Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
I. Latar Belakang :
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Riskesdas, 2013).
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia, dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina,
2010).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di kota Denpasar, karena IR nya
cukup tinggi (411/1000 penduduk). Penyakit gastroenteritis seperti diare berdarah dan
tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di puskesmas
maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Serangan penyakit yang bersifat akut
mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan.
Gejala yang paling berbahaya dari diare infeksi adalah dehidrasi yang merupakan
penyebab langsung banyak diare kematian, terutama pada bayi dan anak kecil (Faure,
2003).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2003), diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di
bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta
kasus diare pada anak di seluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika kurang
memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga, studi mortalitas dan riset kesehatan
dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam bentuk
KLB terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan
perilaku kebersihan dan sanitasi yang rendah sering menjadi factor risikonya terjadinya
KLB diare (Kemenkes RI, 2011)
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare yaitu infeksi yang disebabkan
bakteri, virus atau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan atau malabrobsi,
alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan,
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja,
2007)
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah
kematian dan promosi kesehatan tentang hygiene sanitasi dan makanan untuk mencegah
LB. Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi
air minum, dan peningkatan sanitasi lingkungan.
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Riskesdas, 2013).
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia, dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina,
2010).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di kota Denpasar, karena IR nya
cukup tinggi (411/1000 penduduk). Penyakit gastroenteritis seperti diare berdarah dan
tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di puskesmas
maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Serangan penyakit yang bersifat akut
mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan.
Gejala yang paling berbahaya dari diare infeksi adalah dehidrasi yang merupakan
penyebab langsung banyak diare kematian, terutama pada bayi dan anak kecil (Faure,
2003).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2003), diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di
bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta
kasus diare pada anak di seluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika kurang
memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga, studi mortalitas dan riset kesehatan
dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam bentuk
KLB terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan
perilaku kebersihan dan sanitasi yang rendah sering menjadi factor risikonya terjadinya
KLB diare (Kemenkes RI, 2011)
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare yaitu infeksi yang disebabkan
bakteri, virus atau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan atau malabrobsi,
alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan,
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja,
2007)
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah
kematian dan promosi kesehatan tentang hygiene sanitasi dan makanan untuk mencegah
LB. Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi
air minum, dan peningkatan sanitasi lingkungan.
II. Tujuan Penyuluhan :
a. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audience dapat memahami cara pencegahan
dan penanganan gastroenteritis (diare)
b. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x40 menit, diharapkan audience mampu:
1) Menjelaskan pengertian gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
2) Menyebutkan penyebab gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
3) Menyebutkan tanda dan gejala gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
4) Menyebutkan pencegahan gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
5) Menyebutkan penanganan gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
6) Melakukan re-demonstrasi pembuatan larutan oralit dengan benar dan tepat
III. Terlampir
IV. Metode Penyuluhan : Ceramah, tanya jawab, demontrasi, dan re-demontrasi
V. Bahan, Alat, dan Media
Bahan :
a. Oralit
b. Air matang
c. Sabun tangan
Alat :
a. Gelas 200 cc
b. Sendok
Media : Leaflet
VI. Sumber
Faure, C. 2013. Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for Acute
Diarrhoea in Children. Interntional Journal of Pediatrics, 2013.
Kemenkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat
X. Rencana Evaluasi :
1. Struktur
1) Surat undangan untuk keluarga audience disiapkan saat 4 hari sebelum
penyuluhan.
2) Satuan acara penyuluhan (SAP) disiapkan saat 5 hari sebelum penyuluhan.
3) Leaflet disiapkan saat 4 hari sebelum penyuluhan.
2. Proses
1) Audience hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 3 orang.
2) Audience antusias terhadap materi penyuluhan.
3) Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4) Audience dapat mengulang cara pembuatan larutan oralit sesuai anjuran dan
takaran yang disampaikan.
5) Audience tidak meninggalkan tempat selama berlangsungnya penyuluhan.
3. Hasil
Audience mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
penanganan gastroenteritis (diare), serta re-demonstrasi pembuatan larutan oralit dan
setelah diberikan penyuluhan keluarga audience dapat menjawab dengan benar 90%
dari pertanyaan yang diajukan.
Lampiran 1
Lampiran 2
Pembimbing Mahasiswa