Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODE

A. Jenis Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang dilakukan oleh bidan kepada
individu pasien/klien yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan
sistematis melalui suatu proses yang disebut manejemen kebidanan.
Salah satu klien dari BPM Sri Wahyuni yaitu Ny. K G 1P0A0 yang
berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya mengalami anemia ringan yang
terlihat dari hasil pemeriksaan Hb ibu yaitu 10gr% Dalam kasus ini, anemia dan
ketidaknyamanan yang dialami pada ibu hamil dapat menimbulkan dampak yang
sangat berbahaya bahkan dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya
seperti abortus, persalinan kurang bulan, ketuban pecah sebelum waktunya, partus
lama, gangguan his dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga
dapat terjadi retensio plasenta, serta subinvolusi uteri, perdarahan post partum,
infeksi nifas dan penyembuhan perineum lama. Dengan adanya masalah tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan terhadap Ny. K secara
berkelanjutan (Continuity of Care).
Continue of care sangat penting dilakukan kepada seluruh ibu yang akan
merencanakan kehamilan, karena setiap ibu memiliki resiko kelainan maternal dan
neonatal yang sama. Jika resiko-resiko komplikasi pada ibu yang tidak dapat
ditangani dengan baik, dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bahkan
dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Dengan melakukan asuhan
secara continue of care diharapkan mampu memantau perkembangan maternal dan
neonatal agar mengurangi factor resiko yang terjadi.

B. Lokasi dan Waktu Pemberian Asuhan


Lokasi pemberian asuhan terhadap Ny. K dilakukan di BPM Sri Wahyuni
yang berada di Way Harong Kecamatan Way Lima Pesawaran.
Waktu pemberian asuhan diberikan selama masa kehamilan dengan 2 kali
kunjungan yaitu kunjungan pertama pada tanggal 15 Maret 2018 dengan usia

64
65

kehamilan 36 minggu 5 hari , kunjungan kedua tanggal 6 April 2018 dengan usia
kehamilan 39 minggu.

C. Teknik Menentukan Sasaran Asuhan


Pada BPM bulan Maret, terdapat 10 ibu hamil trismester III yang rutin
melakukan kunjungan ANC. Dari ke-10 pasien tersebut, terdapat 5 pasien yang
mempunyai kadar Haemoglobin <11 gr% atau biasa disebut dengan anemia. Dari 5
orang yang anemia tersebut, terdapat 3 pasien dengan usia kehamilan sesuai yang
ditetapkan untuk penyusunan LTA. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian data dan
hasil anamnesa yang dilakukan penulis, sehingga penulis tertarik untuk mengambil
pasien Ny. K sebagai kasus untuk dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of
care dari ibu hamil trismester III dengan usia kehamilan 36 minggu 5 hari , ibu
bersalin, nifas hingga 6 minggu post partum, serta konseling pemakaian alat
kontrasepsi (KB) di BPM Dwi mayla SST Kemiling Bandar lampung.

D. Langkah Manejemen Kebidanan


Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Suatu proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang lagis untuk pengambilan suara keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan
pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis,
yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan ( Varney, 2007).
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang
lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah
tersebut adala sebagai berikut :
66

1. Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboretorium dan membandingkannya dengan hasil studi
Pada data ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi (Muslihatun, dkk, 2011).
2. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis
kebidanan tersebut adalah :
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Berikut ini daftar diagnosis kebidanan yang telah memenuhi standar
nomenklatur, antara lain: kehamilan normal, partus normal, syok, DJJ tidak
normal, abortus, solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, atonia uteri, post
partum normal, infeksi mamae, pembengkakan mamae, presentasi bokong,
presentasi dagu, Disproporsi Kepala Panggul (DKP), presentasi ganda,
67

eklamsi, kehamilan ektopik, hidramnion, presentasi muka, persalinan semu,


kematian janin, Haemorrhagic Antepartum (HAP), Haemorrhagic Postpartum
(HPP), inersia uteri, inversio uteri, bayi besar, mekonium, kehamilan mola,
kehamilan ganda, partus macet, posisi oksipito posterior, posisi oksipito
melintang, plasenta previa, Preeklamsia Berat (PEB), Preeklamsia Ringan
(PER), hipertensi kehamilan, Ketuban Pecah Dini (KPD), partus prematurus,
prolapsus tali pusat, partus fase laten lama, partus kala II lama, retensio
plasenta, sisa plasenta, ruptur uteri, bekas lluka operasi, presentasi bahu,
robekan serviks dan vagina, letak lintang dan lain-lain (Muslihatun, dkk, 2011).
3. Mengidentifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman (Muslihatun, dkk,
2011).
4. Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lainnya yang sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya asuhan primer periodik atau kunjungan antenatal saja,
tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan (Muslihatun, dkk, 2011).
5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi,
pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
68

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang


sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau data setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedomanantisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah psikologis
(Muslihatun, dkk, 2011).
6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan
bidan dalam manajemen asuhan gabi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut (Muslihatun,
dkk, 2011).
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan
suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektis serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Muslihatun, dkk, 2011).
69

Pendokumentasian SOAP
Sesuai dengan Kepmenkes No.938/Menkes/SK/VIII/2007, tercantum
Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan. Di dalamnya disebutkan tentang
kriteria pencatatan asuhan kebidanan, pencatatan dilakukan segera setelah
melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/kms/status
pasien/buku kia). Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan soap yaitu :
1. S (Subjektif)
Data subjektif merupakan data yang berhubungan / masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi
tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan
diagnosa yang akan dibuat
2. O (Objektif)
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostic lain.
Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Data ini
memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa.
Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil
laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang
akan ditegakkan.
3. A (Assasment)
Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan dari data
subjektif dan objektif karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
70

4. P (Planning)
adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up
dan rujukan.

E. Persetujuan Etik
Persetujuan etik dalam pemberian asuhan kebidanan berkelanjutan kepada Ny.K
dalam bentuk informed consent, terlampir.

Anda mungkin juga menyukai