Anak D, umur 15 tahun datang dengan keluhan utama sesak nafas disertai
batuk berdahak warna putih agak kental dan sulit dikeluarkan. Klien mengatakan
cemas dengan kondisinya sekarang. Sesak napas sejak 4 hari lalu akibat debu,
bertambah berat pada malam hari atau hawa dingin. Klien juga mengeluh sering
terbangun tengah malam hari. Sesak berulang berlangsung sejak 1 tahun yang
lalu. Klien mengatakan punya Ventolin spray tapi masih bingung menggunakan.
Pada pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan tampak sesak, tidak ada kontak
mata, tampak cemas, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital oleh
perawat, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 120x/menit, pernafasan 40x/menit,
nafas cuping hidung (+), wheezing di seluruh lapang paru.
Pertanyaan
1. Definisi dan Klasifikasi Asma Bronchial
Jawaban :
Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak
napas dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang
berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paruparu
dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga
mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena
penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk paruparu.
Asma menyebabkan inflamasi kronis pada bronkus yang
berhubungan dengan hiperrensponsif dari saluran pernapasan yang
menyebabkan episode wheezing, apnea, sesak napas dan batuk- batuk
terutama pada malam hari atau awal pagi.
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.
Klasifikasi asma :
A. Berdasarkan Etiologi
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik. (Bunner & Suddart, 2002; Somatri, 2008).
b. Intrinsik/idiopatik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan. (Bunner & Suddart, 2002; Somatri, 2008).
c. Asma gabungan
2. Etiologi dan Faktor Resiko Asma Bronchial
Jawaban :
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan.
• Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
• Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
• Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
• Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
(Tanjung, 2003; Muttaqin, 2008).
c. Faktor Resiko
Berdasarkan Pedoman Pengendalian Penyakit Asma 2009, faktor
resiko asma dibagi menjadi faktor genetic dan faktor lingkungan :
• Faktor Genetik
- Hiperaktivitas
- Atopi/ alergi bronkus
- Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
- Jenis kelamin dimana laki- laki lebih beresiko dari pada
perempuan
Pria merupakan resiko untuk asma pada anak. Sebelum usia 14
tahun, prevalensi asma pada anak laki- laki adalah 1,5- 2 kali
dibandingkan anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa
perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada menopause
perempuan lebih banyak.
- Ras/ etnik dimana status ekonomi ras menentukan status gizi
• Faktor Lingkungan
- Alergen di dalam ruangan (tungau, debu tumah, kucing,
alternaria/ jamur dll)
- Alergen di luar ruangan (jamur, tepung sari)
- Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
- Obat- obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID dll)
- Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray
dll)
- Ekspresi emosi berlebih
- Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif
Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru.
Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran
berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti
meningkatkan resiko terjadinya gejala serupa asma.
- Polusi udara luar dan dalam ruangan
- Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya
ketika melakukan aktifitas tertentu.
- Perubahan cuaca
- Kekurangan berat badan saat kelahiran
- Obesitas
- Jalan napas sempit sejak lahir
Pertanyaan:
1. Apakah definisi dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik?
Jawaban :
COPD atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah dan
dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang dapat
mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. Penyakit paru
kronik ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi
paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik.
2. Patogenesis PPOK?
Jawaban :
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari COPD ini adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada
sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan
akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-
struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi.
Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di
dalam paru dan saluran udara kolaps.
6. Tatalaksana PPOK?
Jawaban :
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui 4 komponen program tatalaksana, yaitu :
1. Evaluasi dan monitor penyakit
2. Menurunkan faktor resiko
3. Tatalaksana PPOK stabil
4. Tatalaksana PPOK eksaserbasi