Anda di halaman 1dari 64

i

PREFERENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PETANI PADI DI


KECAMATAN BIBOKI MOENLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA
(Studi Kasus Desa Oepuah Utara)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pertanian

OLEH:
KRISTANORA NINE
12170027

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2022
ii

PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa sepanjang pengetahuan


saya di dalam naskah skripsi dengan judul “Preferensi Penggunaan Pupuk
Bersubsidi Petani Padi “(Studi Kasus Desa Oepuah Utara)” tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang untuk memperoleh gelar akademik di
suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini
disebutkan sumber kutipan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar
akademik yang telah saya peroleh Sarjana Pertanian (SP) dibatalkan, serta
diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (UU NO.20
Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan 70).

Kefamenanu, Juni 2022


Yang menyatakan

Kristanora Nine
iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


SKRIPSI

PREFERENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PETANI PADI DI


KECAMATAN BIBOKI MOENLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA
(Studi Kasus Desa Oepuah Utara)

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan


kepada Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Werenfridus Taena, S.P.,M.Si. Dira Asri Pramita, S.Pt.,M.Si.


NIP: 197902122005011003 NIP:198710052019032012

Kefamenanu

Dekan Fakultas Pertanian

Eduardus Yosef Neonbeni S.P.,M.P


NIP: 197305142005011002
iv

HALAMAN PENGESAHAN

PREFERENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PETANI PADI DI


KECAMATAN BIBOKI MOENLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA
(Studi Kasus Desa Oepuah Utara)

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi


Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Timor

Susunan Dewan Penguji

Ketua Penguji Sekertaris Penguji

Agustinus Nubatonis, S.P., M.P. Dira Asri Pramita, S.Pt.,M.Si


NIP: 197408132003121001 NIP: 198710052019032012

Anggota Penguji

Dr. Werenfridus Taena, S.P.,M.Si.


NIP: 197902122005011003

Ketua Program Studi Agribisnis Dekan Fakultas Pertanian

Simon Juan Kune, S.P.,M.P Eduardus Yosef Neonbeni, S.P.,M.P


NIP: 197809222021211001 NIP: 197305142005011002
Tanggal Ujian: 04 -04-2022 Tanggal Lulus:
v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas
Berkat dan Lindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
"PREFERENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PETANI PADI DI
KECAMATAN BIBOKI MOENLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA (Studi Kasus Desa Oepuah Utara)".
Penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan dalam penyusunan
skripsi ini akan tetapi dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka
semuanya teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Rektor Universitas Timor
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Timor
3. Koordinator Program Studi Agribisnis Universitas Timor
4. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Timor
5. Mardit Nikodemus Nalle, SP., M.P selaku pembimbing akademik penulis
6. Dr. Werenfridus Taena, S.P.,M,Si. selaku Dosen Pembimbing Pertama, yang
telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan dan kritik selama
penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini
7. Dira Asri Pramita, S.Pt., M.Si selaku Dosen pembimbing Kedua, yang telah
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan dan kritik
selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini
8. Yang tercinta Bapak Kostan Tinus Tefa dan Mama Maria Margaretha Kolo
yang telah melahirkan dan membesarkan, memberikan motivasi dan doa yang
tulus untuk kesuksesan penulis selama perkuliahan
9. Yang tercinta kelurga besar Nine, Obe, Abi dan Kolo, dan keluarga besar Elu
yang mendukung penulis selama masa perkuliahan hingga akhir pada akhir
skripsi.
10. Yang tercinta teman-teman seperjuangan AGB 17 Amon Kolmusu, Arhy
Binsasi, Ryan Bengu, Imy Laklo, Lonny Kollo, Jheni Bnani, Erlin Farnesi,
Devi Tani, Elis Sutal, Rosa Ratrigis, Jhovi Manehat yang selalu mendukung
dan mendoakan hingga penulis menyelesaikan skripsi
vi

11. Yang terkasih sahabat hati Amnon Kolmusu yang selalu mendukung penulis
selama perkuliahan dan selalu ada di saat suka maupun duka dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat tercinta Amon Kolmusu, Arhy Binsasi, Imy Laklo, Lonny Kollo dan
Ria Sifa yang selalu ada disaat suka maupun duka
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapan demi
penyempurnaan skripsi ini.
Sekian dan Terima kasih, Tuhan Memberkati.

Kefamenanu, Juni 2022

Penulis
vii

ABSTRAK

PREFERENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PETANI PADI DI


KECAMATAN BIBOKI MOENLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA
(Studi Kasus Desa Oepuah Utara)

Oleh
Kristannora Nine* Dr. Werenfridus Taena, S.P.,M.Si.**Dira Asri Pramita, S.Pt.,M.Si ***

Penelitian ini bertujuan (i)untuk mengetahui Preferensi pembelian pupuk


bersubsidi petani padi Di Desa Oepuah Utara Kecamatan Biboki Moenleu
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ii)untuk
mengetahui preferensi penggunaan pupuk bersubsidi petani padi di Desa Oepuah
Utara Kecamatan Biboki Moenleu kabupaten Timor Tengah Provinsi Nusa
Tenggara Timor. Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Oepuah Utara Kecamatan
Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara Pada Bulan Juni-Juli 2021.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 284 orang yang bergabung dalam 17
kelompok tani Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling yakni sebanyak 72 orang dari 17 kelompok Tani.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
Logistik. Hasil penelitian yang diperoleh 1). Faktor yang berpengaruh nyata
terhadap peluang petani dalam minat pembelian pupuk bersubsidi adalah faktor
Luas lahan dengan nilai signifikan 0,044 dan faktor Pendapatan dengan nilai
signifikan 0,027; sedangkan faktor Akses informasi, Pengalaman, dan 6 T tidak
berpengaruh nyata. 2). Faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang petani
dalam minat penggunaan pupuk bersubsidi adalah faktor Akses informasi dengan
nilai signifikan 0,031; sedangkan faktor Pendidikan, Luas lahan, Pendapatan,
Pengalaman, dan 4 Tidak berpengaruh nyata.
Kata Kunci: Preferensi, Pembelian dan Penggunaan Pupuk, Padi.

*) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Timor


**) Pembimbing satu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Timor
***) Pembimbing dua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Timor
viii

ABSTRACT

PREFERENCES FOR THE USE OF SUBSIDED FERTILIZER FOR RICE


FARMERS IN BIBOKI MOENLEU DISTRICT, NORTH TIMOR
REGENCY
(Case Study of North Oepuah Village)

By
Kristannora Nine* Dr. Werenfridus Taena, S.P.,M.Si.** Dira Asri Pramita, S.Pt.,M.Si ***

This study aims to determine the preferences of rice farmers to purchase


subsidized fertilizers in North Oepuah Village, Biboki Moenleu District, North
Central Timor Regency, Nusa Tenggara Timor Province. This research was
carried out in North Oepuah Village, Biboki Moenleu District, North Central
Timor Regency in June-July 2021. The population in this study amounted to 284
people who joined 17 farmer groups. The sample in this study was carried out
using the purposive sampling method, namely 72 people from 17 farmer groups.
The data analysis method used in this research is Logistic Regression analysis.
Research results obtained 1). Factors that significantly affect farmers'
opportunities to purchase subsidized fertilizers are the land area factor with a
significant value of 0.044 and the income factor with a significant value of 0.027
while the access to information, experience, and 6 T factors have no significant
effect. 2). Factors that a significant effect on farmers' opportunities to use
subsidized fertilizers are the Access to information factor with a significant value
of 0.031, while the education, land area, income, experience, and 4 factors have
no significant effect.
Keywords: Preference, Purchhase and Utilization, Fertilizer, paddy

**) Student of Agribusiness Study Program, Faculty of Agriculture, University of Timor


**) Supervisor of one agribusiness study program, Faculty or Agriculture, University of
Timor.
***) Supervisor of two agribusiness study programs, Faculty of Agriculture, Universitas
of Timor.
ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINAL SKRIPSI................................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI....................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Rujukan Penelitian.................................................................................6
2.2 Preferensi Konsumen.............................................................................7
2.3 Pupuk......................................................................................................9
2.4 Kebijakan Pupuk Bersubsidi................................................................12
2.5 Petani Padi............................................................................................13
2.6 Regresi Logistrik.................................................................................15

BAB II METODE PENELITIAN...................................................................17


3.1 Kerangka Pemikiran.............................................................................17
3.2 Hipotesis...............................................................................................19
x

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................19


3.4 Populasi dan sampel.............................................................................19
3.5 Metode Pengmpulan Data....................................................................20
3.6 Pengamatan dan Konsep Pengukuran.................................................20
3.7 Metode Analisis Data...........................................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................23


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................24
4.2.Identitas Responden.............................................................................25
4.3 Deskripsi Faktor yang mempengauhi pembelian dan penggunaan
Pupuk...................................................................................................26
4.4 Faktor yang mempengaruhi pembelian pupuk bersubsidi....................29
4.5 Faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk bersubsidi.................35

BAB V PENUTUP.............................................................................................43
5.1 Kesimpulan...........................................................................................43
5.2 Saran.....................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Umur Petani....................................................................................24
Tabel 2. Jenis Kelamin.................................................................................25
Tabel 3. Pendidikan......................................................................................25
Tabel 4. Jumlah Tanggungan Keluarga........................................................26
Tabel 5. Faktor yang mempengaruhi pembelian pupuk bersubsidi..............29
Tabel 6. Matriks Klasifikasi Model .............................................................31
Tabel 7. Faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk bersubsidi...........36
Tabel 8. Matriks Klasifikasi Model..............................................................38
xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka pemikiran.....................................................................18

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Hipotesis Faktor yang mempengaruhi Pembelian
Pupuk Bersubsidi..................................................................48
Lampiran 1. Uji Hipotesis Faktor yang mempengaruhi Penggunaan
Pupuk Bersubsidi..................................................................49
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor sangat dominan dalam pendapatan
masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai
petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan.
Badan pusat statistik (BPS) memprediksi angka produksi padi pada tahun
2015 sebanyak 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami
kenaikan sebanyak 4,15 juta ton (5,85 %) dibandingkan tahun 2014. Produksi padi
pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Menurut
publikasi BPS tentang produksi tanaman pangan 2014 didapatkan informasi
bahwa produksi padi Indonesia pada tahun 2014 sebesar 70,85 juta ton gabah
kering giling (GKG), mengalami penurunan sebesar 433,24 ribu ton (0,61%)
dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi padi tersebut disebabkan
penurunan produksi di pulau jawa sebesar 829,97 ribu ton. Sementara itu produksi
padi di luar pulau jawa mengalami peningkatan sebesar 396,73 ribu ton.
Penurunan produktivitas masing-masing 37,95 ribu hektar (0,27%) sebesar 0,17
kuintal/hektar (0,33%).
Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber
daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya.
Mayoritas pertanian di Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam
pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur
untuk menunjukan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi
(Sukirno, 2007).
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Merupakan salah satu wilayah potensial
untuk usahatani padi. Luas panen padi di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2020
sebesar 181,69 ribu hektar. Mengalami penurunan sebanyak 17,18 ribu hektar
atau 8,64 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 198,87 ribu hektar. Produksi
padi pada tahun 2020 sebesar 725,02 ribu ton gabah kering giling (GKG).
Mengalami penurunan sebanyak 86,7 ribu ton atau 10.68 persen dibandingkan
2019 yang sebesar 811,72 ribu ton GKG. Jika potensi produksi padi pada 2020
2

dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras


pada 2020 sebesar 418,19 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 54,82 ribu ton
atau turun 11,59 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 473,00 ribu ton (BPS
Kab. NTT 2020).
Lahan pertanian di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Sebesar 194.700 ha
(72,92%), dan 14.269 ha (7,3%) merupakan areal persawahan. Sementara 178.727
ha (92,7%) merupakan tanah kering fungsional yang terdiri atas tegalan. Ladang,
Perkebunan, tambak, kolam, hutan dll. Kemudian dari sekitar 14.269 ha lahan
sawah fungsional terdapat 78.37 persen diantaranya adalah jenis sawah irigasi
teknis sedangkan sisanya 21.63 persen merupakan sawah non irigasi yang
meliputi sawah tadah hujan. Sawah lebak dan lain-lain (BPS Kab. TTU 2019).
Sumber daya lahan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) masih sangat berpotensi untuk pengembangan pertanian.
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi petani.
Keberadaan pupuk secara tepat baik jumlah, jenis, mutu, harga, tempat, dan waktu
akan menentukan kuantitas dan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.
Produktivitas padi sawah ditentukan oleh kondisi biofisik lahan seperti
kesuburan lahan dan daya hasil varietas padi yang digunakan. Kondisi biofisik
lahan di setiap wilayah dapat dikatakan relatif tetap, sedangkan daya hasil varietas
dapat berubah. Oleh karena itu, varietas produktivitas padi sawah ditentukan oleh
daya hasil varietas. Begitu pula produktivitas potensial dalam jangka panjang
dapat bersifat dinamis akibat perubahan varietas padi yang digunakan petani.
Menurut Syahyuti (2007), peranan pupuk sangat signifikan dalam peningkatan
produksi pangan dan kualitas hasil komoditas pertanian. Ketersediaan pupuk
hingga ditingkat petani penting untuk dilakukan dengan memenuhi enam asas
yakni, (tempat, waktu, jumlah, mutu, jenis, dan tepat harga) agar petani dapat
menerapkan teknologi pemupukan berimbang sesuai dengan rekomendasi spesifik
lokasi. Pengembangan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi sesuai
dengan peraturan menteri pertanian nomor 40/permentan/SR.140/40.2007 tentang
penyempurnaan dan revisi rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi sawah
spesifik lokasi. Disamping itu, efektivitas penggunaan pupuk di tingkat petani
juga dilakukan dengan mendorong pengembangan pupuk organic. 
3

Banyaknya perumahan penduduk yang dibangun berdampak pada areal lahan


pertanian yang semakin berkurang. Disisi lain ketidaktahuan terhadap ilmu
pengetahuan pun mengakibatkan pada penurunan produktivitas padi Nasional.
Bahkan beberapa sentra produksi menurun hal ini disebut sebagai dampak negatif
dari teknologi revolusi hijau terhadap kondisi fisika-kimia di lapisan perakaran
tanaman padi (Achmad M. Fagi dkk, 2009).
Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat
subsidi dari  pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar
program pemerintah di sektor pertanian. jenis pupuk bersubsidi yaitu, pupuk
anorganik (urea, superphos, ZA, NPK) dan pupuk organik. Pupuk bersubsidi
ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2005.
Lingkup pengawasan mencakup pengadaan dan penyaluran, termasuk jenis,
jumlah, mutu, wilayah tanggung jawab, harga eceran tertinggi (HET) dan waktu
pengadaan dan penyaluran. Kebijakan subsidi pupuk kepada petani sasaran
termasuk petani tanaman pangan, salah satu tanaman pangan pokok masyarakat
adalah tanaman padi.
Padi (oryza sativa) merupakan tanaman pangan utama di dunia yang kaya
karbohidrat sehingga menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat di
dunia. Padi termasuk jenis tanaman biji-bijian (serealia), berdasarkan
klasifikasinya padi tergolong familia rumput-rumput (poaceae) dengan nama
genus oryza. Di Indonesia karakteristik padi mampu tumbuh di sepanjang musim.
Negara di dunia yang menjadi sentral produksi padi adalah China dan India
dengan persentase produksi berturut-turut sebesar 35% dan 20% dari total
produksi padi di dunia (Afni, 2012).
Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan dimana hasil produksinya
sangat dibutuhkan di dunia selain gandum dan jagung. Padi di Indonesia masih
menjadi salah satu makanan pokok untuk sebagian besar penduduknya
(Purnamaningsih, 2006).
Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014 luas
lahan pertanian 2,647 ha luas panen padi sawah 685 ha rata-rata hasil 42,04
(kw/ha) produksi gabah kering giling 2,880 ton dan beras sebesar 1,872 ton, luas
4

padi ladang 35 ha rata-rata hasil 20,41 (kw/ha) produksi gabah kering giling padi
ladang 71 ton dan beras sebesar 46 ton. Tahun 2015 luas panen padi sawah 672 ha
rata-rata hasil 37,96 (kw/ha) produksi gabah kering giling 2,551 ton dan beras
sebesar 1,658 ton, luas panen padi ladang 30 ha rata-rata hasil 13,38 produksi
gabah kering giling padi ladang 40 ton dan beras sebesar 26 ton.
Kecamatan Biboki Moenleu di Desa Oepuah Utara sebagian besar masyarakat
bermata pencaharian sebagai petani. Dengan jenis usaha petani padi sawah pada
Tahun 2015 dengan luas panen padi sawah 672 ha produksi gabah kering giling
padi sawah sebesar 2,551 ton dan beras padi sawah sebesar 1,658 ton, meskipun
demikian produktivitas padi sawah pada dasarnya ditentukan oleh kondisi biofisik
lahan seperti tingkat kesuburan lahan, dalam perkembangan komoditi padi
terdapat beberapa permasalahan, dimana budidaya tanaman mengalami kendala
seperti kurangnya optimal penggunaan pupuk bersubsidi dari masyarakat
penggunaan dan jenis harga  pupuk yang bervariasi. Kurangnya optimal
penggunaan pupuk dapat dilihat dari kemampuan petani dalam membeli pupuk
bersubsidi dan kemudahan petani dalam menggunakan pupuk bersubsidi. Oleh
karena itu  penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai "Preferensi
penggunaan pupuk bersubsidi petani padi" di Desa Oepuah Utara Kecamatan
Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara – NTT.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana preferensi pembelian pupuk bersubsidi petani padi di
Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara (studi kasus
Desa Oepuah Utara)
2. Bagaimana preferensi penggunaan pupuk bersubsidi petani padi di
Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara (studi kasus
Desa Oepuah Utara).
5

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui preferensi pembelian pupuk bersubsidi petani padi di
Desa Oepuah Utara Kecamatan Biboki Moenleu
2. Untuk mengetahui preferensi penggunaan pupuk bersubsidi petani padi di
Desa Oepuah Utara Kecamatan Biboki Moenleu.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah terutama dinas pertanian dalam
menentukan referensi/pilihan petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi di
Desa Oepuah Utara Kabupaten Timor Tengah Utara
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini
3. Sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi penulis atau penelitian
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rujukan Penelitian
Purba, D A (2015)  Menganalisis Preferensi Petani Terhadap kombinasi
petani dan urutan atribut Pupuk yang paling penting menurut preferensi petani
untuk Usahatani Belimbing serta menganalisis tingkat keakuratan prediksi pada
proses conjoint. Metode yang digunakan dalam penelitian ini analisis conjoint.
Atribut pupuk yang digunakan dalam penelitian ini bentuk pupuk kecepatan
dalam ketersediaan, kandungan unsur hara, harga, bahan dasar pupuk, bentuk
pupuk, kecepatan penguraian, kemudahan penggunaan, label dan jenis
kemasan.Penelitiannya menyatakan bahwa harga merupakan atribut terpenting
dibanding atribut lainnya dengan nilai kepentingan (26,574 %). Urutan atribut
pupuk yang kedua sampai terakhir menurut preferensi petani yaitu kandungan
unsur hara (22, 906 %), bentuk pupuk (16,351 %), bahan dasar pupuk (13,344 %),
kecepatan penguraian (4,849 %), ketersediaan (4,650 %), kemudahan penggunaan
(3,885 %), jenis kemasan (3,846 %), serta label (3,595 %). Stimuli yang
diinginkan oleh petani untuk produk pupuk adalah tersedia dimana-mana pada
saat dibutuhkan dari segi volume, waktu dan lokasi, kandungan unsur hara seperti
yang ada pada NPK phonska disertai tambahan unsur hara mikro dan vitamin
tanaman, harga Rp 5,000 – Rp,7,000 kg, bahan dasar pupuk berupa organik,
bentuk granular, kecepatan penguraian cepat terurai, penggunaan memerlukan alat
aplikasi pupuk, terhadap label sertifikasi pupuk dan jenis kemasan berupa karung
plastik kedap air.
Chalil Diana et al., (2011). "Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Bersubsidi
Pada Tanaman Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai) " . Upaya pemberian pupuk bersubsidi oleh
Pemerintah dinilai sangat membantu petani, selain untuk meningkatkan jumlah
produksi dan produktivitas juga menekan biaya produksi. Tujuan penelitian
adalah menganalisis rata-rata penggunaan pupuk bersubsidi dan efisiensi
penggunaan pupuk tersebut. Data yang digunakan berasal dari data produksi 60
petani sampel yang ditentukan secara stratified cluster sampling berdasarkan
status kepemilikan dan luas lahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
7

dosis penggunaan pupuk bersubsidi (Urea, SP 36, ZA, NPK Phonska) jauh lebih
tinggi dari pada dosis yang dianjurkan, serta tingkat efisiensi penggunaan pupuk
bersubsidi dari segi teknis dan harga tidak efisien, baik untuk petani pemilik
penggarap maupun petani penggarap.
Sari Lusita, 2019 "Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Bontorappo
Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto " . Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pendapatan petani padi di Desa bontorappo Kecamatan Tarowang
Kabupaten Jeneponto. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 orang
dalam jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 persen atau sama
dengan 30 petani padi yang ada di Desa Bontorappo. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara Angket dan
Dokumentasi sedangkan untuk mengetahui pendapatan petani padi digunakan
analisis R/C Ratio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah produksi
sebagian besar petani padi di Desa Bontorappo Kecamatan Tarowang berkisar
antara 6.000 – 6.499kg yaitu sebanyak 30 responden atau 23,33 persen, dimana
total penerimaan RP20.887.500,00 dibandingkan total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp5.062.433.33 sehingga total pendapatan petani padi sebesar
Rp15.825.066.67 dan analisis R/C menunjukan bahwa usahatani padi yang ada di
Desa Bontorappo menguntungkan atau layak untuk diusahakan.

2.2 Preferensi Konsumen


2.2.1 Pengertian Preferensi
Preferensi Menurut Mirnawati (2008) adalah bagian dari sikap yang
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan kepada suatu objek atau
kelompok obyek baik yang disenangi atau yang tidak disenangi. Preferensi hanya
menunjukan kecenderungan memilih dan belum tentu membeli atau menggunakan
objek tersebut.
Preferensi (pilihan) meliputi seleksi atas salah satu opsi dari dua atau lebih
perangkat alternatif. Preferensi tersebut diambil dengan tujuan mampu
memecahkan masalah. Dalam mengambil pilihan tersebut, seseorang membentuk
keyakinan, sikap dan tujuan mengenai pilihan tersebut. Preferensi seseorang
8

dipengaruhi oleh rasa suka atau rasa ketidaksukaan seseorang terhadap preferensi
tersebut (Mowen dan Michael, 2002).
Preferensi merupakan kecenderungan lebih menyukai suatu benda dari pada
benda lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai suatu seleksi atau pilihan
perangsa, jalan, mode dan cara bertingkah laku (Chaplin,2005).
Preferensi dapat dinilai dari tingkat kepuasan konsumen antara harapan dan
kualitas hasil yang diterima. Harapan akan menentukan kecenderungan memilih
sesuatu produk (Tjiptono, 2002). Preferensi dalam memilih varietas benih padi
yang ditanam memiliki pengaruh terhadap lahan sawah yang dikelola. Varietas
benih yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan akan menyebabkan
penggunaan pupuk, pestisida, dan pola penanaman menjadi tidak efektif.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan akan menurunkan kualitas lahan
pertanian. (Adimihardja, 2006).

2.2.2 Preferensi Konsumen


Teori preferensi konsumen (dalam hal ini petani dianggap konsumen)
menjelaskan bahwa seorang konsumen diasumsikan mampu menentukan semua
jenis komoditi yang dihadapi, komoditi mana yang ia pilih, komoditi mana yang
lebih baik dipilih, komoditi mana  yang sama saja bila dipilih dengan komoditi
lainnya atau dengan kata lain, dalam teori preferensi konsumen diasumsikan
setiap konsumen mampu membuat daftar urutan preferensi atas semua komoditi
yang dihadapinya. Perlu diperhatikan preferensi seorang konsumen akan berbeda
dengan preferensi konsumen lainnya. Perbedaan ini disebabkan banyak faktor,
seperti misalnya faktor lingkungan sosial, lingkungan geografi, suku bangsa, jenis
kelamin, status, umur, dan faktor lainnya seperti pekerjaan, kondisi keuangan dan
tingkat kebutuhan. Selera konsumen juga ditunjukan oleh preferensi konsumen
(Wiratmo, M, 1992).
Preferensi konsumen adalah konsep abstrak yang menggambarkan peta
peningkatan kepuasan yang diperoleh dari kombinasi barang dan jasa sebagai
cermin dari selera pribadinya. Dengan kata lain, preferensi konsumen merupakan
gambaran tentang kombinasi barang atau jasa yang lebih disukai konsumen
9

apabila ia memiliki kesempatan untuk memperolehnya (Simatupang dan Ariani,


1997).
Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk
menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk. Dengan menggunakan
analisis preferensi ini akan diperoleh urutan kepentingan karakteristik produk
seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai (Oktaviani, 1996).

2.3 Pupuk
2.3.1 Jenis Pupuk
Menurut Nasih (2010) pupuk merupakan suatu bahan yang yang
mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut merupakan
mineral atau organik , yang dihasilkan oleh alam atau diolah oleh manusia di
pabrik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pupuk adalah penyubur tanaman
yang ditambahkan kedalam tanah untuk untuk menyediakan senyawaan
senyawaan unsur yang diperlukan oleh tanah. Ada beberapa jenis pupuk
anorganik yang biasa digunakan oleh petani, adalah :
1. Pupuk urea, adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman
dan menambah kandungan protein tanaman. Pupuk urea mengandung
unsur hara N sebesar 46% yang berarti setiap 100 kg urea mengandung 46
kg Nitrogen.
2. Pupuk TSP (Triple Super Phosphate) adalah  nutrien anorganik yang
digunakan untuk memperbaiki hara tanah.
3. Kalium Klorida (KCL) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang
juga termasuk pupuk tunggal. Kandungan unsur hara dalam pupuk ini
adalah 60% K2O, yang berarti disetiap 100 kg urea mengandung unsur
hara K2O dari total kandungan.
4. Pupuk NPK merupakan pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling banyak
10

digunakan. Ketiga unsur dalam pupuk NPK pertumbuhan tanaman dalam


tiga cara. Nitrogen membantu pertumbuhan vegetatif, terutama daun,
fosfor membantu pertumbuhan akar dan tunas, kalium membantu
pembungaan dan pembuahan.
5. Pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak) yang berarti ammonium sulfat 
(NH4SO4) merupakan pupuk kimia yang memberi tambahan hara nitrogen
dan belerang bagi tanaman. Pupuk ZA mengandung belerang 24% (dalam
bentuk sulfat) dan nitrogen 21% (dalam bentuk  ammonium).

2.3.2 Pupuk Bersubsidi dan tujuannya


Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di
tataniaga ikan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di
penyaluran resmi di line V  (pedagang pengecer/kios) sesuai ketentuan peraturan
Menteri perdagangan Nomor 07/M DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian. Jenis-jenis pupuk yang
bersubsidi pemerintah terdiri dari pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk
organic yang diadakan produsen pupuk yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu : PT
pupuk Sriwidjaja, PT pupuk kujang, PT pupuk Kalimantan Timur, PT pupuk
Iskandar Muda dan PT pupuk Muda dan PT pupuk Petrokimia Gresik.
Menurut Habib Nazir (2004) ada beberapa tujuan subsidi pupuk, sebagai
berikut :
1. Subsidi Produksi
Pemberian subsidi pada para pemasok meningkatkan output dari
produk tertentu yang tujuannya untuk memperluas produksi beberapa
produk dengan harga rendah yang dianggap sangat penting.
2. Subsidi Ekspor
Pemberian subsidi oleh pemerintah untuk produk tertentu yang
diekspor atau ekspor secara umum, sebagai suatu alat untuk membantu
neraca pembayaran negara selain itu, subsidi ekspor diberikan sebagai
upaya peningkatan perdagangan.
11

3. Subsidi Pekerjaan
Pemberian subsidi pada upah oleh pemerintah suatu intensif pada
perusahaan-perusahaan untuk dapat memberi lebih banyak kesempatan
kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran dalam
perekonomian.
4. Subsidi pendapatan
Pemberian subsidi pada masyarakat melalui sistem pembayaran
transfer Pemerintah dalam usaha untuk memungkinkan mereka menikmati
suatu standar hidup minimum. Subsidi pendapatan diberikan oleh
pemerintah agar kesejahteraan masyarakat semakin terjamin, sehingga
perekonomian diharapkan dapat lebih lanjut.
Meskipun tujuan pupuk bersubsidi dapat mendatangkan kebaikan,
umum pada kenyataannya ada beberapa dampak negatif dari subsidi pupuk
tersebut (Muhammad Hasanudin, 2004) subsidi pupuk ternyata
menimbulkan dampak negatif baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung. Dampak negatif yang cukup menonjol adalah : (1) dualisme
pasar; (2) penggunaan pupuk berlebihan; (3) industri pupuk tidak
berkembang secara optimal; (4) biaya lebih besar dari manfaat.

2.3.3 Permasalahan Pupuk Bersubsidi


Salah satu permasalahannya adalah tidak tersedianya pupuk bersubsidi pada
awal musim tanam padi berlangsung. Hal ini akan berdampak pada rendahnya
tingkat produktivitas usahatani padi. Menurut Santoso (2008), permasalahan
kelangkaan pupuk bersubsidi tidak pernah terselesaikan sampai dengan saat ini.
Sewaktu pupuk dibutuhkan biasanya akan sangat sulit untuk dicari sehingga hal
ini menyebabkan harga pupuk di pasaran akan membumbung tinggi. Adapun
penyebab dari permasalahan tersebut terletak pada permasalahan struktur pasar
yang cenderung oligopoli dan proses pendistribusian pupuk yang tidak terlaksana
dengan baik. Permasalahan lainnya yaitu akibat adanya konspirasi antara
kepentingan yang mengutamakan keuntungan pribadi, para petani yang memakai
pupuk melebihi dosis, serta pasokan input kebutuhan pabrik pupuk yang masih
terkendala.
12

Persoalan kelangkaan pupuk subsidi juga dialami oleh para petani di


Kecamatan Montasik. Kelangkaan pupuk subsidi ini menyebabkan keterlambatan
dalam penyaluran pupuk kepada para petani, diduga keterlambatan ini dapat
mencapai 2-3 minggu dari jadwal penanaman semulanya. Keterlambatan pupuk
ini mengharuskan petani memberikan pupuk tidak tepat pada waktunya, sehingga
hal ini akan berdampak pada produktivitas padi yang akan menurun. Kondisi
lainnya adalah diduga tingkat penjualan harga satuan pupuk kepada petani
melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), hal ini akan berdampak pada
keterbatasan pembelian pupuk yang disebabkan oleh keterbatasan modal yang
dimiliki para petani. Disisi lain fenomena kelangkaan pupuk ini terjadi akibat
adanya ketimpangan antara usulan pupuk sesuai RDKK dan realisasi.

2.4 Kebijakan Pupuk Bersubsidi


Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu kebijakan yang secara histori
menjadi tulang punggung kebijakan subsidi bidang pertanian di Indonesia. Sejak
Program Bimas dan Inmas dilaksanakan pada tahun 1969, subsidi pupuk sudah
menjadi komponen utama kebijakan subsidi bidang pertanian. dalam program
tersebut, penggunaan pupuk merupakan salah satu komponen Panca Usaha
Pertanian yang merupakan batang tubuh dari Program Bimas. Walau berfluktuasi,
nilai subsidi terus meningkat tajam. Pada tahun 2003, nilai subsidi pupuk masih
RP900 miliar, kemudian meningkatkan pesat menjadi lebih dari Rp15 triliun pada
tahun 2008 (Antara 2008). Hal ini menunjukan bahwa subsidi pupuk masih
menjadi instrumen penting dalam kebijakan pertanian.
Kebijakan Pemerintah yang cenderung terus meningkatkan subsidi pupuk
bertujuan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor
tanaman pangan. Kebijakan ini dilandasi pemikiran bahwa pupuk merupakan
faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk
yang lebih murah akan mendorong peningkatan penggunaan input tersebut (PSE-
KP 2009). Selain itu, subsidi pupuk juga dimaksudkan untuk merespon
kecenderungan kenaikan harga pupuk di pasar internasional dan penurunan
tingkat keuntungan usaha tani (PSEKP 2006).
13

Kebijakan pupuk bersubsidi ini bertujuan untuk meringankan beban petani


dalam penyediaan dan penggunaan pupuk untuk kegiatan usahatani. Sehingga
dapat meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian guna
mendukung ketahanan pangan nasional. Pupuk bersubsidi diperuntukan untuk
sektor pertanian yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, sasarannya
adalah petani, perkebunan, dan peternakan.

2.5 Petani Padi


2.5.1 Pengertian Petani
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai bidang
tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa cabang
usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga
bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, bagi hasil atau
berupa memiliki tanah sendiri. Bagi pekerja yang menjual tenaganya kepada
usahatani orang lain untuk mengusahakan tanah pertanian disebut buruh tani
(Samsudin, 1982).
Hernanto (1993), mengemukakan bahwa petani digolongkan menjadi 4
golongan petani berdasarkan tanahnya. Keempat golongan tersebut adalah
golongan petani luas (>2 Ha), golongan petani sedang (0,5-2 Ha),golongan petani
sempit (<0,5 Ha) dan golongan buruh tani tidak bertanah. Petani memegang dua
peranan penting dalam menjalankan usaha taninya, yaitu:
a. Sebagai juru tani (cultivator), petani memelihara tanaman dan hewan
guna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.
b. Sebagai pengelola (manajer), mencakup kegiatan pikiran didorong oleh
kemauan, tercakup didalamnya pengambilan keputusan atau penetapan
pilihan alternatif-alternatif yang ada. Keputusan diambil selaku pengelola
antara lain, menentukan pilihan diantara berbagai tanaman yang mungkin
ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa yang
sebaiknya dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu kerja
di antara berbagai tugas (Mosher, 1966).
Kelompok tani adalah kumpulan sejumlah petani yang terikat secara
informal dan mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Kumpulan petani
14

disebut dengan kelompok tani apabila mereka telah sepakat untuk berhimpun dan
bersama-sama melakukan pekerjaan demi kepentingan dan tujuan bersama. Jika
kelompok tani telah memiliki sikap demikian, maka mereka akan dengan mudah
mencapai apa yang menjadi tujuan mereka (Suhardiyono, 1992).
Kontak tani adalah petani pemilik atau penggarap tanah yang telah
berpengalaman dalam berusahatani, mempunyai pengaruh dalam lingkungannya,
dinamis dan berpandangan positif terhadap hal-hal baru dan aktif membantu
Pemerintah dalam usaha mengadakan penyuluhan pertanian serta produktivitas
usaha taninya tinggi. Kontak ini merupakan langkah yang paling baik untuk
menyelenggarakan kerja dalam usaha menyebarkan hal-hal baru kepada petani-
petani (Samsudin,1982).

2.5.2 Pengertian Padi


Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas unggulan utama tanaman
pangan yang pengembangannya diarahkan pada daerah sentra produksi padi.
Peningkatan produktivitas padi terutama padi sawah perlu dilakukan agar
produksi padi Nasional yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini dikarenakan
kebutuhan terhadap beras terus meningkat sesuai dengan perkembangan penduduk
sebesar 1,9% per tahun (Mahmud, Y. dan S.S. Purnomo. 2014). Pendapatan ini di
dukung oleh (Riyanto, 2013) bhawa sekitar 95% penduduk Indonesia masih
mengandalkan beras sebagai komoditas pangan utama dan dari tahun ke tahun
kebutuhan beras di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya
jumlah penduduk. IRRI (2001) menambahkan bahwa sampai saat ini kebutuhan
kalori dan protein masih dipenuhi dari beras, yaitu masing-masing sekitar 56%
dan 46%.
Padi merupakan salah satu komoditas penting bagi masyarakat Indonesia,
padi yang akan diolah menjadi beras memiliki harga yang tinggi, mudah
dibudidayakan, dan gampang dipasarkan, menjadikan padi sebagai salah satu
komoditi pangan yang banyak dibudidayakan petani. Peningkatan produksi dan
produktivitas menjadi motivasi para petani dalam meningkatkan pendapatan
usahatani. Permintaan beras hasil olahan dari padi di Indonesia bersifat inelastis,
karena permintaan tidak responsif terhadap perubahan produksi (Septiadi dan
15

Joka, 2019). Kontradiksi terjadi pada saat panen tiba, hasil melimpah tetap harga
menjadi turun, dan terlebih lagi jika hasil produksi tidak sesuai dengan ekspektasi,
yaitu pembeli sangat rendah, produksi minim, biaya untuk kegiatan produksi,
mulai dari pengadaan pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang tidak
terduga (Roidah,2015).
Padi adalah tanaman pangan yang sangat pokok yang dikonsumsi oleh
seluruh masyarakat setiap hari, sehingga kebutuhan akan padi sangat tinggi tetapi
sebaliknya produktivitas maupun supply ke masyarakat rendah atau tidak balance.
Harga padi di tingkat petani sangat rendah sedangkan harga beras dipasaran
sangat tinggi. Selain itu, masalah lain yang terjadi pada petani adalah harga
pestisida dan harga pupuk yang mahal serta harga bibit yang tidak tentu sehingga
biaya produksi yang dikeluarkan petani lebih tinggi tetapi pendapatan bersih yang
petani memiliki tingkat perekonomian yang rendah.

2.6 Regresi Logistik


Hosmer dan Lemeshow (2000) mengemukakan bahwa tujuan melakukan
analisis data kategori menggunakan regresi logistik adalah memperoleh model
terbaik dan sederhana untuk menjelaskan hubungan antara keluaran dari variabel
respons (y) dengan variabel-variabel prediktornya (x). Variabel respons dalam
regresi logistik dapat berupa kategori atau kualitatif. Sedangkan variabel
prediktornya dapat berupa kualitatif dan kuantitatif. Jika variabel y merupakan
variabel biner atau dikotomi dalam artian variabel respons terdiri dari dua kategori
yaitu "sukses" (y-1) atau "gagal" (y-0). Maka variabel y mengikuti sebaran
Bernoulli yang memiliki fungsi densitas peluang:

Persamaan 2.1
y i=x i(1- πx i)1-y i   , :y i=0,1
Sehingga diperoleh untuk
y i=0 maka f 0= π x i)0(1-π (x i)1-0=1-π (x i)
untuk y i=1 maka f 1= π(x-i)1(1-π(x i)1-1= π(x i)
Misalkan probabilitas dari variabel respons y untuk nilai x yang diberikan.
Dinotasikan sebagai (x). Model umu (x) dinotasikan sebagai berikut:
16

Persamaan 2.2:
n ( x )=exp ⁡¿ ¿
Persamaan (2.2) disebut fungsi regresi logistik yang menunjukan
hubungan antara variabel prediktor dan probabilitas yang tidak linear, sehingga
untuk mendapatkan hubungan yang linear dilakukan transformasi yang sering
disebut dengan transformasi logit. Bentuk logit dari (x) dinyatakan sebagai (x)
yaitu :

Persamaan 2.3

logit [ π ( x ) ] =¿ ( π (x)
)
1−π ( x )
=β 0+ β 1 x 1+ β 2 x 2+…+ βpxp .

persamaan (2.3) merupakan bentuk fungsi hubungan model regresi logistik


yang disebut model regresi logistik berganda  ( Hosmer dan Lemeshow, 2000).

BAB III
17

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Desa Oepuah Utara merupakan salah satu desa dimana sebagian penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani yang dapat mengusahakan padi sawah. Di
Desa oepuah Utara juga mendapatkan pupuk bersubsidi yaitu pupuk Urea, NPK,
SP-36, ZA dan pupuk Organik. Dimana petani harus menentukan pilihannya
dalam pembelian pupuk dan penggunaan pupuk bersubsidi.
Dalam pembelian pupuk bersubsidi terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi petani dalam memilih pupuk yaitu, Luas lahan, produksi, akses
informasi, pengalaman, dan 6 tepat (Jenis, Tepat, jumlah, harga, waktu dan mutu).
Sedangkan dalam penggunaan pupuk bersubsidi juga terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi petani dalam memilih pupuk yaitu, Luas lahan, produksi,
Pendidikan, akses informasi, pengalaman, dan 4 Tepat (jenis, waktu, dosis dan
cara). Dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi petani dalam memilih
pupuk. Disini terdapat 2 jenis pupuk yang akan dibeli dan digunakan oleh petani
yaitu pupuk Urea dan NPK.
18

Petani Padi Sawah


Desa Oepuah Utara

Faktor pembelian
pupuk
1. Luas lahan
(X1)
Pembelian
2. Pendapatan
Pupuk (Y1)
(X2)
3. Akses
Informasi
(X3) Pembelian
4. Pengalaman dan
(X4) penggunaan
5. 6 T (X5) pupuk urea
dan NPK

Faktor penggunaan
pupuk
1. Luas lahan
(X1)
2. Pendapatan
Penggunaan
(X2)
Pupuk (Y1)
3. Pendidikan
(X3)
4. Akses
informasi
(X4)
5. Pengalaman
(X5)
6. 4 T (X6)

Gambar 1. Kerangka Berpikir

3.2 Hipotesis
19

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka penulis dapat menyimpulkan


bahwa preferensi pembelian dan penggunaan pupuk bersubsidi dapat
mempengaruhi produktivitas petani padi.
Perbandingan penentuan hipotesis:
H0  : Ada pengaruh preferensi pembelian dan penggunaan pupuk bersubsidi
terhadap produktivitas petani.
H1  : Tidak ada pengaruh preferensi pembelian dan penggunaan pupuk bersubsidi
terhadap produktivitas petani.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Oepuah Utara Kecamatan Biboki
Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara pada Bulan Juni 2021 sampai selesai.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian anggota petani yang
bergabung dalam beberapa kelompok tani. Jadi Populasi dalam penelitian ini
sebesar 284 petani yang terbagi dalam 17 kelompok tani di Desa Oepuah Utara
Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian terkecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Nursalam, 2008).
Berdasarkan jumlah kelompok tani yang ada di Desa Oepuah Utara maka
penelitian mengambil sampel secara sengaja (Purposive sampling) dari masing-
masing kelompok tani yang ada di Desa Oepuah Utara dengan pertimbangan
mewakili 17 kelompok tani :

No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel


1 Panorama 12 4
20

2 Oekabuka 15 4
3 Kasih Sayang 19 4
4 Tetu Besak 15 4
5 Penseka 20 5
6 Cinta Kasih 18 4
7 Arko 15 4
8 Uisana Pahbala 20 5
9 Talenta 12 4
10 Cruz 16 4
11 KWT Pucuk Tani 20 5
12 Tani Jaya 17 4
13 Idola jaya 21 5
14 Mena Jaya 14 4
15 Mena Mandiri 17 4
16 Mitra Tani 15 4
17 Bipaan Jaya 18 4
Jumlah 284 72

3.5 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
di daerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau
instansi yang terkait, literatur, buku dan media lainnya yang sesuai dengan
penelitian ini.

3.6 Pengamatan dan Konsep Pengukuran


Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan oleh penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Identitas responden yaitu nama, usia, jenis kelalamin, pengalaman,
pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga.
2. .Pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang ditempuh oleh petani padi
(Thn).
3. Luas lahan yaitu luas lahan petani yang digunakan untuk menanam padi
dan penggunaan pupuk (Ha).
4. Produksi yaitu hasil yang diperoleh baik berupa barang atau uang (kg).
21

5. Akses informasi yaitu kemampuan petani dalam


memperoleh/mendapatkan informasi baik dari penyuluh (1 mudah, 0 tidak
mudah).
6. Pengalaman yaitu lamanya petani dalam menggunakan pupuk bersubsidi
(Thn).

3.7 Metode Analisis Data


3.7.1 Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
variabel terikat yang berupa data dikatomik/biner dengan variabel bebas yang
berupa data berskala interval dan atau kategori (Lemeshow dan Levy, 1997).
Variabel terikat dalam metode regresi logistik biner bersifat dikotomi (biner),
artinya variabel terikat berskala biner hanya terdiri dari dua kategori yaitu
kejadian "ya" (y=1) dan kejadian "tidak" (y=0), dimana variabel terikat mengikuti
distribusi Bernoulli (Hosmer dan Lemeshow, 2000).
Sudaryanto dan Swastika, 2007 menyatakan bahwa regresi logistik menjadi
pilihan model bagian analisis regresi dengan variabel terikat yang binary dan
mampu mengakomodir dari semua jenis data. Bentuk umum dari model peluang
regresi logistik berdasarkan Hosmer dan Lemeshow (2000) adalah sebagai
berikut:
a. Preferensi Pembelian Pupuk Bersubsidi

In = = [ ]
p
1−p
=β 0+ β 1 x 1+ β 2 x 2+ …+ β 5 x 5 …

Keterangan:
LN =Logaritma Natural
P =Probabilitas Keputusan Pembelian pupuk (ya/tidak)
Y =0, jika tidak membeli pupuk bersubsidi terhadap padi
Y =1, jika mmbeli pupuk bersubsidi terhadap padi
β 1,2,3,4,5, =Koefisien regresi
X1 =luas lahan (Ha)
X2 =produksi (Kg)
X3 =Akses informasi (0; tidak mudah, 1;  Mudah)
22

X4 =pengalaman (Thn)
X5 =6 Tepat ( Tempat, Mutu, Jenis, Waktu, Jumlah dan Harga)
b. Preferensi Penggunaan Pupuk Bersubsidi

In = [ ]
p
1−p
=β 0+ β 1 x 1+ β 2 x 2+ …+ β 6 x 6 …

Keterangan:
LN =Logaritma Natural
P =Probabilitas Keputusan Penggunaan pupuk (ya/tidak)
Y =0, jika tidak menggunakan pupuk bersubsidi terhadap padi
Y =1, jika menggunakan pupuk bersubsidi terhadap padi
β 1,2,3,4,5,6, =Koefisien regresi
X1 =luas lahan (Ha).
X2 =Produksi (Kg)
X3 =pendidikan (Thn)
X4 =Akses informasi (0; tidak mudah, 1;  Mudah)
X5 =pengalaman (Thn)
X6 =4 Tepat ( Jenis, Dosis, Waktu dan Cara)
23

BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Batas Wilayah
Batas - secara astronomis kecamatan Biboki Moenleu terletak antara
1240596'9"'BT - 1240596'9"'BT dan 90183'7"'S - 909'0"'S. Kecamatan Biboki
Moenleu terdiri dari tujuh desa, antara lain; Tubes, Lineup, Matabesi, Kaubele,
Oepuah, Oepuah Utara, Oepuah Selatan. Secara umum luas wilayah Kecamatan
Biboki Moenleu adalah 85,78 km 2atau 3,21% dari luasan wilayah Kabupaten
Timor Tengah Utara dan merupakan daerah pantai dengan kisaran tertinggi di
bawah dari 500 mdpl. Seperti hal lainnya di Indonesia, Kecamatan Biboki
Moenleu juga hanya dikenal 2 musim yaitu kemarau dan hujan.
Topografi Desa Oepuah utara berbukit-bukit dengan dataran tersebar secara
sporadis pada gugusan yang sempit diapit dataran tinggi atau perbukitan. Lahan
dengan kemiringan 0,50 mil mencapai luasan 65 ha dan lahan dengan kemiringan
lebih dari 70% mencapai 35,46%. Kondisi geomorfologis yang demikian
menyebabkan pertanian pada dataran sangat terbatas pada pertanian lahan kering.
Pertanian lahan kering banyak dilakukan pada daerah-daerah dengan kemiringan
yang curam sehingga produktivitas menjadi rendah.
Desa Oepuah merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bikomi Utara
Kabupaten Timor  tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki luas
7,47 km2.
Secara Geografis Desa Oepuah Utara berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
Utara : Laut Sawu Kecamatan Biboki Moenleu
Selatan : Desa Oepuah Kecamatan Biboki Moenleu
Timur : Desa Oepuah Kecamatan Biboki Moenleu
Barat : Desa Oesoko Kecamatan Insana Utara
24

4.1.2 Keadaan Penduduk


Jumlah penduduk Oepuah Utara berdasarkan Profil Desa tahun 2019
sebanyak 1998 jiwa yang terdiri dari laki-laki 946 dan perempuan 1049 sumber
penghasilan utama penduduk rata-rata adalah melalui usaha tani.

4.2 Identitas Responden


4.2.1 Umur
Umur seorang petani akan mempengaruhi terhadap kemampuan fisik dan
cara berpikir petani dalam mengelola usahataninya. Semakin tua usia petani,
kemampuan kerjanya semakin menurun. Petani yang berusia muda biasanya
bersifat dinamis yakni lebih berani menanggung resiko untuk mendapatkan
pengalaman dalam berusahatani.
Tabel 1. Umur Petani
Umur Jumlah (Orang) Presentase (%)
25-34 8 orang 11,11
35-44 20 orang 27,77
45-54 25 orang 34,72
55-64 17 orang 23,61
>65 2 orang 2,77
Total 72 100
Sumber: Data Primer diolah. 2021

Dari tabel 1. Diatas dapat diketahui bahwa petani padi sawah di Desa
Oepuah Utara memiliki umur antara 25-34 berjumlah 8 orang dengan Persentase
11,11%, umur sebanyak 35-44 berjumlah 20 orang dengan persentase 27,77%,
umur sebanyak 45-54 berjumlah 25 orang dengan persentase 34,72% umur
sebanyak 55-64 berjumlah 17 orang dengan persentase 23,61% dan yang terakhir
65 tahun ke atas berjumlah 2 orang dengan presentase 2,77%,. Bahwa para petani
di Desa Oepuah Utara umumnya dalam umur Produktif (97,33%).
25

4.2.2 Jenis Kelamin


Data jumlah responden berdasarkan jenis kelamin diselesaikan pada tabel.
Tabel 2. Jenis kelamin
Jenis Kelamin Total Presentase (%)
L 50 69,44
P 22 30,55
Total 72 100
Sumber: Data Primer diolah. 2021
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah petani laki-laki di
Desa Oepuah utara berjumlah 50 orang dengan persentase sebesar 69,44%, dan
jumlah petani perempuan berjumlah 22 orang dengan persentase sebesar 30,55%.
Hal ini berarti petani laki-laki lebih banyak dibandingkan petani perempuan.

4.2.3 Pendidikan
Pendidikan seseorang biasanya mempunyai pengaruh pada pola
berpikirnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya semakin
rasional dalam mengambil keputusan dan cepat dalam bekerja bila dibandingkan
dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Tabel 3. Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presenatse (%)
SD 60 83,33
SMP 9 12,5
SMA 3 4,16
Total 72 100
Sumber: Data Primer diolah. 2021
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa petani di Desa Oepuah Utara
mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 60 orang dengan
persentase sebesar 83,33%, di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 9 orang dengan jumlah persentase sebesar 12,5%, di Tingkat Sekolah
Menengah Akhir (SMA) sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 4,16%.
Tingkat pendidikan petani di Desa Oepuah Utara masih kurang
dikarenakan kebanyakan petani adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Sehingga
26

petani di Desa Oepuah Utara lebih mengandalkan pengalaman dalam bekerja dari
pada teknologi dan inovasi terbaru.
4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang menjalin
tanggungan satu kepala keluarga. Tanggungan satu keluarga responden petani di
Desa Oepuah Utara berbeda-beda.
Tabel 4. Jumlah tanggungan keluarga petani
Jumlah Tanggungan Keluarga Total Presentase (%)
1-5 47 65,27
6-10 25 34,72
Total 72 100
Sumber: Data Primer diolah. 2021
Berdasarkan tabel 5 diatas maka dapat disimpulkan bahwa petani di Desa
Oepuah Utara yang memiliki tanggungan di bawah 5 orang sebanyak 47 orang
dengan jumlah persentase sebesar 65,27%, dan tanggungan diatas 5 orang
sebanyak 25 orang  dengan jumlah persentase sebanyak 34,72%.

4.3 Deskripsi faktor yang mempengaruhi pembelian dan penggunaan pupuk


4.3.1 Luas Lahan
Luas lahan merupakan kepemilikan lahan oleh petani yang
digunakan untuk usahatani khususnya pada komoditi tanaman padi sawah
yang biasanya dinyatakan dalam hektar (Ha). Luas lahan sawah yang
diusahakan petani di Desa Oepuah Utara berkisar antara 20 ha sampai
dengan 400 ha dengan rata-rata 101,99 ha. Luas lahan ini diperkirakan
menentukan preferensi penggunaan pupuk bersubsidi. Hal ini sesuai
dengan penelitian (Mamondol & Sabe, 2016) yang menyatakan bahwa
Semakin luas lahan yang dimiliki petani, akan semakin besar juga biaya
yang akan dikeluarkan untuk pemupukan.
4.3.2 Produksi
Produksi padi yang dihasilkan oleh petani di Desa Oepuah Utara
memiliki harapan untuk memperoleh hasil panen yang maksimal dari
usahatani mereka. Jumlah produksi padi di Desa Oepuah Utara berkisar
1400 kg sampai dengan 14000 kg dengan rata-rata 6775,49 kg. Petani
27

memiliki pandangan bahwa dalam usahataninya khususnya padi sawah,


mereka membutuhkan pupuk bersubsidi untuk meningkatkan hasil
panennya.
4.3.3 Pendidikan
Pendidikan memiliki pengaruh terhadap keputusan petani dalam
penggunaan pupuk bersubsidi di Desa Oepuah Utara. Pendidikan petani
sebagaimana data pada tabel 3. Didominasi oleh pendidikan SD.
Pendidikan yang lebih tinggi mengidentifikasikan preferensi penggunaan
pupuk yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Naudya et al.,
2020) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
persepsi petani dalam penggunaan pupuk usahataninya.
4.3.4 Akses informasi
Kemampuan petani dalam mengakses informasi meningkatkan
peluang pembelian pupuk bersubsidi petani yang dapat mengakses
informasi di kios pengecer resmi. Selain itu akses informasi pupuk
bersubsidi di peroleh dari penyuluh pertanian, aparat desa dan melalui
internet.
Petani di Desa Oepuah Utara menggunakan pupuk tidak berdasarkan
informasi yang didapat tetapi menggunakan pupuk sesuai dengan
ketentuan dan keinginan petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati
(2016) & Andriani et al., (2018), petani yang memiliki kemampuan untuk
mengakses informasi dari internet memiliki referensi lebih banyak jika
dibandingkan dengan petani yang memiliki kemampuan yang kurang
dalam mengakses internet.
4.3.5 Pengalaman
Pengalaman petani dalam melakukan usahatani padi di Desa Oepuah
Utara berkisaran 3 tahun sampai dengan 50 tahun dengan rata-rata 29,24
tahun. Pengalaman dalam berusahatani memberikan peran. Usahatani
biasa menggunakan pupuk sesuai dengan pola pikir mereka dan tidak
bergantung pada petunjuk penyuluh dalam berusahatani.
28

4.3.6 Pengetahuan
Pengetahuan 6 Tepat yaitu (tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu
dan mutu). Artinya jenis dan jumlah pupuk bersubsidi yang diajukan oleh
petani sesuai dengan RDKK, namun pupuk yang diterima kadang tidak
sesuai pengajuan, jumlah pupuk yang ada di RDKK tidak sesuai dengan
rekomendasi dosis padi anjuran kecamatan, harga yang dibeli sesuai
dengan harga eceran tertinggi (HET) di kios yang sudah di tetapkan, petani
padi di Desa Oepuah Utara membeli pupuk tidak tepat pada waktunya,
tetapi petani membeli pupuk sebelum membutuhkan dan saat
membutuhkan karena dilihat dari ketersediaan pupuk.
Jika pengetahuan petani tentang 4 Tepat yaitu (tepat jenis, jumlah,
cara, dan dosis). Berdasarkan hasil penelitian di Desa Oepuah Utara petani
tidak menggunakan pupuk organic bersubsidi sebagai pupuk dasar dan
tidak mencampur pupuk pada pemupukan awal namun pada waktu
pemupukan petani tidak melihat umur tanaman, cuaca/iklim, tetapi petani
dapat melakukan 2 kali pemupukan per musim tanam, pada saat
melakukan pemupukan yaitu pupuk Urea pada tanaman padi dosis yang
digunakan kadang melebihi 1000 gr/are dan pupuk NPK juga kadang
melebihi atau kurang dari 750 gr/are hal ini sesuai dengan keinginan dan
pengalaman masing-masing dari petani tidak sesuai dengan informasi yang
diperoleh dari penyuluh dan tempat pemupukan untuk umur tanaman
petani melakukan pemupukan kadang 15 hari setelah tanam kadang
sebelum 15 hari petani sudah melakukan pemupukan, rata-rata petani di
Desa Oapuah Utara melakukan pemupukan pada tanaman padi dua kali
pemupukan per musim tanam. Hal ini sesuai dengan penelitian ( Naudya et
ak., 2020) yang menyatakan bahwa pengetahuan petani sangat
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan baik itu keputusan
dalam membeli atau menggunakan suatu produk pertanian.
29

4.4 Faktor yang mempengaruhi pembelian pupuk bersubsidi


Faktor diduga yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan
pilihannya untuk membeli pupuk bersubsidi yaitu Luas lahan, Produksi, Akses
informasi, Pengalaman, pengetahuan (6 T). Analisis ini menggunakan analisis
regresi logistik dengan jumlah sampel sebanyak 72 responden petani dengan
bantuan aplikasi SPSS. Hasil dugaan model regresi logistik menunjukan pada
tingkat kepercayaan 95% (ᵅ=0,05). Berikut beberapa pengujian yang dilakukan
dalam analisis regresi logistik:

Tabel 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pupuk


Bersubsidi
Variabel/Model B (Koefisien) Sig Exp(B)(Odds
Ratio)
Constant 21,341 ,014
Luas Lahan 3,313 ,044 27,454
Produksi -3,624 ,027 ,027
Akses Informasi -1,659 ,094 ,190
Pengalaman -,858 ,208 ,424
Pengetahuan 6 T ,418 ,653 1,518
Chi-square Sig
Omnibus Tests of Mode
8,455 ,133
Coefficients
Hosmer and Lemeshow
6,283 ,616
Test
Nagelkerke R
Model summary
Square
15,4
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2021. Keterangan a signifikan pada α: 5%

Uji Omnibus dapat diartikan sebagai uji serempak (overall) yang dilakukan
untuk mengetahui apakah secara bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata dari
variabel X terhadap variabel Y. Nilai signifikansi dari model coefficients pada
Omnibus Test sebesar 0,133 > 0,05, maka hipotesis H0 diterima, artinya keenam
variabel X yaitu Luas lahan, Produksi, Akses informasi, Pengalaman, dan
pengetahuan (6 T) merupakan penjelasan yang tidak signifikan terhadap variabel
Y yaitu pembelian pupuk bersubsidi karena nilai Chi-square sebesar 0,133 dimana
30

> ᵅ = 5% (0,05) atau nilai chi-square hitung 8,455 > chi-square tabel 11,070. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gujarati (2004) yang menyatakan bahwa jika nilai
Chi-square model > Chi-Square tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak yang
berarti variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan secara serempak
terhadap variabel dependen. Hasil uji Omnibus test menunjukan nilai chi-square
sebesar 8,455 > chi-square tabel pada df 6 sebesar sebesar 11,070 atau dengan
signifikan sebesar 0,133 > 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
penambahan variabel bebas tidak  memberikan pengaruh nyata terhadap
pembelian.
Dalam hasil uji Hosmer dan Lemeshow Test dengan pendekatan metode chi-
Square menunjukan derajat kebebasan 8, dengan nilai 6,283 dan nilai signifikan
sebesar 0,616 > 0,05 menunjukan bahwa model sudah fit dimana mengidentifikasi
metode regresi logistik sesuai data. Dengan kata lain hipotesis nol yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen
terhadap penggunaan ditolak sehingga dapat disimpulkan model ini layak
digunakan untuk memprediksi preferensi penggunaan pupuk bersubsidi petani
padi.
Pengujian Nagelkerke R Square (Koefisien Determinasi) yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar variabel X mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel Y. Berikut di bawah ini merupakan hasil uji Nagelkerke R
Square (Koefisien Determinasi). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
dapat diketahui besaran pengaruh variabel independen yaitu Luas Lahan,
Produksi, Akses informasi, Pengalaman, pengetahuan (6 T) terdapat variabel
pembelian. Hal tersebut terlihat dari nilai uji Nagelkerke R Square yang
didapatkan yaitu sebesar 0,154 atau 15,4% yang artinya besar pengaruh variabel
independen yaitu Luas Lahan, Produksi, Akses informasi, Pengalaman,
pengetahuan (6 T) terdapat variabel pembelian 15,4%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa nilai Nagelkerke R2
menunjukan besarnya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
yang terjadi pada variabel dependen.
31

Tabel 6. Matriks klasifikasi model


Berikut tabel dibawah ini merupakan hasil uji matriks klasifikasi model:
Predicted
Pembelian
Tidak Membeli
membeli pupuk Percentag
Observed pupuk bersubsidi e correct
bersubsidi
Tidak membeli pupuk 5 19 20,8
Step 1 bersubsidi
Membeli pupuk bersubsidi 5 43 89,6
Overall percentage 66,7

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 72 sampel, terdapat 24


responden yang tidak membeli pupuk bersubsidi, setelah diprediksi dengan
analisis regresi logstik terdapat 19 sampel yang berpindah menjadi membeli
pupuk bersubsidi dengan persentasenya 20,8% dari 24 responden yang memiliki
persepsi tidak membeli pupuk bersubsidi. kemudian dari 48 responden yang
membeli setelah diprediksi terdapat 5 responden yang berubah tidak membeli
pupuk bersubsidi dengan persentasenya 89,6% dari 48 responden yang membeli
pupuk bersubsidi. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka secara umum model
yang diperoleh dapat diandalkan dalam memprediksi para responden sebesar
66,7%.

1. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa faktor Luas Lahan memiliki


nilai signifikan 0,044 < 0,05 dari taraf signifikan a 5%  sehingga menerima
H0 yang berarti berpengaruh terhadap peluang petani dalam pembelian
pupuk bersubsidi petani padi di Desa Oepuah Utara.
  Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 27,454
maka Luas lahan berpengaruh terhadap minat pembelian pupuk bersubsidi
sebanyak 27,455 kali dibandingkan yang tidak membeli pupuk bersubsidi.
Nilai Logaritma Natural dari 27,455= 3.313 oleh karena itu nilai B bernilai
positif. Maka Luas lahan mempunyai hubungan positif dengan minat
pembelian pupuk bersubsidi. Yang artinya jika penambahan pengolahan
32

Luas lahan maka pembelian pupuk bersubsidi akan bertambah karena


pengajuan RDKK sudah sesuai dengan Luas lahan yang dimiliki oleh
anggota kelompok tani sehingga pada saat membeli pupuk sudah tersedia
sesuai dengan Luas lahan yang dimiliki. Petani di Desa Oepuah Utara akan
tetap membeli pupuk bersubsidi baik dilahan yang sempit maupun di lahan
yang luas. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jorgi (2019) juga menyatakan hal yang sama bahwa Luas lahan tidak
begitu terkait dengan program kartu tani karena baik petani dengan Luas
lahan garapan sempit maupun luas, masing-masing mendapat bagian
pupuk bersubsidi sesuai dengan luas lahannya sebagaimana telah
diusulkan melalui RDKK.
2. Faktor Produksi memiliki nilai signifikan 0,027 < 0,05 dari taraf signifikan
a 5%  sehingga menerima H0 yang berarti berpengaruh terhadap peluang
petani dalam pembelian pupuk bersubsidi petani padi di Desa Oepuah
Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,027 maka
Produksi berpengaruh terhadap minat pembelian pupuk bersubsidi
sebanyak 0,027 kali dibandingkan yang tidak membeli pupuk bersubsidi.
Nilai Logaritma Natural dari 0,027= -3.624 Oleh karena itu nilai B bernilai
negatif. Maka Produksi mempunyai hubungan negatif dengan minat
pembelian pupuk bersubsidi. Sesuai dengan hasil penelitian di Desa
Oepuah Utara petani tidak melihat hasil meningkat atau menurun tetapi
petani terus menerus membeli pupuk bersubsidi. Hal ini sesuai dengan 
Pendapatan Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa daya beli yang
tersedia dalam suatu perekonomian yang bergantung pada Pendapatan
pada tingkat dan distribusi yang berbeda-beda. Pendapatan sangat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Apabila pendapatan
meningkat maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan semakin besar.
3. Faktor akses informasi memiliki nilai signifikan 0,094 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti akses informasi tidak
33

berpengaruh terhadap peluang petani dalam pembelian pupuk bersubsidi


petani padi di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,190 maka
Akses informasi tidak berpengaruh terhadap minat pembelian pupuk
bersubsidi sebanyak 0,190 kali dibandingkan yang tidak membeli pupuk
bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 0,190 = -1,659 oleh karena itu
nilai B bernilai negatif. Maka Pendapatan mempunyai hubungan negatif
dengan minat pembelian pupuk bersubsidi. Akses informasi bernilai
negatif yang artinya semakin berkurangnya petani mendapatkan informasi
maka peluang untuk menentukan pilihan atau minat membeli pupuk
bersubsidi semakin berkurang. Hasil yang didapatkan di Desa Oepuah
Utara petani sering mendapatkan informasi dari penyuluh pada setiap
bulan sekali sehingga petani sulit untuk mencari informasi mengenai
pembelian pupuk bersubsidi. Namun sebelum petani bergabung dalam
kelompok tani petani juga sudah membeli pupuk non subsidi karena petani
di Desa Oepuah Utara merasa pupuk sangat bermanfaat untuk
meningkatkan hasil pertanian.
4. Faktor pengalaman memiliki nilai signifikan 0,208 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti pengalaman tidak
berpengaruh terhadap peluang petani dalam pembelian pupuk bersubsidi
petani padi di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,424 maka
Pengalaman tidak berpengaruh terhadap minat pembelian pupuk
bersubsidi sebanyak 0,424 kali dibandingkan yang tidak membeli pupuk
bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 0,424 = -0,858 oleh karena itu
nilai B bernilai negatif. Maka Pengalaman mempunyai hubungan negatif
dengan minat pembelian pupuk bersubsidi. Yang artinya semakin rendah
atau berkurangnya pengalaman maka akan berpengaruh terhadap
keputusan pembelian pupuk bersubsidi. Pengaruh negatif ini karena
seiring dengan berkurangnya pengalaman yang dimiliki petani maka minat
pembelian pupuk bersubsidi juga semakin menurun. Pengalaman petani di
Desa Oepuah Utara berminat membeli pupuk bersubsidi waktunya sudah
34

cukup lama sehingga diduga sulit bagi petani untuk menerima inovasi
yang belum pasti tingkat keberhasilannya karena biasanya memperhatikan
kejadian masa lalu. Petani yang mempunyai pengalaman lebih lama
cenderung lebih cepat mengambil keputusan dengan keterampilan,
kemampuan, inovasi, dan permasalahan usahatani yang pernah dialami
tidak diulangi lagi. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut (Soekartawi,
1999)pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima
inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup
lama lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula.
5. Faktor pengetahuan (6 T) memiliki nilai signifikan 0,653 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti tidak berpengaruh
terhadap peluang petani dalam pembelian pupuk bersubsidi petani padi di
Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 1,518 maka
pengetahuan 6 T tidak berpengaruh terhadap minat pembelian pupuk
bersubsidi sebanyak 1,518 kali dibandingkan yang tidak membeli pupuk
bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 1,518= 0,418 oleh karena itu nilai
B bernilai positif. Maka pengetahuan 6 T mempunyai hubungan positif
dengan minat pembelian pupuk bersubsidi. Variabel pengetahuan 6 T
terdiri dari tepat (Jenis, Tepat, jumlah, harga, waktu dan mutu). Bernilai
positif yang artinya jenis pupuk yang dibutuhkan petani dan yang
disubsidikan oleh pemerintah yaitu jenis pupuk Urea, NPK, ZA, SP36, dan
Organik. Penyaluran pupuk ke Kecamatan masing-masing sesuai dengan
jenis pupuk yang sudah diajarkan melalui RDKK. dari hasil wawancara,
pupuk bersubsidi diberikan kepada petani di setiap Daerah Kabupaten atau
Kecamatan dengan pedagang pengecer resmi dimana petani bisa membeli
pupuk yang dibutuhkan tidak jauh dari lahan para petani karena petani
akan mengambil langsung kepada ketua kelompok tani. Ketua kelompok
tani lah yang mengambil pupuk subsidi ke pengecer yang sesuai dengan
RDKK untuk kelompoknya masing-masing. Pada daerah penelitian di
Desa Oepuah Utara sistem pengajuan RDKK yang diberlakukan kepada
petani padi sawah sudah memiliki ketentuan dari Dinas Pertanian
35

setempat. Sistem yang diberlakukan kepada petani yang sudah


mengajukan RDKK yakni berdasarkan pada Luas lahan petani yang
mengusahakan usaha tani pada sawah, oleh sebab itu petani yang
mengajukan pupuk subsidi harus sesuai dengan Luas lahan. Dari hasil
wawancara, penyaluran pupuk bersubsidi mengenai tepat harga pupuk
belum bisa dikatakan efektif karena masih banyak petani/kelompok tani
yang membeli pupuk bersubsidi diatas harga eceran tertinggi (HET).
Untuk penyaluran pupuk subsidi mengenai tepat waktu pupuk belum bisa
dikatakan efektif karena beberapa petani mengatakan ada kerap terjadi
keterlambatan namun dalam frekuensi yang jarang dan ada juga yang tepat
waktu itu semua tergantung dari kelompok tani jika mereka terlambat
menebus pupuk tersebut maka penyalurannya juga terlambat datang ke
kelompok tani. Di daerah penelitian yaitu Desa Oepuah Utara petani
menyatakan bahwa mutu pupuk yang disubsidikan dari pemerintah kurang
bagus karena tanaman yang diberikan pupuk yang disubsidikan saat ini
sangat lambat kalau dulu pertumbuhan tanaman padi sawah cepat. Tetapi
petani tetap memakai pupuk subsidi masih jauh lebih murah dibandingkan
dengan pupuk non subsidi.

4.4 Faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk bersubsidi


Faktor diduga yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan
pilihannya untuk menggunakan pupuk bersubsidi yaitu Luas lahan, Produksi,
Pendidikan, Akses informasi, Pengalaman, pengetahuan (4 T). Analisis ini
menggunakan analisis regresi logistik dengan jumlah sampel sebanyak 72
responden petani dengan bantuan aplikasi SPSS.
Hasil dugaan model regresi logistik menunjukan pada tingkat kepercayaan
95% (ᵅ=0,05). Berikut beberapa pengujian yang dilakukan dalam analisis regresi
logistik:
36

Tabel 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Pupuk


Bersubsidi.
Variabel/Model B (Koefisien) Sig Exp(B)(Odds Ratio)

Constant -22,145 ,288 ,000


Luas Lahan -2,6 ,332 ,073
Produksi 2,565 ,329 12,998
Pendidikan 2,167 ,395 8,733
Akses Informasi -7,288 ,031 ,001
Pengalaman -2,647 ,067 ,071
Pengetahuan (4 T) 9,847 ,050 18910,778
Chi-square Sig
Omnibus Tests of Mode
13,303 ,038
Coefficients
Hosmer and Lemeshow
6,335 ,610
Test
Nagelkerke R
Model summary
Square
31,9
Keterangan Tingkat Signifikan 5%

Uji Omnibus dapat diartikan sebagai uji serempak (overall) yang dilakukan
untuk mengetahui apakah secara bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata dari
variabel independen terhadap variabel dependen.Dari tabel terlihat bahwa nilai
signifikan dari model coefficients pada Omnibus Test sebesar 0,038 < 0,05, maka
hipotesis diterima, artinya keenam variabel independen yaitu Luas lahan,
Produksi, Pendidikan, Akses informasi, Pengalaman, dan pengetahuan (4 T)
merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu
penggunaan pupuk bersubsidi karena nilai Chi-square sebesar 0,038 dimana > ᵅ =
5% (0,05) atau nilai chi-square hitung 13,303 > chi-square tabel 12,592. Hal ini
sesuai dengan pendapat gujarati (2004) yang menyatakan bahwa jika nilai Chi-
square model > X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel
independen berpengaruh secara signifikan secara serempak terhadap variabel
dependen.
37

Hosmer and Lemeshow Test untuk mengetahui apakah model regresi yang
diajukan diterima atau tidak. Dalam hasil uji Hosmer dan Lemeshow Test dengan
pendekatan metode chi-Square menunjukan derajat kebebasan 8, dengan nilai
6,335 dan nilai signifikan sebesar 0,610 > 0,05 menunjukan bahwa model sudah
fit dimana mengidentifikasi metode regresi logistik sesuai data. Dengan kata lain
hipotesis nol yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh
variabel independen terhadap penggunaan ditolak sehingga dapat disimpulkan
model ini layak digunakan untuk memprediksi preferensi penggunaan pupuk
bersubsidi petani padi.
Pengujian Nagelkerke R Square (Koefisien Determinasi) yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Berikut di bawah ini merupakan hasil uji
Nagelkerke R Square (Koefisien Determinasi).Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan dapat diketahui besaran pengaruh variabel independen yaitu Luas
Lahan, Produksi, Pendidikan, Akses informasi, Pengalaman, pengetahuan (4 T)
terdapat variabel Penggunaan. Hal tersebut terlihat dari nilai uji Nagelkerke R
Square yang didapatkan yaitu sebesar 0,319 atau 31,9% yang artinya besar
pengaruh variabel independen yaitu Luas Lahan, Produksi, Pendidikan, Akses
informasi, Pengalaman, pengetahuan (4 T) terdapat variabel penggunaan 31,9%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa nilai
Nagelkerke R2 menunjukan besarnya kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen.
Pengujian Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
yang signifikan atau tidak antara variabel independen yaitu Luas Lahan, Produksi,
Akses informasi, Pendidikan, Pengalaman, pengetahuan (4 T) terhadap variabel
dependen yaitu penggunaan. Dalam uji hipotesis pada regresi logistik, jika tingkat
signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini.
38

Tabel 8. Matriks klasifikasi model


Berikut tabel dibawah ini merupakan hasil uji matriks klasifikasi model:
Predicted
Pembelian
Tidak Menggunak
menggunak an pupuk Percentag
Observed an pupuk bersubsidi e correct
bersubsidi
Tidak menggunakan 2 7 22,2
Step 1 pupuk bersubsidi
Menggunakan pupuk 1 62 98,4
bersubsidi
Overall percentage 88,9

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 72 sampel, terdapat 9


responden yang tidak menggunakan pupuk bersubsidi, setelah diprediksi dengan
analisis regresi logistic terdapat 7 sampel yang berpindah menjadi menggunakan
pupuk bersubsidi dengan persentasenya sebesar 22,2% dari 9 responden yang
memiliki persepsi tidak menggunakan pupuk bersubsidi. Kemudian dari 63
responden yang menggunakan setelah diprediksi terdapat 1 responden yang
berubah tidak menggunakan pupuk bersubsidi dengan persentasenya sebesar
98,4% dari 63 responden yang menggunakan pupuk bersubsidi. Berdasarkan hasil
analisis tersebut maka secara umum model yang diperoleh dapat diandalkan
dalam memprediksi para responden sebesarnya 88,9%.

1. Faktor Luas lahan memiliki nilai signifikan 0,332 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti luas lahan tidak
berpengaruh terhadap peluang petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi
petani padi di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,073 maka
luas lahan tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk bersubsidi
sebanyak 0,073 kali lipat dibandingkan yang tidak penggunaan pupuk
bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 0,073 = -2,6 oleh karena itu nilai
39

B bernilai negatif. Maka Luas lahan mempunyai hubungan negatif dengan


minat penggunaan pupuk bersubsidi. Artinya apabila petani menambahkan
pengolahan luas lahan maka penggunaan pupuk bersubsidi menurun.
Berdasarkan hasil penelitian, menurut petani semakin bertambahnya luas
lahan yang diolah dalam berusahatani padi maka mendapat hasil yang
besar, tetapi dalam penggunaan pupuk bersubsidi berkurang karena
takaran atau dosis tidak sesuai dengan luas lahan yang telah diolah
sehingga hasil yang didapat tidak memenuhi target. Hasil penelitian ini
sesuai dengan pendapat menurut Soekartawi (1990) menyatakan bahwa
Luas lahan adalah areal atau tempat yang digunakan untuk melakukan
usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (Ha).
Luas lahan berpengaruh terhadap produksi sayuran daun dan pendapatan
petani. Semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan
semakin besar produksi yang dihasilkan dan pendapatan yang akan
diperoleh bila disertai dengan pengolahan lahan yang baik.
2. Faktor produksi memiliki nilai signifikan 0,329 > 0,05 dari taraf signifikan
a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti produksi tidak berpengaruh
terhadap peluang petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi petani padi
di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 12,998
maka Produksi tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk
bersubsidi sebanyak 12,998 kali dibandingkan yang tidak penggunaan
pupuk bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 12,998 = -2,565 oleh
karena itu nilai B bernilai positif. Maka Produksi mempunyai hubungan
positif dengan minat penggunaan pupuk bersubsidi. Sesuai dengan hasil
penelitian di Desa Oepuah Utara petani tidak melihat hasil meningkat atau
menurun tetapi petani terus menerus menggunakan pupuk bersubsidi.
3. Faktor pendidikan memiliki nilai signifikan 0,395 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti pendidikan tidak
berpengaruh terhadap peluang petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi
petani padi di Desa Oepuah Utara.
40

Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 8,733maka


Pendidikan tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk
bersubsidi sebanyak 8,733 kali dibandingkan yang tidak penggunaan
pupuk bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 8,733= 2,167 oleh karena
itu nilai B bernilai positif. Maka Pendidikan mempunyai hubungan positif
dengan minat penggunaan pupuk bersubsidi. Artinya tingkat pendidikan
rendah mempengaruhi petani dalam menentukan pilihan atau minat
menggunakan pupuk bersubsidi dibandingkan tingkat pendidikan yang
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Oepuah Utara petani minat
untuk menggunakan pupuk bersubsidi tidak tergantung pada tingkat
pendidikan, akan tetapi petani menggunakan pupuk sesuai dengan pola
pikir, pengalaman dan ilmu yang diturunkan secara turun temurun selama
berusahatani sehingga sulit dalam menerima hal-hal Inovasi dari luar.Hasil
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soleh (2013); Nilai koefisien
pada faktor pendidikan formal petani mempunyai tanda positif dan
besarnya adalah 0,011 dan nilai t hitung 1,511. Nilai t hitung lebih besar
dari pada tabel yaitu 1,254 < 1,669, sehingga faktor pendidikan formal
responden tidak berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis dalam
berusahatani wortel dengan tingkat kesalahan 10%. Pendidikan formal
diukur berdasarkan jumlah waktu (tahun) yang ditempuh petani wortel
dalam menjalankan masa pendidikan formalnya. Pendidikan tidak
berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi karena di dalam pendidikan
formal hanya belajar tentang pengetahuan umum bukan memberi
informasi tentang pertanian, sehingga tingginya tingkat pendidikan formal
tidak menentukan semakin rendahnya tingkat inefisiensi atau tingginya
tingkat efisiensi teknis.
4. Faktor akses informasi memiliki nilai signifikan 0,031 < 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H0 yang berarti akses informasi
berpengaruh terhadap peluang petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi
petani padi di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,001 maka
Akses informasi berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk
41

bersubsidi sebanyak 0,001 kali dibandingkan yang tidak penggunaan


pupuk bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 0,001 = - 7,288 oleh
karena itu nilai B bernilai negatif. Maka Akses informasi mempunyai
hubungan negatif dengan minat penggunaan pupuk bersubsidi. Artinya
semakin banyak informasi yang didapat maka penggunaan pupuk
bersubsidi sangat berkurang. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Oepuah
Utara petani mendapatkan informasi dari penyuluh mengenai penggunaan
pupuk bersubsidi, namun petani di Desa Oepuah Utara menggunakan
pupuk tidak berdasarkan informasi yang didapat tetapi menggunakan
pupuk sesuai dengan ketentuan dan keinginan petani.
5. Faktor pengalaman memiliki nilai signifikan 0,067 > 0,05 dari taraf
signifikan a 5%  sehingga menerima H1 yang berarti pengalaman tida
berpengaruh terhadap peluang petani dalam penggunaan pupuk bersubsidi
petani padi di Desa Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 0,071 maka
Pengalaman tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk
bersubsidi sebanyak 0,071 kali dibandingkan yang tidak penggunaan
pupuk bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 0,071 = - 2,647 oleh
karena itu nilai B bernilai negatif. Maka Pengalaman mempunyai
hubungan negatif dengan minat penggunaan pupuk bersubsidi. Yang
artinya semakin rendah atau kurangnya pengalaman maka akan
berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan pupuk bersubsidi.
Artinya bahwa semakin lama petani dalam melakukan/mengelolah suatu
usaha pengalaman petani dalam berusahatani juga semakin meluas maka
penggunaan pupuk bersubsidi juga ikut bertambah. Berdasarkan hasil
penelitian di Desa Oepuah Utara petani semakin berpengalaman dan telah
terbiasa menggunakan pupuk bersubsidi sesuai dengan pola pikir dan
kemauan masing-masing sehingga berminat dalam menggunakan pupuk
bersubsidi dan tidak bergantung pada petunjuk penyuluh dalam
berusahatani padi. Menurut (Nitisemito dan Burhan, 2004)mengatakan
bahwa semakin lama seseorang dalam melakukan suatu kegiatan maka
akan semakin banyak ilmu yang didapatkan dalam bidang tersebut
42

sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan


dengan teknis pelaksanaan suatu usaha.
6. Faktor (4 T) memiliki nilai signifikan 0,050 > 0,05 dari taraf signifikan a
5%  sehingga menerima H1 yang berarti tidak berpengaruh terhadap
peluang petani dalam penggunakan pupuk bersubsidi petani padi di Desa
Oepuah Utara.
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan nilai odds ratio 18910,77
maka 4 T tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan pupuk bersubsidi
sebanyak 18910,77 kali dibandingkan yang tidak menggunakan pupuk
bersubsidi. Nilai Logaritma Natural dari 18910,77 = 9,847 oleh karena itu
nilai B bernilai positif. Maka pengetahuan (4 T) mempunyai hubungan
positif dengan minat penggunaan pupuk bersubsidi. Pengetahuan (4 T)
yaitu terdiri dari tepat (jenis, waktu, dosis dan cara) bernilai positif yang
berarti pengetahuan (4 T) baik dan sesuai maka penggunaan pupuk
bersubsidi juga baik. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Oepuah Utara
untuk penyaluran pupuk mengenai tepat jenis pupuk sudah efektif karena
didalam konsep RDKK petanilah yang mengajukan atau memesan
berbagai jenis pupuk dalam mengembangkan usaha taninya.Dari hasil
wawancara, untuk penyaluran pupuk bersubsidi mengenai tepat waktu
pupuk belum bisa dikatakan efektif karena beberapa petani mengatakan 
ada yang kerap terjadi keterlambatan namun pada frekuensi yang jarang
dan ada juga yang tepat waktu itu semua tergantung dari kelompok tani
jika mereka terlambat menebus pupuk tersebut maka penyalurannya juga
terlambat datang ke kelompok tani.
43

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Preferensi Penggunaan Pupuk Bersubsidi Petani
Padi di Desa Oepuah Utara, Maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani dalam pembelian pupuk
bersubsidi dari hasil pengujian variabel yang berpengaruh nyata terhadap
peluang petani dalam pembelian pupuk bersubsidi yaitu Luas lahan nilai
sig. 0.044 koefisien berpengaruh positif  sebesar 3.313 dan produksi nilai
sig. 0,027 koefisien berpengaruh negatif sebesar -3.624. sedangkan  faktor
Akses informasi, Pengalaman dan pengetahuan 6 T tidak berpengaruh.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani dalam penggunaan
pupuk bersubsidi dari hasil pengujian variabel yang berpengaruh nyata
terhadap peluang petani dalam menggunakan pupuk bersubsidi yaitu
Akses informasi nilai sig. 0,031 koefisien berpengaruh negatif sebesar -
7,288. Sedangkan variabel Luas lahan, Produksi, Pendidikan, Pengalaman
dan pengetahuan 4 T tidak berpengaruh.

2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat


memberi beberapa saran antara lain:
1. Petani padi di Desa Oepuah Utara perlu memahami tentang kebijakan
subsidi pupuk sebagai upaya peningkatan produktivitas padi dengan cara
petani padi harus lebih antusias dan lebih partisipatif dalam menjalankan
usaha pertanian, membantu pengawasan kebijakan subsidi pupuk, petani
juga menambah pengetahuan tentang pupuk bersubsidi dan aturan-aturan
pembelian dan penggunaannya, dan petani harus memperhatikan dosis
anjuran yang tepat untuk setiap penggunaanya berkaitan dengan luas lahan
yang dimiliki setiap petani.
44

2. Pedagang pengecer sebaiknya hanya menjual pupuk bersubsidi kepada


petani yang telah mengajukan RDKK dengan jumlah kebutuhan yang telah
diajukan.
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pupuk bersubsidi di daerah lain agar dapat dibandingkan dengan Desa
Oepuah Utara agar pupuk subsidi pelaksanaannya semakin sesuai dan akurat
dengan yang diharapkan oleh para petani kedepannya.
45

DAFTAR PUSTAKA

Adminiharja, A. (2006). Strategi Memepertahankan Multifungsi Pertanian di


Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian, 25(3),99-105.
Afni A. M. 2012. Pengujian Ekstrak Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan
Anestesi Pada Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus). [Skripsi] Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Antara, 2008. Pemerintah Siapkan Tambahan Subsidi Pupuk Rp7,375 T.Antara
News, http;//www.antara.co.id/ [25 Agustus 2008].
Aryani dan rosinta. (2010). Poster: forsythiaside inhibits the avian infection
bronchitis virus in cell culture (Proceeding: The Third Academic conference
Of Asian Socientyof Traditional Veterinary Medicine: The 46th scientific
Conference of japanese societyof Tradisional JSEP Vol 12 no 2 Juli 2019 79
Veterin. Pengaruh Kualitas Laysanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam
Membentuk Loyalitas Pelanggan DWI,18(1), 66-73. Retrieved from http://
ci.nii.ac.jp/40017246431
Badan Pusat Statistik. Dalam Angka. 2019.
Badan pusat statistik. Dalam Angka. 2020.
Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Hosmer, D. W. and S. L. (2000). Applied Logistic Regression Second Edition.
New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar swadaya. Jakarta.
Hosmer, D. W., & Lemeshow, S (2000). Appliend Logistic Regressions (Second
Edition). Journal of statistics and its Applicationon Teaching and Research,
1 No.2, 1-6.
46

Jorgi, R.,Gayatri,S.,Dalmiyatun,T. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Petani


dengan Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Tani di Kabupaten
Semarang. AGRARIS:Journal of Agribusiness and Rural Development
Research Vol.5 No 2
Mahmud, Y. dan S.S. Purnomo. 2014. Kerangaman agronomis beberapa varietas
unggul baru tanaman padi (Oryza sativa L.) pada model pengelolaan
tanaman terpadu. Jurnal Ilmiah Solusi. 1 (1): 1-10.
Monsher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. Frederick A. Praeger. New
York.
Mowen, Jhon C. and Michael Minor (2002). Perilaku Konsumen, Terjemahan,
Jakarta: Erlangga.
Minarwati. 2008. Hubungan antara kualitas Pelayanan Lembaga Penyedia
Saprodi dengan Preferensi Petani dan Kepuasan Pelanggan di Kecamatan
Bungkal Kabupaten Penorogo. Skripsi. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Unpublished.
Nazir, Habib, dan Muhammad Hasanuddin. 2004, Ensiklopedia ekonomia dan
Perbankan syariah Cet. Ke-1, Bandung: Kaki Langit.
Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan : Jakarta: Salemba Medika
Nitisemito dan Burhan. (2004). Marketing. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Oktaviani, 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Orangtua dalam
Keputusan Membeli Mainan Anak dan Preferensi Anak di Kelurahan
Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Skripsi SI Fakultas
Ekonomi UNS.   Surakarta
Purnamaningsih, R. 2016. Induksi kalus dan optimasi regenerasi empat verietas
padi melalui kultur in vitro. Jurnal AgroBiogen, 2 (2), 74-80.
PSE-KP (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kibijakan Pertanian). 2009.
Pengalihan Subsidi Pupuk ke Subsidi Benih, Analisis Kebijakan. PSE-KP,
Bogor.
PSE-KP (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian). 2006.
Kontruksi Kebijakan Pupuk 2006. PSE-KP, Bogor.
47

Roidah, I. S. 2015. Analisis pendapatan usahatani padi musim hujan dan musim
kemarau (studi kasus Desa Sepatan Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung), J. Agribisnis. 11 (13) : 45-55.
Samsudin, U. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian.
Binacipta. Bandung.
Simatupang dan Ariyani. 1997. Menghubungkan Antara Pendapatan Rumah
Tangga dan Pergeseran Preferensi Terhadap Pangan. Pangan No 33
Volume IX
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan : Petunjuk bagi Penyuluhan Pertanian.
Erlangga. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi modern. Jakarta : PT Raja Granfindo
Persada.
Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen (Konsep dan Implikasi untuk strategi dan
Penelitian Pemasaran). Prenada Media, Jakarta
Soleh.2013. Efek Inefisiensi Teknis Dalam Berusahatani Wortel. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Soekartawi. (1999). Agribisnsi Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindi
Persada.
Suhardjo, A. J. (2008). Geografi Perdesaan Sebuah Antologi. Yogyakarta: IdeAs
Media.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) sebagai Kelembangaan ekonomi di Perdesaan. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 5 No, 1.
48

Lampiran 1. Uji Hipotesis faktor yang mempengaruhi pembelian pupuk


bersubsidi
a. Uji Omnibus
Chi-square Df Sig.

Step 8.455 5 .133

Step 1 Block 8.455 5 .133

Model 8.455 5 .133

b. Uji Hosmer and Lemeshow


Step Chi-square Df Sig.

1 6.283 8 .616

c. Nagelkerke R Square

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square


Square

1 83.203a .111 .154


49

a. Variables in the Equation

b. B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for


EXP(B)

Lowe Upper
r

3,313 1,642 4,068 ,044 27,454 1,098 686,39


Luas Lahan 1
6

Produksi -3,624 1,636 4,908 1 ,027 ,027 ,001 ,659

Aksesinform -1,659 ,989 2,813 ,094 ,190 ,027 1,323


1
asi

Step Pengalaman -,858 ,682 1,585 1 ,208 ,424 ,111 1,613


1a
Pengetahuan ,418 ,928 ,202 ,653 1,518 ,246 9,368
1
1

Constant 21,341 8,656 6,079 ,014 18555


1 25338,
086

Lampiran 2. Uji Hipotesis faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk


bersubsidi
1. Uji Omnibus
Chi-square Df Sig.

Step 13,303 6 ,038

Step 1 Block 13,303 6 ,038

Model 13,303 6 ,038


50

2. Uji Hosmer and Lemeshow


Step Chi-square Df Sig.

1 6,335 8 ,610

3. Nagelkerke R Square

Step -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Square


likelihood Square

1 40,952a ,169 ,319

4. Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for


EXP(B)

Lower Up
per

St Luaslahan -2,616 2,695 ,942 ,332 ,073 ,000 14,


1
ep 379
1a
Produksi 2,565 2,628 ,952 ,329 12,998 ,075 224
1 4,7
66

Pendidikan 2,167 2,547 ,724 ,395 8,733 ,059 128


1 6,0
28

Aksesinfor -7,288 3,388 4,628 ,031 ,001 ,000 ,52


1
masi 3

Pengalaman -2,647 1,445 3,356 ,067 ,071 ,004 1,2


1
03

Pengetahua 9,847 5,014 3,857 1 ,050 18910,7 1,021 350


n2 78 418
295
,07
9
51

Constant -22,145 20,836 1,130 1 ,288 ,000

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir di Kupang pada tanggal 04 Juni 1998. Dari pasangan Bapak
Kostan Tinus Tefa dan Mama Maria Margaretha Kolo sebagai anak pertama dari
04 bersaudara yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan. Penulis menempuh pendidikan
dasar di SDN Ponu Sp2 mulai tahun 2004 sampai tahun 2010. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada tingkat sekolah menegah pertama di SMP Negari
Satap Oetfo dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Kemudian melanjutkan Sekolah
Menegah Atas di SMA Negeri Biboki Anleu dari tahun 2013 sampai tahun 2016.

Di Tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di


Universitas Timor pada program strata satu (S1) melalui jalur SBNPTN tercatat
sebagai mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Timor Kefamenanu hingga selesai penyusunan skipsi dengan Motto "Siapa yang
menabur benih dia yang akan memanen".

Kefamenanu, Juni 2022

Kristanora Nine
52

Anda mungkin juga menyukai