Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 4

1. Clarissa Elsi S 185030407111039


2. Juli Wulandari 185030407111019
3. Nur Anisatul Arifiani 195030407111022
4. Della Febrina Utomo 195030400111018
5. Devinia Putri Ramadhanti 195030400111053
6. Safira Azzahra 195030407111016
Resume
Pengurang dan Bukan Pengurang Penghasilan Bruto

A. Jenis-Jenis Biaya-Biaya Yang Menjadi Pengurang Penghasilan Bruto


Beban yang bisa dikurangkan dari penghasilan Bruto terdiri dari :
1) Beban/biaya yang mempunyai masa bermandaat tidak lebih dari 1 tahun (revenue
expenditure) seperti gaji/upah, biaya administrasi, biaya pengolahan limbah dibebankan
pada tahun yang bersangkutan
2) Beban/biaya dengan masa atau mandaat lebih dari 1 tahun (capital expenditure) seperti
aktiva dibebankan melalui penyusutan/amortisasi/alokasi.

Jika dalam suatu tahun pajak didapat kerugian misalnya dari usaha,pelepasan aktiva,
atau selisih kurs dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (kompensasi horizontal). Sesuai
dengan Pasal 6(1) UUPPh, besarnya PKP(penghasilan kena pajak) WPDN dan BUT
ditentukan berdasarkan pengjasilan bruto dikurangkan dengan biaya biaya untuk
mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan termasuk:
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, yakni
biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; bunga,
sewa, dan royalti; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya promosi
dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;Seperti
halnya SE-29/PJ.42/1990 tanggal 2 Oktober 1990 tentang biaya promosi perusahaan rokok
kemudian tahun 2009 terbit PMK No.104/PMK.03/2009 yang mulai berlaku pada 1 Januari
2009. Lalu biaya administrasi; dan pajak kecuali Pajak Penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,menagih dan
memelihara penghasilan yang menjadi objek pajak, selain pajak yang bersifat final.
3. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah di sahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan,menagih
dan memelihara penghasilan. Dalam mewujudkan prinsip kemampuan membayar dengan
pemberlakuan asas netting effect,PPh Komprehensif mengenakan pajak atas keuntungan dari
pelepasan aset.
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing (valas) diakui berdasarkan system pembukuan yang
dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku di Indonesia. Kerugian tentang selisih kurs valas dapat disebabkan oleh
depresiasi atau devaluasi dan krisis moneter.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia. Kemajuan
teknologi suatu bangsa dapat berasal dari penelitian baik dasar maupun terapan. Untuk
memajukan kegiatan penelitian di Indonesia , biaya Litbang yang di lakukan di Negara bisa
dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak.
7. Biaya Beasiswa, Magang dan pelatihan. Bertujuan untuk mendorong partisipasi khalayak
umum dalam mencerdaskan bangsa. Tidak hanya diberikan kepada pegawai tapi juga kepada
kaum pelajar.
8. Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih Dengan Syarat
a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak
c) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan
dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
d) Syarat telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan
dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
9. Dalam PP No.93 Tahun 2010 terdapat lima jenis sumbangan dan/atau biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan di wilayah
Indoensia, sumbangan fasilitas pendidikan, sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,
dan biaya pembangunan infrastruktur sosial.
10. Biaya biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan di bidang usaha
pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pertambangan umum yang diatur dalam PP No.
79 Tahun 2010. Biaya yang dapat dikurangkan terdiri dari :
a) Biaya eksplorasi (pengeboran, geologis dan geofisika, biaya umum dan administrasi
kegiatan eksplorasi dan penyusutan)
b) Biaya eksploitasi (biaya langsung,biaya pemrosesan, biaya utilitas, biaya umum dan
administrasi, kegiatan eksploitasi dan penyusutan)
c) Biaya lain (biaya pemindahan gas dari titik produksi ke titik penyerahan)
d) Biaya kegiatan pasca operasi kegiatan usaha hulu
11. Pajak Masukan (PM) yang tidak dapat dikreditkan sebagiman dimaksud dalam Pasan 9(8)
UU PPN menurut Pasal 10 PP 94 Tahun 2004 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika
dapat dibuktikan bahwa PM tersebut telah benar-benar dibayar, dan berkenaan dengan
pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih,dan
memelihara penghasilan.

12. Berdasarkan Pasal 11 PP 94 Tahun 2010 disebutkan bahwa:


a) Biaya pengembangan tanaman industri yang berumur lebih dari 1 tahun dan hanya sekali
memberikan hasil, dikapitalisasi dan menjadi bagian dari harga pokok penjualan.
b) Biaya pengembangan/pemeliharaan ternak dengan umur ternak dengan umur produksi
sekali lebih dari setahun dikapitalisasi dan menjadi bagian dari harga pokok penjualan

B. Jenis-Jenis Biaya Yang Bukan Menjadi Pengurang Penghasilan Bruto


1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota.
3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
 Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
 Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
 Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
 Cadangan biaya penanaman Kembali untuk usaha kehutanan.
 Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri.
4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang
pribadi yang bersangkutan.
5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan PMK.
6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
7) Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4(3)(a) dan (b) UUPPh, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6(1)(i), (j), (k), (l), dan (m) UUPPh serta zakat yang diterima badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah, yang ketentuannya diatur
dengan/berdasarkan PP 18 tahun 2009 dan PP 94 tahun 2010.
8) Pajak Penghasilan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak WPDN dan
BUT.
9) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya. Karena pengeluaran pribadi merupakan konsumsi
penghasilan, maka tidak boleh mengurangi PKP.
10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham. Para anggota yang dimaksud merupakan
pengusaha yang penghasilan mereka merupakan satu kesatuan objek dari persekutuan,
firma, dan sejenisnya yang walaupun bukan subjek hukum perdata. Oleh UUPPh
dijadikan sebagai subjek pajak dan secara non transparan mewakili para anggota
dikenakan PPh atas obejek yang dimaksud.
11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. UUPH
bersikap tidak toleran atas ketidak patuhan pajak.
12) PM atas perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena Faktur Pajak tidak
memenuhi ketentuan UUPPN, kecuali dapat dibuktikan bahwa PPN tersebut telah
dibayar. Selain itu, PM dari pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam
menentukan besarnya PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (1) UUPPh.
13) Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus.
14) PPh yang ditanggung pemberi penghasilan, kecuali PPh Pasal 26. Sistem net basis atau
gross up mengoreksi tarif PPh Pasal 26 dari 20% menjadi 25% untuk memberikan solusi
apabila WPLN menolak dilakukan pemotongan pajak yang semula diatur, misalnya
dengan PP 47/1994 dan PP 130 tahun 2000 dengan berlakunya PP 94 Tahun 2010
dinyatakan bahwa PP terdahulu tidak berlaku lagi tanpa pengaturan masalah sehingga
ketentuan gross up tersebut tidak berlaku lagi. Pasal 13 (b) PP 94 thun 2010 menyatakan
bahwa PPh yang ditanggung pemberi penghasilan tidak boleh dibiayakan. Kalau semula
pajak sebesar 20% dari 1000 di gross up menjadi 25% dan dapat dibiayakan 25%,
sehingga WPDN menanggung beban pajak 187,5 dan untuk mengurangi rigidity aturan,
negara menanggung 12,5. Sekarang relief ini tidak ada lagi dan pemerintah mendapatkan
kenaikan penerimaan 12,5 dari aturan tersebut.
15) Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha
atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak.
16) Pasal 13(a) PP 94 Tahum 2010 tidak memperbolehkan pengurangan pengeluaran dan
biaya dari penghasilan kena pajak atas biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, pengenaan pajaknya
bersifat final, dan dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto
Pasal 14 dan Pasal 15 UUPPh.

Anda mungkin juga menyukai