PENDAHULUAN
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
suhu dan tekanan tinggi serta mesin-mesin yang berteknologi tinggi dengan
Dengan melihat potensi bahaya yang besar tersebut, peranan keselamatan kerja
sangat diperlukan untuk mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja atau
pun kejadian hampir celaka yang sering mempunyai intensitas yang lebih tinggi.
maka berbagai upaya harus dilakukan agar tujuan Keselamatan dan Kesehatan
1
Kerja dapat tercapai. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut menurut
nasional.
kebutuhan akan pemenuhan hak dasar tenaga kerja untuk mendapatkan jaminan
dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) maka akan sangat mungkin
bahaya yang berdampak pada derajat kesehatan para tenaga kerja dan mengurangi
tergolong dalam B3 tersebut maka perlu adanya sebuah upaya penjagaan higene
dalam perusahaan dan penerapan jaminan derajat kesehatan para karyawan serta
2
Chlorid Acid (HCl), Liquid Chlorine dan Sodium Hypochloride (NaCLO) juga
Asahimas mengacu pada regulasi dalam negeri yang telah ditetapkan sebagai
peraturan wajib bagi seluruh perusahaan yang berada di wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta beberapa ketentuan yang telah dibakukan oleh
dalam pengelolaan perusahaan, seperti ISO dan ACGIH, dan lain sebagainya.
perusahaan.
penerapannya di perusahaan.
3
4. Mengetahui upaya perusahaan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
tenaga kerja.
1. Perusahaan
2. Penulis
4
BAB II
A. Sumber Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Kepustakaan
5
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
buku-buku referensi.
6
BAB III
HASIL MAGANG
1986, dengan nama PT. Asahimas Subentra Chemical. Perubahan nama dilakukan
PT. ASC didirikan dengan investasi awal sebesar US$ 200 juta, dan pada
saat sekarang nilai investasinya berkembang menjadi sebesar US$ 535 juta.
PT. ASC memulai produksi pada bulan Juli 1989 dan diresmikan oleh
1989. Dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya PT. ASC.
terdiri dari 4 (empat) perusahaan swasta dari tiga negara asing dan 1 (satu)
7
kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km.122
mengalami perluasan dalam tahap (phase) II, III dan IV, luas area yang ditempati
dioperasikan oleh 1.062 karyawan yang dibagi dalam 3 jadwal shift dan daily di
Universitas, Akademi atau Politeknik dan SLTA atau sederajat dari area propinsi
a. Presiden Komisaris
c. Komisaris
a. Presiden Direktur
c. Direktur
8
5. Asisten Manajer Divisi
9. Staff
10. Operator/Teknisi
bersama dengan Serikat Pekerja (SP-KEP Unit Kerja PT. ASC) membuat
1. Hubungan Kerja
3. Perjalanan Dinas
4. Sistem Pengupahan
9
5. Pemeliharaan Kesehatan
mempunyai resiko yang cukup besar terhadap terjadinya kebakaran karena adanya
bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti ethylene, VCM, EDC, Hydrogen
dan LPG. Selain itu terdapat juga bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu
kesehatan dan membahayakan keselamatan manusia seperti, gas Cl, VCM, EDC,
tenaga kerja maupun asset perusahaan serta lingkungan sekitarnya. Hal ini seperti
dan orang yang berada dilingkungannya dari kecelakaan dan gangguan kesehatan
Untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat maka
10
internasional, mempunyai komitment untuk memenuhi kepuasan pelanggan,
aspek bahaya dan resiko sebagai sikap kerja bagi seluruh karyawan.
11
kerja. Masing-masing kegiatan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dan
MSCM ini merupakan rapat bulanan yang dihadiri oleh level manager
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap sebulan sekali dengan tujuan untuk
mencari tindakan dan kondisi yang tidak aman di area kerja untuk kemudian
sekali sebelum MSCM dimulai untuk level department dan setahun sekali untuk
level pabrik.
5. Cleaning Day
12
Program cleaning day ini bertujuan untuk menjaga agar lingkungan kerja
Kegiatan ini dilakukan sehari 2 kali patrol, yaitu pagi pukul 10:00 dan
sore hari pukul 15:00. Anggota tim patrol ini terdiri dari, satu orang staff safety,
satu orang staff environment dan satu orang security. Tujuan dari RJP ini untuk
memantau kondisi plant dari segi safety, environment dan faktor keamanannya.
7. Safety Orientasi
Safety orientasi ini adalah pemberian materi tentang safety & environment
kepada kontraktor. Dengan tujuan agar kontraktor tahu bagaimana cara bekerja
secara aman, mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat
dan dapat menilai potensi bahaya di area kerjanya serta tidak mencemari
lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Staff health, dokter perusahaan dan staff dari
departemen yang terkait. Dalam kegiatan ini mereka mendata potensi-potensi apa
saja yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di tempat kerja, Mulai dari bahaya
13
2. Pengukuran Lingkungan Kerja
telah ditentukan pada kegiatan WTS di atas untuk mengetahui apakah parameter-
parameter tersebut melebihi ambang batas yang dapat mengganggu kesehatan atau
tidak.
3. Medical Check up
Medical check up dilakukan setiap tahun sekali. Tujuan dari kegiatan ini
akibat bekerja di pabrik ASC. Apabila ada yang terganggu kesehatannya maka
kesehatannya.
Tujuan dari training ini adalah untuk membangun kesadaran kepada semua
karyawan untuk bekerja dengan baik dan benar, terutama dalam penanganan
bahan kimia.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Ketenagakerjaan
sarana dan fasilitas serta kesejateraan yang layak. Seluruh pekerja bisa bekerja
dengan jaminan keselamatan yang telah terselenggara dan menjadi sebuah system
yang wajib dipatuhi oleh siapa pun yang berada di lingkungan perusahaan tanpa
dengan kenyamanan yang penuh, hal ini jelas bertujuan pada peningkatan
Seluruh hak dan kewajiban para pekerja telah diatur dengan sangat
sistematis dan jelas. Diatur dalam surat atas perjanjian antara pihak tenaga kerja
dan Gas (SP-KEP). Dalam perjanjian yang bersifat mengikat antara kedua belah
pihak tersebut, telah diatur seluruh hal yang wajib diterima dan dipenuhi oleh
tenaga kerja PT ASC. Permasalahan tentang hubungan kerja, jam kerja, upah
kerja, perlindungan tenaga kerja, tunjangan kerja, fasilitas kerja, pelayanan kerja,
dan segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja di lingkungan kerja PT
15
ASC, telah tertuang dengan jelas dan tegas serta mempunyai batasan yang lugas
di dalam nota perjanjian bersama oleh tenaga kerja dan pihak perusahaan yang
2. Proses Produksi
bahan-bahan kimia berbahaya dengan jumlah yang sangat besar dalam proses
bahaya yang dapat merugikan baik dari segi materiil maupun nonmaterial serta
segala proses produksinya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat
dan ditetapkan oleh Factory Manager untuk dipatuhi. Hal ini telah sesuai dengan
Kepmenaker No. 187 tahun 1999 tentang pengendalian dan penggunaan bahan
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit yang
B. Potensi Bahaya
16
VCM, EDC, Chlorine, NaOH dan asam sulfat. Bahan-bahan tersebut termasuk ke
dalam golongan bahan berbahaya dan beracun, karena bahan kimia tersebut
memiliki criteria sebagai bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi atau gangguan kesehatan yang lain serta
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen
dan menimbulkan kebakaran. Bahan mudah meledak adalah suatu zat padat
atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi
1) LPG
Bahan ini terdapat pada lokasi C/A plant, VCM plant dan Utility. LPG
merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau tajam merangsang, sangat
mudah terbakar dan meledak. Gas ini mempunyai titik nyala -19˚ C, LEL
2,2 %, UEL 9,5 % dan temperature menyala sendiri 466˚ C dengan nilai
2) Ethylene
Bahan ini terdapat di lokasi VCM plant. Ethylene merupakan gas yang
dalam bentuk cair pada temperature sangat rendah, tidak berwarna, berbau
17
tajam dan mudah terbakar. Gas ini mempunyai titik nyala -135 ˚ C, LEL
3) VCM
Bahan kimia ini terdapat pada lokasi VCM plant, VCM merupakan gas
yang disimpan dalam bentuk cair dengan cara ditekan, gas ini tidak
berwarna dan berbau tajam merangsang dan mudah sekali terbakar, VCM
mempunyai titik nyala -77˚ C, LEL 3,6%, UEL 33%, temperature menyala
4) EDC
Bahan kimia ini dapat ditemukan pada lokasi VCM plant. EDC merupakan
terbakar dan beracun, EDC mempunyai titik nyala 133˚ C, LEL 6,2%,
UEL 16%, temperatur menyala sendiri 412˚ C dan nilai ambang batas
pemaparan 10 ppm.
kebakaran di dalam pabrik dan didukung oleh regu pemadam kebakaran yang
maka untuk melaksankan pekerjaan di temapt yang panas (hot work) seperti
dengan ijin kerja panas, disamping itu juga dilengkapi dengan tindakan
penyediaan safety shower (eye shower dan body shower). Hal ini sesuai
18
dengan Kepmenaker No.187 tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia
Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat
bahan lainnya.
1) Caustic Soda
Terdapat di lokasi C/A plant dan VCM plant. Bahan ini merupakan cairan
bening atau padatan putih yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila
terkena kulit dapat mengakibatka luka bakar dan bila mengenai mata dapat
mengakibatkan kebutaan.
2) Asam Klorida
Bahan ini terdapat pada lokasi produksi C/A plant, VCM utility, dan
3) Asam Sulfat
Senyawa ini terdapat pada lokasi C/A plant. Merupakan cairan yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Bila terkena kulit dapat mengakibatkan luka
berbahaya ini, tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia
tersebut dilengkapi dengan alat pelindung diri yang tahan terhadap reaksi
19
bahan kimia tersebut. Pemakaian alat pelindung diri ini bersifat wajib bagi
kimia ini secara langsung. Alat pelindung diri ini antara lain yaitu baju Vinyl,
sarung tangan karet, sepati boot karet, spectacle dan kacamata (goggle). Untuk
adalah disediakannya safety shower (eye shower dan body shower) di area
sekitar palnt dimana potensi untuk terkena bahan kimia tersebut ada, selain itu
menggunakan lembar data keselamatan kerja atau yang biasa disebut dengan
MSDS. Lembar yang berisi tentang informasi tentang segala hal karakteristik
bagi tenaga kerja untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan sifat bahan
Chemical ini telah sesuai dengan regulasi tentang penanganan bahan kimia,
yaitu pada Kepmenaker Nomer 187 tahun terbit 1999 tentang Pengendalian
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
melalui jaringan kulit. Yang termasuk dalam golongan bahan kimia beracun
adalah :
1) LPG
20
Merupakan gas tidak berwarna dan berbau tajam merangsang. Jenis
sebesar 1000 ppm. Di PT Asahimas Chemical, gas ini terdapat pada lokasi
2) VCM
VCM merupakan gas beracun tidak berwarna dan berbau tajam wangi
3) EDC
4) Gas Chlorine
nama kimia yang umum dipakai, data bahaya kebakaran dan peledakan, data
21
Agar bahan-bahan berbahaya dan beracun ini dapat mencegah dari potensi
berikut:
hendaknya jauh dari sumber api, sumber panas dan nyala api yang terbuka.
2) Inspeksi vessel atau tangki secara berkala. Hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain suhu sekitar, besarnya tekanan bejana, serta kondisi fisiknya.
dilengkapi dengan foam chamber dan deluge system. Juga apabila akan
harus dilengkapi dengan ijin kerja pada tempat yang panas (hot work permit).
keputusan menteri tenaga kerja RI dengan nomer Kepmenaker No. 187 tahun
terbit 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada
22
label (LDKB), penunjukan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia,
beracun adalah berasala juga dari mesin-mesin yang digunakan serta peralatan
angkat angkut serta potensi-potensi bahaya dari berbagai upaya antara lain berasal
dari pemberian tutup pengaman pada mesin-mesin yang berputar, isolasi peralatan
yang terlalu panas atau dingin, handrail dan guardrail pada tangga dan pada
tempat dengan ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan potensi bahaya yang mungkin muncul pada saat pekerja
bahaya, system peringatan penjelasan mengenai siakp kerja yang benar. Hal-hal
yang telah disebutkan ini telah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri tenaga
kerja dengan seri terbit SK Menaker No. Kep 51/ MEN/ 1999 tentang nilai
karyawan dan pihak perusahaan. Partisipasi dari seluruh tenaga kerja akan
perlindungan diri ketika berada dalam lingkungan kerja ini selalu dipelihara oleh
setiap orang dan selalu diperingatkan oleh pihak terkait yang berfokus pada
23
program jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, dalam hal ini adalah SEA
menjadi focus departemen ini. Beberapa hal yang dapat diurai tentang system
tanggungjawab divisi S&H ini, disesuaikan dengan faktor serta potensi bahaya
yang muncul dari lingkungan kerja dan proses produksi yang dijalankan oleh
Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 14 huruf C
semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tempat kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
kerja.
Masih pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 pada pasal 12, diatur
mengenai kewajiban tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung diri pada
huruf B yang menyatakan bahwa tenaga kerja wajib memakai alat pelindung
diri yang diwajibkan, dan pada huruf C menerangkan bahwa tenaga kerja
24
wajib memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
seluruh jajaran perusahaan ini maka sangat jelas ditegaskan bahwa siapa pun
perusahaan.
bahan kimia yang sangat reaktif dan sensitife terhadap kondisi lingkungan di
yang disertai dengan kebakaran, oleh karena itu pengurus perusahaan yang
25
Komitmen perusahaan untuk senantiasa menjaga dan memelihara aspek
1) Hydrant air, foam hydrant, sprinkler system serta fire truck dengan
2) Alat pemadam api ringan (CO dan Dry Chemical) yang mempunyai
3) Detektor asap (smoke detector), detektor panas (heat detector) dan fire
adanya regu pemadam kebakaran yang secara kualitas merupakan tim yang
Anggota dari tim ini diambil dari perwakilan per departemen yang
mendapatkan pelatihan yang digawangi oleh departemen Safety & Health. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar regu yang telah dipersiapkan ini bias siap
siaga dan mempunyai tingkat tanggap darurat yang tinggi ketika terjadi
26
Kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja ataupun
monitoring gas yang dipasang pada setiap plant, yaitu EDC (Ethylene di-
chloride) gas detector, VCM (Vinyl Chloride Monomer) gas detector dan
(control room), sehingga setiap ada perubahan keadaan terhadap kondisi plant
yang dikirim oleh sinyal dari detector, para operator bisa langsung
karena itu dirasa perlu untuk mengadakan system informasi secara massif
perlu adanya sebuah informasi yang menjelaskan tentang sifat setiap bahan
tersebut, mulai dari informasi tentang pengaruh kesehatan, titik nyala, dan titik
bahayanya pun harus tersaji secara lengkap dan jelas agar setiap orang yang
dari bahan kimia tersebut. Material Safety Data Sheet (MSDS) ini
27
didistribusikan kepada seluruh departemen mulai dari karyawan operator
sampai manajer, hal ini sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh
kerja.
keselamatan diri pada saat berada di lingkungan kerja atau pada saat bekerja.
intensitas yang cukup tinggi dengan kontinyuitas yang tinggi pula. Program-
atau tanda-tanda yang bersifat sebagai peringatan kepada semua orang yang
berada di lingkungan kerja ataupun pada saat bekerja. Maksud perusahaan ini
tempat yang sering dilewati oleh orang maupun kendaraan serta di tempat-
tempat yang merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya yang besar,
28
berada di lingkungan kerja, slogan-slogan keselamatan kerja yang mudah
diingat, serta sebuah Platinum Rule yang merupakan sebuah kewajiban yang
yaitu pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pada pasal 14 huruf B tentang kewajiban untuk memasang dalam tempat kerja
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah terlihat dan
terdapat jenis pekerjaan yang berada di sekitar laut ketika terdapat unloading
potensi bahaya yang tinggi, oleh karena itu PT ASC melakukan pengawasan
yang cukup ketat, yaitu dengan melakukan prosedur ijin kerja kepada seluruh
tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan dengan tingkat bahaya yang
29
tinggi tersebut. Setiap pekerja yang akan memulai proses pekerjaannya
ijin kerja dari perusahaan, yang dalam hal ini ditangani oleh departemen S&H.
perusahaan mempunyai data yang sangat lengkap tentang siapa dan dimana
tersebut. Penanda visual bagi tenaga kerja yang telah mendapatkan ijin kerja
ini, dia mengenakan tanda pengenal (ID Card) pada saat melakukan
D. Faktor Bahaya
1. Kebisingan
Sesuai dengan SK Menaker No. Kep 51/ MEN/ 1999 tentang nilai ambang
batas faktor fisika di tempat kerja, pada pasal 3 disebutkan bahwa nilai ambang
batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB, untuk waktu pemaparan 8 jam/ hari
PT Asahimas Chemical sebagian besar masih berada di bawah atau sama dengan
nilai ambang batas yang telah ditetapkan, akan tetapi pada beberapa area misal
pada area PVC 3 plant, intensitas kebisingan lebih dari 85 dB, terutama pada area
drying, pihak perusahaan pun telah mewajibkan semua pekerja yang memasuki
30
area tersebut untuk menggunakan alat pelindung telinga, baik earmuff maupun
earplug, akan tetapi pengawasan dari pihak perusahaan masih dinilai kurang,
karena para pekerja masih ada yang belum menggunakan alat pelindung telinga
tersebut.
2. Penerangan
ruang S&H Department adalah sebesar 365 Lux. Dan pada pekerjaan yang
kerja, yaitu bahwa pekerjaan kantor yang berganti-ganti antara menulis dan
3. Suhu
Chemical bahwa keadaan suhu yang ada di dalam ruang kerja berpengaruh
terhadap tenaga kerja, karena suhu yang ada di ruangan tersebut dapat diatur
berkisar pada nilai ambang batas yang diperkenankan, yaitu anatar 37 ˚C. Hal ini
bisa dibuktikan dengan tidak adanya keluhan dari tenaga kerja tentang efek yang
31
mereka rasakan karena adanya pengaruh suhu ruang kerja mereka. Berdasar data
yang kami dapatkan melalui tanya jawab dengan salah satu staf S&H Department,
data dari hasil Medical Check Up kondisi fisik tenaga kerja, tidak ditemukan
keluhan-keluhan fisik sebagai akibat dari paparan suhu panas yang mengenai para
tenaga kerja yang berada di area dengan suhu sekitar 50˚C, ini disebakan karena
adanya pengaturan jam kerja pada area tersebut, sehingga para tenaga kerja yang
berada di ruangan tersebut tidak terpapar suhu yang cukup tinggi dengan waktu
paparan yang lama, ini jelas mengurangi efek paparan suhu tinggi pada tenaga
kerja.
4. Kadar Debu
Asahimas Chemical, kami kira masih berada pada batas yang masih
diperkenankan untuk tempat kerja yang setiap hari diakses oleh tenaga kerja.
Selain kadar yang tidak terlalu besar, pihak perusahaan juga mengharuskan para
memasuki area plant. Hal ini jelas dapat menanggulangi terpaparnya tenaga kerja
terhadap factor kimia berupa debu, sehingga gangguan organ pernapasan dapat
dicegah.
E. Pelayanan Kesehatan
1. Klinik
dapat optimal baik kesehatan fisik, mental maupun sosial diadakan usaha-usaha
32
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans Nomer Per 03/ MEN/ 1982 pada
pasal 3 ayat 1 yang menerangkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
Permenakertrans No. 03/ MEN/ 1982 pada pasal 1 adalah sebagai berikut :
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Klinik ini dipimpin oleh seorang dokter
dengan dibantu oleh tenaga kerja paramedis dilengkapi dengan peralatan periksa
serta obat-obatan, gedung dan 2 unit mobil ambulance. Pelayanan yang diberikan
33
Adapun pelayanan medis klinik perusahaan ditujukan kepada karyawan,
baik yang sedang bertugas maupun yang sedang tidak bertugas, termasuk mereka
pelayanan yang optimal, cepat, dan tepat mampu menanggulangi dan mencegah
Asahimas Chemical bekerja sama dengan pihak kontraktor dalam hal kebersihan
akibat kerja yang dipicu karena adanya lingkungan yang tidak sehat dapat
sehingga tercipta lingkungan kerja yang bersih, indah dan rapi serta nyaman untuk
ditempai. Selain itu, diadakan juga Hari Kebersihan setiap bulan sekali pada
setiap departemen. Dengan kondisi tempat kerja yang demikian diharapkan dapat
meningkatkan semangat kerja serta menciptakan etos kerja yang tinggi untuk
F. Gizi Kerja
Dalam melakukan aktivitasnya, maka tenaga kerja perlu asupan nutrisi dan
makanan yang memenuhi standar gizi sesuai dengan beban kerja yang diterima.
Sehingga diharapkan kesehatan dan daya tahan tubuh menjadi optimal terhadap
34
serangan penyakit. Untuk memenuhi gizi kerja karyawan tersebut maka PT
sehingga diharapkan tidak terkontaminasi dari bahan barbahaya dan beracun dari
proses produksi. Hal tersebut telah sesuai dengan SE Menaker No. 01 tahun 1979
tentang penyediaan ruang makan dan kantin bagi tenaga kerja, serta Permenkes RI
no. 715 tahun 1986 tentang persyaratan jasa boga di tempat kerja.
Susunan dari menu yang disediakan terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk
pokok, lauk sampingan, sayur pokok, sayur sampingan, sambal dan lalap, buah
serta krupuk. Menu makanan yang disajikan telah mengandung unsur-unsur gizi
yang cukup yang diperlukan oleh tubuh manusia, yang meliputi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Waktu makan bagi karyawan diberikan
pada saat jam istirahat yaitu setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam, sebab
setelah 4-5 jam kerja energi tubuh cenderung mengalami penurunan produktivitas
karena penurunan kadar glukosa yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga. Hal
tersebut juga telah sesuai dengan Permenkes RI No. 329 tahun 1976 tentang
Kondisi ruang makan dan peralatan dalam keadaan bersih dan teratur dengan
ventilasi udara yang cukup dan pendingin ruangan yang menjadikan suasana
terasa nyaman.
G. Ergonomi
35
1. Jam Kerja
Jam kerja normal dalam sehari yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 8
jam kerja. Penetapan ini disesuaikan dengan kemampuan kerja seseorang dalam
sehari yaitu rata-rata 8-10 jam per hari. Lebih dari durasi tersebut maka efektivitas
24 jam penuh, oleh karena itu untuk memenuhi peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah dan oleh perusahaan, maka diberlakukan pembagian shift kerja
untuk karyawan shift. Shift kerja dibagi menjadi 3 kloter. Untuk karyawan shift I
mempunyai jam kerja mulai jam 23.00-07.00, untuk shift II dengan jam kerja dari
07.00-15.00 dan untuk karyawan shift III dengan jam kerja antara 15.00-23.00.
Pemberlakuan pembagian shift ini dibagi dengan sistem 7 : 2, yaitu 2 hari shift I,
2 hari shift II, dan 3 hari shift III dan 2 hari mendapatkan hari libur. Pemberlakuan
karyawaan dengan waktu produksi yang tidak pernah berhenti ini. Dengan
workload yang dapat melebihi kapasitas kerja para karyawan sehingga dapat
tenaga kerja.
36
2. Sikap Kerja
untuk duduk sudah disediakan kursi yang dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh
mengangkat dan mengangkut barang atau material disediakan alat angkat dan
K3 maka perlu adanya organisasi P2K3. Organisasi itu sendiri merupakan suatu
diminta oleh pihak perusahaan atau pun tidak diminta kepada pengusaha,
Chemical dibentuk pada tanggal 21 Juli 1989 dan disahkan oleh Depnaker pada
37
tanggal 16 Agustus 1993. Fungsi dari organisasi ini menurut Permenaker No.
d. Cara dan sikap kerja yang benar dan aman dalam melakukan
pekerjaannnya.
diterapkan.
38
g. Mengembangkan pelayanan kesehatan kerja, mengembangkan
kesehatan kerja.
seperti rapat bulanan, inspeksi bulanan, pelatihan keselamatan kerja, analisa kerja,
safety audit, sistem pemberian hadiah, inspeksi peralatan, hari kebersihan, sistem
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Undang Undang
No. 03 tahun 1992). Kecelakaan yang terjadi harus dilaporkan kepada pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana yang tercantum dalam
39
diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
Menurut Permenaker RI No. Per 03/ MEN/ 1998 tentang tata cara
pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi baik
penyelidikan dengan cara segera dengan tujuan untuk mencegah masalah yang
ada dan mencari penanggulangannya agar kecelakaan yang sama tidak terulang
kembali.
atasan masing-masing untuk dibuat laporan resmi yang diketahui oleh pihak
dibahas dan didiskusikan dalam rapat bulanan yang diselenggarakan oleh P2K3
dan dihadiri oleh Factory Manager, semua manajer divisi, semua manajer
departemen, kepala seksi., ketua SPSI, staff yang terkait dan PT Sankyu ASC
40
3. Analisa Kecelakaan Kerja
untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan pelatihan yang rutin untuk
dan kejadian lain yang darurat. Untuk mendukung hal tersebut, maka PT
tindakan darurat. Selain itu untuk meningkatkan kerjasama dengan tim tanggap
darurat perusahaan lain, maka PT ASC juga telah menjalin kerjasama dengan
CERT (Ciwandan Emergency Respon Team) sehingga diharapkan bila suatau saat
tim tanggap darurat perusahaan memerlukan bantuan dari luar maka dengan cepat
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah :
a. Faktor bahaya utama adalah bahan kimia yang bersifat beracun dan berbahaya
atau yang biasa disebut dengan bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) serta
limbah dari hasil proses yang digunakan. Untuk mengetahui bahaya, sifat dan
Chemical adalah kebakaran dan peledakan. Oleh karena itu maka diperlukan
c. Penanganan terhadap faktor bahaya lain seperti kebisingan, bahaya mesin dan
berputar dan isolasi pada mesin genzet, penandaan bahaya paa bagian-bagian
area tertentu dengan sistem peringatan, insulasi peralatan yang terlalu panas
ataudingin, pemberian handrill dan guardrill pada tangga dan temapt yang
42
berada pada ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri,
kerja yang baik. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 187/ MEN/
kerja, pada pasal 2 dan pasal 3 yang menyatakan bahwa pengusaha atau
2. Kesehatan Kerja
dan kenyamanan tempat kerja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Permenakertrans RI No. Per. 03/ MEN/ 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga
kerja, dalam peraturan ini pelayanan klinik dengan adanya dokter belum
jumlah karyawan lebih dari 500 orang maka klinik harus dipimpin oleh seorang
43
dokter yang berjaga setiap hari di klinik tersebut, namun di PT ASC dokter hanya
a. Penyediaan alat pelindung diri di tempat kerja sesuai dengan faktor bahaya
yang ada. Sesuai dengan Permenakertrans No. 01/ MEN/ 1981 tentang
Kepmenaker No. Per 187/ MEN/ 1999 tentang pengendalian bahan kimia
K3, training K3, serta slogan-slogan K3 yang terpasang di setiap sudut area
yang sering dilewati oleh banyak karyawan, serta adanya Buletin K3. Untuk
4. P2K3
dan telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. Per 04/ MEN/ 1978 dengan melaksanakan kegiatan rapat
44
kecelakaan kerja, safety audit, sistem pemberian hadiah, hari kebersiahan,
Depnaker Pusat Jakarta). Sesuai dengan Permenaker RI No. Per 03/ MEN/
B. Saran
keselamatn dan kesehatan kerja, dan juga sebagai alat komunikasi dan
penyaluran ide atau gagasan dari seluruh karyawan kepada pihak pengurus
perusahaan.
45
2. Untuk memaksimalkan peran klinik dalam melayani karyawan di perusahaan,
46
DAFTAR PUSTAKA
Bird, E.Frank and Germain, 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia:
Division of International Loss Control Institute.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1980. Undang Undang No. 01 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI
47
48