Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatra dan ibu kota
provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia
dari Samudra Hindia, dengan garis pantai sepanjang 68,126 km di daratan Sumatra.
Selain itu, terdapat pula 19 buah pulau memukau yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai wisata pantai dan bahari.
Salah satunya yaitu pantai Pasir Jambak yang terletak di jalan Teratai, Kelurahan
Pasir Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah. Pantai ini terletak 17 km dari Ibukota Sumatera
Barat. Disekitar kawasan ini merupakan daerah peneluran penyu yang bertelur sepanjang
tahun. Jenis penyu yang banyak ditemukan di kawasan ini diantaranya penyu hijau, penyu
sisik, penyu lekang dan penyu abu-abu.
Penyu memiliki siklus hidup yang begitu lama dan mempunyai nilai ekonomis yang
sangat tinggi. Sehingga sering ditemukan pemburuan illegal penyu untuk diambil telurnya
maupun daging dan organ tubuh. Akibatnya, jumlah penyu dialam liar menurun drastis.
Keberadaan penyu telah dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.
7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan secara
internasional (CITES) telah memasukkan penyu sebagai satwa appendix 1. Menurut Ivan
Juhandra (2005) menyatakan bahwa perdagangan satwa liar yang telah masuk appendix 1
dilarang, kecuali hasil penangkaran mulai dari keturunan F2. Selain itu, kegiatan
konservasi secara aktif harus terus dilakukan untuk menjaga kelestarian penyu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kepunahan penyu ?
2. Mengapa perlu dilakukan konservasi ?
3. Apakah langkah yang bisa kita lakukan dalam upaya pelestarian penyu ?

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode
survei dan wawancara mengenai kegiatan konservasi penyu. Penelitian dilakukan di
tempat penangkaran penyu Pantai Pasir Jambak Kelurahan Pasir Nan Tigo, Kecamatan
Koto Tangah, dari tempat penangkaran penyu tersebut didapatkan informasi dari lembaga
konservasi penyu Pantai Pasir Jambak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelestarian
Secara umum, pelestarian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk
merawat, melindungi dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai guna
untuk dilestarikan. Menurut Pontoh (1992:36) mengemukakan bahwa konsep awal
pelestarian adalah konservasi yaitu upaya melestarikan dan melindungi sekaligus
memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa
kehidupan.
B. Definisi Umum Penyu
1. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cyrptodira
Family : Cheloniidae
Negara Indonesia yang juga merupakan Negara bahari memiliki laut yang
mengandung kekayaan flora dan fauna yang beragam. Salah satu fauna laut yang
terdapat di Indonesia adalah penyu. (Juhandara, 2005).
2. Morfologi Penyu
Penyu memiliki sepasang tungkai depannya yang berupa pendayung yang
memberinya ketangkasan berenag dalam air. Walaupun selama bertahun-tahun
berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata itu tetap harus naik ke
permukaaan air untuk mengambil napas. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan
jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3000 kilometer
dapat di tempuh 58-73 hari (Juliono, 2017).
Penyu merupakan hewan pemakan segala (omnivora). Setiap jenis penyu mempunyai
makanan yang spesifik. Penyu mempunyai alat pencernaan luar yang keras, untuk
mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan. Penyu sisik
mempunyai bentuk kepala dan paruh yang meruncing untuk memudahkan mencari makanan
di terumbu karang. Penyu lekang merupakan salah satu penyu yang bersifat karnivora.
Paruhnya kuat dan besar untuk memangsa ikan, cumi cumi, uburubur, bintang laut, kepiting,
udang dan kima (Raden Ario, dkk., 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
deskriptif. Menurut Nasir dalam Ario (2016), metode survei deskriptif yaitu metode yang
digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara faktor-faktor lingkungan atau fenomena yang
dipelajari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung di
lapangan. Metode wawancara dengan pengelola instansi terkait, observasi atau
pengamatan secara langsung kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui
kegiatan konservasi penyu yang ada di pantai Pasir Jambak.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Hari / tanggal : Kamis / 26 Oktober 2020
Waktu : 09.00 - selesai
Tempat : Kawasan Pantai Pasir Jambak, Kel. Pasir Nan Tigo, Kec. Koto Tangah

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyu merupakan salah satu hewan langka yang hampir punah dan termasuk hewan
yang dilindungi di dunia. Perburuan, pencurian telur penyu, dan pencemaran pantai
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan menurun drastisnya populasi hewan
langka tersebut.
Untuk menanggulangi permasalahan terancamnya kepunahan populasi penyu, di
Indonesia terdapat kebijakan konservasi penyu yang dibuat pemerintah melalui
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan dijadikan sebagai program kebijakan
pemerintah pusat dan dilaksanakan di daerah-daerah tertentu.
Salah satu daerah yang melaksanakan program pemerintah pusat tersebut adalah
pemerintah Kabupaten Sukabumi, kebijakan tersebut dilaksanakan di kawasan konservasi
penyu hijau yang terletak di Desa Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi. Desa
Pangumbahan yang satu hamparan dengan pantai Ujung Genteng merupakan daerah
pesisir pantai selatan Jawa Barat yang terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten
Sukabumi. Desa Pangumbahan ditetapkan menjadi kawasan konservasi penyu dengan
status Taman Pesisir dengan dasar hukum SK Bupati Nomor. 523/Keputusan.639-Dinas
Kelautan dan Perikanan (Dislutkan)/2008 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember
2008. Kawasan konservasi penyu terletak di Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap,
Kabupaten Sukabumi,

Penyu merupakan salah satu jenis hewan purbakala yang masih tersisa. Penyu
mempunyai siklus hidup yang sangat lama yakni 15-50 tahun untuk bisa bereproduksi.
Kerentanan hidup spesies ini pun relatif sedikit yakni 5% dari 60-150 butir jumlah telur
yang dikeluarkan oleh induk. Secara ekonomi, penyu mempunyai nilai yang tinggi
sehingga telur, daging dan organ tubuhnya sering diburu secara illegal dan berlebihan.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan penyu masuk dalam Red List of Threatened
Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam) oleh The World Conservation Union
(IUCN). Salah satu upaya untuk melestarikan keberadaan penyu agar tidak punah adalah
dengan konservasi secara aktif. Dengan konservasi, kita akan dapat mengontrol dan
menjaga ekosistem laut sebagai daya dukung hidup manusia. Karena, keseimbangan
ekosistem akan berdampak pada kelangsungan hidup biosfer dan salah satunya
diantaranya adalah manusia.

Anda mungkin juga menyukai