Anda di halaman 1dari 11

A.

OBESITAS PADA ANAK


Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan
menurut tinggi badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau
keduanya.
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan
dan terdapat di seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan
overweight, walaupun tidak selalu identik oleh karena obesitas
mempunyai ciri ciri tersendiri.
Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai
tanda dan gejala yang khas, yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu
rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung dengan payudara yang
membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai
pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki laki penis tampak kecil karena
terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik, pada anak perempuan indikasi
menstruasi dini.
Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita
yang disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit.orang tua
pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah
mengancam kesehatan anak tersebut. Namun tidak semua anak yang
gemuk dikategorikan sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga
anak yang memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata,selain itu
juga memiliki kadar lemak yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya.
jadi akan kelihata seperti anak yang memiliki obesitas.perlu
diketahui obesitas pada anak tidak bisa dilihat dari ukuran badan anak
tersebut.dalam hali ini dokter berperan penting untuk memeriksa apakah
anak itu termasuk anak yang memiliki obesitas.
a. Etiologi

Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain ,


keturunan, pola makan, obat-obatan, psikososial ekonomi, aktivitas, pola
pikir dan konsentrasi intake makanan.

b. Manifestasi klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada
anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama
anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga
pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang
itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan
dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka
penderita obesitas :

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan


relatif kecil dengan jari –
jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak
kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan
payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian
menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk
bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau
ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas
ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang


mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak
nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang
ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga
pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri


punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah
pinggul, lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan
kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan
keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan
kaki

c. Patofisiologi pada obesitas

Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,


yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada
bayi (infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan
pendamping ASI yang terlalu dini, terutama apabila makanan tersebut memiliki
kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak
dan dewasa, asupan energy bergantung pada diet seseorang.

Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam


bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan
oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan
faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom
atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi
diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,  yaitu: pengendalian
rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi
sekresi hormon.

Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-


sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen
dari perifer (jaringan adipose,  usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut
bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran
energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran
energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. 
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan
rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan
insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan  energi.

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan


adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic
center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan


tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis. Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen.

a. Sistem Perifer/Sistem Aferen


Merupakan sistem yang menyalurkan sinyal dari berbagai tempat.
Komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari jaringan
adiposa), ghrelin (dari lambung), peptide YY (dari ileum dan colon), serta
insulin (dari pankreas).
b. Nukleus Arkuatus dalam hipotalamus
Merupakan sistem yang memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal
dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu
(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-
regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY) dan AgRP
(Agouli-relate peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.
c. Sistem Eferen
Merupakan sistem yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde
pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan
penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan
dan otak tengah untuk mengontrol system saraf otonom.

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan


penurunan berat badan dengan menghailkan MSH (-Melanocyte
Stimulating Hormone), serta mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3
dan 4 (MC3/4R) sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik.
Sedangkan neuron NYP dan AgRP merangsang lapar (food intake) dan
peningkatan berat badan dengan mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron
orde ke-2nya sebagai efek oreksigenik.
Gambar 1. Pengaturan keseimbangan energy. Jaringan lemak menghsilkan sinyal
aferen yang mengaktifkan hipotalamus untuk mengatur nafsu makan dan
kekenyangan. Sinyal ini menurunkan intake makanan dan menghambat siklus
anabolik, serta mengaktifkan pemakaian energi dan mengaktifkan siklus
katabolik.

d. Epidemiologi

Di negara maju permasalahan kesehatan akibat obesitas saat ini melebihi


masalah kesehatan akibat rokok dan alkohol. Beberapa ahli menyebutkan
obesitas sudah suatu epidemi bahkan ada yang menyebutnya dengan pandemi.
Peningkatan prevalensi dari insiden obesitas di negara maju dan
berkembang sudah terjadi sejak 25 tahun terakhir. Di Indonesia sejak Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kedua sudah mulai ada data kelebihan berat
badan dan obesitas ini sejak dilaksanakan Riset Kesehatan Dasar pada 2007
sampai dengan Riset Kesehatan Dasar pada 2013.2 Dari publikasi di The Lancet
Juni 2016 melaporkan bahwa pada tahun 1980 ditemukan 1,225 milyar orang
dewasa di dunia sudah menderita kelebihan berat badan dan obesitas. Pada tahun
2011 meningkat menjadi 1,6 milyar orang dewasa mengalami kelebihan berat
badan dan 400 juta sudah obesitas. Kemudian pada tahun 2013 menjadi 2,3
milyar orang dengan kelebihan berat badan dan 700 juta sudah obesitas.

Di berbagai negara maju dan berkembang juga memperlihatkan bahwa


peningkatan prevalensi obesitas seperti di Amerika Serikat dari tahun 1960-1980
terjadi peningkatan dari 2-9% menjadi 15%. Pada dekade 1980-1990 prevalensi
obesitas ini meningkat dari 15% menjadi 20%. Sehingga pada tahun 2000
prevalensi
e. Asuhan keperawatan dengan obesitas pada anak
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,


suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor
register.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini


b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari
pasien yang pernah menderita obesitas
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara
keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial ,
ketaatan beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi
jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan,
mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan
dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur
atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening
4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :


hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing
(peningkatan kadar insulin).

5. Pola fungsi kesehatan


a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat 
menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri
dalam menopang berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi
dan amenouria

2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang lebih
2. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
3. Intervensi dan rasional
Diagnosa 1 : Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake makanan yang lebih

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi kembali normal
Kriteria hasil :
Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan
Menunjukan penurunan berat badan
Intervensi :
1.      Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien
2.      Timbang berat badan secara periodik
3.      Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan
nutrisi untuk penurunan berat badan
5.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu
maka(ex.dietilpropinion)
Rasional :
1.      Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi
2.      Memberikan informasi tentang keefektifan program
3.      Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai
dg rencana
4.      Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
5.      Penurunan berat badan

Diagnosa 2
 Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan :
            Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil :
            Mempertahankan ventilasi yang adekuat
            Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi :
1.  Awasi , auskultasi bunyi napas
2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
3. Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi
4. Ubah posisi secara periodic
5. Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain

Rasional :
1. Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi,
potensial atelektasis, hipoksia
2. Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal,
pasien lebih nyaman
3. Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan  napas, resiko atelektasis
minimal
4. Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja
napas

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang


berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan
dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh karena obesitas
mempunyai ciri ciri tersendiri.
B. SARAN
Semoga kedepannya kami dapat memeperbaiki makalah ini karena
makalah ini jauh dari kata sempurna, dan semoga kami mahasiswa dapat
menerapkan teori ini di lapangan saat praktek, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi.


Edisi4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong.
Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric
Nursing,FourthEdition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri.
Diposkan oleh rapiadi

Anda mungkin juga menyukai