Anda di halaman 1dari 58

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ( Elaeis Guinensis Jacq ) DI

BEBERAPA TOPOGRAFI LAHAN DI PT. EVANS LESTARI

DESA SURO MUARA BELITI

SKRIPSI

Oleh

RIKI SUBAGIA

01011800039

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSI RAWAS

LUBUKLINGGAU

2022
PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ( Elaeis Guinensis Jacq ) DI

BEBERAPA TOPOGRAFI LAHAN DI PT. EVANS LESTARI

DESA SURO MUARA BELITI


SKRIPSI

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ( Elaeis Guinensis Jacq ) DI

BEBERAPA TOPOGRAFI LAHAN DI PT. EVANS LESTARI

DESA SURO MUARA BELITI

Oleh

RIKI SUBAGIA

01011800039

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr. Wartono, S.P M.Si Hermanto, S.P., M.Si


NIDN. 02-2212-7402 NIDN. 02-2405-7202

Lubuklinggau, Juli 2022


Ketua Prodi,

Samsul Bahri, SP., M.Si


NIDN. 02-0507-8602
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di


Beberapa Topografi Lahan Di PT. Evans Lestari Desa
Suro Muara Beliti
Nama : Riki Subagia
NPM : 01011800039
Program Studi : Agroteknologi
Tanggal : Agustus 2022
Dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan memenuhi syarat pada program
studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas.
Tim Penguji
1. Dr. Etty Safriyani., SP M.Si Ketua 1……………….
(NIDN.02-22-12-7402)

2. Nely Murniati, SP., M.Si Anggota 2………………


(NIDN.02-3103-6901)

3. Dr. Wartono, SP,. M.Si Anggota 3……………….


(NIDN.02-2212-7402)

4. Hermanto, SP., M.Si Anggota 4………………


(NIDN: 02-2405-7202)

Disahkan oleh :
Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Dekan Ketua

Hermanto, SP.,M.Si Samsul Bahri, SP.,M.Si


NIDN: 02-2405-7202 NIDN:02-0507-8602
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Riki Subagia

Tempat Tanggal Lahir : Batu Kucing 14 Oktober 1998

Program Studi : Agroteknologi

Npm : 01011800039

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan


kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan
sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan serta
pemikiran saya dengan pengarahan dari pembimbing yang ditetapkan.
2. Karya ilmiah yang saya tulis ini asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapat gelar akademik, baik di Universitas Musi Rawas maupun di
perguruan tinggi lainnya.
Demikian pernyatan ini dibuat sebenar-benarnya dan apabila kemudian hari
ditemukan adanya bukti ketidak benaran dalam pernyatan tersebut diatas, maka
saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya
proleh melaluai karya ilmiah ini.

Lubuklinggau, Agustus 2022


Yang membuat pernyataan

Riki Subagia
RIWAYAT HIDUP

Saya anak kedua dari 3 bersaudara yang dilahirkan di Batu Kucing Kecamatan

Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara pada tanggal 14 Oktober 1998, putra

dari pasangan Bapak Punarbi dan Ibu Rita.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Batu Kucing pada tahun

2012 , kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Bingen Teluk dan selesai pada tahun 2015, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Kejurahan Muhammadyah Lubuklinggau dan diselesaikan pada tahun

2018 .

Pada September 2018, penulis tercatat sebagai Mahasiswa Universitas Musi

Rawas dengan mengambil jurusan Fakultas Pertanian Program Studi

Agroteknologi pada program Strata Satu (S1).

Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan di desa

Ketapat Bening Kecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara. Kemudian

melakukan penelitian dengan judul Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq) Di beberapa Topografi Lahan di PT. Evans Lestari. Desa Suro Muara Beliti
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Tidak Ada Perjuangan Yang Sia-Sia ”

Ku persembahkan skripsi ini untuk,

1. Kedua orang tua ku tercinta, Ayahanda Punarbi dan Ibunda Rita yang telah
banyak mendukung dan memberi do’a untuk keberhasilanku.

2. Adikku, serta kakakku dan keluarga besarku yang telah mendukung dan
memberikan motivasi kepadaku .

3. Pihak perusahaan PT. Evans Lestari yang telah mempasilitasi dan senang hati
membantu serta membimbing dalam proses penelitian skripsi ini.

4. Bapak Dr.Wartono., S.P M.Si dan Bapak Hermanto, S.P., M.Si yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta materi dalam penelitian
dan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dekan serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agroteknologi
Fakultas pertanian Universitas Musi Rawas.

6. Keluarga Besar In The Kost yang telah berperan penting dalam membantu
penulisan skripsi ini.

7. Keluarga Besar Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang telah


memberikan semangat dan do’a selama saya menjadi mahasiswa.

8. Seluruh rekan-rekan satu angkatan Program Studi Agroteknologi


seperjuangan di Universitas Musi Rawas.

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ( Elaeis Guinensis Jacq ) DI


BEBERAPA TOPOGRAFI LAHAN DI PT. EVANS
LESTARI DESA SURO MUARA BELITI
Productivity of Oil Palm (Elaeis Guinensis Jacq) in Several Land
Topography at PT. Evans Lestari, Suro Village, Muara Beliti.
Subagia, Wartono, Hermanto
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas

ABSTRAK
Kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq) adalah salah satu tanaman perkebunan yang
mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan dan sebagai penghasil
minyak nabati yang menjadi komoditas ekspor unggulan indonesia. Produksi
kelapa sawit berhubungan erat dengan kemiringan lahan, kadar air tanah, serta
kandungan pasir dan debu di dalam tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
produktivitas kelapa sawit pada beberapa topografi lahan di PT Evans Lestari
berlokasi di Desa Suro Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada kebun PT. Evan Lestari di Desa Suro
Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas. Penelitian ini di laksanakan
selama 3 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2022. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian survey dengan pemilihan lokasi secara sengaja
yaitu Perkebunan PT Evans Lestari yang memiliki Varietas Kelapa Sawit Yaitu
Damimas. Parameter yang diamati yaitu Kandungan Klorofil, Jumlah Bunga Per
Satu Priode, Jumlah Pelepah Per Satu Priode, Jumlah Tandan Buah Per Satu
Priode, Berat Tandan Buah. Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit
dipengaruhi oleh letak lahan dan kemiringan lereng. Posisi lahan dibagian bawah
lereng menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dari bagian atas lereng.
Kemiringan lereng datar sampai agag landau (0-8%) menunjukan pertumbuhan
dan produksi yang lebih baik dari pada yang curam (15-25%). Pada posisi lahan
yang berada dibawah lerenng dengan kemiringan 15-25% (curam) memberikan
pertumbuhan dan produksi yang baik.
Kata kunci : Topografi Produktivitas Kelapa Sawit.

PRODUCTIVITY OF OIL PALM (Elaeis Guinensis Jacq) IN SEVERAL


LAND TOPOGRAPHY AT PT. EVANS LESTARI, SURO VILLAGE,
MUARA BELITI.
Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) di Beberapa Topografi
Lahan di PT. Evans Lestari Desa Suro Muara Beliti.
Subagia, Wartono, Hermanto
Agrotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Musi Rawas University

ABSTRACT

Oil palm (Elaeis guineensis Jacq) is one of the plantation crops that has an
important role for the plantation sub-sector and as a producer of vegetable oil
which is Indonesia's leading export commodity. Oil palm production is closely
related to land slope, soil moisture content, and sand and dust content in the soil.
This study aims to determine the productivity of oil palm on several land
topography at PT Evans Lestari located in Suro Village, Muara Beliti District,
Musi Rawas Regency. This research has been carried out at PT. Evan Lestari in
Suro Village, Muara Beliti District, Musi Rawas Regency. This research was
carried out for 3 months, starting from March to May 2022. This study used a
survey research method with a deliberate selection of locations, namely PT Evans
Lestari Plantation which has Palm Oil Varieties, namely Damimas. Parameters
observed were chlorophyll content, number of flowers per one period, number of
midribs per one period, number of fruit bunches per one period, weight of fruit
bunches. The growth and production of oil palm plants are influenced by the
location of the land and the slope. The position of the land at the bottom of the
slope shows better growth than the top of the slope. The slope of the flat to
slightly sloping slopes (0-8%) shows better growth and production than the steep
(15-25%). In the position of land that is under a slope with a slope of 15-25%
(steep) provides good growth and production.
Keywords: Land Topography Oil Palm Productivity.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT, atas berkah dan

karunia-Nya penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Beberapa Topografi

Lahan di PT. Evans Lestari Desa Suro Muara Beliti”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti perkuliahan pada Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universias Musi Rawas. Pada pembuatan

skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Wartono, SP,. M.Si selaku Dosen Pembimbing I

2. Hermanto, SP.,M.Si selaku Dosen Pembimbing II

3. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas

4. Pihak perusahaan PT. Evans Lestari Estate Meranti

5. Rekan-rekan program studi Agroteknologi angkatan 2018

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak

dalam menyempurnakan skripsi ini.

Lubuklinggau, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian........................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5
2.1 Sistematika Tanaman Kelapa Sawit.............................................................5
2.2 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit.............................................5
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit..................................................9
2.4. Varietas Kelapa Sawit..............................................................................10
III. METODE PENELITIAN...........................................................................13
3.1.Tempat dan Waktu.....................................................................................13
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan..............................................................13
3.3. Metode Penelitian......................................................................................13
3.4. Pelaksanaan...............................................................................................14
3.4.1. Penentuan Populasi dan Sample.........................................................14
3.4.2. Penetapan Tanaman Sample...............................................................15
3.5. Peubah Yang Diamati...............................................................................15
3.5.1. Kandungan Klorofil ( daun )..............................................................15
3.5.2. Jumlah Bunga Per Satu Priode ( buah )..............................................15
3.5.3. Jumlah Pelepah Per Satu Priode ( buah )............................................16
3.5.4. Jumlah Tandan Buah Per Satu Priode ( buah )...................................16
3.5.5. Berat Tandan Buah ( kg )...................................................................16
3.6. Data Penunjang.........................................................................................16
3.7. Analisis Data.............................................................................................16

iv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................18
4.1. Hasil.........................................................................................................18
4.1.1 Kandungan Klorofil ( Daun )............................................................19
4.1.2 Jumlah Bunga ( Buah ).......................................................................21
4.1.3 Jumlah Pelepah ( Buah )......................................................................22
4.1.4 Jumlah Tandan Buah ( Buah ).............................................................23
4.1.5 Berat Tandan Buah ( Kg )...................................................................24
4.1.6 Data Penunjang Penelitian...................................................................24
4.1.6.1 Tinggi Tanaman.........................................................................24
4.1.6.2 Panjang Pelepah.........................................................................25
4.1.6.3 Analisis Tanah...........................................................................25
4.1.6.4 Curah Hujan...............................................................................25
4.1.6.5 Suhu...........................................................................................26
4.1.6.6 Dosis Pupuk...............................................................................26
4.2. Pembahasan...............................................................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................31
5.1. Kesimpulan...............................................................................................31
5.2. Saran..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................33
LAMPIRAN.......................................................................................................35

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian........................................................................................31
2. Karakteristik Varietas Dxp Dami Mas..............................................................32
3. Kondisi Topografi PT. Evans Lestari Yang Terletak Di Desa Suro Muara
Beliti..................................................................................................................33
4. Kandungan Klorofil (daun)................................................................................34
5. Jumlah Bunga (buah).........................................................................................35
6. Jumlah Pelepah (buah).......................................................................................36
7. Jumlah Tandan Buah (buah)..............................................................................37
8. Berat Tandan Buah (buah).................................................................................37
9. Tinggi Tanaman.................................................................................................38
10. Panjang Pelepah...............................................................................................39
11. Analisis Tanah.................................................................................................40
12. Dokumentasi Penelitian...................................................................................41

vi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu tanaman

perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan dan

sebagai penghasil minyak nabati yang menjadi komoditas ekspor unggulan

indonesia. Prospek perkembangan industry kelapa sawit saat ini sangat pesat

dimana terjadi peningkatan baik luas areal maupun produksi kelapa sawit seiring

dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Pada Tahun 2018, luas areal

perkebunan kelapa sawit tercacat mencapai 14.326.350 hektar.(Direktorat jenderal

perkebunan, 2019). Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit dari Tahun 2017 sampai dengan 2019 hasil produksi kelapa sawit

terjadi peningkatan dari tahun ketahun, dimana pada tahun 2018 hasil produksi

sebesar 40.567,230 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2019 hasil produksi

meningkat menjadi 42.869,429 ton/tahun (Statistik Perkebunan Indonesia

Komoditas Kelapa Sawit, 2019).

Produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan Minyak Mentah Kelapa

Sawit (CPO) per hektar perkebunan kelapa sawit adalah indicator terpenting

dalam mengukur efisiensi dan efektivitas perkebunan. Produktivitas minyak

perkebunan kelapa sawit yang dicapai pada saat bersamaan juga bias

dipergunakan sebagai alat ukur apakah industri perkebunan yang dibudidayakan

itu berkelanjutan secara ekonomis. Keberlanjutan perkebunan kelapa sawit jangka

panjang ditentukan oleh system produksi tanaman kelapa sawit yang berkaitan

dengan best practices management (Weng, 2005). Produktivitas kelapa sawit

1
2

ditentukan oleh dua factor utama yaitu penerapan budaya teknis dan kesesuaian

lahan. Oleh karena itu pengelolaan budidaya yang tepat dan identifikasi kelas

kesesuaian lahan sangat penting untuk diperhatikan. Dengan mengetahui kelas

kesesuaian lahan, maka dapat dilakukan perkebunan untuk perbaikan nutrisi,

pengelolaan hasil samping serta sustainability selama periode penanaman 25-30

tahun sehingga produksi kelapa sawit meningkat (Khalid et al., 2000 ). Penerapan

teknis budidaya yang kurang optimum pada tanaman belum menghasilkan (TBM)

terjadi antara lain pada kegiatan penanaman kelapa sawit, penanaman LCC

sebagai tanaman penutup tanah, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian

hama dan penyaki, serta persiapan panen. Kesalahan teknis pada TBM secara

langsung atau tidak langsung member dampak pada pertumbuhan dan

perkembangan tanaman pada masa TM. Hal ini menjadi factor penyebab

rendahnya produktivitas tanaman.

Penanaman pada areal dengan topografi curam memungkinkan terjadinya

erosi yang mengakibatkan lapisan tanah atas semakin tipis. Kondisi ini

mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan bunga dan fruit set, serta

penurunan produktivitas tanaman (Harjowigeno, 1993). Semakin tinggi derajat

kemiringan pada lereng maka bidang runtuh pada lereng akan semakin besar pula.

Dari pengukuran diperoleh sudut runtuh untuk lereng dengan kemiringan 30o

adalah 26,56o .Keruntuhan lereng dengan kemiringan yang kurang dari 40o terjadi

pada bagian kaki lereng, sedangkan keruntuhan di bagian kaki hingga puncak

lereng terjadi pada lereng dengan kemiringan lebih dari 60o .Kadar air pada lereng

meningkat 30% hingga 47% akibat rembesan. Peningkatan kadar air tanah ini
3

menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah berkisar 2% hingga 19,5%. Secara

umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat rembesan air

(Muntohar, 2006). Arsyad (1982) mengajukan klasifikasi kesesuaian lahan

sebanyak 6 kelas yaitu: lahan kelas I yang tergolong sangat baik, lahan kelas II

yang sesuai untuk segala jenis pertanian, kelas III sesuai dengan hambatan

kerusakan yang lebih besar, kelas IV sesuai dengan hambatan yang lebih besar

disbanding kelas III, kelas V tidak sesuai dan kelas VI tidak sesuai yang lebih

parah dibanding kelas V. Pada penelitian mengenai kopi yang ditanam pada

kemiringan berbeda diketahui bahwa hubungan antara ketinggian tempat terhadap

jumlah biji merah adalah rendah. Untuk hubungan antara kemiringan lereng

terhadap jumlah biji merah adalah rendah sedangkan hubungan antara kemiringan

lereng terhadap berat biji merah adalah rendah dan hubungan antara kemiringan

lereng terhadap berat biji kering adalah rendah (Sihite et al., 2015). Ketinggian

tempat dan kemiringan lereng secara parsial menurunkan produksi karet, namun

secara bersama-sama tidak mempengaruhi produksi karet.(Andrian et al., 2014.

Produksi kelapa sawit berhubungan erat dengan kemiringan lahan, kadar

air tanah, serta kandungan pasir dan debu di dalam tanah. Berat tandan buah segar

(TBS) kepala sawit menurun masing-masing 0,4 dan 0,7 kg untuk setiap kenaikan

1% kemiringan lahan dan 1% kandungan pasir di dalam tanah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa lahan dengan kemiringan di atas 15% sebaiknya tidak

digunakan untuk penanaman kelapa sawit tanpa adanya tindakan konservasi

(Pambudi , 2010).
4

Produktivitas kelapa sawit pada kemiringan lereng 0-8 % lebih tinggi

dibandingkan kelerengan 8-15 % dan 15- 25 %, hal ini dikarenakan lahan dengan

kelerengan 0-8% lebih landai dari lereng lainnya. Semakin curam lereng maka

kandungan bahan organik semakin rendah, hal ini disebabkan besarnya pengaruh

erosi karena intensifnya erosi terjadi di lereng yang curam. Semakin sering terjadi

erosi maka lapisan atas (top soil) tanah akan berkurang karena ikut terhanyut oleh

erosi dan aliran permukaan.( Riyanti et al 1994 ).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian “Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) Di Beberapa

Topografi Lahan Di PT. Evans Lestari Desa Suro Muara Beliti”. Penelitian ini

diharapkan mampu memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan dan

masyarakat Kabupaten Musi Rawas serta terkhususnya masyarakat Desa Suro

dalam menentukan kemiringan lahan terbaik untuk dikembangkan dan

dibudidayakan oleh masyarakat diwilayah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui produktivitas kelapa

sawit pada beberapa topografi lahan di PT Evans Lestari berlokasi di Desa Suro

Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas.

1.3. Rumusan Masalah

`Bagaimana pengaruh topografi lahan terhadap produksi kelapa sawit di

PT. Evans Lestari.


5

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pihak terkait untuk

mengetahui kemeringan lahan ( Topografi ) dan menjadi referensi untuk

penelitian selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Tanaman Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaes guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil

yang tidak memiliki cabang serta kambium pada bagian batang. Taksonomi

tanaman kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

2.2 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit berbentuk pohon, seperti jenis palma lainnya.

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu vegetatif dan

generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun.Sedangkan bagian

generatif terdiri dari bunga dan buah. Perkembangbiakan secara generatif melalui

peristiwa perkawinan dan menghasilkan biji baik secara alami maupun

penyerbukan buatan.Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat

dilakukan dengan menaburkan atau menyemprotkan serbuk sari yang diambil

secara sengaja dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang mekar atau fertile.

Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty

acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

5
6

Perkembangbiakan secara vegetatif diperoleh dengan menggunakan teknik kultur

jaringan yang disebut plantlet. Teknik ini dilakukan dengan empat cara, yaitu

kultur embrio, kultur organ, kultur tangkai kelapa sari (pollen), dan kultur

protoplast.

Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

(bakal akar). Pada bibit terus tumbuh memanjang kearah bawah selama enam

bulan terus menerus dan panjang akar mencapai 15 cm. Susunan akar kelapa sawit

dari serabut primer yang tumbuh vertical kedalam tanah dan horizontal. Serabut

primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder keatas dan kebawah. Akhirnya

cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu

seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter

dan 16 meter secara horizontal. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk

sempurna umumnya memiliki akar primer berdiameter 1-2 mm, akar kuarter 0.1-

0.3 mm (Lubis Widanarko, 2011). Batang pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu

tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal

setelah pase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi

pemanjangan internodia (ruas) (Sunarko, 2007). Batang tanaman kelapa sawit

berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian

fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan

makanan bagi tanaman.

Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun

sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman

sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tshun. Semakin rendah


7

pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa

sawit (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010).Pada tanaman dewasa diameter

batang 45-60 cm. Batang bertambah tinggi dengan kecepatan 35-75 cm/tahun.

Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus

pelepah yang belum ditunas (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010).

Keberadaan bunga terdapat pada ketiak pelepah. Susunan bunga terdiri

dari bunga jantan dan bunga betina. Namun ada juga tanaman kelapa sawit yang

hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina

terdapat pada dua tandan yang terpisah. Namun, adakalah bunga jantan dan

bunga betina terdapat tandan yang sama. Bungan jantan masak lebih dahulu dari

pada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga

betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa seseptif (masa putik dapat

menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam

dan mengering (Sastrosayono, 2003)Tanaman kelapa sawit melakukan

penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang

satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin

atau serangga penyerbukan (Sunarko, 2007).

Adapun bentuk dari buah kelapa sawit berbentuk hampir bulat hingga

bulat telur atau memanjang dan agak menonjol di bagian atas. Panjangnya

bervariasi dari sekitar 2 cm hingga lebih dari 5 cm, dengan berat rata-rata sekitar

10 g. Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagaian tertentu yaitu Pericarp buah

terdiri dari exocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah) dan endocarp

(cangkang). Endocarp memiliki bagian tertentu yaitu kernel yang bakal


8

membentuk benih (Corley, R.H.V., P.B. Tinker. 2016).Proses pembentukan buah

sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1

tandan terdapat 600-2000 buah. Biasanya buah ini yang diolah menjadi minyak

nabati yang digunakan oleh manusia.Buah sawit mempunyai warna dari hitam,

ungu, hingga merah. Warna-warna itu tergantung pada bibit yang digunakan (Tim

Pengembangan Materi LPP, 2010).Buah kelapa sawit mulai matang sekitar 150-

155 hari setelah anthesis (bunga mekar) (Lubis dn Widarnarko, 2011).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, membentuk satu pelepah

dengan jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Jumlah

pelepah daun yang terbentuk selama satu tahun dapat mencapai 20-30 helai.

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit (Phylotaxis) ditentukan

berdasarkan susunan duduk daun, dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8.

Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun

(pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke

kanan atau ke kiri menyerupai spiral, dengan dua set spiral yang berselang 8 daun.

Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21 (Pahan, 2006).

Kedudukan pelepah daun kelapa sawit bila digambarkan berdasarkan susunannya,

yaitu pelepah ke-1, ke-9, ke-17, ke-25, dan seterusnya, begitu juga dengan

kedudukan pelepah daun kelapa sawit lainnya (Suwarto dkk, 2011).


9

Gambar 1. Susunan kedudukan daun kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu.Bunga

jantan memiliki bentuk lancip dan panjang, sedangkan bunga betina terlihat lebih

besar terutama saat sedang mekar (Bahri, 1996).buah terdiri dari tiga lapisan:

a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

b. Mesoskarp, serabut buah.

c. Endoskarp, cangkang pelindung inti (yang terdiri dari endosperm

danembriodengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi)

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15°

LS).Tanaman ini tumbuh di ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut (mdpl),

dengan kelembaban optimum 80-90%. Tanaman kelapa sawit membutuhkan iklim

dengan curah hujan berkisar antara 2.000 mm sampai dengan 2.500 mm per

tahun, kecepatan angin antara 6 sampai dengan 6,5 km/jam sangat baik untuk

membantu proses penyerbukan pada tanaman kelapa sawit (Lubis, 1992).

Temperatur optimal berkisar antara 24°C sampai dengan 28°C, dengan lama

penyinaran matahari 5 sampai dengan 7 jam per hari.Kelapa sawit dapat tumbuh

pada suhu 80°C sampai dengan 32°C (Tim Penulis PS, 1997).
10

Menurut Sunarko (2009), tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di beberapa

jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan

aluvial. Sifat fisik yang baik untuk kelapa sawit adalah ketebalan tanah (solum) 80

cm, bertekstur lempung berpasir, struktur tanah kuat, drainase yang baik, pH

tanah antara 4 sampai dengan 6,5, dan memiliki kandungan unsur hara yang

tinggi. Kondisi lainnya yang cocok untuk tanaman kelapa sawit yaitu tekstur

ringan dengan kandungan pasir 20% sampai dengan 60%, debu 10% sampai

dengan 40%, dan liat 20 sampai dengan 50%, serta memiliki permeabilitas

sedang.

2.4. Varietas Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya

kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tanera. Dura memiliki buah

dengan cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur tanaman. Pisifera

buahnya tidak memiliki cangkang dan bunga betinanya steril sehingga sangat

jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan

Pisifera. Jenis Tenera dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan

masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertile.

Produksi tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua fase, yaitu tanaman

belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan

periode TBM yang baik dan penerapan teknologi budidaya yang tepat akan

menghasilkan tanaman kelapa sawit optimal dan seragam sehingga dapat

memasuki periode TM dengan produktivitas kebun memuaskan. Budidaya


11

tanaman kelapa sawit meliputi pembibitan, persiapan lahan dan penanaman kelapa

sawit, serta pemeliharaan (Sunarko, 2009).

Menurut Sunarko (2009), pemeliharaan kelapa sawit periode TBM salah

satunya adalah pemupukan, tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan

vegetatif. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir

musim hujan dengan cara menyebarkan secara merata di sekitar tanaman kelapa

sawit. Suwarto(2010), menyebutkan, jenis pupuk yang digunakan pada TBM

berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, seperti N, P, K, Mg, dan Borax.

Selain itu untuk penambahan unsur lain tanaman kelapa sawit membutuhkan

pupuk seperti Za, TSP, KCL, Kieserit, dan Borium. Dosis untuk masing-masing

pupuk diberikan sesuai anjuran.

perkebunan kelapa sawit mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Lahan

datar lebih baik dibandingkan lahan miring. Arsyad (1982) menyatakan bahwa

pada lahan datar, kerusakan akibat erosi sedikit sekali. Pada lahan datar umumnya

memiliki kedalaman efektif yang tebal, dengan ketebalan tanah yang optimal

untuk perkembangan perakaran lebih dari 120 cm. Ketebalan tanah efektif ini

mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. bahwa produktivitas kelapa sawit pada

lahan datar lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kelapa sawit pada

lahan miring

produktivitas kelapa sawit yang tinggi memerlukan kisaran kondisi

lingkunagn tertentu. kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor

lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kelapa sawit,

disamping faktor lainnya seperti bahan tanam (genetis) dan kultur teknis yang
12

dilakukan. Pada topografi lahan datar produktivitas dan pertumbuhan kelapa sawit

pada umumnya lebih baik daripada lahan berbukit. Pada lahan datar kemungkinan

terjadinya erosi sangat kecil sehingga kemungkinan kehilangan pupuk yang

diaplikasikan dapat dihindari. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pupuk

hilang karena tercuci oleh air hujan yang menyebabkan hilang suatu unsur hara

yang dikandung oleh pupuk tersebut. Hal lain seperti proses pemanenan dan

transportasi panen dapat dilakukan dengan baik (Mustafa, 2004). Pada kondisi

topografi lahan yang berbeda produktivitas tanaman kelapa sawit berbeda-beda.


III. METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada kebun PT. Evan Lestari di

Desa Suro Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas. Penelitian ini

di laksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan

Mei 2022.

3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan

Alat yang digunakan adalah GPS, Meteran, Altimeter tinggi pohon,

Pisau, Jangka Sorong, Timbangan Manual dan Timbangan digital. Klorofil

Meter.

Bahan yang digunakan adalah tanaman jenis kelapa sawit

Damimas berumur 7 tahun yang ditanam di Kebun PT Evans Lestari di

Desa Suro Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan

pemilihan lokasi secara sengaja yaitu perkebunan PT. Evans Lestari yang

memiliki Jenis kelapa sawit yaitu Damimas. Penentuan sampel dilakukan

secara sengaja (purposive sampling). Pengambilan data secara langsung di

lapangan sebagai data primer yang di lakukan dengan cara menghitung

kandungan klorofil, jumlah bunga, jumlah pelpa, jumlah tandan buah, dan

berat tandan buah.

13
14

Adapun ruang lingkup yang akan dikaji yaitu :

a. Penelitian akan dilaksanakan diperkebunan kelapa sawit di PT Evans

Lestari Desa Suro Muara Beliti

b. Varietas yang diamati yaitu Damimas dengan umur tanam 7 tahun

c. Topografi lokasih penelitian terdiri dari tiga yaitu, 0-8 Datar, 8-15 Landai,

15-25 Agak Curam

d. Data penelitian diambil pada periode panen Maret sampai Mei

e. Morfologi meliputi lima peubah yaitu, kandungan klorofil, jumlah

pelepah, jumlah bunga/Priode, jumlah buah/priode, berat buah.

f. Data penunjang yaitu analisis tanah, tinggi tanaman, panjang pelepah,

curah hujan bulanan selama 6 tahun terakhir, data suhu dosis pupuk yang

diberikan, indek luas daun.

3.4. Pelaksanaan

3.4.1. Penentuan Populasi dan Sample

Sample yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 45 tanaman dengan

rincian masing-masing topografi 0 – 8% (datar) 8 – 15% (landau) 15 – 25% (agak

curam) masing – masing diambil 5 tanaman sampel pada lahan bagian atas, tengah

dan bawah. Sedangkan penentuan titik sampel tanaman menggunkan metode plot

lima titik, dimana setiap titik sampel mewakili 125 tanaman pada setiap lokasi

seperti pertumbuhan pada gambar berikut yaitu :


15

Gambar titik tanaman sampel :

3.4.2. Penetapan Tanaman Sample

Tanaman sampel yang terpilih akan di beri label menggunakan seng plat

yang diikat dengan kawat. Pemasangan label di lakukan dengan maksud agar

mempermudah dalam pengamatan.

3.5. Peubah Yang Diamati

3.5.1. Kandungan Klorofil ( daun )

Pengamatan di lakukan dengan mengambil dari daun sempurna.

Pengukuran kadar klorofil di lakukan dengan mengunakan alat klorofil meter

3.5.2. Jumlah Bunga Per Satu Priode ( buah )

Penghitungan jumlah bunga dihitung terhadap semua bunga yang

terbentuk pada satu priode ( 3 bulan ) pada tanama sample

3.5.3. Jumlah Pelepah Per Satu Priode ( buah )

Jumlah pelepah yang dihitung adalah semua pelepah yang terbentuk

selama satu priode ( 3 bulan ) pada tanaman sample

3.5.4. Jumlah Tandan Buah Per Satu Priode ( buah )

Jumlah buah dihitung semua buah yang terbentuk selama satu proode ( 3

bulan ) pada tanaman sample


16

3.5.5. Berat Tandan Buah ( kg )

Data yang di ambil ialah buah kelapa sawit yang telah di panen dan

dihitung dengan menimbang tandan utuh kelapa sawit menggunakan timbangan

manual dan data diambil selama satu musim

3.6. Data Penunjang

Data penunjang dalam penelitian ini adalah analisis tanah, tinggi tanaman,

panjang pelepah, curah hujan bulanan selama 5 thun terakhir, data suhu , dosis

pupuk yang diberikan.

3.7. Analisis Data

Analisis data menggunakan statistik sederhana yaitu nilai tertinggi,

terendah dan rata-rata. Analisi statistik sederhana merupakan analisis data dengan

menerapkan metode deskriptif. Dimana dari perencanaan penelitian uraian dari

peubah yang diamati ialah Kandungan Klorofil, Jumlah Bunga Per priode, Jumlah

buah Per Musim, dan Berat Tandan Buah yang akan di ambil datanya selama

periode penelitian dan akan di bahas setelah data dilapangan telah di dapat

.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Data hasil pengamatan pada beberapa topografi lahan di PT. Evans

Lestari, terdapat pada Tabel. 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Terhadap Semua Paubah Yang Diamati


Topografi Datar
Hasil
No Paubah yang diamati Topografi 0-8% Datar
Terendah Tertinggi Rerata
1 Kandungan Klorofil (daun) 4,2 5,4 4.86
2 Jumlah Bunga (buah) 5.33 6.5 5.86
3 Jumlah Pelepah (buah) 5.83 6.83 6.32
4 Jumlah Tandan Buah (buah) 3.33 5,00 4.25
5 Berat Tandan Buah (kg) 10.4 22.9 15.8

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Terhadap Semua Paubah Yang Diamati


Topografi Landai
Hasil
No Paubah yang diamati Topografi 8-15% Landai
Terendah Tertinggi Rerata
1 Kandungan Klorofil (daun) 3.5 5.2 4,50
2 Jumlah Bunga (buah) 5,00 6.33 5.73
3 Jumlah Pelepah (buah) 5.83 6.67 6.32
4 Jumlah Tandan Buah (buah) 3,00 5.17 4.17
5 Berat Tandan Buah (kg) 11.3 18.2 14.3

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Terhadap Semua Paubah Yang Diamati


Topografi Agak Curam
Hasil
No Paubah yang diamati Topografi 15-25% Agak Curam
Terendah Tertinggi Rerata
1 Kandungan Klorofil (daun) 3.6 5.3 4.49
2 Jumlah Bunga (buah) 4.83 6,50 5.14
3 Jumlah Pelepah (buah) 5,50 6.33 5.83
4 Jumlah Tandan Buah (buah) 2,50 4.67 3.31
5 Berat Tandan Buah (kg) 7.7 14.9 11.5

18
19

Berdasarkan Tabel 4.1. Menyatakan bahwa perbedaan topografi lahan

menyebabkan pengaruh yang berbeda. Topografi lahan dengan kemiringan 0-8%

menghasilkan hasil terbaik pada semua paubah yang diamati.

4.1.1 Kandungan Klorofil (Daun)

Hasil pengamatan terhadap kandungan klorofil disajikan pada lampiran 4.

Data tertinggi, terendah dan rata-rata pada setiap kemiringan disajikan pada

Gambar 4.1.1.

Diagram hasil pengamatan Kandungan Klorofil (daun)

6.00

5.50 5.4
5.3
5.2
Kandungan Klorofil

5.00 4.86
Tertinggi
4.51 4.49 Rerata
4.50
Terendah
4.2

4.00
3.6 3.6
3.50

3.00
Kemiringan 0-8% Kemiringan 8-15% Kemiringan 15-25%

Gambar4.1.1. Kandungan Klorofil (daun)

Berdasarkan Lampiran 4 dan Gambar 4.1.1. menunjukan bahwa

kandungan klorofil berkisar antara terendah 3.6 sampai tertinggi 5,4 dan rata-

rata 4.62 dengan standar daviasi 0,33. Jumlah tertinggi terdapat pada

kemiringan 0-8% dan jumlah terendah terdapat pada kemiringan 15-25%.


21

4.1.2. Jumlah Bunga (Buah)

Hasil pengamatan jumlah bunga per pohon disajikan pada lampiran 5.

Data tertinggi. terendah dan rata-rata pada kemiringan disajikan pada Gambar

4.1.2.

Diagram hasil pengamatan Jumlah Bunga (buah)

6.00

5.50 5.4
5.3
5.2

5.00
Jumlah Bunga

4.86
Terendah
4.51 4.49 Rerata
4.50 Tertinggi
4.2

4.00

3.6 3.6
3.50

3.00
Kemiringan 0-8% Kemiringan 8-15% Kemiringan 15-25%

Gambar. 4.1.2. Jumlah bunga per pohon (buah)

Berdasarkan Lampiran 5 dan Gambar 4.1.2. menunjukan bahwa jumlah

bunga per pohon berkisar antara terendah 4,83 sampai tertinggi 6.50 dan rata-

rata 5.67 bunga dengan standar daviasi 0.38 bunga. Jumlah tertinggi terdapat

pada kemiringan 0-8% dan jumlah terendah terdapat pada kemiringan 15-25%
22

4.1.3 Jumlah Pelepah (Buah)

Hasil pengamatan jumlah pelepah per pohon disajikan pada lampiran 6.

Data tertinggi, terendah dan rata-rata pada kemiringan disajikan pada Gambar

4.1.3

Diagram hasil pengamatan Jumlah Pelepah (buah)

7.00
6.83
6.80
6.67
6.60
6.40 6.32 6.32 6.33
Jumlah Pelepah (kg)

6.20 Tertinggi
6.00 Rerata
5.83 5.83 5.83 Terendah
5.80
5.60 5.5
5.40
5.20
5.00
Kemiringan 0-8% Kemiringan 8-15% Kemiringan 15-
25%

Gambar. 4.1.3 Jumlah pelepah per pohon (buah)

Berdasarkan Lampiran 6 dan Gambar 4.1.3. menunjukan bahwa jumlah

pelepah per pohon berkisar antara terendah 5.50 sampai tertinggi 6.83 dan rata-

rata 6.16 dengan standar daviasi 0.27 buah. Jumlah tertinggi terdapat pada

kemiringan 0-8% dan jumlah terendah terdapat pada kemiringan 15-25%.


23

4.1.4 Jumlah Tandan Buah (Buah)

Hasil pengamatan jumlah tandan buah per pohon disajikan pada lampiran

7. Data tertinggi, terendah dan rata-rata pada kemiringan disajikan pada Gambar

4.1.4

Diagram hasil pengamatan Jumlah Tandan Buah (buah)

5.50
5.17
5
5.00
4.67
4.50
4.25
4.17
Tertinggi
Jumlah buah

4.00
Rerata
Terendah
3.50 3.33 3.31
3
3.00

2.5
2.50

2.00
Kemiringan 0-8% Kemiringan 8-15% Kemiringan 15-25%

Gambar 4.1.4. Jumlah Tandan Buah per pohon (buah)

Berdasarkan Lampiran 7 dan Gambar 4.1.4 menunjukan bahwa jumlah

tandan buah per pohon berkisar antara terendah 2.50 sampai tertinggi 5.17 buah

dan rata-rata 3.91 buah dengan standar daviasi 0.55 buah. Jumlah tertinggi

terdapat pada kemiringan 8-15% dan Jumlah terendah terdapat pada kemiringan

15-25%.
24

4.1.5. Berat Tandan Buah (Kg)

Hasil pengamatan Berat Tandan Buah per pohon disajikan pada Lampiran

8. Data tertinggi, terendah dan rata-rata pada topografi disajikan pada Gambar

4.1.5.

Diagram hasil pengamatan terhadap Berat Tandan Buah (Kg)


22.88
23.00

21.00

19.00 18.17
Tandan buah (kg)

17.00 Tertinggi
15.79 Rerata
14.88 Terendah
15.00 14.33

13.00
11.3 11.51
11.00 10.42

9.00
7.73
7.00
Kemiringan 0-8% Kemiringan 8-15% Kemiringan 15-25%

Gambar. 4.1.5. Berat Tandan Buah per pohon (buah)

Berdasarkan Lampiran 8 dan Gambar. 4.1.5 menunjukan bahwa Berat

Tandan Buah per tandan berkisar antara terendah 7.7 sampai tertinggi 22.9 dan

rata-rata 13.9 kg. Jumlah tertinggi terdapat pada kemiringan 0-8% dan jumlah

terendah terdapat pada kemiringan 15-25%.

4.1.6. Data Penunjang Penelitian


4.1.6.1 Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman pada kelapa sawit yang

dibudidayakan PT. Evans Lestari Estaste Meranti tinggi tanaman Data varietas
25

Dami Mas memiliki tinggi tanaman rata-rata 3,31 m, terendah 3,23 m, tertinggi

3,43 m, dengan standar deviasi 0,05. Lampiran 9.

4.1.6.2 Panjang Pelepah

Hasil pengamatan terhadap panjang pelepah kelapa sawit yang

dibudidayakan PT. Evans Lestari Estaste Meranti Data varietas Dami Mas

memiliki panjang pelepah rata-rata 6,80 m, terendah 6,73 m, tertinggi 6,87 m,

dengan standar deviasi 0,05. Lampiran 10.

4.1.6.3 Analisis Tanah

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah PT. Evans Lestari Estate Meranti

di laboratorium pengujian balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Bengkulu,

menunjukan bahwa kemiringan 0-8% memiliki kadar air 0,06%, N 0,26%. P

8,5% K 9,4%. Kemiringan 8-15% memiliki kadar air 4,28%, N 0,28%. P 21,4% K

39,4%. Dan kemiringan 15-25% memiliki kadar air 3,85% N 0,27% P 10,2% K

9,0. Lampiran 11.

4.1.6.4 Curah Hujan

Data curah hujan bulanan 5 tahun terakhir dapat ditampilkan pada

lampiran Curah hujan di lokasi penelitian, dari 2017 sampai 2021 curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Maret tahun 2017 adalah 639,00 mm dan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Oktober tahun 2015 yaitu 2,00 mm. Jumlah bulan

basa dari tahun 2013 sampai 2021 adalah 48 bulan dan bulan kering 48 bulan.

Lampiran 12.
26

4.1.6.5 Suhu

Data suhu selama satu tahun terakhir pada tahun 2020 Suhu tertinggi pada

bulan April yaitu 24.76 °C, terendah pada bulan Desember yaitu 23.7 °C, dan

suhu rata- rata pada tahun 2021 yaitu 24.28°C. Lampiran 13.

4.1.6.6 Dosis Pupuk

Data pupuk yaitu urea 1 kg/tanaman, rp 1,80 kg/tanaman, MOP 1,80

kg/tanaman, borate 0,8 kg/tanaman, Kieserite 1,40 kg/tanaman. Lampiran 14.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemiringan lahan menunjukan

bahwa pada kemiringan lahan 0-8% memberikan hasil terbaik pada semua paubah

yang diamati. Hal ini diduga semakin landai lahan yang digunakan maka kondisi

lahan lebih stabil dibandingkan lahan yang lebih curam. Syakir (2010). Bahwa

pada lahan – lahan yang landai atau kemiringan kurang lebih 15% maka kondisi

fisik tanah akan lebih baik dan lebih stabil dalam mempertahankan sifat fisiknya

terutama upaya topografi terhadap erosi dan juga pencucian hara tanah yang lebih

landai akan samakin kecil dibandingkan dengan lahan yang lebih curam.

Topografi datar merupakan areal lahan yang sesuai untuk tanaman kelapa

sawit. Dalam pengolahan tanaman baik dalam bentuk perawatan, pada areal ini

lebih mudah dibandingkan dengan areal dengan topografi lainnya seperti miring,

karena pada topografi datar sudut kemiringannya sangat rendah sehingga pola

tanam terlihat jelas dan tinggi tanaman seragam.

Ditinjau dari losses yang terjadi di areal datar persentase kehilangan

produksi relatif lebih rendah, dari data yang telah penulis analisis losses yang
27

terjadi pada areal datar terdapat pada item manajemen panen dan manajemen

rawat. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang telah diperoleh dan telah dianalisis

rata-rata yang terdapat pada areal kemiringan lahan datar 0-8%

Menurut Yahya at el. (2010) bahwa perbedaan kemiringan lahan akan

menyebabkan perbedaan dalam mempertahankan stabilitas lahan. Pada lahan -

lahan yang landai potensi kerusakan tanah akibat erosi semakin kecil, turunya

kandungan bahan organik dan unsur hara lainya semakin kecil serta ketersedian

air tanah bagi tanaman lebih maksimal sehingga pertumbuhan dan produksi

tanaman akan lebih baik.

Asdak. et al. (2002) menyatakan bahwa tingkat kemiringan lahan

berpengaruh pada laju erosi dan kecepatan lepasnya partikel tanah akibat terbawa

arus permukaan. Semakin landai lahan maka laju erosi akan rendah dan lepasnya

partikel tanah serta kandungan bahan organik hara tanah akibat run off ( aliran

permukaan ) semakin rendah sehingga terjadi ini menyebabkan tanaman lebih

stabil pertumbuhan dan produksinya.

Pada lahan miring terjadi run off yaitu pencucian tanah oleh air menuju ke

bawah, sebab air mengalir mencari tempat yang lebih rendah atau lebih bawah.

Pada lahan miring sifatnya yang runoff ini selain rendah terjadi pencucian pupuk

juga berakibat pada hilangnya tanah lapisan atas (top soil). Bila hilangnya tanah

top soil ini terjadi terus menerus maka kesuburan tanahnya rendah dan akan

berpengaruh pada produksi. Sehingga untuk menghindari hal tersebut maka harus

dilakukan usaha konservasi pengawetan tanah secara mekanik yaitu dengan

membuat tapak kuda, teras individu dan teras bersambung. Pada lahan miring
28

dengan kemiringan 2° - 4° dibuatkan tapak kuda pada tempat – tempat tertentu.

Pada lahan yang kemiringannya 5°- 20° harus dibuatkan tapak kuda. Pada lahan

dengan kemiringan 21° - 40° harus dibuatkan teras kontur, namun dilokasi

penelitian hal tersebut belum terlaksana secara optimal. Hal inilah yang

menyebabkan produktivitas pada lahan miring kurang baik dibandingkan

produktivitas pada lahan datar. Pada daerah rendahan diberi perlakuan tapak

timbun. Dilihat dari cara budidayanya terdapat perbedaan antara lahan datar dan

lahan miring. Perbedaan tersebut antara lain pada lahan datar tanaman ditanam

langsung tanpa ada perlakuan tertentu, sedangkan pada lahan miring dibuatkan

tapak kuda. Pada lahan datar arah jalan panen dibuat berbentuk zig – zag yang

jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dilokasi.

Topografi curam merupakan areal yang dikategorikan sebagai areal yang

berat. Ditinjau dari kesesuaian lahan, tanaman sawit membutuhkan areal yang

bertopografi datar namun dapat juga diusahakan ditanam pada areal yang

bertopografi curam dengan batasan toleransi kemiringan maksimal 15 derajat.

Lebih dari batas toleransi tersebut dapat juga diusahakan namun membutuhkan

biaya yang relatif besar. Hal ini disebabkan karena adanya perlakuan-perlakuan

khusus pada areal yang bertopografi curam, seperti pembuatan teras, tapak kuda

dan jalan bantu yang membutuhkan biaya yang besar

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pada kemiringan lahan 15-25% cara

memberikan hasil yang terendah pada paubah kandungan klorofil, jumlah bunga,

jumlah pelepah, jumlah tandan buah dan berat tandan buah. Hal ini diduga bahwa
29

pada kemiringan 15-25% lahan tidak stabil karena pencucian hara bahan organik

dan pelepasan partikel tanah sangat tinggi akibat erosi. Menurut Yahya et al.,

(2010) lahan – lahan yang terlalu miring cenderung curam biasanya erosinya akan

lebih tinggi sehingga akan berpengaruh pada lepasnya partikel tanah dan

tercucinya bahan organik dan hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman

tidak mampu tumbuh dan berproduksi secara maksimal yang disebabkan

kurangnya nutrisi akibat tercuci pada saat terjadinya erosi tanah.

Hasil penelitian Sitepu (2007) menyatakan bahwa kemiringan lahan lebih

dari 15% akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman turutama pada

pertumbuhan jumlah daunya lambat, pembentukan bunga juga terlambat.

Kartasapoetra., (1991), menyatakan bahwa selama terjadinya aliran

permukaan datar, maka akan terjadi pengendapan – pengendapan dari tanah

bagian atas yang terbuka erosi. Hal tersebut menyebabkan perbedaan sifat fisik

kimian dan biologi tanah yang berbeda, sehingga pertumbuhan dan perkembangan

tanaman akan lebih baik dibagian bawah lereng


31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa:

Produksi tanaman kelepa sawit terbaik di PT. Evans Lestari terdapat pada

kemiringan lahan 0-8% (datar).

5.2. Saran

Dalam penanam kelapa sawit disarankan pada kemiringan lahan 0-8%

(datar) sampai 8-15% (landai).


DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.

Andrian. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng Terhadap


Produksi Karet.

Anwar. 2014. Budidaya Teknis dan Produktivitas Kelapa Sawit Dibeberapa


Perkebunan Dikalimantan Timur.

Arsyad. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung.

Corley, R.H.V., and P.B. Tinker. 2016. The Oil Palm (Four Edition).Wiley-
Blacweel

Direktorat jenderal Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas


Kelapa Sawit, Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan.

Harjowigeno. 1993. Dinamika hara Tanah Dan Pertumbuhan Kelapa Sawit


Kinerja Dalam Kaitannya Dengan Praktek Pengolaan Residu Setelah
Penanaman Kembali Minyak Perkebunan Kelapa Sawit.

Kartasapoetra, G, AG Kartasapoetra dan MM Sutedjo 1991. Teknologi


`Konservasi Tanah dan air. Rineka Cipta. Jakarta.

Khalid. 2000. Dinamika Hara Tanah Dan Pertumbuhan Kelapa Sawit Kinerja
Dalam Kaitannya Dengan Praktek Pengelolaan Residu Setela Penanaman
Kembali Minyak Perkebunan Kelapa Sawit.

LLP, Tim Pengembangan Materi. 2010. Buku Pintar Mandor (BPM) Seri
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Lembaga Pendidikan
Perkebunan.

Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi
Nofiandi;Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta

Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi
Nofiandi;Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Mangoensoekarjo dan Semangun.2003. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit.


Erlangga. Jakarta.

Muntohar. 2006. Pengaruh Rembesan Dan Kimiringan Lereng Terhadap Lereng


Keruntuhan.

33
Mustafa, H. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicitra Karya Nusa.
Yogyakarta.

Nuryartono. 2016. Produktivitas Faktor Total Analisis Produksi Kelapa Sawit


Diindonesia.

Pambudi. 2010. Hubungan Antara Beberapa Karateristik Fisik Lahan Dan


Produksi Kelapa Sawit.

Riyanti, M.D. Erodibilitas Dan Prakiraan Tingkat Erosi Tanah.

Syakir M. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Bogor (ID). Aska media.

Sitepu A. 2007. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis
Guinensis Jacq )

Salmiyati. 2014. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Pengaruh Terhadap


Produktivitas Tandan Buah Segar (TBS)

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Purwokerto. Agromedia Pustaka.


176 hal.

Sihite.2015. Hubungan Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng Terhadap


Produksi Kopi Arabika.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Penggelolaan Kelapa Sawit.


Jakarta : Agro Media Pustaka.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Penggelolaan Kelapa Sawit.


Jakarta : Agro Media Pustaka.

Sunarko.2009. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Kalisius.Jakarta.

Tim Penulis PS. 1997. Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.

Weng. 2005. Praktek Yang Dikembangkan dan Pembangunan Perkelanjutan


Kelapa Sawit Jurnal Industry Penilitian Kelapa Sawit

Yahya. Z., A. Husin. J. Talib. J. Othman. O.H. Ahmad and M.B. Jalloh. 2010. Oil

Palm (Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series

Soil. American Journal of Applied Science

34
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

35
36

Lampiran 2. Karakteristik Varietas Dxp Dami Mas

SIFAT MORFOLOGI & FISIOLOGI


Tinggi Tanaman (25 thn) 15 - 16 m
Kecepatan Pertumbuhan (cm/th) 60 - 75
Produksi Daun (daun/thn) 32 - 34
Panjang Pelepah (umur 7 thn) 562 – 623 cm
Warna Tangkai Daun Hijau
Warna Buah (saat masak) Kemerahan

DAYA HASIL

Umur Mulai Berbuah (bln setelah tanam) 18


Umur Mulai Panen (bln setelah tanam) 24
Jumlah Tandan (3 – 7 thn) – tandan/pohon 18 - 20
Produksi TBS (3 – 7 thn) ton / ha 26.9 – 9.3
Kandungan Minyak (3 – 7 thn) ton / ha 7.0 – 31.1%
Ekstraksi Minyak 27.7% - 31.1%
Ekstrasi Minyak Inti 4.8% - 6.9%
Sumber : SK Mentan : No 138/KPTS/TP.240/2/2003
36

Lampiran 3. Kondisi Topografi PT. Evans Lestari Yang Terletak Di Desa

Suro Muara Beliti

Kelas Kemiringan % Klasifikasi

1 0-8 Datar

2 8-15 Landai

3 15-25 agak curam


37

Lampiran 4. Kandungan Klorofil (daun)

Kandungan Klorofil
Kemiringan
NO 0-8% 8-15% 15-25%
1 4.7 4.3 4.7
2 4.6 4.2 3.8
3 4.9 4.6 4.7
4 5.2 4.8 5.1
5 4.6 4.1 4.4
6 4.8 5 4.7
7 4.2 4.3 5.1
8 5.3 3.9 3.6
9 4.5 3.5 3.9
10 5.4 4.9 4.7
11 4.7 4.7 3.7
12 4.9 5.2 4.9
13 5.1 4.2 5.3
14 5.2 4.7 4.5
15 4.8 5.2 4.3
Jumlah 72.9 67.6 67.4
Terendah 4.2 3.5 3.6
Tertinggi 5.4 5.2 5.3
Rerata 4.86 4.506667 4.49333333
Standar Deviasi 0.331231 0.48912 0.53647882
Rata-rata 4.62

Lampiran 5. Jumlah Bunga (buah)


38

Jumlah Bunga (buah)


Kemiringan
NO
0-8% 8-15% 15-25%
1 5.83 5.83 5.50
2 6.17 5.83 5.17
3 5.67 5.83 5.33
4 5.67 6.33 5.50
5 6.00 5.67 5.00
6 6.50 5.83 6.50
7 5.67 5.83 5.33
8 5.33 5.33 5.17
9 6.50 5.67 5.00
10 6.00 5.67 6.17
11 5.67 5.33 4.83
12 5.33 6.00 4.83
13 6.17 6.00 5.17
14 5.33 5.00 5.83
15 6.00 5.83 5.83
Jumlah 87.83 86.00 81.17
Terendah 5.33 5.00 4.83
Tertinggi 6.50 6.33 6.50
Rerata 5.86 5.73 5.41
Standar Deviasi 0.382487 0.31997 0.487408
Rata-rata 5.67

Lampiran 6. Jumlah Pelepah (buah)

Jumlah Pelepah (buah)


39

Kemiringan
NO
0-8% 8-15% 15-25%
1 6.50 6.33 6.17
2 6.33 6.67 5.83
3 6.00 6.33 5.83
4 6.67 6.67 5.50
5 6.33 6.33 6.00
6 6.33 6.67 6.00
7 6.17 6.00 5.67
8 6.67 6.33 5.67
9 6.33 6.33 6.33
10 6.17 6.33 5.67
11 6.00 6.00 5.83
12 6.83 5.83 5.67
13 6.17 6.67 5.50
14 5.83 6.00 6.17
15 6.50 6.33 5.67
Jumlah 94.83 94.83 87.50
Terendah 5.83 5.83 5.50
Tertinggi 6.83 6.67 6.33
Rerata 6.32 6.32 5.83
Standar Deviasi 0.277936 0.270704 0.251976
Rata-rata 6.16

Lampiran 7. Jumlah Tandan Buah (buah)

Jumlah Tandan Buah (buah)


40

Kemiringan
NO 0-8% 8-15% 15-25%
1 3.33 4.17 2.50
2 4.00 4.67 3.17
3 4.33 4.17 2.67
4 4.50 3.83 4.00
5 3.33 3.83 3.33
6 4.33 5.00 3.83
7 5.00 3.00 2.83
8 3.50 4.67 4.00
9 4.67 3.17 3.17
10 4.83 5.17 3.17
11 4.67 4.17 2.67
12 4.33 3.00 4.67
13 4.83 5.00 2.67
14 4.50 4.67 4.33
15 3.67 4.00 2.67
Jumlah 63.82 62.52 49.68
Terendah 3.33 3.00 2.50
Tertinggi 5.00 5.17 4.67
Rerata 4.25 4.17 3.31
Standar Deviasi 0.55973 0.713424 0.691615
Rata-rata 3.91

Lampiran 8. Berat Tandan Buah (buah)

Berat Tandan Buah (kg)


NO Kemiringan
41

0-8% 8-15% 15-25%


1 22.9 14.9 12.4
2 13.9 17.2 11.6
3 17.8 18.2 13.8
4 14.4 12.0 11.1
5 12.5 14.4 7.7
6 20.6 15.3 9.7
7 17.4 14.2 11.7
8 17.1 16.8 14.9
9 17.1 15.1 12.7
10 10.4 12.7 9.0
11 16.4 12.4 11.1
12 18.6 14.8 10.1
13 12.4 14.3 13.6
14 13.7 11.3 13.2
15 11.8 11.5 10.2
Jumlah 236.9 214.8 172.7
Terendah 10.4 11.3 7.7
Tertinggi 22.9 18.2 14.9
Rerata 15.8 14.3 11.5
Standar Deviasi 3.465278 2.078322 1.963015
Rata-rata 13.9

Lampiran 9. Tinggi Tanaman

Varietas damimas
42

No Tinggi Tanaman

1 3.23

2 3.32

3 3.26

4 3.3

5 3.29

6 3.25

7 3.35

8 3.38

9 3.27

10 3.31

11 3.32

12 3.26

13 3.36

14 3.43

15 3.31

16 3.35

Rata-Rata 3.31

Tertinggi 3.43

Terendah 3.23

0.05
Standar Deviasi

Lampiran 10. Panjang Pelepah

Varietas Dami Mas


No Sampel Panjang pelepah
43

1 6.87
2 6.81
3 6.81
4 6.85
5 6.81
6 6.79
7 6.78
8 6.73
9 6.82
10 6.74
11 6.73
1 6.87
13 6.77
14 6.76
15 6.84
16 6.78
Rata-Rata 6.80
Tertinggi 6.87
Terendah 6.73
0.05
Standar Deviasi

Lampiran 11. Analisis Tanah

N Kemir KA
O ingan DA
TERHADAP CONTOH TANAH KERING 105°C
44

NILAI TUKAR
Ph TEKSTUR K P
KATION A
R P
C- N C M L
AIR LI N BR K- KTK H+
PA DE Org a- a- g- 3 me/
(%) A AY d
H K SIR BU d d d + 100gr
T d
2 C d d d
O L (p
mol(
% % % % % pm me/100gr
+)/kg
)
Ov Wal HCL
Titrasi
en key Br 25%
Ph Kjel Titra
Hygrometer and ay ASS
meter dahl si
Bla I
ck
0. 0. 3. 0.
5.0 4. 3. 6 34 0. 0.6 9. 8.
1 0-8% 5.8 3.2 0.26 2.4 0 0 3 15.4 8
6 1 8 0 .3 1 32 4 5
7 8 1 4
5 0. 5. 0. 0. 3 2
8- 4.3 4. 39 0. 21.6 0.4
2 3.2 7. 3.5 0.28 2.8 0 1 2 8 9. 1.
15% 8 7 .4 6 2 183
4 7 9 4 4 4 4
5 0. 2. 0. 0. 1
15- 3.8 4. 3. 44 0. 14.6 0.6
3 0.6 4. 1.7 0.27 3.6 0 4 1 4 9 0.
25% 5 4 8 .6 1 5 2
8 6 8 8 2 2

Lampiran 12. Curah Hujan

DATA POS HUJAN 200 SMPK TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

Thn JA FE MA AP MA JU JU AG SE OC NO DE
bulan N B R R Y N L S P T V C
569 273 315 278 251 250
2017 148 338 347
.2
627
.9 .5
326
.7
487
.4 .4
241 190 433 396 295 192 189 131 75. 332 366 332
2018 .9 .3 .5 .9 .4 .2 .4 .8 5 .5 .8 .5
372 427 157 63. 157 148
2019 249
.3
394
.2 .5
204 89 2.2
7 .1 .9
394
238 545 362 600 392 329 255 316 127
2020 .5 .5 .5
560
.5 .5
296
.5 .5
514
.5 .5
347 349 583 218 221
2021 .5
577 600
.5 .5 .5 .5
194 426 268 - -

Rerata 316.787931
Terting
627
gi
Terend
2.2
ah

Lampiran 13. Suhu


45

Thn Data suhu kelembapan bulan (RH_avg) Tinggi Rendah Rerata

Jan Feb Mar Apr Mei Mei Jul Agu Sep Okt Nov Des

2021 88.61 83.58 86.79

87.9 86.3 87.5 87.5 88.6 88 86.6 84.5 83.6 86.8 87.9 86.5

Lampiran 14. Dosis pupuk

Jenis pupuk Dosis (kg/tanaman)

Urea 1 kg/tanaman

Rp 1,80 kg/tanaman

Muriate of Potassium 1,80 kg/tanaman

(MOP)

Borate (HGFB) 0,8 kg/tanaman

Kieserite 1,40 kg/tanaman

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian


46

Pengamatan Kandungan Klorofil Pengamatan Kemiringan

Jumlah Pelepah Jumlah Tandan Buah

Berat Tandan Buah

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian


47

Pemupukan foto bersama mandor pupuk

Pemasangan sample foto penyerahan plakat

Anda mungkin juga menyukai