Irma Kusumawati
NIM. P1337420418025
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU
DENGAN PENGELOLAAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF
Irma Kusumawati
NIM. P1337420418025
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal karya tulis ilmiah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Klien Tuberculosis Paru Dengan Pengelolaan Bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri,
bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal karya tulis
ilmiah pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketetuan yang berlaku.
Irma Kusumawati
P1337420418025
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang disusun oleh Irma Kusumawati, NIM.
P1337420418025, dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Tuberculosis
Paru dengan Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Ini telah diperiksa
dan disetujui untuk diuji.
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mu’awanah, S.Kep.Ns, MHKes Ketua (.........................)
NIP. 197005261998032003
Mengetahui,
Ketua Prodi D III Keperawatan Blora
v
KATA PENGANTAR
vi
10. Teman sepembimbing yang telah berjuang bersama dalam penyelesaian
karya tulis ilmiah dalam keadaan susah maupun senang.
11. Teman seangkatan 3A dan 3B angkatan tahun 2018 yang telah berjuang
bersama.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini tidak luput dari
kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran demi pembuatan proposal karya tulis ilmiah di
masa mendatang. Semoga hasil proposal karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
HALAMAN JUDUL……………............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN........................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
i
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 3
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian……………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tuberculosis Paru……………………………………… 7
1. Definisi…………………………………………………......... 7
2. Etiologi…………………………………………………......... 7
3. Manifestasi klinis …………………………………………… 8
4. Klasifikasi …………………………………………………... 9
5. Patofisiologi ………………………………………………… 10
6. Pathway …………………………………………………….. 12
7. Pemeriksaan diagnostik …………………………………….. 13
8. Penatalaksanaan …………………………………………...... 15
B. Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif………………. 19
1. Konsep Bersihan Jalan Napas……………………………….. 19
2. Etiologi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif………………... 19
3. Batas Karakteristik Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif……. 20
4. Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif…………… 21
C. Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru……………………….. 23
1. Pengkajian…………………………………………………… 23
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………… 29
3. Rencana Keperawatan……………………………………..... 30
4. Tindakan Keperawatan……………………………………… 33
5. Evaluasi……………………………………………………… 33
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….... 34
A. Rancangan Penelitian…………………………………………. 34
B. Subyek Penelitian……………………………………………... 34
viii
C. Tempat dan Waktu……………………………………………. 35
D. Variabel dan Definisi Oprasional……………………………... 36
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 36
F. Teknik Analisa Data…………………………………………... 38
G. Etika Penelitian……………………………………………...... 38
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 40
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Panduan Pemberian Obat OAT .......................................... 18
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pathway Tuberculosis Paru .......................................................... 12
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
8. SOP Suction
9. SOP Nebulizer
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seluruh organ lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernasapan
dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling
banyak melalui inhalasi droplet yang bersal dari orang yang terinfeksi
bebas dari TBC. Menurut WHO, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberkulosis, dan setiap detiknya ada satu orang yang terinfeksi
1
2
minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
hasil riset insidens TB yaitu 321 per 100.000 (Riskesdas, 2018). Di Jawa
angka tertinggi di kota Magelang yaitu 404,5 per 100.000 penduduk, dan
nafas menjadi tidak efektif. Selain itu penderita TB juga terkadang tidak
bersihan jalan napas tidak efektif (Yuliati Ali, 2013 dalam Hasaini,
oksigen dalam paru berkurang maka otak juga tidak mendapatkan oksigen
yang cukup dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak, Fungsi
Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani bersihan jalan napas tidak
efektif dengan cara memberikan tindakan teknik relaksasi napas dalam dan
dapat menghemat energi sehingga klien tidak mudah lelah dan dapat
2018).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Proposal Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menjadi salah satu
tidak efektif.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi perawat
efektif
d) Bagi penulis
Tuberculosis paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a) Agen infeksius utama, mycobacterium tuberculosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet.
7
8
3. Manifestasi klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain
yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada
sejumlah penederita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang – kadang asimtomatik. (Andra Saferi W dan Yessie
Mariza P, 2015, p.140)
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk: Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula – mula
bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur
darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah: darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
tergantung dari besar kecilnnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas: gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal – hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain – lain.
4) Nyeri dada: nyeri dada pada Tuberculosis paru termasuk
nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistematik:
9
4. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi. (Andra Saferi W dan Yessie Mariza
P, 2015, p.137)
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi
sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA Positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1
kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik
positif 1 kali.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru
aktif.
2) BTA Negatif, biarkan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
10
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan
paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih
mendukung).
5. Patofisiologi
Basil tuberkal yang mencapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil
karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga
hidung dan tidak menyebabkan penyakit, Setelah berada dalam ruang
alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas atau
di bagian lobus bawah) basil Tuberkulosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Lekosit polimorio nuklear tampak pada tempat tersebut
dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari – hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus
dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak didalam sel. Basil
juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa, membentuk jaringan perut yang akhirnya membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkal.
Lesi primer paru – paru disebut fokus Ghon gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini
11
Infeksi primer
Batuk produktif
Batuk darah
Sesak napas
Penurunan kemampuan batuk
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan
adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal
dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.
Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada
gambaran khusus mengenai tuberkulosis paru awal kecuali lokasi
di lobus bawah dan biasanya berada disekitar hilus. Karakteristik
kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris – garis opaque yang
ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria
yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga
sebagai Pneumonia atau suatu proses eksudatif, yang akan tampak
lebih jelas dengan pemberian kontras, sebagaimana gambaran dari
penyakit fibrotik kronis. Tidak jarang kelainan ini tampak kurang
jelas dibagian atas maupun bawah, memanjang di daerah
klavikula atau suatu bagian lengan atas dan selanjutnya tidak
dapat perhatian kecuali dilakukan pemerikaan rontgen yang lebih
teliti. (Arif Muttaqin,2014, p.89).
b. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk menemukan hubungan
kasus tuberkulosis inaktif stabil yang ditunjukkan dengan adanya
gambaran garis – garis fibrotik ireguler, pita parekimal,
klasifikasi nodul, dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas
bronkhovaskular, bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial.
Sebagaimana pemeriksaan rontgen thoraks, penentuan bahwa
14
8. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan tubekulosis paru, Zain (2001) membagi
penatalaksanaan menjadi tiga bagian yaitu pencegahan, pengobatan,
dan penemuan penderita (active case finding). (Arif Muttaqin, 2014,
p.79)
a. Pencegahan Tuberculosis Paru
1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila
tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif,
diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi
hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass Chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu, misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan
b) Penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
3) Vaksinasi BCG
16
Keterangan :
Obat anti-TB Esensial = Jenis atau nama obat yang diberikan pada
penderita tuberculosis
c) Penemuan penderita
(1) Penatalaksanaan terapi : asupan nutrisi adekuat/mencukupi.
(2) Kemoterapi, yang mencakup pemberian
(a) Isoniazin (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil
yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama 18-24
bulan dan dengan dosis 10-20 mg/kg BB/ hari per Oral.
(b) Kombinasi antara INH, Rifampicin, dan Pyrazinamid
diberikan selama 6 bulan.
(c) Obat tambahan, antara lain Streptomicin per Intramus-
cular dan Ethambutol.
(d) Terapi Kortikostreoid diberikan bersamaan dengan obat
anti-TB untuk mengurangi respon peradangan, misalnya
pada meningitis.
(3) Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil, untuk
mengangkat jaringan paru yang rusak. (Muhammad
Ardiansyah, 2012. p.309)
1. Inhalasi Oksigen
diantaranya adalah :
a. Nasal Kanul
liter/menit.
2. Fisioterapi Dada
a. Perkusi
b. Vibrasi
23
mukus kental.
c. Postural Drainage
mengeluarkan sekret.
trakheostomi tube.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Masalah diagnosa
pada Tuberkulosis paru yang penulis angkat pada karya tulis ini
adalah :
D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif
30
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
b. Penyebab
1) Fisiologis: Spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas,
disfungsi neuromoskuler, benda asing dalam jalan napas,
adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan,
hyperplasia jalan napas, proses infeksi, respon alergi, efek
agen farmakologi (misal anastesi).
2) Situasional: Merokok aktif, merokok pasif, terpajan
polutan.
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif: -
2) Objektif: Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan atau ronchi kering.
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif: Dispnea, sulit bicara, ortopnea.
2) Objektif: Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,
frekuensi napas berubah, pola napas berubah.
e. Kondisi klinis terkait
1) Gullian barre syndrome
2) Sklerosis multipel
3) Myasthenia gravis
4) Prosedur diagnostik (misal bronkoskopi,
transsesophageal, echocardiography)
5) Depresi sistem saraf pusat
6) Cidera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Sindrom aspirasi mekonium
10) Infeksi saluran napas
31
3. Intervensi Keperawatan
a. Konsep intervensi keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Intervensi adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat berdasarkana
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
b. Faktor yang mempengaruhi penyusunan intervensi
keperawatan Dalam menentuan intervensi keperawatan
perawat perlu mempertimbangkan beberapa faktor, antara
lain :
1) Karakteristik diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan diharapkan dapat mengatasi etiologi
dan tanda/gejala diagnosis keperawatan. Jika tidak, maka
akan dapat mengeliminasi faktor resiko.
2) Outcome yang diharapkan
Outcome merupakan hasil akhir setelah dilakukannya
intervensi.
3) Kemampuan pelaksaaan intervensi
Perawat perlu mempertimbangkan waktu, tenaga/staf dan
sumber daya yang tersedia sebelum merencanakan
intervensi keperawatan.
4) Kemampuan perawat
Perawat diharapkan mengetahui rasionalisasi ilmiah terkait
intervensi keperawatan yang akan dilakukan.
5) Penerimaan pasien
Intervensi keperawatan harus dapat diterima oleh pasien dan
sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianut oleh pasien.
32
Rasionalisasi :
Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan
secret ke jalan napas untuk dikeluarkan. Sehingga
bernapas menjadi lebih lega.
d) Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari,
kecuali tidak diindikasikan.
Rasionalisasi :
Hidrasi yang memadai dapat membantu mengencerkan
secret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.
e) Bersihkan secret dari mulut dan trakea, bila perlu
lakukan suction. apabila pasien tidak mampu
mengeluarkan secret
Rasionalisasi :
Mencegah obstruksi dan aspirasi.
f) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT
Rasionalisasi :
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase, yaitu
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama
dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
direkomendasikanoleh WHO adalah Rimpafisin, INH,
Pirazinamid, Streptomicin, dan Etambutol.
4. Impementasi keperawatan
Perawat akan merealisasikan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat untuk mengatasi
pasien TB paru dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas
dengan cara mengobservasi tindakan yang telah dilakukan, karena
terdapat managemen shift, maka sebagian tugas akan di
34
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dalam proses pemberian
asuhan keperawatan untuk mendapatkan keberhasilan dari tindakan
yang diberikan, dengan melihat adanya respon klien perawat dapat
mengetahui apakah tindakan yang di berikan berhasil ataukah
tidak, jika berhasil maka tindakan dihentikan, dan jika tidak maka
perawat harus melakukan pengkajian ulang.
Penulis akan mengobservasi respon klien dengan cara :
a. Melihat respon klien disetiap tindakan yang dilakukan.
b. Respon yang ada dikumpulkan dan dapat dituangkan dalam
catatan perkembangan dalam bentuk SOAP (respon Subyektif,
respon Objektif, Analisa, perencanaan) untuk mengetahui hasil
tindakan.
c. Hasil akhir berupa perubahan dalam kondisi klien, dapat
berupa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah
belum teratasi, bahkan dapat menambah masalah baru. Kriteria
hasil yang diharapkan yaitu pasien dapat melakukan batuk
efektif Pernapasan pasien normal (16-24) tanpa penggunaan
otot bantu napas, bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan
pernapasan normal.
Hasil evaluasi yang didapatkan menunjukan bersihan jalan
nafas menjadi efektif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
tentang pengelolaan bersihan jalan napas tidak efektif pada klien Tuberculosis
B. Subyek Penelitian
dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama yaitu klien
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
2018, p.130)
34
35
2. Kriteria Eksklusi
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
tindakan keperawatan.
1. Wawancara
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
sekarang tentang sejak kapan keluhan yang dialami klien muncul, tindakan
apa yang telah dilakukan, bagaimana respon dari tindakan yang dilakukan
sakit seperti saat ini, sebelumnya, dan penyakit lain. Riwayat kesehatan
2. Observasi
klien dan hasil tindakan asuhan keperawatan pada klien Tuberculosis Paru
3. Pemeriksaan Fisik
tentang Tuberkulosis Paru dengan fokus studi bersihan jalan napas tidak
efektif.
ada dengan proses keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu kepada
klien pneumonia dengan gangguan bersihan jalan napas tidak efektif. Analisa
keperawatan sesuai tujuan dan kriteria hasil yang telah direncanakan. Data
disajikan dalam bentuk narasi dan disertai dengan ungkapan verbal dari subjek
G. Etika Penelitian
sanagat penting, maka penulis menjamin hak asasi responden dalam studi
39
kasus ini. Menurut Nursalam (2017) masalah etika terutama ditekankan pada
3. Confidentially (kerahasiaan)
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018) . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wahyudi, Setya Andri dan Wahid, Abd. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
dasar. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Hasaini, A. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Klien dengan Tuberkulosis Paru Di
Ruang Al- Hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Dinamika
Kesehatan. Volume 9, nomer 2. Akper Intan Martapura
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2018. (online).
41
42
http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokumen/profil2019/mobile/index.html
#p=102. diakses pada tanggal 10 Agustus 2020. Pukul 15.45 WIB
Data Jatengprov. (2019). Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru tahun 2013.
(online) http://data.jatengprov.go.id/dataset/0f19bb11-e797-43f0-a30e-
4081be453afe/resource/698a52e8-186f-4905-b9c9-
ddc797db8195/download/angka-keberhasilan-pengobatan-success-rate-tb-
tw-12019.xlsx Diakses pada tanggal 10 Agustus 2020 pukul 16.00 WIB.
Depkes RI. (2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2019. (online)
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasilriskesdas-
2018.pdf Diakses pada tanggal 10 Agustus 2020 pukul 16.00 WIB.
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN-POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
NIM : P1337420418025
Blora,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Blora
JONI SISWANTO, S.Kep.,M.Kes.
NIP. 196607131990031003
Lampiran 2 : Lembar Bimbingan KTI (Pembimbing 2)
LEMBAR KONSULTASI
PENULISAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN-POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
NIM : P1337420418025
4.
5.
6.
7.
Blora,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Blora
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN-POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
4.
5.
6.
7.
Blora,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Blora
A. BIODATA
2. NIM : P1337420418025
5. Alamat Rumah
a. Kelurahan : Plantungan
b. Kecamatan : Blora
c. Kab/Kota : Blora
6. Telepon :
a. Rumah :-
b. Hp : 085602725177
c. E-mail : irmakusumawati042@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. RIWAYAT ORGANISASI
sekarang
Irma Kusumawati
NIM. P1337420418025
Lampiran 5 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Batuk Efektif
BATUK EFEKTIF
Pengertian Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan menganggu di
sekret
2. Tissue
6. Bengkok
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
C. Tahap Kerja
2. Mempersiapkan pasien
tangan di abdomen
D. Tahap Terminasi
3. Mencuci tangan
FISIOTERAPI DADA
Pengertian Meningkatkan efisiensi pernapasan, pengembangan paru, kekuatan
drainase postural.
Tujuan 1. Melepaskan secret kental dari saluan pernapasan yang tidak
3. Handscon bersih
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
C. Tahap Kerja
relaksasi.
6. Jari dan ibu jari perawat dihimpitkan dan fleksi membentuk
inspirasi.
terserang.
8. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
2. Meningkatkan ventilasi
Kebijakan Klien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif
Petugas Perawat
Peralatan Alat bantu napas
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
C. Tahap Kerja
tangan di abdomen
tertutup)
8. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
mandiri.
Petugas Perawat
Peralatan 1. Suction dengan botol berisi larutan desinfektan
3. Pinset steril
desinfektan
6. Kasa steril
7. Kertas tissue
8. Stetoskop
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
C. Tahap Kerja
kearah perawat
detik
penghisapan berikutnya
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
prosedur.
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Unit Kerja RAWAT JALAN, UGD, KABER, POSTU/POLINDES