Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

VP Shunt Atas Indikasi Hidrosefalus


di Kamar Operasi 9 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang

Danisa Septiani Aulia


NIM. 1501410021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
2016
A. Definisi

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan
antara produksi dan absorpsi dari CSS (Machmud, dkk: 2006).
Hidrosefalus adalah keadaan dimana cairan otak atau cerebrospinal fluid tidak dapat mengalir
sebagaimana mestinya dan tersumbat. Jika dalam keadaan demikian tanda-tanda yang didapatkan
adalah seperti sunset phenomen, ataupun crack pot sign (Kuntosari, 2015).
Ventricle Peritoneal Shunt (juga disebut VP shunt) adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan
kelebihan cairan dari seluruh otak untuk mengurangi tekanan. VP-Shunt adalah pemasangan saluran
yang mengaliri cairan dalam otak menuju rongga perut. VP-Shunt adalah tindakan memasang selang
kecil yang menghubungkan ventrikel ( ruang di dalam otak ) dan peritoneal ( ruang di dalam perut )
(www.kamuskesehatan.com).

B. Etiologi

Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi
dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut
higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi
pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi
intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus.
Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral.
Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor:
a).peninggian tekanan intraventrikuler
b).penambahan volume CSS
c).dilatasi rongga CSS.
Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi, hidrosefalus juga dapat timbul akibat
disgenesis serebri dan atrofi serebri.

C. Patofisiologi

Hidrosefalus terjadi karena konginetal, infeksi (meningitis, pneumonia, TBC), perdarahan di kepala,
dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)

adanya obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid

ventrikel serebral melebar

permukaan ventrikel mengkerut dan merobek garis ependymal.

While meter dibawahnya akan mengalami atrofi, dan tereduksi menjadi pita yang tipis.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya Pada orang yang lebih tua sutura cranial telah
melipat, dan melebar untuk mengakomodasi menutup
peningkatan massa kranial.
membatasi ekspansi massa otak
Syndroma dandy walker akan terjadi jika
terjadi obstruksi pada foramina diluar pada ICP dan CFS meningkat, robeknya ependyma
ventrikel IV.

Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior


menonjol memenuhi sebagian besar ruang
dibawah tentorium

pembesaran cerebrum secara simetris dan


wajah tampak kecil

penampakan dahi menonjol secara dominan


D. Anatomi

Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS
berada.

Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.

1. Ventrikel lateralis

Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis berhubungan
denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis (Monro).

2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)

Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesio
interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan
recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan
ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).

3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)

Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta
membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada
foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior terdapat
apertura mediana Magendie.

4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis

Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi
sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke dalam
ventrikel IV.
Ruang subarakhnoidal

Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.

E. Gejala Klinis

Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.

a. Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan
gambaran :
 Kepala membesar
 Sutura melebar
 Fontanella kepala prominen
 Mata kearah bawah (sunset phenomena)
 Nistagmus horizontal
 Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.
b. Gejala pada anak-anak dan dewasa:
 Sakit kepala
 Kesadaran menurun
 Gelisah
 Mual, muntah
 Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
 Gangguan perkembangan fisik dan mental
 Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.

Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri kepala
terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara bertahap akan menurun
dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang
perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.

F. Penatalaksanaan

1. Terapi
 Terapi medikamentosa

Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat,
terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah sarf tidak ada. Obat yang sering digunakan
adalah:

 Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai
maksimal 1.200 mg/hari
 Furosemid

Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila
tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.

 Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)

Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum
diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi
setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan
juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi
herniasi (impending herniation)

 Terapi Operasi

Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang
menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam
jangka waktu 10-30 menit.

 “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III

Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.

 Operasi pintas/”Shunting”

Ada 2 macam :

a. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi
lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
b. Internal

 CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

~Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)


~Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
~Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
~Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
~Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
~Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum

 “Lumbo Peritoneal Shunt”


CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka
atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

G. Teknik Instrumentasi VP-Shunt

A. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin ESU, lampu operasi, meja
mayo dan meja instrument
2. Memasang U- Pad on steril dan doek pada meja operasi.
3. Mkemasang blankat penghangat dibawah duk meja operasi, serta mengatur suhu 37º
4. Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
5. Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau.
6. Mengatur suhu ruangan.
7. Menyiapkan/menata instrumen untuk operasi
B. PERSIAPAN ALAT
1. Instrumen Dasar
a. Handlemess no.3 dan 7 :1/1
b. Gunting mayo (surgical scissor curve) :1
c. Gunting metzenboum (metzenboum scissor) :1
d. Pinset Anatomy (tissue forceps) :2
e. Pinset Chirurgi (disecting forceps) :2
f. Pinset bebek (adson dissecting forceps) :2
g. Desinfeksi klem (washing and dressing forceps) :1
h. Doek klem (towel klem) :4
i. Mosquito klem (hemostatic forceps mosquito) :6
j. Klem pean panjang :1
k. Elis klem :1
l. Klem sepatu :2
m. Nald foeder (needle holder) :2
2. Instrumen tambahan
a. Hak Kombinasi (Seen Miller) : 2 buah
b. Adson / Desektor : 1 buah
c. Sprider kecil : 1 buah
d. Raspatorium : 1 buah
e. Spanner : 1 buah
3. Alat Penunjang steril
a. Handpiece ESU bipolar :1
b. Selang Suction / EMP :1
c. Bengkok :2
d. Kom :1
e. cucing :1
f. 1 set bor cranium :1
4. Alat Penunjang Tidak Steril
a. Meja operasi :1
b. Mesin ESU :1
c. Mesin Suction :1
d. Troli baskom :2
e. Tempat sampah medis / non medis :1/1
f. Meja instrument :1
g. Meja mayo :1
h. Standart infus :1
5. Set linen steril
a. 1 paket linen
 Doek besar : 3 buah
 Doek super (sedang) : 4 buah
 Doek kecil : 4 buah
 Sarung meja 1 mayo : 1buah
b. Handuk kecil : 5 buah
c. Skort : 6 buah
6. Bahan Habis Pakai
a. Handscoon steril : 4 pasang
b. Povidone iodine dan alkohol 70 % :sesuai kebutuhan
c. Underped steril : 2 buah
d. Mess no 11, 15 & 10 : 1 / 1 /1
e. Benang vicril 4-0 :1
f. Monosin 4-0 :1
g. Zide 3-0 :1
h. Urobag/catheter no.6 : 1/1
i. Jelly :sesuai kebutuhan
j. Kassa steril : 30 buah
k. Deppers : 10 buah
l. Spuit 10 cc / 3 cc : 2/ 1buah
m. Adrenalin : 1 ampul
n. Lidocain : 1 ampul
o. Opsite : 1 buah
p. Hepavic :sesuai kebutuhan
q. Supratule : 1 buah
r. Spidol marker : 1 buah
s. VP Shunt set (Perionial drain, Ventricular drain, Chamber) : 1 set
C. PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian khusus masuk
kamar operasi.
2. Pasien memakai gelang identitas pasien dengan benar
3. Pasien harus puasa.
4. Pasien telah menandatangani persetujuan tindakan kedokteran yaitu operasi.
5. Lepas gigi palsu dan semua perhiasan bila ada.
6. Pasien diberikan anastesi general anastesi.
D. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Pasien datang ke ruang premedikasi, melakukan sign in yang meliputi:
a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, asal ruangan dan register.
b. Apakah pasien sudah dikonfirmasikan identitas, area operasi, tindakan operasi,
dan lembar persetujuan (sudah/belum)
c. Penandaan area operasi (sudah/belum/tidak perlu)
d. Persiapan mesin dan obat anesthesi (sudah/belum)
e. Fungsi pulse oksimeter (ya/tidak)
f. Riwayat alergi pasien (tidak/ya, ….)
g. Resiko aspirasi (tidak/ya, tapi telah tersedia peralatan untuk mengatasinya)
h. Antisipasi kehilangan darah > 500cc atau 7 cc/kgBB (untuk anak), (ya tapi telah
direncanakan 2 iv line atau akses vena sentral).
2. Menulis identitas pasien di buku register dan membuat askep, lembar depo, SSC dan
catatan operasi.
3. Tim anesthesi melakukan induksi dengan general anastesi.
4. Perawat sirkuler atau operator memasang catheter no. 6.
5. Perawat sirkuler dan anesthesi memposisikan pasien dengan posisi supinasi leher
diganjal dengan ganjalan (doek besar dilipat ataupun yang lainnya) dan kepala
dimiringkan kekanan.
6. Mengatur posisi supine, onloop kemudian mencuci lapang operasi dengan
chlorhexidine dan keringkan.
7. Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi dan sarung tangan
steril.
8. Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril kepada tim
operator dan asisten operator.
9. Perawat instrumen berikan pada operator desinfeksi klem dan cucing yang berisi
deppers betadhine dan kemudian deppers alkohol untuk disinfeksi area operasi
kemudian keringkan dengan deppers kering.
10. Melakukan drapping pada area operasi dan kemudian tutup dengan opset.
a. Berikan U-Pad steril dan 2 doek kecil di bawah kepala. Bungkus kepala
dengan doek kecil dan fiksasi dengan doek klem
b. Pasang doek sedang dibawah, lalu doek kecil kanan kiri dari perut
c. Pasang duk besar (1) dipasang melingkari kepala
d. Pasang doek besar (1) untuk menutupi bawah perut sampai kaki tidak
kelihatan
e. Pasang opsite pada area yang akan diincisi
11. Dekatkan selang suction, bor cranium dan ESU kemudian cek fungsi, ikat dengan
kasa dan fiksasi pada drapping dengan duk klem Dekatkan meja mayo dan meja
instrument ke dekat meja operasi. (NB : Cara membuat larutan adrenaln 1/200.000 →
adrenalin 1 amp/1 cc + NS 9cc, lalu ambil 1cc + 2 ampul lidocain/4cc + 5cc NS = 10
cc, ambil 5cc larutan tsb + 5cc NS = 10cc, ganti jarum spuit 10cc dengan jarum spuit
3cc).
12. Perawat sirkuler melakukan time out (sebelum insisi)
Time out meliputi : Konfirmasi nama pasien, umur, ruangan atau bangsal, diagnosa,
jenis tindakan, tim operasi, antibiotik proflaksis, lama operasi dan antisipasi kejadian
kritis perdarahan, dan resiko anestesi,serta kesiapan instrumen dan perhatian khusus
pada instrumen, serta persiapan radiologi ( C-Arm) . hitung jumlah instrument dan
kasa yang digunakan ( jumlah instrument 33 turun 1 dan jumlah kasa 30, deppers 10)
13. Pembacaan doa sebelum operasi dipimpin oleh operator.
14. Operator melakukan marking atau menandai area operasi berikan pinset chirurgi.
15. Berikan larutan lidocain pada operator untuk infiltrasi area kepala yang akan diincisi.
16. Operator melakukan insisi area operasi berikan mess 1 (handle mess no.3 dengan
paragon mess no.10) untuk insisi dan pinset chirugis.
17. Insisi diperdalam dengan mess 2. Berikan handle mess no.7 dengan paragon mess
no.15
18. Berikan mosquito dan kassa kering pada asisten untuk rawat perdarahan. Berikan
couter bipolar pada operator untuk rawat perdarahan saat menggunakan couter bipolar
lakukan spolling NS 0,9%.
19. Berikan spider untuk melebarkan lapang pandang operasi
20. Berikan kepada operator rasparatorium untuk membersihkan jaringan periosterom.
21. Berikan bor cranium pada operator untuk membuka tulang kepala sampai tampak
duramater, berikan spoling NS 0,9%. kepada asisten.
22. Berikan desektor dan suction kepada operator dan berikan mosquito dan kasa kepada
asisten untuk mengambil sisa tulang dan taruh di dalam kasa basah.
23. Insisi pindah ke abdomen, berikan kasa basah kepada operator untuk menutup insisi
di kepala.
24. Pindah abdomen → insisi abdomen dengan mess I diperdalam dengan mess 2 sampai
lemak hingga tampak fasia.
25. Berikan spreider abdomen untuk memperluas lapang pandang operasi ke arah cranial.
26. Spanner dimasukkan bawah fasia dari abdomen ke arah cranial. Catheter peritoneal
dimasukkan melalui ujung spanner, pangkal spanner ditarik perlahan melalui lemak -
fasia di abdomen. Spull catheter dengan Ns dan kemudian Catheter peritoneal diklem
dengan klem sepatu kemudian tutup kassa basah, taruh di atas bengkok.
27. Pindah ke cranial → berikan speed mess → handvat mess no.7, paragon mess no.11
untuk membuka duramater, rawat perdarahan dengan bipolar dan spull NS.
28. Siapkan catheter ventrikel diperkuat dengan mandrin, masukkan ke dalam lubang
duramater kemudian klem ventrikel catheter dengan klem sepatu
29. Operator mengukur panjang ventrikel catheter, berikan gunting mayo untuk
menggunting ventrikel kateternya
30. Pasang konektor dan flashing device pada ujung catheter ventrikel. Cek liquor yang
keluar sudah adekuat (aliran lancer tanpa sumbatan) apa belum. Fiksasi konektor
dengan zeide 3-0 .
31. Pindah ke mini laparatomi, berikan double mosquito untuk jepit fasia + gunting
metzemboum. Gunting fasia sampai tampak peritoneum. Setelah tampak peritoneum,
jepit peritoneum dengan mosquito 2 buah.
32. Bersihkan catheter peritoneal dengan kassa basah, berikan double pinset anatomis
untuk membantu memasukkan catheter peritoneal ke dalam rongga peritoneum.
33. Sign out meliputi :
 Perawat membacakan :
- Jenis tindakan? ( VP - SHUNT).
- Kecocokan jumlah instrument, kassa, jarum sebelum dan sesudah operasi.
(cocok dan lengkap)
- Label pada specimen (membacakan identitas pasien, jenis specimen,
register, ruangan yang tertera pada label). (tidak ada speciemen).
- Apakah ada permasalahan pada alat-alat yang digunakan. (tidak ada
masalah).
 Intrumen +anatesi+operator
- Apa yang menjadi perhatian khusus pada saat masa pemulihan (recovery).

34. Operator melakukan penutupan, jahit periosteom → berikan vicryl 4-0 jarum
atraumatik round + pinset anatomis. Jahit kulit dengan monosin 4-0 jarum atraumatik
cutting + pinset chirugis, jahit dengan teknik jahitan subcutan.
35. Jahit peritoneal sampai lemak dengan vicryl 4-0 jarum atraumatik round + pinset
anatomis
36. Jahit kulit dengan monosin 4-0 jarum atraumatik cutting + pinset chirugis, jahit
dengan teknik jahitan subcutan.
37. Bersihkan area operassi dengan kassa basah kemudian keringkan dengan kassa
kering. Tutup luka insisi dengan sofratule + kassa kering kemudian hipafix.
38. Operasi selesai, bereskan semua instrument, bor listrik, selang suction dan kabel
couter dilepas.
39. Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadin yang masih
menempel dengan menggunakan kassa basah dan keringkan.
40. Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery.
41. Semua instrument didekontaminasi menggunakan larutan prezep 2.5 gram (9 buah)
dalam 5 liter air. Rendam selama 10 - 15 menit lalu cuci, bersihkan dan keringkan,
kemudian alat diinventaris dan diset kembali bungkus dengan kain siap untuk
disterilkan.
42. Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan alat- alat
yang dipakai pada tempatnya.
43. Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengumpulan data

2. Ciri-ciri umum (identitas pasien)

3. Riwayat keperawatan

4. Keluhan utama:

 Bayi: bayi menangis

 Anak-anak dan dewasa: Sakit kepala, mual muntah

5. Riwayat penyakit sekarang: adanya sakit kepala pada anak/ dewasa dan bayi menangis terus
dengan kepala yang semakin membesar

6. Riyat penyakit dahulu: riwayat kehamilan, persalinan, penyakit yang pernah diderita.

7. Riwayat penyakit keluarga

8. Pemeriksaan fisik

 Bayi: Kepala membesar , Sutura melebar , Fontanella kepala prominen , Mata kearah bawah
(sunset phenomena) , Nistagmus horizontal , Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti
semangka masak.
 Anak-anak dan dewasa: Kesadaran menurun , Gelisah , Mual, muntah, Hiperfleksi seperti
kenaikan tonus anggota gerak , Gangguan perkembangan fisik dan mental , Papil edema;
ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila
terjadi atrofi papila N.II.

9. Diagnosa keperawatan dan intervensi


Diagnosa keperawatan Intervensi
Risiko terjadi injuri berhubungan dengan 1. Membantu pasien berpindah dari
perpindahan pasien, ketinggalan instrumen, branchart/ kursi roda
dan pemasangan arde
2. Mengangkat pasien dari branchart dengan
3 orang

3. Mendorong pasien ke ruang tindakan


dengan hati-hati.

4. Mengatur pasien sesuai dengan jenis


operasinya.

5. Menghitung instrumen dan kassa sebelum


dan sesudah operasi

6. Menjaga pasien dari jatuh dan bila perlu


lakukan restrain.

7. Memasang pelindung pada tempat tidur


supaya pasien tidak jatuh
Cemas berhubungan dengan kurang 1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien.
pengetahuan dan stres pembedahan
2. Menjelaskan bahwa operasi ini sudah
sering dilakukan dan ditangani oleh tim
ahli

3. Menjelaskan rangkaian kegiatan dan


kejadian rutin
Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan 1. Menjaga teknik aseptik
operasi
2. Menjaga kesetrilan alat.

3. Bergerak sesuai dengan jalur


aseptiknya.
I. Daftar Pustaka

https://kunsantori.wordpress.com/2015/02/15/step-by-step-operasi-vp-shunt-untuk-penderita-
hidrochepalus/
https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/hidrosefalus.pdf
http://kamuskesehatan.com/arti/ventricle-peritoneal-shunt/

Mengetahui

Pembimbing OK 9

( )

Anda mungkin juga menyukai