Anda di halaman 1dari 13

PROMOSI KESEHATAN

SAP GASTROENTERITIS (DIARE)

Oleh:

Nama : PUTU MARLINA ANGGITA DEWI


NIM : P07120019031
KELAS : 2.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Gastroenteritis (diare)


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan penanganan gastroenteritis (diare)
a. Pengertian gastroenteritis (diare)
b. Penyebab gastroenteritis (diare)
c. Tanda dan gejala gastroenteritis (diare)
d. Pencegahan gastroenteritis (diare)
e. Penanganan gastroenteritis (diare)

I. Latar Belakang :
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Riskesdas, 2013).
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia, dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina,
2010).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di kota Denpasar, karena IR nya
cukup tinggi (411/1000 penduduk). Penyakit gastroenteritis seperti diare berdarah dan
tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di puskesmas
maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Serangan penyakit yang bersifat akut
mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan.
Gejala yang paling berbahaya dari diare infeksi adalah dehidrasi yang merupakan
penyebab langsung banyak diare kematian, terutama pada bayi dan anak kecil (Faure,
2003).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2003), diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di
bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta
kasus diare pada anak di seluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika kurang
memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga, studi mortalitas dan riset kesehatan
dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam bentuk
KLB terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan
perilaku kebersihan dan sanitasi yang rendah sering menjadi factor risikonya terjadinya
KLB diare (Kemenkes RI, 2011)
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare yaitu infeksi yang disebabkan
bakteri, virus atau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan atau malabrobsi,
alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan,
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja,
2007)
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah
kematian dan promosi kesehatan tentang hygiene sanitasi dan makanan untuk mencegah
LB. Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi
air minum, dan peningkatan sanitasi lingkungan.
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Riskesdas, 2013).
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia, dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina,
2010).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di kota Denpasar, karena IR nya
cukup tinggi (411/1000 penduduk). Penyakit gastroenteritis seperti diare berdarah dan
tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di puskesmas
maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Serangan penyakit yang bersifat akut
mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan.
Gejala yang paling berbahaya dari diare infeksi adalah dehidrasi yang merupakan
penyebab langsung banyak diare kematian, terutama pada bayi dan anak kecil (Faure,
2003).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2003), diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di
bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta
kasus diare pada anak di seluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika kurang
memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga, studi mortalitas dan riset kesehatan
dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam bentuk
KLB terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan
perilaku kebersihan dan sanitasi yang rendah sering menjadi factor risikonya terjadinya
KLB diare (Kemenkes RI, 2011)
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare yaitu infeksi yang disebabkan
bakteri, virus atau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan atau malabrobsi,
alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan,
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja,
2007)
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah
kematian dan promosi kesehatan tentang hygiene sanitasi dan makanan untuk mencegah
LB. Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi
air minum, dan peningkatan sanitasi lingkungan.
II. Tujuan Penyuluhan :
a. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audience dapat memahami cara pencegahan
dan penanganan gastroenteritis (diare)
b. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x40 menit, diharapkan audience mampu:
1) Menjelaskan pengertian gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
2) Menyebutkan penyebab gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
3) Menyebutkan tanda dan gejala gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
4) Menyebutkan pencegahan gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
5) Menyebutkan penanganan gastroenteritis (diare) dengan benar dan tepat
6) Melakukan re-demonstrasi pembuatan larutan oralit dengan benar dan tepat
III. Terlampir
IV. Metode Penyuluhan : Ceramah, tanya jawab, demontrasi, dan re-demontrasi
V. Bahan, Alat, dan Media
Bahan :
a. Oralit
b. Air matang
c. Sabun tangan
Alat :
a. Gelas 200 cc
b. Sendok
Media : Leaflet
VI. Sumber
Faure, C. 2013. Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for Acute
Diarrhoea in Children. Interntional Journal of Pediatrics, 2013.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

J, Firdaus. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular: untuk Mahasiswa


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: TIM.

J, Firdaus. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM.

Kemenkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat

Magdarina. 2010. Faktor Kejadian Diare Pada Balita.

Riskesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. www.depkes.go.id. Diakses pada


Selasa, 17 September 2019 pukul 22.40 WITA
Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta: Sagung Seto.

VII. Sasaran : Anggota Keluarga


VIII. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Hari / Tanggal : Jumat, 19 Februari 2021
Waktu : 40 menit (09.00-09.40 WITA)
Tempat : Rumah
IX. Setting Kegiataan

No. Langkah-langkah Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1. Pendahuluan 5’ 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Menjawab pertanyaan
3. Menjelaskan maksud dan
tujuan
4. Kontrak waktu
5. Apersepsi
2. Penyajian 20’ 1. Materi: 1. Mendengarkan
a. Pengertian gastroenteritis 2. Mencatat dengan seksama
(diare)
b. Penyebab gastroenteritis
(diare)
c. Tanda dan gejala
gastroenteritis (diare)
d. Pencegahan gastroenteritis
(diare)
e. Penanganan gastroenteritis
(diare)

2. Demonstrasi membuat larutan


oralit
3. Evaluasi 10’ 1. Tanya jawab setelah 1. Partisipasi aktif
penyampaian 3 materi
2. Re-demonstrasi membuat
larutan oralit
4. Penutup 5’ 1. Meminta/memberi kesan dan 1. Memberikan kesan dan pesan
pesan 2. Menjawab salam
2. Memberi salam

X. Rencana Evaluasi :
1. Struktur
1) Surat undangan untuk keluarga audience disiapkan saat 4 hari sebelum
penyuluhan.
2) Satuan acara penyuluhan (SAP) disiapkan saat 5 hari sebelum penyuluhan.
3) Leaflet disiapkan saat 4 hari sebelum penyuluhan.
2. Proses
1) Audience hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 3 orang.
2) Audience antusias terhadap materi penyuluhan.
3) Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4) Audience dapat mengulang cara pembuatan larutan oralit sesuai anjuran dan
takaran yang disampaikan.
5) Audience tidak meninggalkan tempat selama berlangsungnya penyuluhan.
3. Hasil
Audience mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
penanganan gastroenteritis (diare), serta re-demonstrasi pembuatan larutan oralit dan
setelah diberikan penyuluhan keluarga audience dapat menjawab dengan benar 90%
dari pertanyaan yang diajukan.
Lampiran 1

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GASTROENTERITIS (DIARE)

1. Pengertian Gastroenteritis (Diare)


Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. (WHO: Firdaus J, 2013).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif:
Firdaus J, 2013).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah
dan/atai lender dalam tinja (Suhariyono: Rudi Haryono, 2012).

2. Penyebab Gastroenteritis (Diare)


a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi:
a) Infeksi bakteri
Vibria, E. coli, salmonella, shigella, complyobacter, yersiria, aeromonas, dan
sebagainya
b) Infeksi virus
Enterovirus (virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis), Adenovirus, Rofavirus,
Astrovirus, Trichuris, Oxyuris, stongy loides, Potozoa (Entomoeba histolyfica,
giardia, lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah di luar alat penernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, pemberian
makanan perselang, gangguan metabolic, dan endokrin (diabetes, Addison,
tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri, shigellosis, keracunan
makanan).
b. Faktor makanan
Makanan basi, makanan beracun, alergi terhadap makanan
c. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
d. Kekebalan tubuh

3. Tanda Dan Gejala Gastroenteritis (Diare)


Menurut Mansjoer Arief: Firdaus J, 2013, tanda dan gejala gastroenteritis atau diare
adalah:
a. Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi/anak)
b. Suhu badan dapat meningkat atau tidak
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Feses cair dengan atau tanpa darah/lendir
e. Anus atau sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam
f. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
g. Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun-ubun besar
cekung, tonus, dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut, dan bibir kering

4. Pencegahan Gastroenteritis (Diare)


a. Melakukan 6 langkah mencuci tangan menurut WHO
1) Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir dan beri sabun
2) Gosok kedua telapak tangan
3) Gosok punggung tangan kiri-kanan, telapak tangan, dan sela-sela jari
4) Dua tangan mengunci
5) Ibu jari kiri gosok memutar
6) Ibu jari kanan gosok memutar
7) Ujung jari putarkan (jari kanan dan jari kiri)
8) Bilas dengan air bersih yang mengalir

b. Menerapkan 5 moment (plus) hand hygiene


1) Sebelum dan setelah makan
2) Setelah bersin atau batuk
3) Sesudah buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK)
4) Setelah memegang benda, seperti uang dan hewan
5) Setelah bermain di tanah, lumpur atau tempat kotor lainnya
6) Sebelum menyusui bayi
7) Sebelum kontak dengan pasien
8) Sebelum tindakan asepsis
9) Setelah terkena cairan tubuh pasien
10) Setelah kontak dengan pasien
11) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar luar pasien

5. Penanganan Gastroenteritis (Diare)


a. Dietic
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan, meliputi:
1) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih
2) ASI untuk pasien bayi
b. Obat-obatan
1) Obat anti diare: anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid), Oktreotid
(Sondostatin).
2) Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1 dan asam folat.
c. Rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara
cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti dengan cara
memberikan oralit cairan infus Ringer Laktat, Dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin,
dan lain-lain.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan per oral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K, dan glukosa untuk diare akut di atas
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat
dibuat sendiri (mengandung larutan gula dan garam). Langkah tersebut merupakan
pengobatan di rumah sebelum dibawa ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut. Adapun cara membuat oralit sebagai berikut:
1) Cuci tangan menggunakan sabun lalu bilas dengan air
2) Sediakan satu gelas air minum 200 cc
3) Masukkan satu bungkus oralit ke dalam air matang
4) Aduk oralit hingga larut dalam air

Lampiran 2

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit gastroenteritis (diare)?


Jawaban:
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. (WHO: Firdaus J, 2013)

2. Apa saja penyebab gastroenteritis?


Jawaban:
a. Faktor infeksi
b. Faktor makanan
c. Faktor psikologis
d. Kekebalan tubuh

3. Apa saja tanda dan gejala gastroenteritis?


Jawaban:
a. Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi/anak)
b. Suhu badan dapat meningkat atau tidak
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Feses cair dengan atau tanpa darah/lendir
e. Anus atau sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam
f. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
g. Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun-ubun besar
cekung, tonus, dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut, dan bibir kering

4. Bagaimanakah cara pencegahan gastroenteritis?


Jawaban:
a. Melakukan 6 langkah mencuci tangan menurut WHO
1) Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir dan beri sabun
2) Gosok kedua telapak tangan
3) Gosok punggung tangan kiri-kanan, telapak tangan, dan sela-sela jari
4) Dua tangan mengunci
5) Ibu jari kiri gosok memutar
6) Ibu jari kanan gosok memutar
7) Ujung jari putarkan (jari kanan dan jari kiri)
8) Bilas dengan air bersih yang mengalir

b. Menerapkan 5 moment (plus) hand hygiene


1) Sebelum dan setelah makan
2) Setelah bersin atau batuk
3) Sesudah buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK)
4) Setelah memegang benda, seperti uang dan hewan
5) Setelah bermain di tanah, lumpur atau tempat kotor lainnya
6) Sebelum menyusui bayi
7) Sebelum kontak dengan pasien
8) Sebelum tindakan asepsis
9) Setelah terkena cairan tubuh pasien
10) Setelah kontak dengan pasien
11) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar luar pasien

5. Bagaimanakah penanganan gastroenteritis (diare)?


Jawaban:
a. Dietic
b. Obat-obatan
c. Rehidrasi
LEMBAR PENGESAHAN
Bangli, 18 Maret 2021

Pembimbing Mahasiswa

(Drs. I Wayan Mustika, S. Kep.Ns.,M.Kes) (Putu Marlina Anggita Dewi)


NIP: 196508111988031002 NIM: P07120019031

Anda mungkin juga menyukai