Pemateri : K.H. Dr. Isroqunnajah, M. A. Channel TV : Metro TV Hari/Tanggal : Jum’at/8 Mei 2020
Sejarah ukhuwah islamiyah berawal ketika Muhammad SAW melakukan hijrah ke
Madinah. Yang dilakukan Nabi adalah 1. Pembangunan masjid. Tetapi sesungguhnya yang dibangun bukan fisiknya tetapi fungsinya bagaimana masjid menjadi tempat beribadah, tempat belajar-mengajar, tempat berdiskusi, sampai pada pemberdayaan ekonomi umat. Dan juga menjadi suaka bagi mereka yang datang dari Makkah ke Madinah. 2. Al-Ikha' atau al-muakha' yaitu program mempersaudarakan satu sama lain, yaitu komunitas Muhajirin yang datang dari Makkah ke Madinah ini bisa di asah asuh oleh komunitas Anshor yang kuat dari sisi ekonomi sehingga mereka punya kemandirian secara ekonomi. 3. Nabi melakukan pembentukan atau pembangunan konstitusi. Keberhasilan program pertama adalah : Tauhid Al-Illah: dalam waktu yang singkat menyakini satu tuhan. Tauhid Al-Ukhuwah: mempersatukan siapa pun, dimana pun, dengan perbedaan apa pun dipersatukan atas nama agama. Tauhid Al-Hukumah: wilayah nabi dan satu suku satu dengan yang lainnya tidak bisa disatukan. Tetapi dalam waktu yang relatif singkat, kurang lebih 23 tahun masyarakat Arab, semenanjung Afrika dan kawasan negara-negara Balkan, dan Asia tengah semua menyerahkan kepemimpinannya kepada Nabi Muhammad SAW. Q.S. Ali Imran: 103, Allah menyeru kepada kita semua senantiasa memperhatikan ajaran Allah dan sesungguhnya bagaimana kita bisa membangun kembali ukhuwah, yaitu kita harus membangun kesadaran bahwa ada misi tertentu yang dikehendaki atas nama persaudaraan sesama muslim. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa tidak hanya salam yang diperintahkan, senyum saja itu bagian dari kita memberikan kontribusi kepada orang lain. Nabi Muhammad dalam hadis H.R. Bukhori dan Muslim: "Bahwa persaudaraan sesama muslim itu laksana tubuh seseorang yang jika ada keluhan di salah satu anggota badan, maka seluruh tubuh ikut meradang, tidak bisa tidur, dan demam merasakan dampaknya." Nabi Muhammad dalam hadis H.R. Bukhori dan Muslim: "Bahwa secara sosiologis empati kepada sesama muslim haruslah terukur sebagaimana empati dan cintanya terhadap diri sendiri." Nabi mengilustrasikan bahwa sesama muslim seperti bangunan yang sama, kuat, dan kokoh yang berbeda tetapi memiliki peran-peran yang luar biasa.