clay and Feldspar using Wet Method. Physical properties test include Water Content, Density, Grind Size
using Wet and Dry Methods and on the last stage ceramic composition testing using Banyu Wedang clay
conducted. The objective of this research is to decrease the dependence of ceramic raw material from
outside Bali. The result showed that Banyu Wedang Clay could be used as ceramic raw material especially
for roof tile and terracotta.

PENDAHULUAN
Industri keramik di Bali saat ini berkembang dengan pesat sejalan dengan
perkembangan industri pariwisata. Namun dalam perkembangannya terdapat kendala
di dalam penyediaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan masih didatangkan
dari luar Bali. Hal ini berakibat :
1. Biaya produksi keramik di Bali menjadi lebih besar, sehingga harga produknya
menjadi lebih mahal dibandingkan daerah lain di Indonesia.
2. Jika terjadi permasalahan yang berkaitan dengan komposisi massa tanah yang
dibeli, maka masalah tersebut menjadi tidak dapat dipecahkan
Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan penelitian yang memanfaatkan bahan galian
yang ada di Pulau Bali guna mengurangi ketergantungan bahan dari luar Bali. Salah satu
bahan yang diteliti untuk dimanfaatkan sebagai bahan keramik adalah Kapur dari dari
Desa Banyu Wedang, Kabupaten Grogak sebagai bahan raga keramik.
Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis kimia yaitu dengan metode basah
ini dapat disebut juga sebagai analisis volumetrik (Alexeyev, V, 1969). Analisis
volumetrik ada beberapa metode yaitu : netralisasi, oksida reduksi (oksidimetri),
presipitasi dan kompleks formasi. Metode yang paling banyak digunakan adalah
oksidimetri dengan bantuan kalium permanganat.
Bahan titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar Fe2O3, TiO2, CaO dan MgO
adalah jenis Kalium permanganat (K Mn O4). Khusus untuk penentuan kadar Na2O dan
K2O dapat dilakukan dengan menggunakan flame fotometer (SII.0454-81).
Kemudian dilakukan analisa mineral dengan menggunakan metode difraksi sinar-x
dan spektrofotometri sinar infra merah. Metode sinar x yang digunakan dengan
memanfaatkan sinar-x yang mempunyai panjang gelombang antara 10-7 – 10-9 cm yang
dihasilkan dari tumbukan antara arus elektron yang bergerak cepat pada lempengen
logam. Energi tumbukan yang terjadi menyebabkan elektron dalam logam tereksitasi
keluar dari lintasan yang normal dan waktu kembali ke kedudukan semula memancarkan
sinar-x. Jika sinar x tersebut dilewatkan melalui celah halus maka akan terjadi pola
difraksi. Kristal terbangun oleh atom-atom dan ion-ion yang tersusun secara teratur dan
simetris yang dapat bertindak sebagai kisi yang menghasilkan pola difraksi. Kebanyakan
kristal mempunyai jarak antara bidang atom yang kira-kira sama dengan panjang
gelombang sinar-x, maka dapat dihasilkan pola-pola karakteristik dan pola tersebut dapat
diukur, maka jarak antara bidang atom dapat diukur dan dapat diramalkan struktur
kristal.
Spektrum infra merah merupakan bagian dari gelombang elektromagnetis.
Spektrum gelombang elektromagnetis berkisar antara daerah tampak hingga gelombang
pendek. Sinar infra merah bergerak dari 4000 –650 cm-1. Setiap molekul mempunyai
frekuensi getaran yang karakteristik untuk tiap molekul. Besarnya frekuensi getaran
tergantung pada kekuatan ikatan massa atom dalam molekul. Penggunaan analisis sinar
infra merah lebih banyak digunakan pada senyawa-senyawa organik dan tidak terlalu
banyak pada senyawa organik.
Analisa butir dilakukan dengan 2 metode yaitu metode kering dan metode basah
tujuannya untuk mengetahui ukuran butiran serta jenis mineral serta derajat pelapukan.
Dilakukan pula analisa sifat fisik lain seperti : berat jenis, kadar air, susut bakar
serta peresapan air dan yang terakhir dilakukan pengujian hasil bakaran pada suhu
1400oC untuk mengetahui sifat tahan api dari suatu bahan.
TATA KERJA
Adapun tata kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Analisis Kimia
Alat dan Bahan
Kadar Al2O3
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca analitik - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Larutan asam sulfat 10%
- Gelas piala - Larutan asam sulfat (1:1)
- Kertas saring - Larutan asam klorida
- Tanur - Larutan kupferron
- Eksikator
- Corong

b. Kadar SiO2
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca - Labu ukur - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Buret mikro - Larutan asam sulfat 10%
- Penangas Air - Spektrofotometer - Larutan asam sulfat (1:1)
- Tungku - Pengocok - Larutan asam klorida
pembakaran - Kaca Arloji - Larutan kupferron
- Desikator - Pipet Ukur
- Gelas piala

c. Kadar Fe2O3, TiO2, CaO, K2O dan Na2O

Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :


- Cawan platina - Buret seminikro - Asam Fluorida 40%
- Piala gelas - Erlenmeyer - Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
- Labu ukur - Pipet isi - Larutan baku Fe2O3 100 ppm
- PH meter - Foto meter - Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam
- Spektrofotomet nyala air
er - Penangas pasir - Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
- Larutan hidroksilamonium klorida 10%
dalam air
- Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Larutan H2O 3%
- Larutan Amonia (1:1)
- Asam Fluorida 40%
- Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
- Larutan baku Fe2O3 100 ppm
- Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam
air
- Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
- Larutan hidroksilamonium klorida 10%
dalam air
- Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Larutan H2O 3%
- Larutan Amonia (1:1)

Kadar Al2O3
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca analitik - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Larutan asam sulfat 10%
- Gelas piala - Larutan asam sulfat (1:1)
- Kertas saring - Larutan asam klorida
- Tanur - Larutan kupferron
- Eksikator
- Corong
b. Kadar SiO2
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca - Labu ukur - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Buret mikro - Larutan asam sulfat 10%
- Penangas Air - Spektrofotometer - Larutan asam sulfat (1:1)
- Tungku - Pengocok - Larutan asam klorida
pembakaran - Kaca Arloji - Larutan kupferron
- Desikator - Pipet Ukur
- Gelas piala

c. Kadar Fe2O3, TiO2, CaO, K2O dan Na2O

Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :


- Cawan platina - Buret seminikro - Asam Fluorida 40%
- Piala gelas - Erlenmeyer - Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
- Labu ukur - Pipet isi - Larutan baku Fe2O3 100 ppm
- PH meter - Foto meter - Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam
- Spektrofotomet nyala air
er - Penangas pasir - Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
- Larutan hidroksilamonium klorida 10%
dalam air
- Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Larutan H2O 3%
- Larutan Amonia (1:1)
- Asam Fluorida 40%
- Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
- Larutan baku Fe2O3 100 ppm
- Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam
air
- Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
- Larutan hidroksilamonium klorida 10%
dalam air
- Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Larutan H2O 3%
- Larutan Amonia (1:1)
Cara Kerja Analisis Kimia
Cara Kerja Analisis Kimia seperti terlihat pada gambar 1
KOMPONEN SILIKAT
Fe, Al, Ca, Mg, Si

PELEBURAN DENGAN Na2Co3


DALAM CAWAN PLATINA

TREATMENT ASAM

FILTRASI

PRESIPITASI FILTRAT Fe, Al, Ca, Mg


SiO2 Pemisahan Filtrat

ASAM ASETAT ASETAT AMONIA


SODIUM ASSETAT SODIUM ASETAT AIR (PH 6 – 7)
(PH 2 – 5) (PH 3 – 4)

VARIAMIN BIRU INDIKATOR Cu SISA ENDAPAN

FITRASI EDTA FITRASI EDTA PRESIPITASI CAIRAN SUPER


BILA DIPANASKAN NATANT

Gb. 2 DIAGRAM ALIR ANALISIS KOMPONEN SILIKAT


Analisis Mineral
Difraksi Sinar – X
Bahan dan Alat :
Peralatan yang digunakan : Bahan yang digunakan :
- X-Ray Diffractometer - elektrolit Na2HPO4
- Ayakan 100 mesh
- Standar ASTM
- Sample holder
- Oven
Cara Kerja
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh pada suhu kamar
- penghalusan contoh hingga 100% lolos ayakan 100 mesh
- pencetakan contoh pada sampel holder
- Haloisit / Montmorilonit dengan cara pemisahan butir < 2 mm dengan elektrolit
Na2HPO4
Analisis / pengukuran meliputi :
- pengukuran sudut 2 (2o – 65o) dengan cara scanning, kondisi operasinya sebagai
berikut :
Sumber sinar : Cu2K
Filter : Ni
Slit : 1o/0,3/1
Daya : 1000 W
Tegangan : 1800 Volt
Pembesaran : 32 X
Kecepatan kertas : 20 mm/menit
Kecepatan sudut 2 : 2o/menit
PHS : LL 150, W 500, 10 – 100% SD
Range : 4000
Identifikasi difraktogram yang dihasilkan dengan cara menghitung sudut 2 dan
membandingkan dengan Standar Hanawal (ASTM).
Infrared Spectrofotometri
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan : Bahan yang digunakan :
- Infra red Spektrofotometer - KBr
- Ayakan 100 mesh
- Hidrolik Press
- Oven
- Mortar Penghalus

Cara Kerja
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh pada suhu kamar
- penghalusan contoh hingga100% lolos ayakan 200 mesh
- ditambah dengan 20 bagian KBr, mencampurnya hingga homogen
- pembentukan pellet dengan hirolik press bertekanan 15 ton force
Analisis pengukuran
- pengukuran jumlah bilangan gelombang, dengan kondisi operasi :
- skala transmisi : 50
- respon : Medium
- wave number : 4000 – 200 cm-1
- rate recording mode : double beam auto smooth
Identifikasi spektrogram yang dihasilkan dengan pembanding Spektrogram Standar
(Finger Print).
Analisis Sifat Fisika Tanah
Analisis sifat-sifat fisika tanah dilakukan dengan menentukan : berat jenis, kadar
air, ukuran besar butir dan distribusi butiran serta jenis mineral. Ukuran besar butir
dilakukan secara kering dan basah. Pengujian berat jenis, kadar air dan kekerasan
dilakukan secara konvensional. Prosedur analisis sifat fisika tanah adalah sebagai
berikut :
Kadar Air
Persiapan bahan meliputi :
- pengambilan contoh asli seberat 100 gram dan dimasukkan ke dalam wadah tertutup.
Analisis / pengujian meliputi :
- penimbangan contoh  10 gram dalam botol timbangan yang sudah diketahui
beratnya.
- pengeringan dalam oven pengering pada suhu 105-110oC, selama 4 – 5 jam.
- penimbangan kembali hasil pengeringan
- perhitungan kadar air
Berat Jenis
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh pada suhu 105 – 110oC
- penghalusan contoh hingga 100% lolos ayakan 100 mesh
Analisis / Pengujian meliputi :
- penimbangan piknometer kosong
- penimbangan minyak tanah dalam piknometer tembahkan contoh seberat tertentu
- penimbangan piknometer berisi minyak tanah dan contoh
- perhitungan berat jenis
Analisis Besar Butir
Analisis Besar Butir Dengan Ayakan Standar (Cara Kering)
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh dengan sinar matahari
- pemecahan contoh dengan palu kayu
- pencampuran contoh hingga homogen
- kuartering
Analisis / pengujian, meliputi :
- penimbangan contoh seberat  100 gram
- ditambah dengan 10 ml larutan Na2CO3 10% kemudian tambahkan air secukupnya
- dididihkan selama  1 jam selanjutnya saring dengan ayakan 0,063 mm
- sisa di atas ayakan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105 – 110 oC selama
4-5 jam
- hasil pengeringan diayak dengan ayakan standar selama  15 menit, susunan ayakan
dengan garis tengah lubang adalah sebagai berikut : 2,000 mm, 1,000 m, 0,212 mm,
0,063 mm
- sisa di atas masing-masing fraksi ayakan di timbang
Hasil menunjukkan persentase masing-masing butiran di atas ayakan tersebut.
Analisis Butir Dengan Metode Andreasen (Cara Basah)
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh dengan sinar matahari
- pemecahan contoh dengan palu
- pencampuran contoh hingga homogen
- kuartering
Analisis / pengujian meliputi :
- penimbangan contoh dengan tepat  10 gram, masukkan ke dalam gelas piala
- penambahan  100 ml air suling, 2 ml larutan Na 2CO3 1 N dan 2 ml larutan NaOH 1
N
- didihkan selama 15 menit, kemudian disaring dengan ayakan 0,210 mm
- sisa contoh di atas ayakan dikeringkan dan tentukan beratnya, sedang filtratnya
dimasukkan dalam tabung Andreasen
- tambahkan air suling dalam filtrat hingga volumenya mencapai batas tabung
Andreasen tersebut.
- pengisapan larutan dalam tabung, pada waktu yang sesuai dengan hasil perhitungan
menurut hukum Stokes untuk besar butir 20 mm dan 2 mm
- pengeringan hasil pengisapan pada suhu 105 – 110oC selama 4-5 jam kemudian
ditimbang
- perhitungan persentase besar butirnya dan dievaluasi dengan diagram Winkler.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kimia
Tabel 1 Hasil Analisis Kimia

No Tanda Analisis Kimia (%)


Contoh SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO K2O Na2O HP Jumlah
1
2
3

Hasil analisis sifat kimia dengan cara pengujian kandungan oksida-oksida kimia
dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah persentase kandungan mineral dengan
Metode Analisis Rasional. Pengertian Analisis Rasional yaitu dengan cara
mengasumsikan jenis-jenis mineral yang terkandung dalam bahan yang bersangkutan
mempunyai rumus kimia tertentu, dan jumlah persentase oksida-oksida menurut analisis
kimia merupakan komposisi mineral-mineral tersebut. Persentase masing-masing mineral
mineral dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Perkiraan Jumlah Kandungan Mineral Menurut Analisis Rasional

Tanda Contoh Komposisi Mineral Perkiraan Jumlah


Persentase Mineral

Sedangkan dari komposisi kimia dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram


Avgustinik (Gambar 5), bahwa perbandingan antara Al2O3 : SiO2 untuk PJT I/T = 0,16
dan PJT II/T = 0,25 dan untuk  R2O + RO + Fe2O3 untuk PJT I/T = 0,24 dan untuk PJT
II/T = 0,21. Dapat disimpulkan bahwa untuk PJT I/T terletak pada daerah 6, sedangkan
untuk PJT II/T terletak pada daerah 4. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa Kapur
Desa Banyu Wedang adalah lempung yang dapat digunakan untuk pembuatan bata dan
genteng. Kemudian dilihat dari kandungan oksida besi (Fe2O3) sebasar 4,55% dan
10,55% akibatnya jika dibakar pada suhu 1000oC berwarna coklat.

Gambar 5 Diagram Avgustinik


Hasil Analisis Mineral Dengan Difraksi Sinar-X
Komposisi mineral terdiri dari :
Tabel 2 Komposisi Mineral
No Tanda Komposisi Mineral
Contoh
1 PJT I/T Albit, Haloisit (hidrat dan meta), Anortit, Kristobalit, Hematit
2 PJT II/T Albit, Anortit, Haloisit (meta dan hidrat), Mahemit, Kristobalit

Dari hasil analisa dengan difraksi sinar-x menunjukkan bahwa mineral dominan
adalah albit atau secara keseluruhan adalah mineral felspar yang fungsinya dalam massa
raga keramik sebagai pelebur. Terdapat pula mineral haloisit yang merupakan kelompok
mineral lempung yang fungsinya dalam bodi keramik sebagai rangka, sedangkan
kristobalit merupakan kelompok mineral kuarsa yang berfungsi sebagai pengisi, terdapat
pula mineral hematit yang sifatnya merupakan mineral pengotor, mineral ini yang
memberikan pengaruh pada warna bodi keramik. Gambar difraktogram seperti terlihat
pada gambar 1 dan gambar 2. Hasil dari analisa mineral dengan difraksi sinar –X perlu
pula dikorelasikan dengan hasil analisa mineral dengan infra red spectrofotometri. Dari
komposisi mineral yang ada Kapur Desa Banyu Wedang merupakan lempung berwarna
merah yang banyak mengandung felspar dan sebagian kecil silika dalam bantuk
kristobalit. Dari komposisi mineral yang ada Kapur Desa Banyu Wedang merupakan
lempung berwarna merah yang banyak mengandung felspar dan sebagian kecil silika
dalam bentuk kristobalit.
Hasil Analisis Mineral Dengan Infra Red Spectrofotometri
Tabel 3 Komposisi Mineral
No Tanda Contoh Komposisi Mineral
1 PJT I/T Felspar, Haloisit, Kuarsa
2 PJT II/T Haloisit, Kuarsa, Felspar

Hasil analisa mineral dengan menggunakan infra red spectrofotometri


menunjukkan hasil yang sama dengan analisa mineral dengan menggunakan difraksi
sinar-x. Hasil analisis mineral dengan menggunakan Infra Red Spectrofotometri
bertujuan untuk sebagai koreksi terhadap kandungan mineral organik. Dari komposisi
mineral yang ada Kapur Desa Banyu Wedang merupakan lempung berwarna merah yang
banyak mengandung felspar dan sebagian kecil silika dalam bantuk kristobalit. Gambar
spektrogram seperti terlihat pada gambar 3 dan 4.
Hasil Analisis Kadar Air dan Berat Jenis
Tabel 4 Analisis Berat Jenis dan Kadar Air
No Tanda Contoh Berat Jenis Kadar Air
1 PJT I/T 2,40 3,95
2 PJT II/T 2,12 14,35

Berdasarkan hasil pengujian berat jenis menunjukkan angka 2,40 gr/cm3 untuk
PJT I/T sedangkan untuk PJT II/T sebesar 2,12 gr/cm3. Hasil ini menunjukkan angka
yang sedikit menyimpang jika kita bandingkan dengan berat jenis mineral dominan 2,60
gr/cm3 dengan mineral dominan albit. Kemudian dari hasil uji kadar air tanah Desa
Banyu Wedang dapat disimpulkan tanah tersebut tidak dipersyaratkan untuk tujuan
keramik halus.
Hasil Analisis Butir Dengan Ayakan Standar (Metode Kering)

Tabel 5. Hasil Analisis Butir Dengan Ayakan Standar (Metode Kering)

Tanda Warn Analisis % berat Pemerian Komposisi


Contoh a Butiran butiran Mineral Jumlah  maks Keterangan Batuan
Kerin (mm)
g
PJTI/ Cokla - > 10,10 - Pumice ++++ 18 S3 Kerikil =
T t 2,000 - Obsidia + 4 S2 10,10%
mm n + 7 S0 Pasir =
- Andesit 54,14%
7,26 ++++ Lanau
- 2,000 - Pumice ++
– - Silika +
1,000 - Andesit +
mm - Obsidia
30,98 n ++++
+++
- 1,000 - Pumice ++
– - Silika +
0,212 - Magneti +
mm t
15,90 - Obsidia ++++
n ++
- Andesit ++
- 0,212 +
– - Diatome +
0,063 - Kuarsa
mm 35,75 - Magneti
t
- Limonit
- Obsidia
- < n
0,063
mm

PJT Cokla - > 1,04 - Tuff ++ 11 S4 Kerikil =


II/T t tua 2,000 1,04%
kehita mm Pasir =
man 0,56 - Tuf ++ 15,17%
- 2,000 - Kuarsa + Lanau/Le
– - Magneti + mpung =
1,000 t 83,79%
mm 7,89 ++++
- Tuf +++
- 1,000 - Kuarsa ++
– - Magneti ++
0,212 t +
mm - Limonit
6,72 - Amphib ++++
ol +++
++
- 0,212 - Kuarsa +
– - Magneti +
0,063 t
mm 83,79 - Limonit
- Amphib
ol
- Bahan
- < Organik
0,063
mm

Hasil yang diperoleh menunjukkan berdasarkan kadar fraksi < 0,063 mm untuk
tanda sampel PJTI/T diperoleh 35,75% sehingga dapat dikatagorikan sebagai pasir
lempungan, sedangkan untuk tanda sampel PJTII/T menunjukkan angka 83,75%
sehingga dapat dikatagorikan sebagai bahan lempung.
Hasil Analisis Butir Dengan Metode Andreasen
Tabel 6 Hasil Analisis Butir Metode Andreasen
Tanda Analisis Butiran (% Berat)
Contoh

PJTI/T > 0,210 mm 57,13


0,210 – 0,020 mm 29,48
0,020 – 0,002 mm 10,07
< 0,002 mm 3,32
PJTII/T > 0,210 mm 9,37
0,210 – 0,020 mm 23,82
0,020 – 0,002 mm 32,70
< 0,002 mm 34,11

Dari hasil analisis besar butir dengan metode Andreasen dapat dievaluasi sebagai
berikut : untuk tanda sampel PJT.I/T kadar fraksi lempungnya < 30% pada umumnya
Kapur tersebut tidak plastis dengan kekuatan kering rendah. Sedangkan tanda sampel
PJT.II/T dengan kadar fraksi lempung > 30% pada umumnya lempung tersebut plastis
dengan kekuatan kering tinggi.
Hasil Analisis Bakaran Tanah Banyu Wedang Pada Pancang Seger 14 (Suhu
1400oC)
Tabel 7 Hasil Analisis Bakaran Tanah Banyu Wedang Pada
Pancang Seger 14 (Suhu 1400oC)

Tanda Pori-Pori Masa Gelembung Homogenitas Keterangan


Contoh Gelas Warna Leburan Warna
PJTI/T - ++++ - ++++ ++++ Coklat
PJTII/ - ++ ++ ++++ ++ Hitam
T

Untuk tanda sampel PJT.I/T warna hasil pembakaran lebur dengan warna coklat
sedangkan tanda sampel PJT.II/T berwarna hitam dengan hasil pembakaran padat. Kedua
tanda sampel tersebut dapat digunakan untuk komposisi tunggal untuk PJT.I/T dapat
digunakan dengan suhu pembakaran sekitar 1000oC dan dapat digunakan sebagai bahan
pelebur, sedangkan untuk PJT.II/T dapat digunakan untuk komposisi tunggal dengan
suhu pembakaran > 1000oC.

Hasil Analisis Peresapan Air dan Susut Jumlah Pada Suhu 1000 oC, 1050oC dan
1150oC

Tabel 8 Hasil Analisis Peresapan Air dan Susut Jumlah


Pada Suhu 1000oC, 1050oC dan 1150oC

Tanda Contoh PJTI/T


o
Suhu 1000 C Suhu 1050oC 1150oC
P.A Susut Warna P.A Susut Warna P.A Susut Warna
Jumlah Jumlah Jumlah
4,38 14,43 Abu-Abu
Tua
Mengkil
ap
Tanda Contoh PJTII/T
o
Suhu 1000 C Suhu 1050oC 1150oC
P.A Susut Warn P.A Susut Warna P.A Susut Warna
Jumlah a Jumlah Jumlah
11,87 5,56 Cokla 9,55 9,17 Coklat 0,47 8,33 Hitam
t kehitaman dan
mengkilat

Untuk tanda sampel PJT.I/T dapat dikelompokkan sebagai bahan untuk gerabah
halus keras (stoneware) dengan peresapan air < 2% dengan warna abu-abu dan dengan
suhu pembakaran 1150oC. Sedangkan untuk tanda sampel PJT.II/T dapat kelompokkan
sebagai bahan untuk gerabah kasar dengan peresapan air > 10% dan suhu pembakaran
1000oC dan juga dapat digunakan untuk pembuatan gerabah halus lunak dengan
peresapan air 2 – 5% dan suhu pembakaran 1050oC.

SIMPULAN

Usaha pemanfaatan kandungan lokal untuk mengurangi ketergantungan bahan baku


keramik dari luar Bali telah dilaksanakan dengan meneliti Kapur dari Desa Nyitydah.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kapur Desa Banyu Wedang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembuatan
genteng. Pemanfaatannya telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan genteng,
dan bahkan Desa Banyu Wedang telah menjadi sentra industri genteng terbesar di
Bali. Namun Kapur desa Banyu Wedang tidak dipersyaratkan untuk bahan keramik
halus.
2. Hasil penelitian dan pengembangan tersebut paling tidak telah memberikan
gambaran bahwa di Pulau Bali sendiri sebenarnya ada beberapa bahan yang mampu
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku keramik. Untuk itu perlu dikembangkan
usaha-usaha pemanfaatan kandungan lokal selain Tanah Desa Banyu Wedang.
3. Perlu pemanfaatan Kapur Desa Banyu Wedang sebagai bahan untuk pembuatan
barang cinderamata, sehingga akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi
Kapur Desa Banyu Wedang.
PUSTAKA
1. Alexeyev, V., Quantitative Analysis, Translated from Russian, MIR Publisher,
Moscow, p. 152-156, 1969.
2. Anonymous, Ceramic Engineering, Nagoya International Training Center-JICA,
Japan, p. 148-151,1985.
3. Clews,FH,”Heavy Clay Technology”, The British Ceramic Research Association,
Stoke on Trent, p 382-384,1955.
4. Herman, S,”Ceramic Physical and Chemical Fundamentals, London,
Butterworths, p.33, 79, 324,1961.
5. SII. 0654-82, Kaolin Sebagai Bahan Baku Barang Keramik Halus, Departemen
Perindustrian.
6. SII. 1145-84, Feldspar Untuk Pembuatan Badan Keramik Halus, Departemen
Perindustrian.
7. SII.0454-81, Cara Uji Kimia Untuk Lempung Dan Felspar Metoda Basah,
Departemen Perindustrian.
8. Singer, F., and Sonja, S., Industrial Ceramics, Publikasi I, Chapman and Hall,
London, 1963.
9. Sukandar, A ,”Diktat Geologi Struktur Indonesia, Departemen Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung, hal 23-31 dan 97 – 102,1976.
10. Sundari, K. N, Yasana M, “ Pemanfaatan Bahan Lokal Sebagai Upaya
Mengurangi Ketergantungan Bahan Keramik Dari Luar Bali, Mandiri, 13 : 23-27,
1998.

Anda mungkin juga menyukai