Anda di halaman 1dari 7

ANALISA MINERAL DAN ANALISA KIMIA PADA LEMPUNG BANYUBIRU,

KABUPATEN JEMBRANA,BALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI


BAHAN MASSA RAGA KERAMIK

Totok Nugroho
UPT-PSTKP Bali

Abstract
Mineral analysis using x-ray diffraction method and chemical analysis have been conducted
to calculate the mineral percentage and chemical oxides of Banyubiru Clay. This analysis was
conducted at Mineral Resources Inventory Institution, Bandung.
The results shows that the clay can be classified as white clay and applied as ceramic raw
material for making roof tile.

Katakunci : Lempung Banyubiru , Analisa Mineral, Analisa Kimia

1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu hambatan dalam pengembangan 2.1 Analisa Mineral
industri keramik di Indonesia adalah penyediaan
bahan baku yang belum dapat dipertahankan Sinar-X dihasilkan oleh penembakan secara
mutunya. Ketidakkonsistenan kandungan mineral terus menerus dari sebuah anoda logam sebagai
bahan baku menyebabkan kualitas produk keramik sasaran oleh elektron yang berenergi tinggi dari
menjadi tidak standar, sehingga mengakibatkan filamen yang dipanaskan dalam tabung Sinar-X
produk keramik Indonesia menjadi kurang memiliki Rontgen. Radiasi yang dihasilkan muncul dari
daya saing. Hambatan ini disebabkan oleh tidak sebuah jendela tipis yang biasanya terbuat dari
adanya industri pemurnian bahan dan minimnya berilium dan terdiri atas :
Institusi Penelitian Bidang Keramik di Indonesia a. Sebuah peta lebar dari radiasi kontinyu
yang memiliki peralatan penelitian yang memadai. (radiasi putih) yang dihasilkan oleh elektron-
Salah satu bahan yang telah diteliti elektron dari filamen yang mengkonversikan
kandungan mineralnya adalah lempung dari energi kinetiknya terhadap sinar-X pada sebuah
Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali. tumbukan dengan atom-atom anoda target.
Analisa mineral dilakukan bertujuan untuk b. Sejumlah lintasan-lintasan diskrit dari
memberikan dasar dan evaluasi terhadap intensitas yang bervariasi yang disebut dengan
kemungkinan penggunaan bahan tersebut. Setiap karakteristik radiasi terhadap energi yang
mineral yang terkandung didalam lempung tersebut dilepaskan oleh pengaturan kembali elektron-
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam elektron orbital atom target anoda mengikuti
mempengaruhi sifat fisika dan kimia keramik. pelemparan satu atau lebih elektron selama
Analisa kimia dilakukan bertujuan untuk proses eksitasi. Lintasan-lintasan ini yang
menghitung kandungan oksida kimia dalam disebut dengan kulit K, L, M dan seterusnya,
lempung tersebut. jenis lintasan yang dihasilkan ditentukan oleh
Penelitian ini dilakukan di Direktorat elektron-elektron orbital yang berperan dalam
Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung pengisian kembali.
Adapun analisa mineral yang dilakukan dengan Berbagai macam bahan target digunakan
menggunakan alat X-Ray Difractometer dan analisa seperti : Cu, Cr, Fe, Co, Mo dan Ag. Masing-masing
kimia dilakukan dengan menggunakan metode bahan memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
basah. menggunakan radiasi monokromatis yaitu radiasi
dari panjang gelombang tunggal dan hal tersebut
akan diperoleh dengan menggunakan filter , atau
dengan menggunakan kristal monokromator.
Filter  terdiri dari sebuah kertas logam tipis Bilamana contoh bahan telah dipisahkan
yang diletakkan di dalam pancaran sinar-X dengan asam, maka contoh ini mengalami
berdekatan dengan jendela berilium pada tabung penguapan dan pengeringan untuk mempermudah
sinar-X. Tipe dari kertas logam yang dipilih adalah dalam pelarutan SiO2 selengkap mungkin terjadi
jenis dengan intensitas radiasi K pada sebuah pemisahan. Sebagai gambaran dalam menghitung
tabung sinar-X tertentu yang secara efektif komponen-komponen silikat dapat dilihat pada
dihilangkan dari spektrum. Hal tersebut dapat diagram alir analisis komponen silikat.
dicapai dengan menggunakan variasi penyerapan
massa logam terhadap panjang gelombang dengan 3. METODE
cara tertentu sehingga penyerapan yang tinggi dari 3.1 Analisa Mineral
Ambang Penyerapan K dari logam tersebut jatuh di 3.1.1 Tahap Preparasi
antara radiasi K dan K pada tabung sinar-X.
Skema yang terjadi adalah sebagai berikut : Alat dan Bahan :
pertama kali sinar-X terkolimasi untuk menghasilkan Agate Mortar, Sample Holder, Oven Pengering,
sinar yang subparalel, jumlah sebaran yang terjadi Glycol, Sampel yang diteliti.
dikontrol oleh ukuran celah penyebar. Sinar yang Mengeringkan sampel dalam oven pengering
menyebar akan langsung mengenai sampel dimana selama 15 menit dengan suhu 60 oC kemudian
motor bergerak berputar dengan kecepatan tertentu menghaluskan sampel dengan agate mortar.
dalam satuan derajat per menit. Setelah itu meletakkan sampel yang telah digiling
Pada saat bidang mineral dalam sampel ke sample holder yang telah dibersihkan dengan
mencapai sudut yang sesuai, sampel tersebut akan glycol.
mendifraksikan sinar-X sesuai dengan Hukum
Bragg yaitu : n = 2d sin . Dimana n adalah 3.1.2 Tahap Pengoperasian Alat
bilangan bulat,  adalah panjang gelombang sinar-
X, d adalah celah lattice dalam oAngstrom dan  Alat yang digunakan adalah X-Ray
adalah sudut difraksi. Sinar yang terdifraksi akan Diffractometer merk Phillips tipe PW3710 Based
melewati celah penerima dan kolimator dan Menghidupkan mesin pendingin dan
kemudian celah penghambur yang digunakan untuk perangkat monitor dan plotter. Kemudian
mengurangi hamburan sinar-X yang lain sehingga menentukan parameter pengoperasian yaitu
sinar terdifraksi tersebut akan mencapai detektor. sebagai berikut : sumber radiasi sinar-X : CuK,
Jika monokromator yang digunakan, sinar akan tegangan operasional : 40KV, arus listrik
langsung lewat dari celah penerima ke kristal operasional : 30 mA, celah penyebar : 1 mm, celah
monokromator dan kemudian ke detektor. Sinyal penerima : 0.2 mm posisi sudut 2 awal : 4,010o
yang dihasilkan oleh foton sinar-X pada detektor dan posisi akhir 2 : 59,970o, panjang Gelombang
diperkuat dan kemudian akan sampai pada Alfa1: 1,54056 Å dan Alfa 2 1,54439o Å
peralatan perekaman.
3.1.3 Tahap Persiapan bahan meliputi :
2.2 Analisa Kimia
Mengeringkan contoh pada suhu kamar,
Secara sistimatis proses analisis komponen- kemudian menghaluskan contoh hingga 100% lolos
komponen silikat (Fe, Al, Mg, dll) terhadap contoh ayakan 100 mesh dan mencetak contoh pada
bahan dapat diuji dengan metode yang sesuai 2ample holder .Untuk mineral-mineral tertentu
untuk menentukan masing-masing komponen dapat diperlakukan secara khusus seperti : Haloisit /
dihitung dengan metode biasa untuk masing- Montmorilonit dengan cara pemisahan butir < 2 mm
masing ion logam yang menggunakan titrasi dengan elektrolit Na2HPO4, khusus untuk
chelate, analisis colorimetric dan flame photometric Montmorillonit dengan pencampuran ethylene
secara cepat. Seperti SiO2 merupakan elemen yang glycol, selanjutnya dipanaskan pada suhu 60 oC
prinsip dari suatu contoh baha, tidak bisa bereaksi selama 1 jam atau dengan cara contoh asli dibakar
pada EDTA (Ethylen Diamin Tetra Acetic Acid pada suhu 540 oC
Dinatrium Salt) karena oksida tersebut tidak
langsung berpengaruh. 3.1.4 Interpretasi Data X-RD
Difraktogram yang diperoleh dari masing- - Pengocok
masing fraksi dianalisa puncak-puncaknya dengan - Kaca Arloji
menggunakan Standar Hanawal. Sehingga akan - Pipet Ukur
diperoleh kandungan mineral yang ada. Pereaksi yang digunakan :
- Larutan asam fluorida 40%
3.2 Analisa Kimia - Larutan asam sulfat 10%
- Larutan asam sulfat (1:1)
Adapun metoda analisa kimia yang digunakan - Larutan asam klorida
untuk meneliti tanah liat Bali tersebut analisis - Larutan kupferron
secara kuantitatif dengan metode konvensional
(secara basah). Prosedur analisis kimia untuk Penentuan kadar SiO2 dengan menggunakan
lempung dilakukan sesuai dengan Standar Industri perhitungan :
Indonesia No. 0454-81 tentang “Cara Uji Kimia
Untuk Lempung dan Felspar Metode Basah”. a b
SiO 2   100%
Adapun kandungan senyawa kimia yang dianalisis BeratContoh
adalah sebagai berikut : Dimana :
a = Berat sebelum proses
3.2.1 Kadar Al2O3 b = Berat setelah proses
Peralatan yang digunakan :
- Neraca analitik 3.2.3 Kadar Fe2O3, TiO2, CaO, K2O dan Na2O
- Cawan platina
- Gelas piala Peralatan yang digunakan :
- Kertas saring - Cawan platina
- Tanur - Piala gelas
- Eksikator - Labu ukur
- Corong - PH meter
Pereaksi yang digunakan : - Spektrofotometer
- Larutan asam fluorida 40% - Buret seminikro
- Larutan asam sulfat 10% - Erlenmeyer
- Larutan asam sulfat (1:1) - Pipet isi
- Larutan asam klorida - Foto meter nyala
- Larutan kupferron - Penangas pasir
Penentuan besarnya kadar Al2O3 dengan Pereaksi yang digunakan :
menggunakan perhitungan : - Asam Fluorida 40%
- Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
Al2 O3 
 Z  Z  0.0025485  10  100%
'
- Larutan baku Fe2O3 100 ppm
g - Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam air
- Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
Dimana : Z = ml titrasi blangko - Larutan hidroksilamonium klorida 10% dalam
Z = ml titrasi contoh air
g = bobot contoh dalam g - Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Larutan H2O 3%
3.2.2 Kadar SiO2 - Larutan Amonia (1:1)
Peralatan yang digunakan : - Asam Fluorida 40%
- Neraca - Larutan H2SO4 (1:1, 1:9, 1:19)
- Cawan platina - Larutan baku Fe2O3 100 ppm
- Penangas Air - Larutan 1,10 – fenantrolin 0,25% dalam air
- Tungku pembakaran - Larutan natrium asetat 2 M dan 0,2 M
- Desikator - Larutan hidroksilamonium klorida 10% dalam
- Gelas piala air
- Labu ukur - Larutan baku TiO2 1000 ppm
- Buret mikro - Larutan H2O 3%
- Spektrofotometer - Larutan Amonia (1:1)
pengotor berupa mineral besi,biasanya dapat
Penetapan kadar Fe2O3 dengan menggunakan berupa : hematitatau magnetit yang memberikan
pengaruh terhadap warna lempung pada saat
Cx mentah dan pada saat setelah dibakar,namun
Fe 2O3  d   100%
1000  mg.contoh mineral tersebut perlu lebih dalam dianalisa karena
rumus : mempunyai beberapa puncak difraksi yang hampir
Dimana d adalah angka pengenceran. sama. Lempung fungsinya dalam massa raga
keramik sebagai pengikat atau pengisi.
Penetapan kadar TiOs dengan menggunakan rumus
d  Cx 4.2 Analisa Kimia
TiO 2   100%
1000  mg.contoh
Hasil dari Analisis kimia dengan
Dimana d = 2500 menggunakan Metode Basah (Metode
Konvensional seperti terlihat pada Tabel 1) Tampak
Penetapan kadar CaO dengan menggunakan bahwa kandungan oksida besi mencapai 7.11 %,
rumus : kandungan mineral logam berat sangat
5  a  M  56,08 berpengaruh terhadap warna tanah baik pada
CaO   100%
mg.contoh kondisi sebelum dan sesudah dibakar. Hasil analisa
Dimana M = molaritas EDTA yang sebenarnya kimia ini juga menunjukkan bahwa tanah desa
Banyubiru tidak dipersyaratkan sebagai bahan
Penetapan kadar K2O dengan menggunakan rumus keramik jenis porselin, karena kandungan Fe 2O3
2000  C  94,2 yang lebih dari 1%. Fe2O3 dan TiO2 akan bersifat
K 2O   100% sebagai pelebur yang kuat jika tanah tersebut
mg.contoh  1000  78,2
dibakar dengan suhu lebih dari 1000oC. Kandungan
oksida SiO2 dan Al2O3 akan sangat menentukan
Penetapan kadar Na2O dengan menggunakan sifat tanah api dari suatu bahan.
rumus :
2000  C  61,994 Tabel 1 Hasil Analisis Oksida-Oksida Kimia
Na 2O   100%
1000  mg.contoh  15,994
Unsur Persentase
3.2.4 Penentuan Hilang Pijar
SiO2 51.09
Penimbangan 1,0 g contoh , kemudian Al2O3 18.05
dimasukkan ke dalam cawan platina pijarkan pada Fe2O3 7.11
suhu  1100oC selama 2 jam. Dinginkan dalam TiO2 0.76
desikator dan ditimbang sampai berat tetap. CaO 3.54
MgO 1.35
W0  W1 K2O 0.87
Hilang.Pijar   100% Na2O 1.55
W0 SO3 -
Wo = Berat contoh dalam gram CO2 -
W1 = Berat Sisa Pembakaran, dalam gram HP 14.76
Jumlah 99.08
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis sifat kimia dengan cara
4.1 Analisa Mineral pengujian kandungan oksida-oksida kimia dapat
dipakai untuk memperkirakan jumlah persentase
Hasil analisa mineral seperti terlihat pada kandungan mineral dengan Metode Analisis
Gambar 3. Komposisi mineral terdiri dari Anortit dan Rasional.
Montmorillonit. Kedua mineral tersebut adalah Pengertian Analisis Rasional yaitu dengan
mineral dominan. Montmorillonit adalah salah satu cara mengasumsikan jenis-jenis mineral yang
jenis mineral lempung, sedangkan anortit adalah terkandung dalam bahan yang bersangkutan
salah satu mineral feldspar terdapat pula mineral mempunyai rumus kimia tertentu, dan jumlah
persentase oksida-oksida menurut Analisis kimia
merupakan komposisi mineral-mineral tersebut. Tabel 2 Perkiraan Jumlah Kandungan Mineral
Adapun prosedur analisa rasional adalah sebagai Menurut Analisis Rasional
berikut :
1. K2O, Na2O dan CaO digabungkan masing- Komposisi Perkiraan Jumlah Persentase
masing dengan SiO2 dan Al2O3 yang dibutuhkan. Mineral Mineral
Dan dipostulatkan sebagai mineral ortoklas, Albit 14.659
albit, anortit, jumlah Al2O3 dan SiO2 yang Anortit 19.599
dibutuhkan oleh masing-masing mineral Ortoklas 5.702
dikurangkan dari jumlah masing-masing mol Serpentin 0.929
Al2O3 dan SiO2. Hematit 7.855
2. Sisa jumlah mol Al2O3 dipostulatkan dari Rutil 0.893
kaolinit yang dibutuhkan oleh SiO2 dan H2O atau Kaolonit 26.31
dikurangkan dengan Hilang Pijar. Kuarsa 24.052
3. Jika MgO bukan berasal dari Magnesit
(MgCO3) atau dolomit (MgCO3.2SiO2.2H2O) atau Dari komposisi mineral Lempung des
talk (3MgO.4SiO2.2H2O) dimungkinkan. Banyubiru merupakan lempung berwarna coklat
4. Sisa SiO2 yang ada diasumsikan sebagai dengan montmorillonit, feldspar dan silika.
kuarsa.
5. Fe2O3 diasumsikan sebagai hematit Sedangkan dari komposisi kimia dapat
(Fe2O3). Jika masih ada sisa Hilang Pijar setelah dievaluasi pula pemanfaatannya sebagai bahan
pengurangan H2O dari kaolinit dan talk, dapat keramik dengan menggunakan diagram Avgustinik
diasumsikan senagai limonit (Fe2O3.H2O), walau (Gambar 1),
hal tersebut dapat jika keberadaan pyrit (FeS 2)
jelas adanya.
6. Jika koeksistensi kaolinit dan ortoklas,
bahkan jika adanya mineral muskovit diketahui
dengan jelas, tetapi hal ini tidak mungkin untuk
menghitung kandungannya. Bahkan jika K2O
ada dalam feldspar atau muskovit, namun
sebenarnya mineral-mineral tersebut
mempunyai pengaruh yang sedikit pada sifat-
sifat lempung sebagai bahan baku keramik.
7. Jika TiO2 ada dalam lempung. Ilmenit
(Fe2O3.TiO2) dimungkinkan. Namun jika Fe2O3
tidak cukup untuk ilmenit maka sebagian TiO 2
diasumsikan rutil (TiO2).
Persentase masing-masing mineral mineral dapat
dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1 Diagram Avgustinik

bahwa perbandingan antara Al2O3 : SiO2 dan untuk


 R2O + RO + Fe2O3. Dapat disimpulkan bahwa
untuk Tanah Desa Banyubiru terletak pada daerah
4 yaitu lempung yang digunakan untuk pembuatan
genteng. Lempung Desa Banyubiru ini memang
telah dimanfaatkan untuk pembuatan genteng.
8. SII. 0654-82, Kaolin Sebagai Bahan Baku
5. KESIMPULAN Barang Keramik Halus, Departemen
Perindustrian.
Dari hasil analisa dengan menggunakan 9. SII. 1145-84, Feldspar Untuk Pembuatan
metode difraksi sinar-X dapat disimpulkan sebagai Badan Keramik Halus, Departemen
berikut : Perindustrian.
1. Lempung Desa Banyubiru termasuk ke 10. SII.0454-81, Cara Uji Kimia Untuk Lempung
dalam lempung berwarna coklat dengan Dan Feldspar Metoda Basah, Departemen
kandungan mineralnya : montmorilonit, feldspar Perindustrian.
dan kuarsa. 11. Singer, F., and Sonja, S., “Industrial Ceramics”,
2. Pemanfaatan lempung Desa Banyubiru Publikasi I, Chapman and Hall, London, 1963.
dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat 12. Sukandar, A ,(1976),”Diktat Geologi Struktur
genteng. Indonesia”, Departemen Teknik Geologi Institut
3. Mineral-mineral dengan persentase kurang Teknologi Bandung, hal 23-31 dan 97 – 102.
dari 3% tidak dapat terdeteksi dengan alat X- 13. Tucker.M., Hardy. R, (19 ), Technique in
Ray diffractometer untuk itu ditunjang dengan Sedimentology, X-Ray Powder Diffraction of
data dari analisa kimia sehingga akan dapat Sediment, Blackwell Scientific Publications,
diketahui jenis mineral dengan persentase kecil 191-228.
tersebut.
RIWAYAT PENULIS
UCAPAN TERIMA KASIH
Totok Nugroho, SSi, lahir di Semarang tanggal 11
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Februari 1969. Lulus Sarjana Fisika Universitas
kepada Drs. Nuryasin Ardiwinata dari Direktorat Diponegoro Semarang. Sejak tahun 1995 hingga
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. saat ini bekerja pada UPT-PSTKP Bali, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alexeyev, V.,(1969) “Quantitative Analysis”,


Translated from Russian, MIR Publisher,
Moscow, p. 152-156.
2. Anonymous,(1985) “Ceramic Engineering”,
Nagoya International Training Center-JICA,
Japan, p. 148-151.
3. Clews,FH,( 1955)”Heavy Clay Technology”, The
British Ceramic Research Association, Stoke on
Trent, p 382-384,.
4. Carol.D.,(1970), Clay Mineral : A Guide to Their
X-Ray Identification, US Geological Survey,
Menlo Park, California, 1-68.
5. Herman,S,(1961)”Ceramic Physical and
Chemical Fundamentals”, London,
Butterworths, p.33, 79, 324.
6. Parish.W.,(1969), Advances in X-Ray
Diffractometry of Clat Minerals, Phillips
Laboratories, Irvington-on-Hudson, New York,
231-257.
7. Shaw.D.B., Stevenson R.G., Weaver C.E.,
Bradley W.F.,(1971), In Griffin GM,
Interpretation of X-Ray Diffraction Data. In
Procedure in Sedimentary Petrology, Covver, R
E Edit, Wiley and Son, New York.
Komponen Silikat
Fe, Al, Ca, Mg, Si

Peleburan Dengan Na2CO3


Dalam Cawan Platina

Perlakuan
Asam

Filtrasi

Presipitasi Filtrat Fe,Al, Ca,Mg

SiO2 Pemisahan Filtrat

Amonia Air
Asam Asetat Asetat (PH 6-7)
Sodium Asetat Sodium Asetat
(PH 2-5) (PH 3-4)

Variamin Biru Indikator Cu Sisa Endapan

Filtrasi EDTA Filtrasi EDTA Presipitasi Cairan Super


Bila Dipanaskan Natant

Gambar 2 Diagram Alir Analisis Komponen Silikat

Anda mungkin juga menyukai