Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Oleh :

Christiani Dayanastasia B Simanjuntak

(462017018)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

08 FEBRUARI 2021
A. Pengertian

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari keluarga flaviviridae, dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk (arthropod borne viruses/arbovirus) yaitu Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang mempunyai manifestasi klinis seperti demam,
nyeri otot/sendi disertai leukopenia, ruam, limfodenopati, dan trombositopenia
(Sandra, Sofro, Suhartono, Martini, Hadisaputro, 2019).

Pranata & Artini (2017) mengatakan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit demam akut (acute febrile illnes) akibat infeksi virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, seperti Aedes Aegypti atau Aedes albopictus (Agustini, Bangkele, Salman, &
Munir, 2018).

B. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Demam Berdarah Dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab Demam Dengue (DD),
Demam Berdarah Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS)
termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae (Candra, 2013).

C. Patofisiologi

Candra (2013) mejelaskan bahwa patofisiologi primer DBD adalah peningkatan


akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung
penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan limfa.
Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada
umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk,
dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat. Antibodi
terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5,
meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90
hari.

Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi (virus-antibodi kompleks)
yang selanjutnya akan mengaktifasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
akibat aktivitas C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding, akibat pembesaran plasma
terjadi pengurangan volume plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan
tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Renjatan yang
tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan asidosis
metabolik dan berakhir dengan kematian. Dengan terdapatnya kompleks virus-
antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi
dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat
terjadi trombositopenia dan perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami
metamorfosis akan melepaskan faktor trombosit 3 yang mengaktivasi sistem
koagulasi. Akibat aktivasi faktor Hageman (faktor XII) yang selanjutnya juga
mengaktifasi sistem koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskular
yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan berubah menjadi plasmin
yang berperan pada pembentukan anafilaktosin dan penghancuran fibrin menjadi
fibrin degradation product (FDP). Disamping aktivasi, faktor XII akan menggiatkan
juga sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya permeablitas dinding
pembuluh darah. Menurunnya faktor koagulan dan kerusakan hati akan menambah
beratnya perdarahan (Ngastiyah, 2014).
D. Pathway DHF/DBD
E. Tanda dan Gejala

Gejala DBD ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan
terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (circulatory
failure), purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena. Selain itu, terdapat kriteria laboratoris yaitu trombositopeni dan
hemokonsentrasi (hematokrit menigkat). Dilihat dari derajatnya DBD mempunyai 4
derajat spektrum klinis yaitu Derajat I apabila Demam dengan uji torniquet positif.
Derajat II yaitu apabila terdapat tanda derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
atau perdarahan lain. Derajat III apabila ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lemah, tekan nadi menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab
dan pasien menjadi gelisah. Derajat IV yaitu syok berat dengan nadi yang tidak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur. Derajat IV / stadium syok atau Dengue Syok
Syndrom (DSS) ini terjadi pada hari ke 3,4 dan 5 serangan panas pada infeksi virus
dengue. Pada masa ini merupakan masa kritis yang sering kali orang tua penderita
atau penderita sendiri kurang menyadarinya (Nisa, Notoatmojo, Rohmani, 2013).
Selain itu, Kurniawan, Juffrie, Rianto (2015) juga mengatakan bahwa gejala klinis
pada pasien DBD didahului oleh demam disertai gejala yang tidak spesifik seperti
anoreksia, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut dan nyeri kepala. Hal ini terjadi karena
sel fagosit mononuklear (monosit, makrofag, histiosit, dan sel Kupffer) merupakan
tempat terjadinya infeksi primer virus dengue. Selanjutnya virus dengue akan
bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi. Kemudian sel
tersebut akan menyebar ke usus, hati, limpa, dan sumsum tulang dan akan
menimbulkan berbagai gejala klinis.

F. Komplikasi

Komplikasi dari Demam Berdarah Dengue menurut Pranata & Artini (2017)
yaitu :

a. Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan


pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.
b. Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).
c. Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas
vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
d. Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga
sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat ke
dalam otak.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan darah lengkap
a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan
yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb:
10-16 gr/dL.
b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma. Nilai normal: 33- 38%.
c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml. Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal. Nilai normal:
9.000-12.000/mm3.
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa :
a) pH darah biasanya meningkat. Nilai normal: 7.35-7.45.
b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik
mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg)
dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga pleura
yang meyebabkan terjadinya effusi pleura (Wijayaningsih, 2013).
H. Pengkajian

Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif


& Hardi, 2015) adalah :

a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol yang membuat pasien datang ke Rumah
Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h) Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV
bisa terjadi melena.
i) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
j) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
k) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang
nyamuk Aedes Aegypti.
l) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
m) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
n) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi
dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul antara lain (Nurarif & Hardi, 2015) :

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.


b. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai dengan
trombositopeni.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas
kapiler, muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
prosedur-prosedur lingkungan.
J. Intervensi Keperawatan

Setyadevi & Rokhaidah (2020) menjelaskan bahwa intervensi keperawatan yang


bisa dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan dari penyakit DBD diantaranya
adalah melakukan manajemen cairan berupa mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat, memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), memonitor vital sign, kolaborasikan pemberian
cairan, mendorong pasien untuk menambah intake oral. Monitor suhu sesering
mungkin, memonitor Insisible Water Lose, memonitor warna dan suhu kulit,
melakukan kompres hangat, kolaborasi pemberian antiperitik, melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi, mengobservasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan,
memonitor ketat tanda-tanda perdarahan, memonitor nilai laboratorium (koagulasi).
Daftar Pustaka

Candra, A. 2013. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, Dan Faktor Risiko
Penularan, 2(2), 110–119.

Ita Indah Agustini. (2018). Karakteristik Pasien DBD Pada Ruang Rawat Inap Anak di
RSUD Undata palu. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 1(2), 36–44.

Kurniawan, M., Juffrie, M., & Rianto, B. U. D. R. (2015). Hubungan tanda dan gejala klinik
terhadap kejadian syok pada pasien demam berdarah dengue (DBD) di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Daerah Istimewa Yogyakarta. Mutiara Medika, 15(1), 1–6.

Nisa, W. D., Notoatmojo, H., & Rohmani, A. (2013). Karakteristik Demam Berdarah
Dengue pada Anak di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 1(2), 93–98.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sandra, T., Sofro, M. A., Suhartono, S., Martini, M., & Hadisaputro, S. (2019). Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak Usia 6-12
Tahun. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(1), 28–35.
https://doi.org/10.32583/pskm.9.1.2019.28-35

Setyadevi, S. N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Dengue Hemmorhagic


Fever ( Dhf ) : Sebuah Study Kasus. 4(2), 67–71.

Wayan, I., Pranata, A., & Artini, G. A. (2017). Gambaran pola penatalaksanaan demam
berdarah dengue (dbd) pada anak di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah
Kabupaten Buleleng tahun 2013. Medika, 6(5), 21–27.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai