Anda di halaman 1dari 12

DETEKSI DINI MASALAH STUNTING DI DESA TOMBOLANGO

KECAMATAN SANGKUB KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW


UTARA TAHUN 2020

Disusun Oleh:
Wiyatri Hapsari Datunsolang
711331118049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES MANADO
2020
1. Latar Belakang

Deteksi dini adalah sebuah proses pengungkapan akan adanya


kemungkinan mengidap suatu penyakit. Untuk menghindari terjadinya sakit,
maka perlu upaya dini untuk mengenal kondisi, ini diharapkan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan dan gejala-gejala
sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang biasa dilakukan adalah
mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) suatu penyakit.
Pendekatan diagnosis ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekalutan yang
lebih para yang dapat merusak kepribadian. Hal ini dapat membantu individu
dalam mengembangkan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku
yang baik dan benar sehingga eksistensi seseorang bisa diterima dan diakui
dalam lingkungan sosial sebagai sosok insan yang sehat dan sempurna.

Deteksi dini juga sebagai bentuk pencegahan sejak awal terhadap indikasi-
indikasi akan terjadinya gangguan. Tujuan deteksi dini adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi
psikologis yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri
individu untuk menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan
penyakit. Disamping itu deteksi dini mempunyai fungsi dan tujuan yaitu :
fungsi pemahaman, pengendalian, peramalan, pengembangan, pencegahan dan
perawatan.

Gizi buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah


masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi
tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif untuk menciptakan
lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran
Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung
pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional
untuk mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang
pencegahan dan pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang
suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di beberapa wilayah di
Indonesia. Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian
makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistik untuk
menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria
ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting).3

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya


pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur
(PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score)
kurang dari -2 SD.1

Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun)


berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi
kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karena itu, dengan perimbangan terhadap
besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang
mengandung protein, kalsium dan fosfor sangat penting.

Makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi


sebagai sumber tenaga, mempertahankan ketahanan tubuh dalam menghadapi
serangan penyakit dan untuk pertumbuhan.Faktor utama yang memperngaruhi
pola konsumsi yaitu jumlah (porsi) makanan, jenis makanan dan frekuensi
makan.

Faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain asupan makan, aktivitas
fisik, body image, dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi pada remaja relatif lebih
besar karena masih mengalami pertumbuhan. Umumnya remaja melakukan
aktivitas fisik yang tinggi dibanding usia lainnya sehingga diperlukan zat gizi
lebih banyak. Dengan aktivitas yang padat dan frekuensi makan yang kurang
menyebabkan pemenuhan zat gizi yang kurang menyebabkan kurangnya
status gizi.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, perlu adanya perhatian


khusus pada asupan nutrisi anak usia dini untuk meminimalkan risiko stunting
yang disebabkan oleh malnutrisi. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
diketahui tentang masalah stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,
khususnya di Desa Tombolango.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran masalah stunting di Desa Tombolango Kecamatan


Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2020

3. Tujuan

a. Tujuan Umum
Mengetahui upaya deteksi dini masalah Stunting pada masyarakat di Desa
Tombolango.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk Mengetahui makanan yang dikonsumsi masyarakat Desa
Tombolango.
2) Mengetahui status gizi masyarakat di Desa Tombolango.

4. Manfaat Kegiatan

1) Mahasiswa dapat mengetahui masalah Stunting pada keluarga, bayi, balita,


anak sekolah, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia di Desa
Tombolango Kabupaten Bolaang Mongondow utara
2) Masyarakat dapat mengetahui bagaimana pola konsumsi yang baik untuk
mencegah terjadinya masalah stunting di Desa tombolango Kab. Bolaang
Mongondow Utara.
5. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian stunting
Stunting atau pendek adalah status gizi yang ditandai dengan gangguan
pertumbuhan (pendek) berdasarkan parameter atropetri tinggi badan yaitu
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Hasil pengukuran berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD
sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely
stunted). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan zat gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting merupakan dampak dari berbagai faktor seperti berat lahir
yang rendah, stimulasi dan pengasuhan anak kurang tepat, asupan nutrisi
kurang, dan infeksi berulang serta berbagai faktor lingkungan lainnya.
Stunting terjadi dimulai dari janin dalam kandungan serta akan nampak saat
anak berusia dua tahun. Kekurangan zat gizi pada anak usia dini dapat
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah terserang penyakit, dan akan memiliki postur tubuh tidak maksimal
saat dewasa.
6. Faktor Penyebab Stunting 
Menurut BAPPENAS (2013), stunting pada anak disebabkan oleh
banyak faktor, yang terdiri dari faktor langsung maupun tidak langsung.
Adapun faktor-faktor penyebab stunting adalah sebagai berikut:
1) Asupan gizi balita
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita
akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang
mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan
asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
perkembangannya.
2) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting.
Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi.
Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya
dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi,
kualitas lingkungan hidup dan perilaku sehat.
3) Faktor ibu
Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama prekonsepsi,
kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi perawakan ibu seperti
usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, pendek, infeksi, kehamilan muda,
kesehatan jiwa, BBLR, IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan
yang dekat, dan hipertensi.
4) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan.
Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
5) Pemberian ASI Eksklusif
Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi Delayed
Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif dan penghentian dini konsumsi
ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai tumbuh kembang
optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang
adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yang
berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan terhadap
asupan nutrisi penting pada bayi.
6) Ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya
pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan
kalori dan protein anak balita di Indonesia masih di bawah Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan balita perempuan dan
balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing
6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan WHO.
7) Faktor sosial ekonomi
Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang signifikan
terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek. Status ekonomi
keluarga yang rendah akan mempengaruhi pemilihan makanan yang
dikonsumsinya sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi dan sedikit
jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan
anak seperti sumber protein, vitamin, dan mineral, sehingga meningkatkan
risiko kurang gizi.
8) Tingkat Pendidikan
Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan perawatan
anak. Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara penyajian
makanan yang akan dikonsumsi oleh anaknya. Penyediaan bahan dan menu
makan yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan status gizi akan
dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu
dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap informasi gizi
sehingga anak dapat berisiko mengalami stunting.
9) Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi yang rendah dapat menghambat usaha perbaikan gizi
yang baik pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi artinya tidak hanya
mengetahui gizi tetapi harus mengerti dan mau berbuat. Tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang kebutuhan akan zat-zat
gizi berpengaruh terhadap jumlah dan jenis bahan makanan yang
dikonsumsi. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan status gizi. Ibu yang cukup
pengetahuan gizinya akan memperhatikan kebutuhan gizi anaknya agar
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
10) Faktor lingkungan
Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan aktivitas yang
tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk, ketidakamanan pangan,
alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya edukasi pengasuh. Anak-anak
yang berasal dari rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air dan
sanitasi yang baik berisiko mengalami stunting.

7. Penilaian Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian,


yaitu: pengukuran antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia,
dan pemeriksaan biofisik. Pengukuran antropometri adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:
berat badan, panajng badan atau tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan
atas dan tebal lemak bawahkulit. Tinggi badan merupakan parameter
antropometri untuk pertumbuhan linear dan merupakan parameter yang penting
bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
secara tepat.

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan


umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, yang relative kurang
sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu
yang relative lama.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang badan atau tinggi
badan harus memiliki ketelitian 0,1 cm.15Bayi atau anak yang tidak dapat
berdiri dengan tegak dapat diukur panjang badan sebagai pengganti tinggi
badan. Pengukuran panjang badan dilakukan pada bayi atau anak berumur
kurang dari 2 tahun menggunakan alat pengukur Panjang badan yang disebut
infatometer. Anak yang berumur lebih dari 2 tahun diukur dengan
menggunakan alat ukur microtoise.
8. Penilaian Secara Tidak Langsung

Berdasarkan Supariasa, dkk (2012) Penilaian status gizi secara tidak


langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara


tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Survei konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan


menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi

Malnutrisi berhubungan dengan masalah ekologi sebagai hasil


interaksi beberapa faktor fisik, biologis, ekonomi, politik dan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
9. Pencegahan Stunting yang akan di lakukan di Desa Tombolango

1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil. Ibu hamil perlu mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi), dan
terpantau kesehatannya.
2. ASI ekslusif sampai dengan usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan
diberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. 
3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya strategis
untuk mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan. 
4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta
menjaga kebersihan lingkungan. Rendahnya sanitasi dan kebersihan
lingkungan akan memicu gangguan saluran pencernaan yang membuat
energi untuk pertumbuhan akan teralihkan kepada perlawanan tubuh
menghadapi infeksi. Semakin lama menderita infeksi maka resiko
stunting akan semakin meningkat

10. Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran yaitu masyarakat setempat yang berada di daerah
tempat penelitian, terutama balita, anak sekolah, remaja, dewasa, ibu
hamil, dan ibu menyusui.
11. Alat
1) Alat tulis menulis
2) Timbangan
3) Mikrotoiz
4) Formulir recall
5) Porsimetri
6) FFQ

12. Jadwal Pelaksanaan

Rencana kegiatan akan dilaksanakan pada :


Hari/Tanggal :
Tempat : Desa Tombolango Kecamatan Sangkub,Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara

13. Rencana Anggaran Kegiatan

Material Harga Harga


Satuan (Rp) Total (Rp)
Kertas HVS 45.000 45.000
Baliho 100.000 100.000
Leaflet 20.000 300.000
Formulir
100.000
FFQ
Kuesioner 100.000
Fc dan Jilid 10.000 20.000
Lakban 20.000 20.000
Transportasi 100.000 100.000
Tinta Print 40.000 40.000
Total 825.000

DAFTAR PUSTAKA
 Trihono, dkk. 2015. Pendek (stunting) di Indonesia, Masalah dan
Solusinya. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan.
 World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards:
length/height for age, weight for age, weight for lenght, weight for height
and bodymass index for age. Geneva: Departement of Nutrition for Health
and Development.
 UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition: The achievable imperative for
global.
 Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat
Data dan Infomasi KEMENKES RI.
 Bappenas. 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan
(Gerakan 1000 HPK). Jakarta: Bappenas.
 Millennium Challenge Account. 2014. Sanitasi dan Kebersihan untuk
Pertumbuhan Anak yang Sempurna. Jakarta: Proyek Kesehatan & Gizi
Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGBM).

Anda mungkin juga menyukai