Anda di halaman 1dari 16

3.1.

1 Tinjauan pustaka
I. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen menurut James A.F. Stoner adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Fungsi Manajemen:
Fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a) Perencanaan (planning), adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya,
macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c) Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya
karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.
d) Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,
apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
Penilaian (evaluation), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi
organik administrasi dan manajemen.
3. Penilaian Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orangmelakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca  indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,  rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).

Tingkat Pengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat
dipakai untuk merangsang proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6
kategori yaitu : 
 Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.
 Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
 Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
 Analisis (analysis)
Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.
 Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu
pola yang tidak ada sebelumnya.
 Evaluasi (evaluation)
Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai
kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya. 

Pengukuran Pengetahuan 
Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau  angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. 

Cara Memperoleh Pengetahuan 


Menurut Soekidjo (2005) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu :
Cara Tradisional atau Non Ilmiah
a. Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai
sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara
tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. 
d. Melalui jalan pikiran 
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mempu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

II. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan


Macam Perilaku Buang Air Besar

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan

tempat yang digunakan sebagai berikut :

1. Buang Air Besar di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang

tinja di tangki septic yang digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu. Buang air besar di tangki septik juga digolongkan

menjadi:
a. Buang Air Besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar menggunakan jamban model leher angsa yang aman

dan tidak menimbulkan penularan penyakit akibat tinja karena dengan model leher angsa ini maka tinja akan dibuang

secara tertutup dan tidak kontak dengan manusia ataupun udara.

b. Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban sederhana yang

didesain miring sedemikian rupa sehingga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki

septiknya tidak berada langsung di bawah pengguna jamban.

c. Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban yang

tangki septiknya langsung berada di bawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh ke dalam tangki

septic. Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank dengan manusia yang

menggunakannya.

2. Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak

dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi

kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut:

a. Buang Air Besar di sungai atau di laut : Buang Air Besar di sungai atau di laut dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Buang air besar di sungai

atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
b. Buang Air Besar di sawah atau di kolam : Buang Air Besar di sawah atau kolam dapat menimbulkan keracunan pada padi

karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal

panen.

c. Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka, buang air besar di Pantai atau tanah terbuka dapat mengundang serangga

seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka

juga dapat menjadi sebab pencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika lingkungan.

A. Timbulnya Beberapa Penyakit yang berhubungan dengan Tinja Manusia oleh Faktor BABS
Penyakit – penyakit infeksi yang berhubungan dengan oral - fekal transmisi sebenarnya dapat dikontrol dan dicegah
melalui sanitasi yang baik, khususnya sistem pembuangan tinja manusia, hal ini dikarenakan proses penularan penyakit
tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penjamu (imunitas, status gizi, status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan perilaku
penjamu (kebersihan diri dan kebersihan makanan).11
Dari hasil beberapa penelitian disebutkan bahwa terjadinya infeksi saluran pencernaan berhubungan dan
dipengaruhi oleh sanitasi buruk termasuk perilaku BABS . Diperkirakan 88% kematian akibat diare di dunia disebabkan oleh
kualitas air, sanitasi dan higiene yang buruk. Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa 90% kematian akibat diare pada
anak karena sanitasi yang buruk, kurangnya akses air bersih dan tidak adekuatnya kebersihan diri.12
Dari hasil penelitian di Indonesia, keluarga yang BABS berisiko 1,32 kali anaknya terkena diare akut dan 1,43 kali
terjadi kematian pada anak usia dibawah lima tahun. Systematic review tentang faktor risiko diare di Indonesia menjelaskan
bahwa pencemaran SAB berisiko 7,9 kali dan sarana jamban berrisiko 17,25 kali pada bayi dan balita.16

B. Faktor Yang Mempengaruhi Buang Air Besar Sembarangan


1. Faktor Host
Menurut teori Health Belief Model faktor sosiodemografi sebagai latarbelakang yang mempengaruhi persepsi
terhadap ancaman suatu penyakit dan upaya mengurangi ancaman penyakit. Dalam teori PREECEDE – PROCED faktor
sosiodemografi sebagai faktor predisposisi terjadinya perilaku.18
Membuang kotoran dari tubuh manusia termasuk sistem ekskresi yang fisiologis yang sudah ada sejak manusia
dilahirkan. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran, membedakan benar-salah dan mengembangkan hati nurani adalah
beberapa tugas pekembangan manusia sejak masa bayi dan anak – anak. Seiring dengan bertambahnya umur maka akan
mencapai tingkat kematangan yang tinggi sesuai dengan tugas perkembangan.19
Teori belajar sosial dari Bandura menyatakan bahwa perilaku adalah proses belajar melalui pengamatan dan meniru
yang meliputi memperhatikan, mengingat, mereproduksi gerak dan motivasi. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian
antara karakteristik pribadi dan karakteristik model, salah satunya adalah umur. Anak – anak lebih cenderung meniru model
yang sama dalam jangkauannya baik anak yang seusia ataupun orang dekat yang ada disekitarnya.18
Tingkat pendidikan seseorang termasuk faktor predisposisi terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa tingkat pendidikan tidak ada hubungannya dengan pemanfaatan jamban keluarga. Meskipun pada beberapa penelitian
tidak menunjukkan adanya hubungan dengan perilaku, namun tingkat pendidikan mempermudah untuk terjadinya perubahan
perilaku, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang untuk menerima informasi – informasi baru yang
sifatnya membangun. 11,12
Status ekonomi seseorang termasuk faktor predisposisi terhadap perilaku kesehatan. Semakin tinggi status ekonomi
seseorang menjadi faktor yang memudahkan untuk terjadinya perubahan perilaku. Berdasarkan penelitian penghasilan yang
rendah berpengaruh 4 kali terhadap penggunaan jamban.11
Menurut Mukherjee bahwa keberhasilan menjadi daerah bebas BABS adanya kesadaran masyarakat untuk membangun
jamban sendiri dengan bentuk gotong – royong, adanya natural leader dan pemicuan yang melibatkan semua unsur
masyarakat.12
2. Faktor agen
a. Penggunaan jamban
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku buang air besar (BAB)
yang sehat cukup tinggi (90%) dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan baik tetapi 12,2 % keluarga tidak
memakai toilet secara teratur.(19) Penelitian lain menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap ibu terhadap penggunaan jamban, tetapi dari 196 responden hanya 46,4% yang menggunakan
jamban secara teratur.19
b. Tingkat paparan media
Perubahan perilaku adalah sebuah proses, perilaku tidak semata - mata perubahan dalam tingkatan atau tataran
behavior namun perubahan dalam tataran pengetahuan atau pemahaman merupakan sebuah perubahan. Selain faktor
individu ada faktor lain yang mendorong mempercepat perubahan perilaku yang bisa di jadikan stimulant adalah
munculnya isu di media massa. Hal ini sesuai teori Kultivasi yang memprediksi dan menjelaskan formasi dan
pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi
pesan – pesan media.19
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Secara tradisional manusia membuang kotoranditempat terbuka yang jauh dari tempat tinggalnya seperti diladang,
sungai, pantai atau tempat terbuka lainya.20
b. Lingkungan biologik
Lingkungan biologik bersifat biotik seperti mikroorganisme, serangga, binatang, jamur,parasit dan lain-lain yang dapat
berperansebagai agen penyakit. Hubungan dengan manusia bersifat dinamis dimana pada keadaan tertentu terjadi
ketidakseimbangan diantara hubungan tersebut. 20
c. Lingkungan Sosial
Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan jamban juga berkontribusi dalam
perubahan perilaku BAB masyarakat. 20
III. Lima Pilar STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )
A. Lima Pilar STBM terdiri dari:
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan limapilar akan mempermudah upaya
meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya
hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik,dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan
(Permenkes RI No.03 tahun 2014).
Pilar STBM terdiri atas perilaku:
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar
sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit dengan dapat mengakses jamban. Perilaku SBS diikuti dengan
pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu :
a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan
kotoran manusia; dan
b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Gambar 3.1 Perubahan perilaku buang air besar sembarangan

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)
Masyarakat melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan
menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene
sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip 3R
yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai ulang), dan Recycle (mendaur ulang)
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan
mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan
yang mampu memutusan mata rantai penularan penyakit serta mengurangi pencemaran terhadap lingkungan.
Lampiran Kuesioner

3.2.2 Hasil Kegiatan


a. Hasil Kuisioner Kegiatan Kelas Ibu Hamil Di desa Palimanan Timur
Tabel 3.5 : Hasil pelaksanaan tingkat pengetahuan ODF pertemuan 1 ( Desa Pegagan)
No Nama Pretest Tingkat pengetahuan Post test Tingkat pengetahuan
Jawaba Jawaba Jawaba Jawaba
n benar n salah n benar n salah
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Muadi 5 5 - √ - 6 4 - √ -
2 Satori 7 3 - √ - 9 1 √ - -
3 Sudirman 8 2 √ - - 9 1 √ - -
4 Mulyadi 4 6 - - √ 8 2 √ - -
5 Yamin 9 1 √ - - 9 1 √ - -
6 Ramudi 10 0 √ - - 10 0 √ - -
7 Akilan 8 2 √ - - 8 2 √ - -
8 Kadina 10 0 √ - - 9 1 √ - -
9 Tarmi 7 3 - √ - 8 2 √ - -
10 Sami 6 4 - √ - 8 2 √ - -
11 Mustofa 5 5 - √ - 8 2 √ - -
12 Solikin 5 5 - √ - 8 2 √ - -
13 Lastri 6 4 - √ - 9 1 √ - -
14 Rokayah 6 4 - √ - 8 2 √ - -
15 Jumali 4 6 - - √ 8 2 √ - -
16 9 1 √ - - 9 1 √ - -
17 4 6 - - √ 8 2 √ - -

Tabel 3.6 : Hasil pelaksanaan tingkat pengetahuan ODF pertemuan 2 (Desa Pegagan)
No Nama Pretest Tingkat pengetahuan Post test Tingkat pengetahuan
Jawaba Jawaba Jawaba Jawaba
n benar n salah n benar n salah
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Muadi 5 5 - √ - 6 4 - √ -
2 Satori 8 2 √ - - 9 1 √ - -
3 Sudirman 7 3 - √ - 7 3 - √ -
4 Mulyadi 7 3 - √ - 8 2 √ - -
5 Yamin 7 3 - √ - 8 2 √ - -
6 Ramudi 8 2 √ - - 5 5 - √ -
7 Akilan 5 5 - √ - 7 3 - √ -
8 Kadina 9 1 √ - - 9 1 √ - -
9 Tarmi 5 5 - √ - 8 2 √ - -
10 Sami 9 1 √ - - 9 1 √ - -
11 Mustofa 9 1 √ - - 9 1 √ - -
12 Solikin 6 4 - √ - 8 2 √ - -
13 Lastri 6 4 - √ - 7 3 - √ -
14 Rokayah 3 7 - √ 5 5 - √ -
15 Jumali 5 5 - √ - 8 2 √ - -
16 Neni 7 3 - √ - 9 1 √ - -
17 Faradevi 6 4 - √ - 8 2 √ - -
18 Ida Agung 5 5 - √ - 7 3 - √ -
19 Lila 9 1 √ - - 9 1 √ - -
20 Sulaeman 3 7 - - √ 6 4 - √ -
21 Asep 6 4 - √ - 8 2 √ - -
22 Sonjaya 7 3 - √ - 8 2 √ - -
23 Suhanto 6 4 - √ - 8 2 √ - -
24 Ahmad 5 5 - √ - 6 4 - √ -
Mulyadi
25 Muhaeni 5 5 - √ - 7 3 - √ -
26 Nining 3 7 - - √ 5 5 - √ -
27 Suwarni 9 1 √ - - 9 1 √ - -
28 Rosiati 6 4 - √ - 7 3 - √ -
29 Dini 6 4 - √ - 8 2 √ - -
30 Zainal 7 3 - √ - 8 2 √ - -
31 Marwah 5 5 - √ - 7 3 - √ -
32 Nani 8 2 √ - - 9 1 √ - -
33 Sandi 8 2 √ - - 9 1 √ - -

Keterangan:
Tingkat pengetahuan baik score : 10 – 8
Tingkat pengetahuan cukup score :7–5
Tingkat pengetahuan kurang score :<5
Tabel 3.7: Hasil penilaian pemicuan pada warga desa Pegagan yang belum ODF
Nama Kelas Tingkat Pengetahuan Perubahan (Dalam %)
Pre Test Post Test
(∑ responden)
Kurang Cukup Baik Kurang Cukup Baik K-B K-C C-C C-B B-B B-C
Warga P1: 17 3 8 6 - 1 16 3 - 1 7 6 -
P2: 33 3 21 9 - 13 20 - 3 9 12 8 1

Total ∑: 50 6 29 15 - 14 36 3 (6%) 3 (6%) 10 (20%) 19 (38%) 14 (28%) 1 (2%)

Keterangan :
K-B : Kurang Ke Baik. P1: Pertemuan 1 (Sitalang).
K-C : Kurang Ke Cukup P2: Pertemuan 2 (Karangtengah).
C-C : Cukup Ke Cukup.
C-B : Cukup Ke Baik.
B-B : Baik Ke Baik.
B-C : Baik Ke Cukup.

Anda mungkin juga menyukai