Disusun oleh
NAMA SYAMSODINOR
NPM 1914201110063
KELAS B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup,
berkhasiat nyata dan berkualitas baik (Sambara, 2007). Saat ini banyak sekali beredar
berbagai macam jenis obat baik itu produk generik maupun produk dagang, pada
umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi produk obat
bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu disebabkan adanya
anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah dari pada produk yang bermerk
dagang (Rahayu dkk, 2006).
B. Rumusan Masalah
Adapun Permasalahan yang dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa itu Pengertian Obat Analgesik, macam-macam jenis obat analgetik, dan
Klasifikasi mendalam tentang obat Analgetik ?
2. Apa itu Pengertian Obat AntiInflamasi, macam-macam jenis obat Anti Inflamasi
dan Klasifikasi mendalam tentang ibat AntiInflamasi ?
3. Apa itu Pengertian Obat Kostikosteroid, macam-macam jenis obat kostikosteroid
dan Klasifikasi mendalam tentang obat Kostikosteroid ?
C. Tujuan
Dimana kita dapat mengetahui klasifikasi tentang obat baik itu dari pengertian
obat, macam-macam obat ,dosis, merek dagang, contoh obatnya dan lain-lain secara
mendalam. Dimakalah ini saya mempaparkan 3 materi obat yang terdiri yaitu Obat
Analgetik, Obat AntiInflamasi dan Obat Kostikosteroid.
BAB II
PEMBAHASAN
MATERI ANALGETIK
A. Pengertian Analgetik
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan
rasa nyaman pada orang yang menderita.
Analgetik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan
sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti
salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses,
yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan
individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik
menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain berdasarkan
struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan.
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever
somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang
sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai
aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
digunakan di Indonesia :
a. Morfin HCl
Morfin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun
menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih
merupaan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain
menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Meskipun
morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah dan menguntungkan,
yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air
dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting).
c. Fentanil HCl
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x morfin. Fentanil merupakan
opioid sintetik dari kelompok fenilpiperedin. Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah
menembus sawar jaringan.
d. Petidin
Petidin (meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,
tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia petidin
adalah etil-1metil-fenilpiperidin-4-karboksilat.
e. Tramadol
Tramadol adalah analgesik yang bekerja sentral, agonis terhadap reseptor µ serta mempunyai
afinitas yang lemah pada reseptor k dan d. Melalui reseptor µ tramadol meningkatkan efek
inhibisi descending spinal melalui penurunan reuptake norepinefrin dan serotonin. Efek tramadol
hanya bisa diantagonis oleh nalokson sebesar 30%. Tramadol dibuat sebagai rasemik yaitu
campuran antara enansiomer dimana enansiomer yang satu berfungsi menghambat reuptake
norepinefrin sedangkan yang satu lagi bekerja menghambat reuptake serotonin. Tramadol
dimetabolisme di hepar melalui enzim P-450 menjadi O-dismetiltramadol dan di sekresikan oleh
ginjal dalam bentuk metabolic aktif sehingga pada seseorang yang mengalami gangguan hati dan
ginjal harus dikurangi dosisnya.
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini
jugatidakmengakibatkanefekketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggun
aan ObatAnalgetika jenis Analgetik Narkotik).
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik
dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol
sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika
dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam
sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya
tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping
terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan
temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan
suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin
(PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan
berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul karena
mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya
berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan
brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat
menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan
reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan
1) Indikasi
a) Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan dengan analgesic
non-opioid.
b) Mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal
jantung kiri.
c) Mengehentikan diare
2) Kontraindikasi
Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem, kifoskoliosis, korpulmonarale kronik dan
obesitas yang ekstrim.
b. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain
1) Indikasi
Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanestetik.
2) Kontraindikasi
Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus dikurangi karena terjadinya perubahan
pada disposisi obat. Selain itu dosis meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama
antisipkosis, hipnotif sedative dan obat-obat lain penekanSSP. Pada pasien yang sedang
mendapat MAO inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi
dan demam.
1) Salisilat
a) Indikasi
1. Mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan
myalgia.
b) Kontraindikasi
Pada anak dibawah 12 tahun
2) Parasetamol
a) Indikasi
b) Kontraindikasi
Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi
berpotensi menyebabkan nefropati
analgesic.
3) Asam mefenamat
a) Indikasi
b) Kontraindikasi
Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil dan
pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid
mengurangi kehilangan darah secara bermakna.
4) Ibuprofen
a) Indikasi
b) Kontraindikasi
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui karena ibuprofen relative
lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesic.
a. Morfin
bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada
dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yang diperlukan.
b. Fentanil
Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan
untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB
digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi
bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah
suntikan 50 mg/ml.
c. Petidin
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis
parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.
d. Tramadol
Dosis tramadol 3mg/kgBB oral, IM, maupun IV efektif untuk penanganan nyeri sedang hingga
berat. Selain itu tramadol juga dapat digunakan sebagai agent anti menggigil postoperative.
a. Paracetamol
Dosis : Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 g/hari,pada penggunaan kronis
maksimum 2,5g/hari. Anak-anak:4-6 dd 10mg/kg,yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg,1-4 thn
120-180mg,4-6 thn 180mg,7-12 thn 240-360mg,4-6x sehari. Rektal 20mg/kg setiap kali,dewasa
4 dd 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bln 2-3 dd 120mg,1-4 thn 2-3 dd 240 mg,4-6 thn 4 dd 240
mg,dan 7-12 thn 2-3 dd 0,5 g.
Sediaan : Parasetamol (generik) siruf 120 mg/5 ml, Tablet 100 mg, 500 mg.
b. Asam mefenamat
Dosis : Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1gp.c,maksimum 4 g sehari, anak-anak sampai 1
tahun 10mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 4-6 dd, diatas 12 tahun 4 dd 320-500mg, maksimum
2g/hari. Rectal dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2tahun 2 dd 20mg/kg, diatas 2 tahun 3 dd
20mg/kg p.c. pada rema oral dan rectal 6 dd 1g, maksimum 8g/hari, pada serangan migren single
dose dari 1g, 15-30 menit sesudah minum domperidon atau metoklopramida. Untuk prevensi
sekuder infark jantung 1 dd 100mg dan setelah TIA 1 dd 40-100mg dengan loading-dose dari
100mg. Sediaan : Acetosal (generik) tablet 100mg, 500 mg
Dosis : Pada serangan rema atau encok oral dan rectal 2-3 dd 200 mg.
Obat anti inflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti
radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid,
yang juga memiliki khasiat serupa. AINS bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika. Inflamasi
adalah salah satu respon utama dari system kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi.
perbedaan dalam kinetik OAINS, semuanya memiliki kesamaan dalam beberapa sifat umum.
Metabolisme OAINS terutama dilanjutkan oleh famili CYP3A atau CYP2C dari enzim P450
dihati. Meskipun eksresi ginjal merupakan jalur eliminasi terakhir yang paling penting, hampir
semua OAINS mengalami eksresi dan reabsorbsi bilier yang bervariasi. Kebanyakan OAINS
sangat terikat pada protein (~98%) biasanya kepada albumin. Semua OAINS dapat ditemukan
AINS banyak digunakan pada pasien pediatric. Obat ini merupakan bahan aktif yang
serta digunakan untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu
mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri
lainnya.
C. Mekanisme Kerja
Mekanisme dan sifat dasar AINS, obat analgesik anti inflamasi non steroid merupakan
suatu kelompok sediaan dengan struktur kimia yang sangat heterogen, dimana efek samping dan
efek terapinya berhubungan dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim
mengapa kelompok yang heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping,
ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Mekanisme kerja yang berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971
oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan
indometason menghambat produksi enzimatik PG. Dimana juga telah dibuktikan bahwa jika sel
mengalami kerusakan maka PG akan dilepas.Namun demikian obat AINS secara umum tidak
menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu. Setiap obat menghambat cyclooxysigenase dengan cara yang berbeda.2 AINS
(COX-2).COX-1 selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan
fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2 merupakan enzim
indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan jaringan, tapi akan meningkat pada
keadaan inflamasi atau patologik. AINS yang bekerja sebagai penyekat COX akan berikatan
pada bagian aktif enzim,pada COX-1 dan atau COX - 2, sehingga enzim ini menjadi tidak
berfungsi dan tidak mampu merubah asam arakidonat menjadi mediator inflamasi
prostaglandin. AINS yang termasuk dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan
sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2 antara lain diclofenak, meloxicam, dan
cyclooxygenase (enzim pembentuk prostaglandin). NSAID hanya dipakai untuk nyeri inflamasi
dan antipiretik akibat produksi prostaglandin. NSAID mempunyai 3 efek yakni: anti-inflamasi,
analgesik (untuk nyeri ringan hingga sedang), dan antipiretik. Namun, NSAID tidak bisa
digunakan untuk mengatasi nyeri karena angina pectoris karena nyeri disebabkan karena
hipoksia dan penumpukan laktat. Penggunaan NSAID sebagai analgesik bersifat simptomatik
Pada keadaan gout arthritis, NSAID berperan untuk mengurangi inflamasinya. Asam urat
yang meningkat dan menurun masih dapat menyebabkan inflamasi sehingga menimbulkan nyeri.
Asam urat dapat menumpuk di jaringan (biasanya pada jari kaki tampak tofi, bendol- bendol).
Penggunaan NSAID masih menimbulkan recruitment sel radang karena tidak menghambat LOX/
leukotrien (chemotoxin). Namun efeknya ini perlu diturunkan untuk mencegah adanya
dan hanya mencegah simtom peningkatan prostaglandin pada kerusakan jaringan. Jadi, NSAID
memblok pembentukan prostaglandin, akan tetapi jaringan tetap rusak. NSAID efeknya bersifat
Penggunaan NSAID sebagai antipiretik digunakan untuk demam yang patologis (tidak
digunakan untuk demam karena peningkatan suhu setelah aktivitas yang berlebih). Demam
patologis dirangsang oleh zat pirogen endogen (IL-1) yang mengakibatkan pelepasan
serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis PG. Efek samping yang paling
sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai
anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda pada
masing-masing obat. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah: (1) iritasi yang bersifat
lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan
jaringan; dan (2) iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan
biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi
menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mucus usus halus yang bersifat
sitoprotektif.
F. Contoh-contoh Dari Obat AINS
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi pada
reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan antranilat.
Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare
berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali
250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400
mg sehari. Karena efek toksisnya di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak
dibawah 14 tahun dan ibu hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2. Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna
berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan mengalami efek
metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam,
dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama seperti
semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian
selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga
dosis.
3. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya terlihat pada dosis 1200-
2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma
dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi karena dapat
mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis prostaglandin
ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen
tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik
bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping
4. Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen bersifat
inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam
sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi obat melalui lambung dan kadar puncak
metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek samping obat ini sama seperti AINS lainnya,
pemakaian pada pasien tukak lambung harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus
dikurangi. Dosis untuk reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan
artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka
penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-inflamasi sebanding dengan
aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro indometasin menghambat
Absorpsi pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma
dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu, waktu paruh 2- 4 jam.
Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare,
perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan
disertai pusing. Hiperkalemia dapat terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis
prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurka pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan pada
gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis lazim
indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di malam hari 50-100 mg
sebelum tidur.
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam
enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari. Absorpsi
berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma. Frekuensi kejadian efek
samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%. Efek samping adalah gangguan
saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam
tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum
Meloksikam cenderung menghambat COXS-2 dari pada COXS-1. Efek samping meloksikam
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Struktur kimia golongan salisilat.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang
dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan substitusi pada gugus hidroksil,
misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu
dipertahankan antara 250-300 mg/ml. Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan
cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.
Setelah diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga
ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak
lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat
8. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat merupakan sejenis obat yang sering digunakan sebagai
penghilang rasa nyeri atau sakit minor, peradangan atau anti-inflamasi, dan antipiretik (pada
demam). Selain digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala,
nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk kondisi demam,
aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di
Molekul aspirin menempel pada enzim COX-2.Penempelan ini menghambat enzim melakukan
reaksi kimia. Bila tidak ada reaksi kimia yang dihasilkan, tidak ada pesan ditransmisikan ke otak
Dosis aspirin bervariasi sesuai dengan intensitas rasa sakit yang dirasakan. Biasanya dosis
normal adalah 324 mg setiap empat jam. Untuk sakit kepala berat, Anda dapat mengambil
hingga 648 mg aspirin setiap empat jam. Disarankan tidak mengonsumsi lebih dari 48 tablet
dalam jangka waktu dua puluh empat jam. Anak-anak di bawah usia dua belas tahun harus
A. PENGERTIAN KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk
menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau
inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Kortikosteroid, seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di kelenjar adrenal
bagian terluar atau korteks. Sementara itu, kortikosteroid dalam bentuk obat disebut
kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang sama dengan kortikosteroid alami.
Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah:
Betametason
Dexamethasone
Methylprednisolone
Prednison
Prednisolone
Triamcinolone.
Asma
Rheumatoid arthritis
Bronkitis
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.
Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat yang bisa
melepaskan senyawa-senyawa yang menjadi pemicu peradangan.
Peringatan:
Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan untuk hamil, disarankan
untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan obat kortikosteroid.
Harap berhati-hati dalam menggunakan kortikosteroid jika menderita penyakit jantung,
gangguan fungsi hati, tukak lambung atau ulkus usus dua belas jari (duodenum),
gangguan kesehatan mental, pengeroposan tulang atau osteoporosis, katarak,
diabetes, epilepsi, atau mengalami gangguan pada kulit seperti infeksi kulit, jerawat, luka
terbuka, hingga rosacea.
Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lain, termasuk suplemen atau herba,
karena dikhawatirkan dapat menimbulkan interaksi obat yang tidak diinginkan.
Diskusikan kepada dokter mengenai pemakaian kortikosteroid bersama dengan obat-obat
berikut ini: obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS (seperti: diclofenac, ibuprofen, atau
naproxen), vaksin (seperti: MMR, BCG), digoxin, diuretik, warfarin, salbutamol, serta
obat untuk diabetes, epilepsi, dan obat HIV/AIDS.
Jika telah digunakan untuk jangka panjang, obat jangan dihentikan secara tiba-tiba.
Konsutasikan kembali dengan dokter untuk menghentikan obat secara bertahap.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
A. Betametason
Merek dagang: Betam-opthal, Betametason Valerate, Beprosone, Canedrylskin, Celestik,
Diprosone OV, Hufabethamin, Meclovel Nilacelin, Ocuson.
Kondisi: Peradangan atau alergi
Obat Suntik
Dewasa: 4-20 mg per hari.
Anak-anak:
Anak usia 1 tahun atau kurang: 1 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Anak usia 2-5 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai kebutuhan.
Anak usia 6-12 tahun: 4 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai kebutuhan.
Kondisi: Psoriasis
Tetes mata
Dewasa: Dosis awal sebanyak 1-2 tetes pada mata meradang tiap dua jam, lalu frekuensi
pemberian tetes mata akan dikurangi jika kondisi mata telah berangsur membaik.
B. Dexamethasone
Merek dagang dexamethasone: Alletrol Compositum, Dexamethasone, Dexaharsen, Dextamine,
Etadexta, Kalmethasone, Mexon, Oradexon, Tobroson.
Kondisi: Peradangan
Cairan suntik
Dewasa: 0,8-4 mg tergantung dari ukuran daerah sendi yang meradang. Kemudian, untuk
suntik jaringan lunak sebanyak 2-6 mg dan bisa diulang tiap 3 hari - 3 minggu.
C. Methylprednisolone
Merek dagang methylprednisolone: Advantan, Intidrol Medixon, Metilgen 8,
Methylprednisolone, Medrol, Nichomedson, Ometilson 8, Rhemafar, Solumedrol, Somerol,
Stenirol-8.
Kondisi: Alergi
Tablet
Dewasa: 24 mg pada hari ke-1, 20 mg pada hari ke-2, 16 mg pada hari ke-3, 12 mg pada
hari ke-4, 8 mg pada hari ke-5, dan 4 mg pada hari ke-6.
Tablet
Dewasa: 2-60 mg per hari dibagi 1-4 kali dosis tergantung dari penyakit yang sedang
diobati.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari.
Serbuk suntik
Dewasa: 10-500 mg per hari melalui suntik pembuluh darah.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari melalui suntik pembuluh darah.
Krim
Dewasa: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil secukupnya dengan ujung
jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati, maksimal selama 12 minggu.
Anak-anak: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil krim secukupnya dengan
ujung jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati, maksimal selama 4 minggu.
D. Prednison
Merek dagang prednison: Eltazone, Etacortin, Ifison, Inflason, Lexacort, Pehacort, Prednison,
Remacort, Trifacort.
Kondisi:Alergi
Tablet
Dewasa: 30 mg pada hari ke-1 pengobatan, lalu dilanjutkan pemberian dosis 5 mg pada
hari seterusnya sampai tablet ke-21.
Kondisi: Rheumatoid arthritis
Tablet
Dewasa: Hingga 10 mg per hari tergantung beranya penyakit.
Kondisi: Asma
Tablet
Dewasa: 40-60 mg per hari, dibagi menjadi 1-2 kali pemberian selama tiga hari atau
lebih.
Bayi baru lahir sampai anak usia 11 tahun: 1-2 mg/kgBB per hari selama 3 hari atau
lebih. Dosis maksimal adalah 60 mg per hari.
E. Prednisolone
Merek dagang prednisolone: Borraginol-S, Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, CP Krim,
Colipred, Klorfeson, Lupred 5, P-Pred, Predxol.
Kondisi: Alergi, peradangan, penyakit autoimun
Tablet
Dewasa: 5-60 mg per hari dibagi menjadi 2-4 kali pemberian. Dosis pemeliharaan adalah
2,5-15 mg per hari.
Anak-anak (mulai usia usia 1 bulan): Dosis awal adalah 1-2 mg/kgBB, satu kali per
hari. Dosis bisa diturunkan secara bertahap setelah beberapa hari jika diperlukan. Dosis
maksimal adalah 60 mg per hari.
Kondisi: Rheumatoid arthritis
Tablet
Dewasa: Dosis awal adalah 5-7,5 mg per hari disesuaikan dengan kebutuhan.
Lansia: 5 mg per hari.
Krim salep
Dewasa: ambil secukupnya dengan ujung jari, lalu oleskan secara merata ke daerah yang
ingin diobati.
Kondisi: Konjungtivitis
Tetes mata
Dewasa: Tersedia dalam larutan 0,12% atau 1%, 1-2 tetes pada mata yang meradangi, 2-
4 kali per hari. Frekuensi penetasan dapat dilakukan cukup sering pada 24-48 jam
pertama, jika diperlukan. Jika setelah dua hari, kondisi belum kunjung membaik, segera
temui dokter.
F. Triamcinolone
Merek dagang triamcinolone: Cincort, Flamicort, Kenalog In Orabase, Sinocort, Triamcinolone,
Tremacort, Triacilon, Trilac. Tanyakan kepada dokter mengenai kegunaan dan dosis
triamcinolone tablet
Kondisi: Luka di mulut
Pasta
Dosis: Untuk luka yang tidak terlalu luas, gunakan pasta kurang dari 1 cm ke daerah yang
luka tanpa menggosoknya, hingga membentuk lapisan tipis. Gunakan secukupnya setelah
makan dan sebelum tidur malam. Temui dokter jika luka tidak kunjung sembuh setelah 7
hari pemakaian.
Cairan suntik
Dosis: 1-3 mg langsung pada kulit yang meradang, maksimal 30 mg untuk sejumlah area
suntik
Kondisi: Rinitis alergi
Semprot hidung
Dewasa: 2 kali semprot per hari (110 mikrogram) untuk masing-masing lubang hidung.
Dosis dikurangi menjadi 1 kali semprot per hari (55 mikrogram) untuk masing-masing
lubang hidung.
Anak-anak usia 2-12 tahun: Sekali semprot per hari untuk masing-masing lubang
hidung. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 kali semprot per hari untuk masing-masing
hidung jika gejala makin parah.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Alangari, A. (2014). Corticosteroids in the Treatment of Acute Asthma. Annals of Thoracic Medicine,
9(4), pp. 187-192