Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ORTHODONTIK

DISUSUN OLEH :

FENY ARISKA CHOIRUNNISAK

NIM. 10612033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2017
Peranti Orthondonti Lepasan

Peranti Orthondonti lepasan adalah peranti orthodonti yang dapat dipasang

dan dilepas sendiri oleh pasien.

1 Macam – macam Alat Peranti Lepasan

A. Base Plate

Plat Dasar/Baseplate merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik

lepasan, umumnya berupa plat akrilik, berfungsi untuk ( Rahardjo, 2009) :

1. Mendukung komponen-komponen yang lain, seperti tempat penanaman

basis spring, klammer, busur labial dan lain-lain.

2. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.

3. Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan

Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut

sehingga bisa enak dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap

kuat jika dipakai didalam mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model

(2mm) (Rahardjo, 2009).

B. Komponen Aktif

1. Pegas

Macam – macam pegas, terdiri dari :

 Pegas Kantilever Ganda ( Pegas Z )

Digunakan untuk mendorong gigi kearah depan atau labial, lengan pegas harus

selebar mesiodistalinsisivi yang digerakkan agar pegas tidak kaku (Rahardjo,

2009).
 Pegas Kantilever Tunggal (Pegas Jari)

Digunakan untuk menggerakkan gigi kearah mesiodistal atau searah dengan

lengkung gigi (Rahardjo, 2009).

 Pegas T

Digunakan untuk menggerakan premolar ke bukal. Klamer yang digunakan

berdiameter 0,5 mm. Aktivasi sedikit saja dengan membuka lup (Rahardjo,

2009).

 Pegas Coffin

Klamer berdiameter 1,25 mm. Ekspansi geligi kearah transversal misalkan

pada kasus gigitan silang posterior unilateral dengan displacement mandibula.

Aktivasi secara sederhana, aktivasi dengan tangan (Rahardjo, 2009).

 Pegas bukal Tanpa Penyangga

Digunakan pada kaninus yang terletak dibukal yang perlu digeser ke distal dan

palatinal. Dibuat dengan klamer 0,7 mm. Pasien kurang nyaman dan aktivasi

kadang–kadang sulit. Cetakan sulkus bukal dan batas mukosa harus jelas.

Aktivasi pegas cukup 1 mm (Rahardjo, 2009).

 Retraktor Bukal Berpenyangga

Pegas ini didesain hampir sama pegas bukal tapi terbuat klamer 0,5 yang diberi

tabung penyangga berdiameter 0,5 mm. Lebih lentur dengan pegas bukal

sehingga alat lebih stabil. Pegas ini cukup di aktivasi 2 mm dan jangan

membengkokan pegas pada bagian yang baru muncul dari tabung penyangga

karena akan patah (Rahardjo, 2009).


 Busur Labial

Busur labial digunakan untuk menarik insisive ke lingual. Terbuat dari klamer

berdiameter 0,7 mm. Untuk koreksi menarik anterior sedikit. Aktivasi dngan

cara merapatkan lup busur. Aktivasi sedikit karena klamer besar (Rahardjo,

2009).

 Busur labial dengan lup u

Klamer yang digunakan berdiameter 0,7 mm. Kelenturan tergantung lup u.

Bisa untuk sedikit rotasi dengan membuat bayonet pada titik tertentu.

Mengurangi jarak gigit sedikit atau untuk meratakan insisivus. (Rahardjo,

2009).

 Sekrup ekspansi / expansion screw

Bisa menggerakan beberapa gigi. Relatif agak mahal. Plat akrilik agak tebal.

Aktivasi setiap minggu oleh pasien sendiri. Fungsi untuk melebarkan lengkung

gigi. (Rahardjo, 2009).

C. Komponen Retentif

Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen

retentif dari alat ortodontik lepasan. Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya

berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk (Rahardjo, 2009):

a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.

b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.

c. Membantu menghasilkan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk

menggerakkan gigi.
Klamer dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup

terhadap kekuatan yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan

gaya vertikal yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu

stabilitas alat. Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai

komponen retentif pada alat ortodontik lepasan adalah :

1. Klamer C (Simple/Bukal Clasp)

Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa

juga pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus,

tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa, retensinya cukup,

tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru

erupsi. Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm,

sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.

2. Klamer Adams (Adams Clasp)

Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum

digunakan. Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi

premolar. Diameter kawat yang digunakan 0,7 mm untuk gigi molar dan

premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.

• Keuntungan pemakaian klamer Adams :

a. Mempunyai retensi yang sangat tinggi.

b. Pembuatan tidak memerlukan tang khusus.

c. Kawat yang dibutuh tidak terlalu banyak.

d. Dapat dikenakan pada gigi permanen, gigi desidui dan gigi yang belum

tumbuh sempurna.
• Kerugian-kerugiannya :

a. Pembuatannya lebih sukar dari pada pembuatan klamer C.

b. Jika pembuatnya kurang cermat (sering mengulang-ulang pembengkokan

kawat) klamer akan mudah putus.

c. Jika loop terlalu panjang, cross bar akan mudah melukai pipi atau bisa

tergigit jika gigi beroklusi.

d. Jika loop terlalu pendek cross bar akan menempel pada permukaan bukal

gigi, sisa makanan akan mudah tertahan.

3. Klamer Kepala Panah (Arrow Head Clasp)

Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak

panah, masuk daerah interdental membentuk sudut 90° terhadap posisi lengannya.

Lengan tidak boleh menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di sebelah

bukalnya. Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya

dipakai sebagai bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai 0,7

mm.

Keuntungannya :

a. Daya retensi tinggi

b. Dapat dipakai pada gigi permanen atau gigi desidui

Kerugiannya :

a. Pembuatannya lebih sulit

b. Memerlukan tang khusus


4. Busur Labial Pendek

Dapat digunakan sebagai penambah retensi di regio anterior.Dapat dibuat

kurang lebih 1/3 insisivi lateral, kemudian dibuat lup kecil, kepanjangan kawat

masuk di distal insisivi lateral (Rahardjo, 2009).

ETIOLOGI MALOKLUSI

Salah satu etiologi maloklusi yaitu :

 Letak Salah Benih

Pada umumnya letak salah benih menyebabkan erupsi gigi yang bersangkutan

tidak pada lengkung yang benar. Secara klinis letak salah benih biasannya

ditandai dengan adanya rotasi atau versi. Rotasi merupakan perputaran sumbu gigi

pada arah vertical atau gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau

eksentris, sedangkan versi merupakan perputaran sumbu gigi dalam arah

horizontal atau mahkota gigi miring kearah tertentu tetapi akar gigi tidak.

Kelainan ini banyak dijumpai pada keadaan maloklusi, akibat yang ditimbulkan

adalah adanya gigi berdesakan pada lengkung rahang. Kelainan ini lebih sering

ditemukan pada gigi permanen karena pola pembentukan gigi permanen lebih

lama dibanding dengan gigi sulung sehingga seiring perjalanan waktu

pembentukan benih gigi dapat terjadi kemungkinan kelainan ini (Proffit, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Proffit WR, Fields HW. 2007. Contemporary Orthodontics, 4th ed. St Louis CV

Mosby.

Rahardjo Pambudi. 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya : Airlangga

University Press. P. 9-38.

Anda mungkin juga menyukai