Anda di halaman 1dari 7

JENIS EFEK DALAM UUPM

Pasal 1 angka 5 UUPM (Undang-undang Pasar Modal)


menjelaskan bahwa Efek adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Apabila kita urutkan satu persatu maka jenis efek yang
dimaksud oleh Pasal 1 angka 5 UUPM adalah:
1. Surat pengakuan utang;
2. Surat berharga komersial;
3. Saham;
4. Obligasi;
5. Tanda bukti utang;
6. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;
7. Kontrak Berjangka Atas Efek; dan
8. Setiap derivatif dari Efek.

Ad. 1 Surat Pengakuan Utang


Apa yang dimaksud dengan “Surat Pengakuan Utang” tidak
dijelaskan secara tegas oleh UUPM. Hanya saja selain
terdapat pada Pasal 1 angka 5 UUPM istilah “Surat
Pengakuan Utang” juga terdapat pada Memori Penjelasan
Pasal 50 ayat 1 UUPM: “Oleh karena Efek bersifat utang
adalah merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya
sepihak dan para pemegangnya tersebar luas, maka untuk
mengurus dan mewakili mereka selalu kreditur, perlu
dibentuk lembaga perwaliamanatan...” dimana isi Pasal 50
ayat 1 mengatur tentang pihak yang dapat menjalankan
kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Sebagaimana kita
ketahui Wali Amanat adalah Pihak yang mewakili
kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang (obligasi).
Dari Memori Penjelasan Pasal 50 ayat 1 UUPM setidaknya
dapat kita simpulkan bahwa “Surat Pengakuan Utang”:
1. Merupakan Efek bersifat utang;
2. Sifatnya sepihak;
3. Pemegangnya tersebar luas.

Ad. 2 Surat Berharga Komersial


Pasal 25 ayat 1 UUPM menerangkan bahwa “Surat Berharga
Komersial” salah satu jenis kekayaan Reksa Dana yang
berbentuk efek, “Kekayaan Reksa Dana terdiri dari uang kas
dan Efek, antara lain sertifikat deposito, surat berharga
komersial, saham, obligasi, dan tanda bukti
utang.” Keterangan lebih lanjut tentang apa yang dimaksud
dengan “Surat Berharga Komersial” di dalam Pasal-Pasal
UUPM kita sama sekali tidak menemukannya.
Sementara OJK sebagai otoritas yang menaungi Pasar Modal
pada situs www.ojk.go.id menyebutkan bahwa “Surat
Berharga Komersial” adalah surat utang jangka pendek, surat
utang tanpa jaminan di pasar uang, yang diterbitkan oleh
perusahaan terkenal ataupun lembaga keuangan, dengan
jangka waktu antara dua sampai 270 hari; surat berharga yang
paling banyak dalam jangka waktu 30 hari; penerbit surat
berharga ini harus diperingkat oleh lembaga pemeringkat
yang diakui; lembaga pemeringkat surat berharga jangka
pendek di Indonesia pada saat ini adalah PT Pefindo
(commercial paper).”
Ad. 3 Saham
Saham adalah instrumen pasar modal yang paling umum
diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan
modal dari seseorang atau pihak tertentu didalam suatu
perseroan. Sehingga untuk pembahasan atas masalah saham
pengaturan utamanya akan harus merujuk kepada UUPT. Di
dalam UUPT pembuat undang-undang sama sekali tidak
membuat rumusan mengenai apa itu saham. Tetapi dengan
melihat sifatnya maka saham dapat dirumuskan sebagai
penyertaan. Dengan memiliki saham, berarti seseorang atau
badan usaha ikut memiliki sebuah perseroan.
Salah satu sifat utama dari saham adalah sekali
dimasukkan/disetorkan oleh pemegang saham maka tidak
dapat dilakukan penarikan kembali. Satu-satunya cara untuk
mendapatkan pengembalian atas modal yang telah disetor
adalah dengan pemindaan hak atas saham-saham tersebut
kepada pihak lain (penjualan), dan demikian mendapatkan
pengembalian dari setoran yang telah dilakukan tersebut, atau
dengan melakukan likuidasi sehingga pemegang saham akan
menerima hasil dari likuidasi. Untuk itulah diadakan bursa
sebagai sarana untuk memberikan kemudahan bagi pengalihan
hak tersebut.

Ad. 4 Obligasi
Obligasi atau bond tidak lain adalah surat yang menyatakan
bahwa satu pihak berhutang kepada pihak lainnya. Perbedaan
antara obligasi dan hutang piutang biasa adalah bahwa hutang
piutang biasanya antara satu orang perorangan, atau lembaga
dengan orang perorangan secara individu ataupun antara
pemberi pinjaman berhadapan dengan satu peminjam. Dengan
demikian dalam pinjam meminjam maka individu (lembaga
atau perorangan) berhadapan dengan pemberi pinjaman.
Sedangkan obligasi lebih bersifat antara satu peminjam
dengan sekelompok pemberi pinjaman yang jumlahnya bisa
ratusan, ribuan atau puluhan ribu. Oleh karena sifatnya yang
demikian maka unsur penawaran umum (public
offering) menjadi ciri yang utama dari pemasaran suatu
obligasi. Kreditur dalam obligasi dapat berjumlah sangat
banyak dan tersebar luas. Tetapi ini bukan berarti bahwa
penawaran obligasi harus selalu dilakukan dengan penawaran
umum, karena dapat saja penawaran suatu obligasi dilakukan
melalui private placement, seperti halnya juga penawaran atas
saham.

Ad. 5 Tanda Bukti Utang


Pasal 25 ayat 1 UUPM menerangkan bahwa “Tanda Bukti
Utang” salah satu jenis kekayaan Reksa Dana yang berbentuk
efek, “Kekayaan Reksa Dana terdiri dari uang kas dan Efek,
antara lain sertifikat deposito, surat berharga komersial,
saham, obligasi, dan tanda bukti utang.” Keterangan lebih
lanjut tentang apa yang dimaksud dengan “Tanda Bukti
Utang” di dalam Pasal-Pasal UUPM kita sama sekali tidak
menemukannya.

Ad. 6 Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;


Apa yang dimaksud dengan “Unit Penyertaan” dijelaskan
oleh Pasal 1 angka 29 UUPM yang menyebutkan
bahwa “Unit Penyertaaan adalah satuan ukuran yang
menunjukkan bagian kepentingan setiap Pihak dalam
portofolio investasi kolektif”.
Unit penyertaan adalah salah satu bentuk efek yang paling
kurang dikenal tetapi sudah cukup lama di pasar modal.
Selama ini efek berupa unit penyertaan hanya diasosiasikan
ketika reksa dana mengeluarkan produk yang dijual kepada
investor. Padahal dalam kenyataannya, unit penyertaan
merupakan efek yang dapat dikaitkan dalam berbagai bentuk
penawaran investasi. Memori Penjelasan Pasal 18 ayat 1 huruf
b UUPM pada paragraf kedua bahwa “Reksa Dana berbentuk
kontrak investasi kolektif menghimpun dana dengan
menerbitkan Unit Penyertaan kepada masyarakat pemodal
dan selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada berbagai
jenis Efek yang diperdagangkan di Pasar Modal dan di pasar
uang.”
Sedangkan yang dimaksud dengan “Kontrak Investasi
Kolektif” dijelaskan oleh Memori Penjelasan Pasal 18 ayat 1
b UUPM pada paragraf pertama bahwa “Kontrak investasi
kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank
Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan di mana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.”
Dari penjelasan yang diberikan oleh Pasal 1 angka 29 UUPM
dan Memori Penjelasan Pasal 18 ayat 1 b UUPM diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Unit Penyertaan Kontrak Investasi
Kolektif:
- Adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan
setiap Pihak yang mengambilnya/memilikinya dalam
portofolio investasi kolektif ;
- Adalah salah satu sarana menghimpun dana dari masyarakat
pemodal/investor;
- Menginvestasikan dana yang dihimpun pada berbagai jenis
efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang;
- Kontrak dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian;
- Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio
investasi kolektif;
- Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif;

Ad. 7 Kontrak Berjangka Atas Efek


Dalam UUPM kontrak berjangka atas efek hanya disebut satu
kali yaitu pada Pasal 1 angka 5. Untuk mendapatkan
pemahaman dasar tentang apa itu kontrak berjangka atas efek
kita perlu untuk melihat Undang Undang Nomor 10 Tahun
2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi pada
Pasal 1 angka 5 yang mendefinisikan kontrak berjangka
sebagai “suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau
menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian
sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang
diperdagangkan di Bursa Berjangka.” Selanjutnya yang
dimaksud dengan komoditi (sebagai underlying asset) oleh
UU Perdagangan Berjangka Komoditi adalah semua barang,
jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari
Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya.
OJK (dh: Bapepam) telah mengatur kontrak berjangka atas
efek pada Peraturan Nomor III.E.1 Tentang Kontrak
Berjangka Dan Opsi Atas Efek Atau Indeks Efek. Pada angka
1 huruf b Peraturan OJK tersebut disebutkan bahwa
“Kontrak Berjangka adalah suatu perjanjian yang
mewajibkan para Pihak untuk membeli atau menjual
sejumlah Underlying pada harga dan dalam waktu tertentu
di masa yang akan datang.” Jika kontrak berjangka pada
pasar komoditi yang dimaksud oleh UU Perdagangan
Berjangka Komoditi underlying asset nya adalah ‘komoditi’,
maka kontrak berjangka atas efek pada pasar
modal underlying assetnya adalah Efek, indeks Efek,
sekumpulan Efek atau indeks sekumpulan Efek yang menjadi
dasar transaksi Kontrak.
Ad. 8 Setiap Derivatif dari Efek
Memori Penjelasan Pasal 1 angka 5 UUPM menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “derivatif dari Efek” adalah
turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang
bersifat ekuitas. Selanjutnya Memori Penjelasan Pasal 1 angka
5 UUPM memberikan 2 (dua) contoh derivatif dari efek
yaitu opsi dan waran.  Opsi adalah hak yang dimiliki oleh
Pihak untuk membeli atau menjual kepada Pihak lain atas
sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu tertentu. Dan
yang dimaksud dengan waran adalah Efek yang diterbitkan
oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang
Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak Efek
dimaksud diterbitkan.
Contoh yang diberikan oleh Memori Penjelasan Pasal 1 angka
5 UUPM tersebut diatas bukanlah sebuah contoh/daftar yang
lengkap dalam artian masih terdapat derivatif efek lain yang
tidak disebutkan, seperti: HMETD dan Sertifikat Penitipan
Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt)

Anda mungkin juga menyukai