ABSTRAK
Telah dilakukan ANALISIS MINERAL, KIMIA DAN SIFAT FISIKA KAPUR DESA BANYU
WEDANG, GROGAK BALI SERTA APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK.
Analisis mineral dilaksanakan dengan metode difraksi sinar-x dan infra red spektrofotometri sedangkan
analisis kimia dilaksanakan dengan metode basah atau metode konvensional berdasarkan Standar Industri
Indonesia No 0454-81 tentang “Cara Uji Kimia Untuk Lempung dan Felsdpar Metode Basah” dan pada
tahapan terakhir dilaksanakan uji coba pembuatan komposisi keramik dengan tanah Banyu Wedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku keramik dari luar Bali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kapur dari desa Banyu Wedang dapat digunakan sebagai bahan baku
keramik khususnya untuk jenis genteng dan gerabah.
ABSTRACT
MINERAL, CHEMICAL AND PHYSICAL PROPERTIES ANALYSIS’S OF BANYU WEDANG
CLAY GROGAK-BALI AND ITS APPLICATION AS CERAMIC RAW MATERIAL have been
conducted. Mineral analysis was conducted using x-ray diffraction method and InfraRed
Spectrophotometer method, whereas chemical analysis conducted using Conventional Method or Wet
Method based on Indonesian Industrial Standard Number: 0454-81 about Chemical Testing Method for
Clay and Feldspar using Wet Method. Physical properties test include Water Content, Density, Grind Size
using Wet and Dry Methods and on the last stage ceramic composition testing using Banyu Wedang clay
conducted. The objective of this research is to decrease the dependence of ceramic raw material from
outside Bali. The result showed that Banyu Wedang Clay could be used as ceramic raw material especially
for roof tile and terracotta.
PENDAHULUAN
Industri keramik di Bali saat ini berkembang dengan pesat sejalan dengan
perkembangan industri pariwisata. Namun dalam perkembangannya terdapat kendala
di dalam penyediaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan masih didatangkan
dari luar Bali. Hal ini berakibat :
1. Biaya produksi keramik di Bali menjadi lebih besar, sehingga harga produknya
menjadi lebih mahal dibandingkan daerah lain di Indonesia.
2. Jika terjadi permasalahan yang berkaitan dengan komposisi massa tanah yang
dibeli, maka masalah tersebut menjadi tidak dapat dipecahkan
Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan penelitian yang memanfaatkan bahan galian
yang ada di Pulau Bali guna mengurangi ketergantungan bahan dari luar Bali. Salah satu
bahan yang diteliti untuk dimanfaatkan sebagai bahan keramik adalah Kapur dari dari
Desa Banyu Wedang, Kabupaten Grogak sebagai bahan raga keramik.
Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis kimia yaitu dengan metode basah
ini dapat disebut juga sebagai analisis volumetrik (Alexeyev, V, 1969). Analisis
volumetrik ada beberapa metode yaitu : netralisasi, oksida reduksi (oksidimetri),
presipitasi dan kompleks formasi. Metode yang paling banyak digunakan adalah
oksidimetri dengan bantuan kalium permanganat.
Bahan titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar Fe2O3, TiO2, CaO dan MgO
adalah jenis Kalium permanganat (K Mn O4). Khusus untuk penentuan kadar Na2O dan
K2O dapat dilakukan dengan menggunakan flame fotometer (SII.0454-81).
Kemudian dilakukan analisa mineral dengan menggunakan metode difraksi sinar-x
dan spektrofotometri sinar infra merah. Metode sinar x yang digunakan dengan
memanfaatkan sinar-x yang mempunyai panjang gelombang antara 10-7 – 10-9 cm yang
dihasilkan dari tumbukan antara arus elektron yang bergerak cepat pada lempengen
logam. Energi tumbukan yang terjadi menyebabkan elektron dalam logam tereksitasi
keluar dari lintasan yang normal dan waktu kembali ke kedudukan semula memancarkan
sinar-x. Jika sinar x tersebut dilewatkan melalui celah halus maka akan terjadi pola
difraksi. Kristal terbangun oleh atom-atom dan ion-ion yang tersusun secara teratur dan
simetris yang dapat bertindak sebagai kisi yang menghasilkan pola difraksi. Kebanyakan
kristal mempunyai jarak antara bidang atom yang kira-kira sama dengan panjang
gelombang sinar-x, maka dapat dihasilkan pola-pola karakteristik dan pola tersebut dapat
diukur, maka jarak antara bidang atom dapat diukur dan dapat diramalkan struktur
kristal.
Spektrum infra merah merupakan bagian dari gelombang elektromagnetis.
Spektrum gelombang elektromagnetis berkisar antara daerah tampak hingga gelombang
pendek. Sinar infra merah bergerak dari 4000 –650 cm-1. Setiap molekul mempunyai
frekuensi getaran yang karakteristik untuk tiap molekul. Besarnya frekuensi getaran
tergantung pada kekuatan ikatan massa atom dalam molekul. Penggunaan analisis sinar
infra merah lebih banyak digunakan pada senyawa-senyawa organik dan tidak terlalu
banyak pada senyawa organik.
Analisa butir dilakukan dengan 2 metode yaitu metode kering dan metode basah
tujuannya untuk mengetahui ukuran butiran serta jenis mineral serta derajat pelapukan.
Dilakukan pula analisa sifat fisik lain seperti : berat jenis, kadar air, susut bakar
serta peresapan air dan yang terakhir dilakukan pengujian hasil bakaran pada suhu
1400oC untuk mengetahui sifat tahan api dari suatu bahan.
TATA KERJA
Adapun tata kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Analisis Kimia
Alat dan Bahan
Kadar Al2O3
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca analitik - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Larutan asam sulfat 10%
- Gelas piala - Larutan asam sulfat (1:1)
- Kertas saring - Larutan asam klorida
- Tanur - Larutan kupferron
- Eksikator
- Corong
b. Kadar SiO2
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca - Labu ukur - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Buret mikro - Larutan asam sulfat 10%
- Penangas Air - Spektrofotometer - Larutan asam sulfat (1:1)
- Tungku - Pengocok - Larutan asam klorida
pembakaran - Kaca Arloji - Larutan kupferron
- Desikator - Pipet Ukur
- Gelas piala
Kadar Al2O3
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca analitik - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Larutan asam sulfat 10%
- Gelas piala - Larutan asam sulfat (1:1)
- Kertas saring - Larutan asam klorida
- Tanur - Larutan kupferron
- Eksikator
- Corong
b. Kadar SiO2
Peralatan yang digunakan : Pereaksi yang digunakan :
- Neraca - Labu ukur - Larutan asam fluorida 40%
- Cawan platina - Buret mikro - Larutan asam sulfat 10%
- Penangas Air - Spektrofotometer - Larutan asam sulfat (1:1)
- Tungku - Pengocok - Larutan asam klorida
pembakaran - Kaca Arloji - Larutan kupferron
- Desikator - Pipet Ukur
- Gelas piala
TREATMENT ASAM
FILTRASI
Cara Kerja
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh pada suhu kamar
- penghalusan contoh hingga100% lolos ayakan 200 mesh
- ditambah dengan 20 bagian KBr, mencampurnya hingga homogen
- pembentukan pellet dengan hirolik press bertekanan 15 ton force
Analisis pengukuran
- pengukuran jumlah bilangan gelombang, dengan kondisi operasi :
- skala transmisi : 50
- respon : Medium
- wave number : 4000 – 200 cm-1
- rate recording mode : double beam auto smooth
Identifikasi spektrogram yang dihasilkan dengan pembanding Spektrogram Standar
(Finger Print).
Analisis Sifat Fisika Tanah
Analisis sifat-sifat fisika tanah dilakukan dengan menentukan : berat jenis, kadar
air, ukuran besar butir dan distribusi butiran serta jenis mineral. Ukuran besar butir
dilakukan secara kering dan basah. Pengujian berat jenis, kadar air dan kekerasan
dilakukan secara konvensional. Prosedur analisis sifat fisika tanah adalah sebagai
berikut :
Kadar Air
Persiapan bahan meliputi :
- pengambilan contoh asli seberat 100 gram dan dimasukkan ke dalam wadah tertutup.
Analisis / pengujian meliputi :
- penimbangan contoh 10 gram dalam botol timbangan yang sudah diketahui
beratnya.
- pengeringan dalam oven pengering pada suhu 105-110oC, selama 4 – 5 jam.
- penimbangan kembali hasil pengeringan
- perhitungan kadar air
Berat Jenis
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh pada suhu 105 – 110oC
- penghalusan contoh hingga 100% lolos ayakan 100 mesh
Analisis / Pengujian meliputi :
- penimbangan piknometer kosong
- penimbangan minyak tanah dalam piknometer tembahkan contoh seberat tertentu
- penimbangan piknometer berisi minyak tanah dan contoh
- perhitungan berat jenis
Analisis Besar Butir
Analisis Besar Butir Dengan Ayakan Standar (Cara Kering)
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh dengan sinar matahari
- pemecahan contoh dengan palu kayu
- pencampuran contoh hingga homogen
- kuartering
Analisis / pengujian, meliputi :
- penimbangan contoh seberat 100 gram
- ditambah dengan 10 ml larutan Na2CO3 10% kemudian tambahkan air secukupnya
- dididihkan selama 1 jam selanjutnya saring dengan ayakan 0,063 mm
- sisa di atas ayakan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105 – 110 oC selama
4-5 jam
- hasil pengeringan diayak dengan ayakan standar selama 15 menit, susunan ayakan
dengan garis tengah lubang adalah sebagai berikut : 2,000 mm, 1,000 m, 0,212 mm,
0,063 mm
- sisa di atas masing-masing fraksi ayakan di timbang
Hasil menunjukkan persentase masing-masing butiran di atas ayakan tersebut.
Analisis Butir Dengan Metode Andreasen (Cara Basah)
Persiapan bahan meliputi :
- pengeringan contoh dengan sinar matahari
- pemecahan contoh dengan palu
- pencampuran contoh hingga homogen
- kuartering
Analisis / pengujian meliputi :
- penimbangan contoh dengan tepat 10 gram, masukkan ke dalam gelas piala
- penambahan 100 ml air suling, 2 ml larutan Na 2CO3 1 N dan 2 ml larutan NaOH 1
N
- didihkan selama 15 menit, kemudian disaring dengan ayakan 0,210 mm
- sisa contoh di atas ayakan dikeringkan dan tentukan beratnya, sedang filtratnya
dimasukkan dalam tabung Andreasen
- tambahkan air suling dalam filtrat hingga volumenya mencapai batas tabung
Andreasen tersebut.
- pengisapan larutan dalam tabung, pada waktu yang sesuai dengan hasil perhitungan
menurut hukum Stokes untuk besar butir 20 mm dan 2 mm
- pengeringan hasil pengisapan pada suhu 105 – 110oC selama 4-5 jam kemudian
ditimbang
- perhitungan persentase besar butirnya dan dievaluasi dengan diagram Winkler.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kimia
Tabel 1 Hasil Analisis Kimia
Hasil analisis sifat kimia dengan cara pengujian kandungan oksida-oksida kimia
dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah persentase kandungan mineral dengan
Metode Analisis Rasional. Pengertian Analisis Rasional yaitu dengan cara
mengasumsikan jenis-jenis mineral yang terkandung dalam bahan yang bersangkutan
mempunyai rumus kimia tertentu, dan jumlah persentase oksida-oksida menurut analisis
kimia merupakan komposisi mineral-mineral tersebut. Persentase masing-masing mineral
mineral dapat dilihat pada Tabel 10
Dari hasil analisa dengan difraksi sinar-x menunjukkan bahwa mineral dominan
adalah albit atau secara keseluruhan adalah mineral felspar yang fungsinya dalam massa
raga keramik sebagai pelebur. Terdapat pula mineral haloisit yang merupakan kelompok
mineral lempung yang fungsinya dalam bodi keramik sebagai rangka, sedangkan
kristobalit merupakan kelompok mineral kuarsa yang berfungsi sebagai pengisi, terdapat
pula mineral hematit yang sifatnya merupakan mineral pengotor, mineral ini yang
memberikan pengaruh pada warna bodi keramik. Gambar difraktogram seperti terlihat
pada gambar 1 dan gambar 2. Hasil dari analisa mineral dengan difraksi sinar –X perlu
pula dikorelasikan dengan hasil analisa mineral dengan infra red spectrofotometri. Dari
komposisi mineral yang ada Kapur Desa Banyu Wedang merupakan lempung berwarna
merah yang banyak mengandung felspar dan sebagian kecil silika dalam bantuk
kristobalit. Dari komposisi mineral yang ada Kapur Desa Banyu Wedang merupakan
lempung berwarna merah yang banyak mengandung felspar dan sebagian kecil silika
dalam bentuk kristobalit.
Hasil Analisis Mineral Dengan Infra Red Spectrofotometri
Tabel 3 Komposisi Mineral
No Tanda Contoh Komposisi Mineral
1 PJT I/T Felspar, Haloisit, Kuarsa
2 PJT II/T Haloisit, Kuarsa, Felspar
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis menunjukkan angka 2,40 gr/cm3 untuk
PJT I/T sedangkan untuk PJT II/T sebesar 2,12 gr/cm3. Hasil ini menunjukkan angka
yang sedikit menyimpang jika kita bandingkan dengan berat jenis mineral dominan 2,60
gr/cm3 dengan mineral dominan albit. Kemudian dari hasil uji kadar air tanah Desa
Banyu Wedang dapat disimpulkan tanah tersebut tidak dipersyaratkan untuk tujuan
keramik halus.
Hasil Analisis Butir Dengan Ayakan Standar (Metode Kering)
Hasil yang diperoleh menunjukkan berdasarkan kadar fraksi < 0,063 mm untuk
tanda sampel PJTI/T diperoleh 35,75% sehingga dapat dikatagorikan sebagai pasir
lempungan, sedangkan untuk tanda sampel PJTII/T menunjukkan angka 83,75%
sehingga dapat dikatagorikan sebagai bahan lempung.
Hasil Analisis Butir Dengan Metode Andreasen
Tabel 6 Hasil Analisis Butir Metode Andreasen
Tanda Analisis Butiran (% Berat)
Contoh
Dari hasil analisis besar butir dengan metode Andreasen dapat dievaluasi sebagai
berikut : untuk tanda sampel PJT.I/T kadar fraksi lempungnya < 30% pada umumnya
Kapur tersebut tidak plastis dengan kekuatan kering rendah. Sedangkan tanda sampel
PJT.II/T dengan kadar fraksi lempung > 30% pada umumnya lempung tersebut plastis
dengan kekuatan kering tinggi.
Hasil Analisis Bakaran Tanah Banyu Wedang Pada Pancang Seger 14 (Suhu
1400oC)
Tabel 7 Hasil Analisis Bakaran Tanah Banyu Wedang Pada
Pancang Seger 14 (Suhu 1400oC)
Untuk tanda sampel PJT.I/T warna hasil pembakaran lebur dengan warna coklat
sedangkan tanda sampel PJT.II/T berwarna hitam dengan hasil pembakaran padat. Kedua
tanda sampel tersebut dapat digunakan untuk komposisi tunggal untuk PJT.I/T dapat
digunakan dengan suhu pembakaran sekitar 1000oC dan dapat digunakan sebagai bahan
pelebur, sedangkan untuk PJT.II/T dapat digunakan untuk komposisi tunggal dengan
suhu pembakaran > 1000oC.
Hasil Analisis Peresapan Air dan Susut Jumlah Pada Suhu 1000 oC, 1050oC dan
1150oC
Untuk tanda sampel PJT.I/T dapat dikelompokkan sebagai bahan untuk gerabah
halus keras (stoneware) dengan peresapan air < 2% dengan warna abu-abu dan dengan
suhu pembakaran 1150oC. Sedangkan untuk tanda sampel PJT.II/T dapat kelompokkan
sebagai bahan untuk gerabah kasar dengan peresapan air > 10% dan suhu pembakaran
1000oC dan juga dapat digunakan untuk pembuatan gerabah halus lunak dengan
peresapan air 2 – 5% dan suhu pembakaran 1050oC.
SIMPULAN