Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian usaha pertanian, perikanan dan peternakan

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber
daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman
atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan
ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan kejudan tempe, atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis
tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

Karakteristik pertanian

1.      Pertanian tropika
 Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat katulistiwa yang berarti merupakan
daerah tropika dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan, dan hutan sangat
dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu ada pengaruh lain yang
menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara berkepulauan dan topografinya yang
bergunung-gunung. Letaknya yang di antara Benua Asia dan Australia serta antara Lautan
Hindia dan Pasifik, memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya
perbedaan iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian Indonesia merupakan
kelengkapan ciri-ciri pertanian yang lain.
2.      Pertanian dataran tinggi dan rendah
Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga memungkinkan
mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah. Dataran tinggi
mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim subtropis.
3.    Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia
timur).
  Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa, sebagian Sulawesi) mempunyai
iklim basah : banyak hujan, sedangkan bagian Indonesia lain terutama Indonesia bagian timur
(NTB, NTT, Maluku) iklimnya kering.
4.      Adanya hutan tropika dan padang rumput.
  Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan terbentuk hutan
tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput.
5.      Perikanan darat dan laut.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga daerahnya terdiri
dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya perikanan darat dan laut.
6.      Pertanian di Jawa dan Luar Jawa.
  Daerah Jawa dan luar Jawa mempunyai spesifikasi yang berbeda,
Jawa umumnya : tanah subur, penduduk padat
luar Jawa umumnya : tanah kurang subur, penduduk jarang
  mempengaruhi corak pertanian: pertanian di jawa umumnya merupakan tanaman bahan
pangan, berskala kecil, sedangkan pertanian di luar jawa umumnya perupakan perkebunan,
kehutanan, berskala lebih luas
7.      Pertanian rawa, pertanian darat/kering, pertanian beririgasi/basah
  Daratan Indonesia terbagi menjadi :

1) Tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa,


2) Lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi, dan
3) Pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi.

8.  Pertanian / tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut.

1) Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi. Sawah yang beririgasi
bersumberkan bendung sungai, dam/waduk, mata air, dll.
2) Berdasarkan fasilitas teknisnya dibagi menjadi irigasi teknis, setengah teknis, dan
sederhana.
3) Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi sumber
airnya berasal dari air hujan.
4) Sawah lebak mendapat air terus menerus sepanjang masa.
5) Sawah pasang surut mendapat air dari air sungai yang pasang karena air laut yang sedang
pasang, sering juga terdapat saluran irigasi.

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada
umumnya mencakup ikan, amfibi, dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah
yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI No. 31/2004,
sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 45/2009, kegiatan yang termasuk dalam
perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat
dianggap merupakan usaha agribisnis.

Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia.


Selain itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi (pemancingan ikan), dan
mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan.

Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau
membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).

Karakteristik perikanan

Klasifikasi budidaya perikanan


1.      Budidaya air tawar
2.      Budidaya air laut
3.      Budidaya air payau

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk


mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan
perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang
telah dikombinasikan secara optimal.

Berdasarkan ukuran hewan ternak, bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu
peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan lain-lain.

Karakteristik Peternakan adalah Usaha / Industri yang dikendalikan oleh manusia


dimana mencakup 6 komponen yaitu :
1. Manusia sebagai subyek, Ternak sebagai obyek, lahan/tanah sebagai basis ekologi dan
teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2. Karakteristik Usaha dinamis, dimana usaha peternakan harus dikaji dengan analisis
dinamis dengan referensi waktu dan penuh dengan ketidakpastian.
3. Karakteristik Produk peternakan adalah karakteristik hasil utama maupun sampingan
usaha peternakan. Yaitu Fragile (mudah pecah secara fisik), Perishable (mudah rusak
secara kimiawi dan biologi), Quality variation ( Tingkat Variasi yang tinggi dalam kualitas
produk) serta Bulky ( Nilai ekonomis hasil samping berlawanan dengan hasil utama).
4. Karakteristik Produksi Peternakan adalah faktor-faktor produksi usaha peternakan
yang jumlahnya relatif banyak serta dominasi pengaruh lingkungan yang besar.
5. Karakateristik sistim Usaha Peternakan terdiri dari Sistem Intensif (Modal dan
teknologi tinggi/banyak dengan tenaga kerja rendah/sedikit) serta sistem Ekstensif (Modal
dan teknologi rendah/sedikit dengan tenaga kerja tinggi/banyak).
6. Karakteristik tipe ternak berdasarkan penggunaan pakan yaitu Ternak Non
Ruminansia (Berperut tunggal) dan Ternak Ruminansia (Berperut ganda).
2. Ketentuan Pot-Put untuk usaha pertanian, perikanan dan peternakan

Pasal
yang Obyek Dasar
Tari
No mengatu Pemotongan/ Pengenaan Sifat Keterangan
f
r dalam Pemungutan Pajak
UU PPh
Pasal 22 Pembelian 0,5 Harga beli Tidak
bahan-bahan % (tidak Final
berupa hasil termasuk PPN)
perhutanan,
perkebunan,
pertanian, dan
perikanan
untuk
keperluan
industri dan
ekspor
pedagang
pengumpul

3. Ketentuan PPN untuk usaha pertanian, perikanan dan peternakan

Barang Hasil Pertanian yang Dibebaskan PPN


Pada prinsipnya didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU PPN) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dikenal dua jenis fasilitas di bidang PPN yang memiliki perlakuan
yang berbeda, yaitu :

1. Pajak terutang tidak dipungut, dan


2. Pembebasan dari pengenaan pajak.

Hal terpenting yang harus dipahami berkenaan dengan fasilitas PPN tersebut adalah bahwa
suatu transaksi yang sebenarnya merupakan objek PPN atau telah memenuhi syarat untuk
dikenakan PPN, karena sebab tertentu dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN nya tidak
dipungut dengan Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu, harus dibedakan dengan konsep
tidak dikenakan PPN, yaitu suatu transaksi yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk
dikenakan PPN, misalnya barang yang diserahkan bukan BKP.
 
Tujuan dan maksud diberikannya fasilitas ini adalah untuk mendorong berhasilnya sektor-
sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong
perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional,
serta memperlancar pembangunan nasional.        
 
Dasar hukum pembebasan PPN adalah Pasal 16B Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009. Pasal 16B
ini memberikan wewenang kepada Pemerintah untuk memberikan fasilitas berupa PPN tidak
dipungut atau PPN dibebaskan untuk :

1. Kegiatan di kawasan  tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;


2. Penyerahan Barang Kena  Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
3. Impor Barang  Kena Pajak tertentu;
4. Pemanfaatan  Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam  Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan  Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam  Daerah
Pabean.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 mengatur  tentang impor dan atau penyerahan
barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak
pertambahan nilai. Berdasarkan peraturan tersebut, barang pertanian termasuk dalam barang
yang bersifat strategis. Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan
usaha di bidang:

 Pertanian, perkebunan, dan kehutanan;


 Peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
 Perikanan baik dari penangkapan atau budidaya,

yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk,
yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah
proses lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah nomor 31
Tahun 2007.

Barang Hasil Pertanian yang Dikenakan PPN


Pada tanggal 25 Februari 2014 telah diterbitkan Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 70P/HUM/2013. Putusan tersebut mengabulkan permohonan uji materiil
dari pemohon yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Isi putusan tersebut
memerintahkan kepada Presiden Republik Indonesia untuk mencabut Pasal 1 ayat (1) huruf c,
Pasal 1 ayat (2) huruf a, Pasal 2 ayat (1) huruf f, dan Pasal 2 ayat (2) huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
 
Dampak dari putusan tersebut yaitu pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah)
 
Pasal 8 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011, mengatur bahwa dalam
hal 90 hari setelah putusan Mahkamah Agung tersebut dikirim kepada Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan tersebut, ternyata
Pejabat yang bersangkutan tidak melaksanakan kewajibannya, demi hukum Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan tidak mempunyai kekuatan hukum. Berdasarkan
data pada Sistem Informasi Administrasi Perkara Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Putusan Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM/2013 telah dikirim pada tanggal tanggal 23
April 2014. Dengan demikian apabila Pemerintah sampai dengan tanggal 21 Juli 2014 belum
mencabut Pasal 1 ayat (1) huruf c, Pasal 1 ayat (2) huruf a, Pasal 2 ayat (1) huruf f, dan Pasal
2 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007, maka sejak tanggal 22 Juli
2014 ketentuan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Implikasi Perpajakan Putusan Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM/2013


Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung tersebut, maka implikasi perpajakannya adalah
sebagai berikut:

1. Barang hasil pertanian berupa buah-buahan dan sayur-sayuran sebagaimana


ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 termasuk
barang yang tidak dikenakan PPN (Bukan Barang Kena Pajak) sesuai Pasal 4A ayat
(2) huruf b Undang-Undang PPN sehingga atas penyerahan, impor, maupun
ekspornya tidak dikenai PPN.
2. Barang hasil pertanian lain yang tidak ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007, yaitu beras, gabah, jagung, sagu dan kedelai
adalah barang yang tidak dikenakan PPN (Bukan Barang Kena Pajak) sesuai Pasal 4A
ayat (2) huruf b Undang-Undang PPN sehingga atas penyerahan, impor, maupun
ekspornya tidak dikenai PPN.
3. Barang hasil pertanian yang merupakan hasil perkebunan, tanaman hias dan obat,
tanaman pangan, dan hasil hutan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang semula dibebaskan dari pengenaan PPN
berubah menjadi dikenakan PPN sehingga atas penyerahan dan impornya dikenai
PPN dengan tarif 10%, sedangkan atas ekspornya dikenai PPN dengan tarif 0%
(perincian jenis barang terlampir).
4. Pengusaha (orang pribadi maupun badan) yang melakukan penyerahan barang hasil
pertanian tersebut wajib memungut PPN dan untuk itu wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, kecuali pengusaha yang termasuk pengusaha kecil dengan
omzet sampai dengan Rp 4,8 milyar per tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak
Pertambahan Nilai.

Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

https://id.wikipedia.org/wiki/Perikanan

https://id.wikipedia.org/wiki/Peternakan

https://peraturanpajak.com/2016/01/12/pmk-268pmk-032015/

https://dokumen.tips/download/link/ketentuan-pph-pot-put
Pasal
yang Obyek Dasar
Tari
No mengatu Pemotongan/ Pengenaan Sifat Keterangan
f
r dalam Pemungutan Pajak
UU PPh
Pasal 22 Pembelian 0,5 Harga beli Tidak
bahan-bahan % (tidak Final
berupa hasil termasuk PPN)
perhutanan,
perkebunan,
pertanian, dan
perikanan
untuk
keperluan
industri dan
ekspor
pedagang
pengumpul

Anda mungkin juga menyukai