Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN

KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Oleh :

NAMA : JANUARIUS TOMAS NINU


NPM : 11200059

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2020

i
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua kata
dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat
usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu :
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.
Yamin merumuskan lima dasar sebagai 70 berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila
yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang
telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato
Yamin tersebut.
Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: “Sekarang
banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan,
lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk
seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan
diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.” Setelah
Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah :
 Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27
Desember 1949
 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950

1
 Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk
Dekrit Presiden 5 Juli 1959) Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari
Gerakan 30 September (G30SPKI).

Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi


ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh
sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila
maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI dan tanggal 1 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila,
adalah sakti, tak tergantikan.

Dasar negara adalah landasan pokok atau pedoman yang dipakai oleh suatu
negara untuk mengatur dan menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara agar dapat
terorganisir dengan baik. Tujuan dari dibentuknya dasar negara adalah untuk
mengatur penyelenggaraan kehidupan suatu bangsa atau negara agar mempunyai
pegangan dalam setiap tindakan yang dilakukan dan juga sebagai pandangan hidup.

Pancasila sebagai Identitas dan Nilai Luhur Bangsa Pancasila merupakan dasar
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setiap bangsa memiliki
kepedulian kepada pewarisan budaya luhur bangsanya. Oleh karena itu, perlu ada upaya
pewarisan budaya penting tersebut melalui pendidikan Pancasila yang dilaksanakan dalam
pendidikan formal (sekolah). Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara yuridis. Seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan Pancasila sebagai
kaidah yuridis-konstitusional pada dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut. Hal ini berarti
bahwa moral Pancasila telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukumnya, serta
jiwa seluruh kegiatan negara dalam segala bidang kehidupan. Pelaksanaan Pancasila pada
masa reformasi cenderung meredup dan tidak adanya istilah penggunaan Pancasila sebagai
propoganda praktik penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini terjadi lebih dikarenakan oleh
adanya globalisasi yang melanda Indonesia dewasa ini. Pancasila disebut sebagai identitas
bangsa dimana Pancasila mampu memberikan satu pertanda atau ciri khas yang melekat
dalam tubuh masyarakat. Hal ini yang mendorong bagaimana statement masyarakat
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut. Sebagai contoh nilai keadilan
yang bermakna sangat luas dan tidak memihak terhadap satu golongan ataupun individu
tertentu. Unsur pembentukan Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Sejarah

2
Indonesia membuktikan bahwa nilai luhur bangsa yang tercipta merupakan sebuah kekayaan
yang dimiliki dan tidak bisa tertandingi. Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang
percaya kepada Tuhan, hal tersebut terbukti dengan adanya tempat peribadatan yang
dianggap suci, kitap suci dari berbagai ajaran agamanya, upacara keagamaan, pendidikan
keagamaan, dan lain-lain merupakan salah satu wujud nilai luhur dari Pancasila khususnya
sila ke-1 (Sulaiman,2015).

Bangsa Indonesia yang dikenal ramah tamah, sopan santun, lemah


lembut terhadap sesama mampu memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan
Pancasila, hal ini terbukti dengan adanya pondok pondok atau padepokan yang
dibangun mencerminkan kebersamaan dan sifat manusia yang beradab. Dalam praktik
kehidupan bernegara, berbangsa, secara mendasar (grounded, dogmatc) dimensi
kultur seyogyanya mendahului dua dimensi lainnya, karena di dalam dimensi budaya
itu tersimpan seperangkat nilai (valuesystem). Selanjutnya sistem nilai ini menjadi
dasar perumusan kebijakan (policy) dan kemudian disusul dengan pembuatan hukum
(law making) sebagai rambu-rambu yuridis dan codeofconduct dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari, yang diharapkan akan mencerminkan nilai-nilai luhur yang
dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan.

Pada masa Orde Baru menginginkan pemerintahan yang ditandai dengan


keinginan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada masa Orde Baru dilakukan secara indoktrinatif
dan birokratis. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam
kehidupan masyakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat.
Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam pendidikan yang disebut
penataran P4 atau PMP ( Pendidikan Moral Pancasila), atau nama sejenisnya, ternyata
justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila
tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak
disertai dengan keteladanan yang benar. Mereka yang setiap hari berpidato dengan
selalu mengucapkan kata-kata keramat: Pancasila dan UUD 45, tetapi dalam
kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka
katakan. Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para
pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena
masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi
bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Selain itu Pancasila digunakan sebagai

3
asas tunggal bago organisasi masyarakat maupun organisasi politik. Karena Orde
Baru tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah pemerintahan sebelumnya,
akhirnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada akhir 1998-an runtuh oleh kekuatan
masyarakat. Hal itu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk membenahi
dirinya, terutama bagaimana belajar lagi dari sejarah agar Pancasila sebagai ideologi
dan falsafah negara benar-benar diwujudkan. kepercayaan menyentuh sendi
kehidupan yang paling mendasar dari sisi kemanusiaan baik sebagai makhluk individu
maupun sebagai makhluk sosial. Sebagai bahan analisis yang menjadikan
kepercayaan itu merupakan sebuah faktor utama dari pelaksanaan Pancasila, sebut
saja 4 (empat) pilar kehidupan berbangsa. Antara lain Pancasila, UUD NRI 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika. Empat pilar
tersebut ibaratkan sebuah kepercayaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa yang
rukun dan tanpa adanya sebuah keganjalan seperti konflik dan sebagainya. Namun
sebuah fenomena dan kelangsungan dari perjalanan reformasi memberikan ruang bagi
para masyarakat yang tidak mengerti akan hal tersebut, sehingga disini rawan
terjadinya konflik di dalam masyarakat itu sendiri. Konflik yang sering terjadi di
Indonesia merupakan konflik yang sebagian besar disebabkan karena krisis moral dan
tidak bisa mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila.

Di dalam pancasila terkandung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai


tersebut adalah nilai ideal, nilai material, nilai positif, nilai logis, nilai estetis, dan nilai
religius (keagamaan). Nilai dalam pengembangan pancasila adalah sebagai berikut :

 Ketuhanan yang maha esa


a. Percaya dan takwa kepada TyM
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab
c. Membina adanya kerja sama dan toleransi antar sesama pemeluk agama dan
penganut , percaya kepada TYME
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Tidak saling membedakan warna kulit
b. Saling menghormati dengan bangsa lain
c. Saling bekerja sama dengan bangsa lain
d. sMenjunjung tinggi nilai kemanusiaan
 Persatuan indonesia

4
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara diatas kkepentingan
pribadi atau golongan
b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau
golongan
c. Bangga berkebangsaan indonesia dan memajukan pergaulan untuk persatuan
bangsa.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
a. Mengakui bahwa manusia indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan itikad
baik
c. Mengambil keputusan yangharus sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan kadilan sosial
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong dengan rasa kekeluargaan
dan dengan penuh kegotomg royongan.

Pendidikan pancasila dalam hubunganya dengan Kehidupan Berbangsa Dan


Bernegara Di Era Globalisasi. Fenomena Globalisasi adalah fenomena dimana
batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai
perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di
bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan
lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di
dunia. Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif, berbagai
perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi informasi. Berbagai dampak negatif
terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari globalisasi sehingga
lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal positif yang sebenarnya bisa
lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan

5
berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila
juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia, pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar
Negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk
bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam
eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau suka tak suka bangsa Indonesia
berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan
negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri, kendati hidup ditengah-tengah
pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja
mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya
sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini
dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia, rakyat
dan bangsa. Indonesia harus membuka diri. Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka
menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat yang
akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu
sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman
modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk
fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak
berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan
berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih
menyakitkan. Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri
rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang
terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka kini,
konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka
diri.

Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa


Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari
kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat
Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai
dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang

6
tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas.
Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-
nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak
dengan sendirinya. dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri
bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini
seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar
baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari
luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang
kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme.
Padahal, negara Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan
Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong
royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat. Sistem politik yang
berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh
dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan
rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan
dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu
hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut
pandang dan jati diri 82 bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup
yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian.
Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para
elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar negara memegang peranan penting.

Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk
disesuaikan dengan nilainilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang
berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya,
setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri
kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap
persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam

7
pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan
suatu bangsa dan terkandung psikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa
yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan
untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan
bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model
yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan
kebutuhan bangsa Indonesia.

Adanya Dampak-dampak Globalisasi yaitu :

1) Dampak positif globalisasi


a. Pemerintah dijalankan secara terbuka dan demokratis.
b. Terbukanya pasar interrnasional, meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan devisa negara.
c. Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan
disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan
kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasinalisme kita terhadap bangsa.
d. Kesejahteraan sosial karena adanya perkembangan zaman seseorang akan
berusaha mensejahterakan dirinya dan keluarganya
2) Dampak negatif globalisasi
a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa kemajuan dan kemakmuran.
b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri.
c. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
dirinya sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru
budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi

Kegunaan Filsafat dalam pendidikan Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang


menyelidiki hakekat dari segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat

8
mempertanyakan apa hakekat atau esensi dari sasuatu. Dengan cara itu jawaban yang
diberikan barupa kebenaran yang hakiki. Pancasila bukanlah hasil pemikiran yang
secara spontan timbul dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1959 tapi oleh Bung
Karno telah dipikirkan secara mendalam selama bertahun-tahun. Dan telah memenuhi
syarat kefilsafatan, antara lain melalui deskpripsi, berpikir kritis, evaluatif, dan
abstraksi. (Sutono, 1943:48).

Kegunaan teoritik bahwa dengan mempelajari filsafat orang bertambah


pengetahuanya.bahkan ia mampu mempelajari segala sesuatu dengan cara yang
baik.mendalam dan lebih luas. Bagi bangsa Indonesia , filsafat Pancasila sangat
berguna, selain manusia sebagai perseorangan juga sebagai warga suatu masyarakat
bangsa mendukung cita-cita ataupun tujuan nasional, karena filsafat pancasila adalah
landasan dasarnya, juga landasan dasar berpikir segenap bangsa dan negara Indonesia.
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan
dalam suatu sistem.

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau hasil
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya
dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, dan
bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Falsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis, sehingga filsafat
pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari agar hidup bangsa Indonesia
dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Filsafat
ataupun filsafat pancasila memiliki kegunaan yang dapat dirasakan oleh setiap
pemegangnya. Diantara kegunaan itu adalah :

 Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila dirumuskan


oleh The Founding Fathers dan lahir dari ways of life bangsa Indonesia, melalui
penelitian dan penyelidikan kesepakatan yang ada pada siding BPUPKI. Dalam

9
pidatonya Bung Karno 1 juni 1945 mengatakan, bahwa mengenai pentingnya satu
weltanschauung (alat pemersatu bangsa) lebih kurang beliau mengatakan :” we want
to 74 estabilished a state not for a single individual or for onr group even not for
aristocration, but we want to estabilished a state one for all and all for all”. Demikian
pula dengan berbagai masukan dari para The foundings Fathers kita yang lain seperti
Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes Koesoemo, Mr. Soepomo, dan lain-lain juga
menghendaki adanya satu Philloosophy Groundslag / filsafat dasar sebuah Negara,
hingga diberikanlah nama mengenai philosophy Grounslag / filsafat dasar Bangga dan
Negara Indonesia adalah pancasila.
 Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip dasar
kehidupan bangsa Indonesia ditemukan oleh para peletak dasar Negara tersebut yang
diangkat dari dasar filsafathidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan
menjadi prinsip dasar filsafat Negara, yaitu pancasila. Hal inilah sebagai suatu alasan
ilmiah rasional dalam ilmu filsafat bahwa salah satu lingkup pengertian filsafat adalah
fungsinya sebagai suatu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa tertentu
(Harold Titus, 1984). Berdasarkan suatu kenyataan sejarah tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat pancasila sebagai suatu pandangan hidup bangsa
Indonesia, merupakan suatu kenyataan obyektif yang hidup dan berkembang dalam
suatu masyarakat Indonesia.
 Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari hukum dasar Indonesia. Sebagaimana
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, susunan tersebut menunjuk
bahwa pancasila merupakan dasar, kerangka dan pedoman bagi Negara dan tertib
hokum Indonesia, yang pada hakekatnya tersimpul salam asas kerohanian Pancasila.
Dengan demikian konsekuensinya pancasila asas yang mutlak bagi adanya tertib
hokum Indonesia yang pada akhirnya perlu direalisasikan dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara. Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari hukum dasar Indonesia, atau dengan kata lain perkataan sebagai
sumber tertib hukum Indonesia yang tercantum dalam ketentuan tertib hukum
tertinggi Yaitu pembukaan UUD 1945.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah


sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari
segala sumber hukum dalam negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi
faham-faham positif untuk berkembang dan menjadi dasar ketentuan yang menolak

10
faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak
beragama, Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain. Istilah filsafat
dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan
fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini saya
mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak
sukar dan dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan agar
kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak
realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk
mempelajari pancasila dari sudut pandang filsafat. Dan kita mengenal filsafat
pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa – bangsa barat tersebut bangsa
belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai penjajah yang benar – benar
yang menghancurkan rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan bangsa
Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun 1900. Sebenarnya sejak
waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan dengan cara bermacam – macam
perlawanan rakyat Indonesia untuk menentang kolonialisme, belanda telah berjalan
dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri – sendiri dan belum ada kerja sama
melalui organisasi yang teratur . unsur – unsur Pancasila yang menjiwai perlawanan
terhadap kolonialisme jika perjuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan
seksama maka unsur – unsur pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan
tersebut kita harus menganalisa dalam pembahasan seperti:

 Apa unsur – unsur keTuhanan dalam penjajahan belanda.


 Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang menghancurkan rakyat indonesia
dengan tidak ada perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derita rakyat Indonesia.
 Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang memecah belah persatuan.
 Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang kebebasan untuk mendapatkan
pendidikan dan seolah olah rakyat kecil tidak ada artinya.
 Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan belanda tidak ada keadilan
untuk mendapatkan kebutuhan kebebasan hak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Demanhuri, dkk, implementasi nilai-nilai pancasila sebagai upaya pembangunan


karakter bangsa, unirta civic education journal vol1, no 2, 2016. Tersedia online :
http://journal .untirta.ac.id/index.php/UCEJ/article/download/1890/1459

Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono,
1990. Pengantar Filsafat Ilmu. PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat-Kebudayaan-Politik, PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta

H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH., dan H.
Chairul Alam, Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama Printing,
Jakarta.

Saswinadi Sasmojo dkk (eds.), 1991. Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni. Penerbit ITB, Bandung

12
Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (T. Redaksi, Ed).
Bandung:cv. Arfino Raya

13

Anda mungkin juga menyukai