Introduction to Sociology:

Socialization

http://en.wikibooks.org/wiki/Introduction_to_Sociology
 A. Elements of Socialization

●
Socialization is the process that prepares humans to
function in social life
●
Socialization is culturally relative - people in different
cultures and people that occupy different racial, classed,
gendered, and religious social locations are socialized
differently
Sosiologi adalah proses untuk menyiapkan manusia menuju fungsi sosial
kehidupannya..
Sosialisasi sebagai hubungan budaya, dimana masyarakat dari berbagai budaya
dan orang-orang yang terdiri dari ras, kelas, gender, dan agama yang berbeda
berada dalam satu lokasi sosial.
Goals of Socialization
– impulse control and the development of a conscience
– role preparation and performance, including
occupational roles, gender roles, and roles in
institutions such as marriage and parenthood
– the cultivation of sources of meaning, or what is
important, valued, and to be lived for
-Tujuan dari sosialisasi adalah mendorong pengawasan dan mengembangkan suatu
kesadaran.
-Menyiapkan dan menampilkan peran, termasuk peran-peran okupasional (yang
berhubungan dengan jabatan dan pekerjaan), peran gender, dan peran dalam institusi
seperti perkawinan dan peran orangtua.
-Penguatan sumber-sumber dari pemaknaan atau kepentingan, bernilai dan berarti
untuk kehidupan.
 B. Primary and Secondary Socialization

●
Primary socialization takes place early in life, as
a child and adolescent.
●
Secondary socialization refers to the socialization
that takes place throughout one's life, both as a
child and as one encounters new groups that
require additional socialization.
Sosialisasi Primer berada pada awal kehidupan, sebagai anak dan remaja
Sosialisai Sekunder menempatkan sosialisasi sepanjang kehidupan seseorang,
baik pada masa kecil, dan sebagai pertemuan kelompok baru yang memberikan
tambahan sosialisasi.
 Primary and Secondary Socialization
Differences:
1. Content
Socialization in childhood is thought to be concerned with
the regulation of biological drives. In adolescence,
socialization is concerned with the development of
overarching values and the self-image.
In adulthood, socialization involves more overt and
specific norms and behaviors, such as those related to the
work role as well as more superficial personality features.
Perbedaannya :
1. Isi :
Sosialisasi pada masa kecil merupakan pikiran yang diarahkan dpada aturan dorongan biologis.
Pada masa remaja lebih kepada pengembangan nilai-nilai paling utama dan pembentukan citra
diri.
Pada masa dewasa, sosialisasi melibatkan lebih jelas dan spesifik norma-norma dan perilaku,
yang dikaitkan dengan peran pekerjaan sebagaimana yang tergambarkan pada ciri-ciri
kepribadian
1.
2. Context
In earlier periods, the socializee (the person being socialized)
more clearly assumes the status of learner within the context of
the initial setting, the school, or the peer group. Relationships
in the earlier period are more likely to be affectively charged.
In adulthood, though the socializee takes the role of student at
times, much socialization occurs after the socializee has
assumed full incumbency of the adult role.

2. Context
Pada periode awal, socilizee lebih dianggap sebagai status pembelajar dalam
konteks permulaan/pengenalan, sekolah atau kelompok teman sebaya.
Hubungan pada tahap awal ini lebih seperti tugas yang saling mempengaruhi.
Pada masa dewasa, socilizee mengambil peran sebagai pembelajar pada
suatu waktu, sosialiasi tejadi setelah dainggap memerankan peran dewasa.
3. Response
The child and adolescent may be more easily malleable than the
adult. Also, much adult socialization is self-initiated and voluntary;
Adults can leave or terminate the process at any time if they have the
proper resources to do so.
3. Respons.
Anak dan Remaja mungkin lebih mudah menyerap daripada yang dewasa. Disamping
itu, sosialisasi pada orang dewasa lebih ke pengenalan diri dan sifatnya sukarela.
Orang dewasa dapat meninggalkan atau mengakhiri proses pada suatu waktu jika
mereka memiliki sumber-sumber yang pantas untuk dikerjakan.
 C. Total Institutions

●
Not all socialization is voluntary nor is all socialization
successful. Tidak seluruh proses sosialisasi bersifat sukarela, tidak juga seluruh
proses sosialisasi berhasil.

There are components of society designed specifically to

resocialize individuals who were not successfully socialized
to begin with. Ada komponen-komponen dari masyarakat yang dirancang khusus
untuk mengulang proses sosialisasi individu yang dimasa awal tidak berhasil.

●
Total Institutions:
a.All aspects of life are conducted in the same place under
the same authority. Seluruh aspek kehidupan diatur dalam waktu yang sama
dibawah kewenangan yang sama.
b.The individual is a member of a large cohort, all treated
alike
Individu sebagai anggota dari kelompok besar, yang semuanya diperlakukan sama.
 Total Institutions
c.All daily activities (over a 24-hour period) are tightly
scheduled. Seluruh kegiatan sehari-hari (selama periode 24 jam) secara ketat
dijadwalkan.
d. There is a sharp split between supervisors and lower
participants. Ada perbedaan tajam antara supervisor dan partisipan rendahan.
e. Information about the member's fate is withheld.
Informasi mengenai takdir keanggotaan tersembunyi.
 D. The Importance of Socialization

●
Without socialization, human development is
problematic. Tanpa sosialisasi, perkembangan manusia akan bermasalah.
●
Our biology co-evolved with our culture, and is co-
dependent upon it. Secara biologis kita berkembang dan tergantung
sesuai budaya kita.
●
Without social interaction at proper times, human development is
derailed. Tanpa interaksi sosial dalam suatu masa, perkembangan manusia
keluar dari jalur.
Genie was largely isolated from birth until she was 13
years old, lacking socialization. As a result, her social
and communication skills were severely impacted.
 E. Theoretical Understandings of Socialization
1. Symbolic Interactionism - the self develops as a
result of interrelated social interactions and interpretive
processes; as a result, socialization is highly dependent
on the situations in which the actor finds him/herself and
the ways these situations are "made sense of" by the
being or others; this approach also argues that
socialization is a continuous, lifelong process.
1. Interaksionisme Simbolik, - Pengembangan diri sebagai hasil dari saling
keterhubungan interasksi sosial dan proses mengartikan. Untuk keberhasilannya,
sosialisasi sangat tergantung pada situasi dimana pelaku menemukan dirinya
sendiri melalui cara situasi “yang masuk akal” (bisa diterima). Pendekatan ini juga
menempatkan sosialisasi sebagai suatu proses kehidupan yang berlangsung
secara berkesinambungan.
 Theoretical Understandings of Socialization

2. Role Theory - socialization is seen as a process of

acquisition of appropriate norms, attitudes, self-images,
values, and role behaviors that enable acceptance in the
group and effective performance of new roles; in this
framework, socialization is seen as a conservative force,
permitting the perpetuation of the social organization in spite
of the turn-over of individual members through time.
2. Teori Peran. Sosialisasi sebagai proses akuisisi norma-norma, sikap, citra diri, nilai-
nilai serta peran dan perilaku yang pantas dan dapat diterima dalam kelompok, sebagai
bentuk tampilan peran-peran baru yang efektif. Dalam kerangka ini, sosialisasi sebagai
kekuatan konservatif, yang dapat menghidupkan organisasi sosial secara
berkelanjutan meskipun keanggotaan individu silih berganti sepanjang waktu.
 Theoretical Understandings of Socialization

3. Reinforcement Theory - the self develops as a result

of cognitive evaluations of costs and benefits; this
understanding assumes that the socializee, in
approaching new roles, is an independent and active
negotiator for advantages in relationships with role
partners and membership groups
3. Teori Penguatan. Pengembangan diri sebagai hasil penilaian kognitif dari biaya
dan keuntungan. Pemahaman ini menganggap bahwa socializee mendekatkan diri
pada peran baru, sebagai negosiator yang bebas dan aktif guna meraih kebaikan-
kebaikan yang terapat dalam hubungan antara peran mitra dan anggota kelompok.
 Theoretical Understandings of Socialization

4. Internalization Theory - socialization is a series of

stages in which the individual learns to participate in
various levels of organization of society; this theory
contends that the child internalizes a cognitive frame of
reference for interpersonal relations and a common system
of expressive symbolism in addition to a moral conscience
4. Teori Internalisasi. Sosialisasi sebagai suatu panggung tempat individu belajar
berpartisipasi dalam berbagai tingkatan organisasi di masyarakat. Teori ini
berpendapat bahwa internalisasi anak sebagai suatu kerangka rujukan kognitif bagi
hubungan antar pribadi dan merupakan suatu sistem simbol ekspresif yang biasa
terjadi sebagai tambahan sebuah kesadaran moral.