Anda di halaman 1dari 3

EMBRIOGENESIS SOMATIK

Embriogenesis somatik adalah proses regenerasi tanaman melalui pembentukan struktur


seperti embrio yang diinduksi dari sel-sel somatik atau gamet (Mia, 2014). Embrio somatik
secara fisiologi dan morfologi memiliki tahapan perkembangan embrio yang sama dengan
embrio zigotik. Dalam pemuliaan modern, embriogenesis somatik sangat penting karena
dapat meregenerasikan satu sel tanaman yang sudah dimanipulasi baik dengan transformasi
maupun mutasi menjadi tanaman lengkap, sehingga sel tanaman tersebut dapat
diregenerasikan menjadi tanaman lengkap dan mengekspresikan perubahannya. Hampir
seluruh sel kompeten tanaman dapat diinduksi menjadi sel embriogenik karena sel tanaman
memiliki kemampuan totipotensi sel.
Embriogenesis memberikan keuntungan yaitu hasil penggandaan dalam jumlah besar,
dapat meningkatkan program genetik dan dan produksi pada biji sintetis. Regenerasi melalui
embriogenesis somatik memberikan banyak keuntungan, antara lain waktu perbanyakan lebih
cepat, pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih cepat dan
jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Mariska, 2001). Berbagai istilah untuk
embrio non-zigotik diantaranya yaitu embrio petualang, embrio partenogenetik (apomixis),
embrio androgenetik. embrio petualang adalah embrio somatik yang muncul langsung dari
organ lain atau embrio. Embrio partenogenetik (apomixis) adalah Embrio somatik dibentuk
oleh telur yang tidak dibuahi. Embrio androgenetik adalah embrio somatik dibentuk oleh
laki-laki gametofit.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi induksi kalus dan regenerasi tanaman yaitu
pemilihan jenis eksplan, genotipe dan suplemen media yang digunakan, serta jenis dan
kuantitas ZPT. Genotip tanaman dan komposisi nutrisi merupakan faktor utama dalam
induksi kalus embriogenik (Sah et al. 2014). Kalus embriogenik umumnya diperoleh dari
embrio benih atau jaringan yang meristematik.
Sebagian sel-sel kalus yang terbentuk bersifat embrionik, yaitu kalus yang hanya memiliki
kemampuan untuk terus membelah (proliferasi) menghasilkan sel-sel kalus yang baru,
sebagian lagi bersifat embriogenik yaitu kalus yang dapat berkembang menjadi embrio
somatik setelah kalus tersebut ditransfer ke dalam medium yang sesuai dan tidak
mengandung auksin atau 2,4-D (Kikuchi et al., 2006). Embrio somatik dapat terbentuk
melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus).
Embriogenesis somatik langsung adalah pembentukan embrio somatik yang langsung dari
jaringan eksplan sedangkan embriogenesis somatik tidak langsung adalah pembentukan
embrio somatik melalui proliferasi kalus (Yelnititis, 2018).
Tahap perkembangan embrio somatik identik dengan embriozigotik dimana sel membelah
secara cepat dan berkembang dalam beberapa fase, yaitu globular, hati, torpedo dan
kecambah hingga terbentuknya planlet (Rantih, 2017). Embriogenesis somatik pada tanaman
mempunyai beberapa tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus
embriogenik atau embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan, pendewasaan,
perkecambahan, pembentukan kotiledon, bibit somatik dan aklimatisasi (Mohamadi-Nasab et
al. 2011; Indah dan Ermavitalini 2013; Bhatia dan Bera 2015). Beberapa tahapan
Embriogenesis somatik:
 Induksi Kalus menjadi Embrio Somatik, Sebelum induksi kalus menjadi embrio
somatik maka kalus disubkultur ke medium induksi kalus untuk memperbanyak kalus.
Medium induksi kalus adalah kombinasi zat pengatur tumbuh yang memperlihatkan
pertumbuhan kalus terbaik pada percobaan I yaitu 2,4- D (dichloropenoxy acetic acid)
konsentrasi 4 mg/l. Setelah itu kalus ditumbuhkan ke dalam medium MS dengan
beberapa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang
digunakan adalah NAA (Naphthaleneacetic acid) dan kinetin.
 Pendewasaan Embrio Somatik Tahap pendewasaan ES bertujuan untuk mendapatkan
populasi ES dewasa, yaitu fase kotiledon.
 Perkecambahan Embrio Somatik Perkecambahan bertujuan untuk menghasilkan planlet
yaitu ES yang berkecambah normal yang memiliki akar dan tunas
 Pertumbuhan Akar dan Tunas Percobaan pertumbuhan tunas dan akar bertujuan untuk
memanjangkan tunas dan akar yang terbentuk sehingga planlet dapat diaklimatisasi
Embriogenesis somatik sebagai alat perbanyakan jarang digunakan
 Kemungkinan mutasi tinggi
 Metodenya biasanya agak sulit.
 Kehilangan kapasitas regeneratif menjadi lebih besar dengan subkultur berulang
 Induksi embriogenesis sangat sulit pada banyak kasus spesies tumbuhan.
 Dormansi yang dalam sering terjadi dengan somatik embriogenesis
DAFTAR PUSTAKA

Adri, Rantih Fadhlya. 2017. Pengaruh 2,4-D Terhadap Induksi Embrio Somatik Tanaman
Gambir (Uncaria gambir Roxb.). MENARA Ilmu. Vol. XI Jilid 1 No.75.
Bhatia S, Bera T. 2015. Somatic embryogenesis and organogenesis. Pp 209-230. In: Bhatia S,
Sharma K, Dahiya R, Bera T (Eds). Modern applications of plant biotechnology
in pharmaceutical sciences. Elsevier, Amsterdam.
Indah PN, Ermavitalini E. 2013. Induksi kalus daun nyamplung (Calophyllum inophyllum
Linn.) pada beberapa kombinasi konsentrasi 6- Benzylaminopurine (BAP) dan
2,4- Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D). J Sains Seni Pomits 2:E1-E6.
Kosmiatin, Mia, Agus Purwito, Gustaff Adolf Wattimena, dan Ika Mariska. 2014. Induksi
Embriogenesis Somatik dari Jaringan Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis
Lour.) cv Simadu. J. Agron. Indonesia. 42 (1) : 44 – 51.
Kikuchi A., Sanuki N., Higashi K., Koshiba T., Kamada H. 2006. Abscisic acid and stress
treatment are essential for the acquisition of embryogenic competence by carrot
somatic cells. Planta 223: 637-645.
Mariska, I., D. Sopandie, S. Hutami, E. Syamsudin, dan M. Kosmiatin. 2001. Peningkatan
ketahanan terhadap Al pada tanaman kedelai melalui kultur in vitro. Laporan
Riset Unggulan Terpadu VIII. Kantor Menristek dan LIPI, Jakarta.
Mohamadi-Nasab A, Motallebi-Azar A, Movafeghi A, Dadpour M. 2011. Callus induction
and embryogenesis of alfalfa (Medicago sativa L.) using hypocotyl thin cell layer
culture. Russ Agricult Sci 37:303-306.
Sah SK, Kaur A. 2013. Genotype independent tissue culture base line for high regeneration
of japonica and indica rice. Res J Biotechnol 8:96-101.
Yelnititis. 2018. Embriogenesis Somatik Rotan Tohiti (Calamus inops Becc. ex Heyne).
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 12 No. 1, p. 41 – 50.

Anda mungkin juga menyukai