Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

PENATALAKSAAN BERDASARKAN EBN


PADA PASIEN HIV-AIDS
Dosen : Dr. Eko Winarto, Ns. M.Kep, Sp.MB

Oleh :
Ramli Herikzah
P1337420820011

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN
2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV-AIDS
1. Pengertian
HIV/AIDS adalah singkatan dari Human Immunodefiency Virus yaitu virus yang
menyebabkan AIDS (Acquired Immnune Deficiency Syndrome). AIDS adalah tahap
lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi lainnya. Virus akan
memperburuk sistem kekebalan tubuh dan penderita HIV/AIDS akan berakhir dengan
kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa pengobatan yang cukup. HIV
adalah organisme patogen yang menyebabkan AIDS retro virus yang menyebabkan HIV,
menular melalui darah, serum, semen, jaringan tubuh dan cairan tubuh lainnya (Najmah,
2016).
AIDS merupakan sumber penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV. AIDS
berasal dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang dengan cepat
menyebar ke seluruh dunia, terutama melalui hubungan seksual. Sampai saat ini belum
diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat menanggulangi penyakit ini, angka
kematian AIDS ini sangat tinggi hampir semua penderita penyakit meninggal dunia
dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama.
2. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi.Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah.
Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami
gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2
– 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala –
gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare
terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh –
sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus
berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang menyebabkan
radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit
atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu –
minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
(Hasdianah & Dewi, 2014).
3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-
Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015). Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase
yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh,
dan manifestasi neurologis
4. Cara penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah,
semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang tergantung pada status imunitas,
gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor risiko. Seseorang akan
berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan orang yang terinfeksi, pemakaian jarum
suntik yang bergantian terutama pada pengguna narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti
darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata, dan urin (sangat
rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan keringat. Pria yang sudah disunat
memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat.
5. Pencegahan Penularan
a. Secara umum
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E) yaitu:
A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi,
terutama seks pranikah
B: Be faithful – saling setia
C: Condom – menggunakan kondom secara konsisten dan benar
D: Drugs – menolak penggunaan NAPZA
E: Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama
b. Untuk pengguna Napza
Pecandu yang IDU dapat terbebas dari penularan HIV/AIDS jika: mulai berhenti
menggunakan Napza sebelum terinfeksi, tidak memakai jarum suntik bersama.
c. Untuk Remaja
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, menghindari penggunaan obat-
obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik, tidak melakukan kontak langsung
percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV, menghindari perilaku
yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab
(Hasdianah & Dewi, 2014).
6. Pengobatan
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk
retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk
antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah
obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan
tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis
penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll (Hasdianah dkk, 2014).
B. PENATALAKSANAAN BERDASARKAN EBN

Analisa Jurnal
No Penelitian Tujuan Metode Intervensi Hasil
1 Pengaruh Pemberian Penelitian ini bertujuan Penelitian ini menggunakan Penelitian dilaksanakan pada Hasil penelitian ini
Terapi Dzikir
untuk mengetahui rancangan penelitian Quasi April - Mei 2020. Pada menunjukkan bahwa terapi
Terhadap Tingkat
Depresi Pasien pengaruh terapi dzikir Experiment dengan Pre and responden diberikan kuisioner dzikir dapat menurunkan
Dengan Hiv/Aids
terhadap tingkat depresi Post Test Without Control. (Beck Depression Inventory) tingkat depresi pada pasien
(Odha) Di Yayasan
Sahabat Sehat Mitra pasien dengan Teknik sampel menggunakan BDI II sebelum diberikan dengan HIV/AIDS di
Sebaya (Yasema)
HIV/AIDS Purposive sampling dengan intervensi, kemudian responden Yayasan Sahabat Sehat
Sukoharjo,
(Zulfiana, 2020) jumlah sampel 37 responden. diberikan terapi dzikir 10 menit Mitra Sebaya(YASEMA)
Uji analisa data selama 14 hari, dan kemudian Sukoharjo. Kesimpulan,
menggunakan Wilcoxon test. dilakukan post test dengan terdapat pengaruh terapi
kuisioner BDI II. Data dianalisis dzikir terhadap tingkat
dengan menggunakan Wilcoxon depresi sebelum dan
test dengan program SPSS versi sesudah dilakukan
16. intervensi dengan p value
0,000.
2. Pengembangan Untuk Mengetahui Jenis dan desain penelitian mengimplemantasikan pra- Hasil penelitian didapatkan
Intervensi
pengaruh alat Digital ini menggunakan metode model alat digital massager pada kelompok intervensi
Keperawatan
Mandiri Dengan Massager Anochor quasy experiment dengan padapasien HIV - AIDS yang terdapat penurunan tingkat
Alat Digital
Massager Anochor terhadap kenyamanan menggunakan satu kelompok akan dilaksanakan dalam dua nyeri dari sedang menjadi
Dan Pengaruhnya
pada pasien terinfeksi intervensi dan satu kelompok langkah: (1)=mengembangkan ringan, serta mengalami
Terhadap
Kenyamanan Pada HIV kontrol, yaitu tindakan yang pra-model menjadi model digital tingkat kenyamanan.
Pasien Terinfeksi
dilaksanakan pada satu massager, dan (2) menguji
Hiv (Muntamah,
2020) kelompok perlakuan dan satu penerapan dan efektifitas
kelompok kontrol sebagai pemanfaatannya pada pasien
pembanding HIV-Aids. Kegiatan tahap kedua
ini akan menghasilkan model
digital massager untuk
membantu meningkatkan
kenyamanan pada pasien HIV-
Aids. Peneliti menerapkan alat
digital massager ‘Anachor” yang
sudah diujicoba kepada
sukarelawan. Berdasarkan hasil
penerapan alat digital massager
‘Anachor” yang dilakukan pada
responden yang terinfeksi HIV di
Puskesmas Bergas, terdapat
peningkatan rasa nyaman dan
penurunan nyeri pada pasien yang
terinfeksi HIV
3 Intervensi Cognitive Tujuan studi literatur Penelitian ini menggunakan CBT merupakan intervensi yang Hasil telaah lierature ini
Behavioral Therapy ini untuk metode studi literature digunakan dengan menekankan dapat dijadikan bahan
Terhadap Depresi mengeksplorasi dengan menggunakan search pada modifikasi persepi informasi dan referesi
Pada Pasien Dengan intervensi CBT engine jurnal database online bahwa CBT merupakan
Hiv/Aids (Rahim, terhadap depresi pada Proquest, Scopus literature maladaptive, perilaku dan emosi intervensi yang paling
2020) pasien HIV/AIDS dibatasi dengan kriteria : yang mengarah ke dan memperkuat efektif dalam menurunakan
tahun 2009-2019, full Text depresi pada pasien
gejala depresi. CBT pun dinilai
dan Berbahasa Inggris. HIV/AIDS.
dengan kata kunci: “CBT terbukti sebagai pendekatan yang
AND DEPRESSION”, manjur untuk mengurangi gejala
“CBT AND HIV ,” CBT
depersi
AND HIV AND
DPERESSION Hasilnya
didapatkan 7 literatur yang
relevan dengan topik
bahasan. Studi ini membahas
tentang bagaimana Intervensi
CBT terhadap depresi pada
pasien HIV/AIDS.

4 Pengaruh Terapi penelitian ini bertujuan Menggunakan desain Dalam rancangan ini peneliti Hasil analisis dengan uji
Reiki Terhadap untuk membuktikan penelitian pre experimental melakukan Wilcoxon Sign Range Test
Kecemasan Pada Pengaruh Terapi Reiki dengan jenis penelitian One- observasi/pengukuran terhadap menunjukkan negative ranks
Orang Dengan Terhadap Kecemasan group pre-post test design. kelompok subjek penelitian = 11orang, positive rank = 2
Hiv/Aids (Odha) ODHA Teknik sampling sebelum dilakukan intervensi; orang dan ties=2 orang, p
(Laksmi) menggunakan Simple kemudian diobservasi /diukur value = 0,017. Ada
Random Sampling, besar kembali setelah diberikan pengaruh Terapi Reiki
sampel 16 orang. Jenis data intervensi. Data diperoleh dari terhadap kecemasan ODHA
yang dikumpulkan adalah pengukuran tingkat kecemasan pada signifikansi 5%.
data primer (tingkat ODHA menggunakan Taylor
kecemasan). Instrument Manifest Anxiety Scale (T-
pengumpulan data MAS)
menggunakan Taylor
Manifest of Anxiety Scale
(TMAS)
DAFTAR PUSTAKA

Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Hasdianah dkk. (2014). Imunologi Diagnosis dan Tehnik Biologi Molekuler. Yogyakarta: Nuha Medika.

Laksmi, S. S. (2020). Pengaruh Terapi Reiki Terhadap Kecemasan Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha).
Jurnal Gema Keperawatan| .

Muntamah, U. (2020). Pengembangan Intervensi Keperawatan Mandiri Dengan Alat Digital Massager
Anochor Dan Pengaruhnya Terhadap Kenyamanan Pada Pasien Terinfeksi Hiv.
Keperawatan Dan .

Rahim, N. K. (2020). Intervensi Cognitive Behavioral Therapy Terhadap Depresi Pada Pasien Dengan
Hiv/Aids. Jurnal Keperawatan .

Zulfiana, R. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Dzikir Terhadap Tingkat Depresi.

Anda mungkin juga menyukai