Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sekarang

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JESTY SARTINI


KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 KOTA LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Penulisan proposal penerapan nilai nilai pancasila pada masa sekarang ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata pelajaran PPKn.
Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya proposal yang
lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Lubuklinggau, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Siapa yang tidak tahu dengan Pancasila. Pancasila pertama kali di pidatokan oleh bung
karno pada tanggal 1 Juni 1945 didepan sidang rapat BPUPKI. Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus setiap warganya hafal dan mematuhi segala isi dalam
pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya menganggap
pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya
dalam kehidupan berwarga berbangsa dan bernegara.
Dalam kasus ini akan dibahas tentang penerapan nilai-nilai pancasila dalam bidang
profesi manusia, karena tanpa manusia sadari nilai-nilai makna yang terkandung dalam
pancasila sangat berguna dan bermanfaat bagi segala bidang profesi manusia yang ada.
Banyaknya terjadi penyimpangan/kesalahan dalam bidang profesi tertentu
sebenarnya berakar dari tidak mengamalkannya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
itu sendiri. Maka dari itu pentingnya memahami pancasila tidak hanya mengerti namun juga
mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dalam segala
bidang profesi manusia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
• Apakah penting menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dalam
bidang profesi manusia.
• Mengapa dalam bidang profesi manusia perlu mengacu pada nilai-nilai pancasila.
• Apa saja manfaat yang didapat setelah menerapkan pancasila dalam bidang profesi
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

Penerapan Nilai nilai Pancasila Pada Masa Sekarang


1. Sila Ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa

Dok. Internet
Arti dan Nilai-nilai sila "Ketuhanan Yang Maha Esa":
Sila pertama ini dilambangkan dengan bintang lima sudut. Di mana, bintang tunggal dalam
lambang ini diartikan sebagai cahaya kerohanian yang dipancarkan Tuhan kepada setiap
manusia. Jumlah bintang yang hanya satu atau tunggal ini juga melambangkan keesaan
Tuhan. 
Contoh penerapannya:
1. Mengimani adanya Tuhan yang Maha Esa serta mematuhi perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
2. Menerapkan toleransi antar umat beragama.
3. Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebasan beragama.
4. Tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun pemeluk agama lain.
2. Sila Ke-2: "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

Dok. Internet
Arti dan Nilai-nilai sila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" :
Sila ke-2 dalam Pancasila dilambangkan dengan rantai emas dengan latar belakang berwarna
merah. Rantai tersebut memiliki mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkatan yang
saling berkaitan. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan lingkaran
melambangkan perempuan. Simbol ini mengartikan antar kaum yang harus bersatu, bekerja
sama sehingga kuat seperti rantai.
Contoh penerapannya:
1. Mengakui persamaan hak, kewajiban dan kedudukan semua orang sama di mata
hukum, agama, sosial, dan lainnya.
2. Saling mengedepankan sikap toleransi atau tenggang rasa antar masyarakat.
3. Menjalin pertemanan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama dan
lainnya.
4. Berani menyuarakan kebenaran untuk mempertahankan keadilan.
3. Sila Ke-3: "Persatuan Indonesia"

Dok. Internet
Arti dan Nilai-nilai sila "Persatuan Indonesia" :
Siila ini dilambangkan dengan pohon beringin. Jenis pohon beringin adalah spesies pohon
yang kuat, besar, dan berdaun rimbun.  Pohon beringin diartikan sebagai tempat berteduh
sekaligus bentuk persatuan masyarakat Indonesia yang sangat sangat beragam.
Contoh penerapannya:
1. Bangga menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari.
2. Melestarikan budaya Indonesia seperti baju adat, tarian, alat, bahasa, alat musik, dan
lain-lain dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membantu keluarga, teman dan kerabat yang mengalami kesulitan.
4. Saling bekerja sama menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
Pancasila.
5. Bergotong-royong.
4. Sila Ke-4: "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan"

Dok. Internet
Arti dan Nilai-nilai sila "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan" :
Sila ini dilambangkan dengan kepala banteng. Kepala banteng memiliki filosofi sebagai
hewan sosial yang suka berkumpul. Berkumpul di sini kemudian diartikan sebagai kegiatan
musyawarah antar orang-orang untuk melahirkan suatu keputusan. Pastinya, secara adil dan
atas keputusan bersama semua pihak. 
Contoh penerapannya:
1. Melakukan musyawarah untuk memperoleh keputusan bersama.
2. Mengedepankan tolerasi dan keadilan dalam mengemukakan dan mendengar
pendapat dalam musyawarah.
3. Keputusan akhir dalam musyawarah harus disetujui oleh semua pihak karena atas
keputusan bersama.
5. Sila Ke-5: "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia"

Dok. Internet
Arti dan Nilai-nilai sila "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia"
Terakhir, sila kelima Pancasila dilambang dengan padi dan kapas. Hal ini melambangkan
kebutuhan dasar setiap manusia, yaitu pangan dan sandang.
Contoh penerapannya:
1. Mengedepankan sikap adil antara sesama manusia.
2. Melaksanakan kewajiban dan menghormati hak orang lain.
3. Kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dikedepankan dibandingkan kemakmuran
pribadi atau golongan.

2. Makna Pembukaan UUD 1945 bagi bangsa indonesia


Undang-undang Dasar (UUD) 1945 merupakan hukum dasar yang menjadi sumber
landasan semua aturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. UUD 1945 sendiri
disahkan negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus
1945.
UUD 1945 berperan penting dalam memberikan hak-hak seluruh warga negara dari berbagai
lapisan masyarakat. Maka dari itu, penting untuk semua masyarakat Indonesia mengerti dan
memahami Undang-undang Dasar 1945.
Ada makna yang terkandung dalam UUD 1945 yang harus diketahui, terutama pada bagian
pembukaan. Pembukaan UUD 1945 sendiri terdiri dari 4 alinea yang memiliki makna
tertentu.
Melalui pembukan UUD 1945 masyarakat Indonesia bisa menemukan falsafah, pedoman,
dasar-dasar kebangsaan dan kenegaraan, serta kepribadian bangsa.
Pembukaan UUD memiliki peranan penting karena terdapat makna tersendiri yang telah lama
dicita-citakan oleh tokoh perumusan pancasila bangsa kita (Founding Fathers).
Jadi, dari alinea 1-4 mengandung makna tersendiri dan berbeda-beda. Apa saja makna yang
terkandung dalam tiap-tiap alinea pembukaan UUD 1945?
Berikut ini penjelasan mengenai makna pembukaan Undang-undang Dasar atau yang
disingkat UUD 1945, seperti dilansir dari laman guruppkn.com dan nestiituagnes.com,
Minggu (6/9/2020).

Makna Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama


Bunyi Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama: "Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan."
Makna pembukaan UUD 1945 alinea pertama:
-Keteguhan Bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan penjajah dalam segala
bentuk.
-Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan manghapus penjajahan di atas
dunia.
-Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan.
-Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia untuk berdiri
sendiri

Makna Pembukaan UUD 1945 Alinea Kedua


Bunyi Pembukaan UUD 1945 Alinea kedua: "Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa, mengantarkan seluruh
rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur."
 Makna pembukaan UUD 1945 alinea kedua:
– Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangan pergerakan
melawan penjajah
– Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan
– Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
– Memuat cita-cita negara Indonesia, yaitu: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Makna Pembukaan UUD 1945 Alinea Ketiga
Bunyi pembukaan UUD 1945 alinea ketiga: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya."
 Makna pembukaan UUD 1945 alinea ketiga:
– Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa.
– Keinginan yang didambakan oleh segenap Bangsa Indonesia terhadap suatu kehidupan
yang berkesinambungan antara kehidupan  material dan spiritual, dan kehidupan di dunia
maupun akhirat.
– Adanya Pengukuhan pernyataan proklamasi

Makna Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat


Bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat: "Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan."
 
Makna pembukaan UUD 1945 alinea keempat:
 – Terkandung fungsi dan sekaligus tujuan negara Indonesia yaitu, melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
– Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang disusun dalam Suatu UUD 1945
– Sistem pemerintahan Negara, yaitu berdasarkan kedaulatan Rakyat (demokrasi)
– Dasar Negara : Pancasila

3. Penerapan dan Pelaksanaan Kedaulatan di Negara Indonesia


Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian terpisah yakni
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan dan melindungi hak-hak asasi manusia. Bayangkan saja, jika kekuasaan tertinggi
dipegang oleh satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau menyalahgunakannya,
maka dampak negatifnya akan sangat besar. Namun jika kekuasaan tersebut dibagi tiga, maka
jika ada pelaksana yang menyalahgunakan kekuasaan, maka pelaksana yang lain dapat
sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk mengingatkan.
John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan pemisahan kekuasaan
ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa
saling mempengaruhi namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan
kekuasaan. Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke membagi
kekuasaan negara menjadi tiga yakni:
1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,
2. Kekuasaan eksekutif yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang,
3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan dan aliansi serta
segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar negeri (Subakdi,2009).
Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian munculah ahli
falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari Perancis. Dalam bukunya yang
berjudul L. Esprit des Lois yang artinya Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan
bahwa terdapat tiga jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif (mahkamah agung). Ketiga
kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi, peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah,
pemisahan kekuasaan negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.
Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia?
Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan legislatif dilakukan oleh
MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para
menteri. Sedangkan kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).
Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya hal ini dipercayakan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau MPR yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih
melalui pemilihan umum yang diatur oleh undang-undang.
Kedaulatan rakyat di Indonesia diamanahkan dalam pancasila dan UUD 45.
1. Pancasila, sila ke-empat yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
2. Pembukaan UUD 45 alinea ke-empat yang berbunyi,”… Maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada… kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan …”
3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1) berbunyi,”Negara
Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2)
berbuyi,”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar.”
4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan
/perwakilan.
Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?
Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori kedaulatan hukum dan
teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintahan disebut sebagai demokrasi. Abraham Lincoln yang merupakan Presiden
Amerika Serikat ke-16 menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.
Adapun prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia antara lain (Subakdi.2009):
a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945),
b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),
c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945),
d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3)
UUD 1945),
e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan, Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 7C UUD 1945),
f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD
1945).

4. Pengaruh Era Globalisasi Terhadap Perkembangan Negara Indonesia

 Globalisasi adalah fenomena saling terhubungnya negara di dunia salah satunya karena


perkembangan teknologi sangat cepat. Hal ini telah terjadi selama beberapa tahun ke
belakang sehingga ada dampak positif dan negatif globalisasi.

Menurut ahli sosiologi Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi
dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang
sama.

Pada hakikatnya, globalisasi adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang
dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.

1. Dampak Positif Globalisasi


-pendidikan di Indonesia: dahulu kesadaran seseorang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi sangat rendah. Sekarang dengan kemajuan teknologi pendidikan, minat
masyarakat menuntut ilmu sangat tinggi.

-kesehatan masyarakat: dahulu keinginan masyarakat berobat ke dokter sangat rendah dan
memilih untuk pengobatan alternatif. Sekarang dengan peningkatan teknologi ada kesadaran
untuk meningkatkan kesehatan.

-kesejahteraan keluarga: dampak positif globalisasi dahulu keluarga cenderung menyukai


keluarga besar dengan memiliki banyak anak. Di era globalisasi, terjadi pergeseran untuk
memiliki keluarga kecil agar lebih sejahtera.

-kehidupan politik: penyelenggaraan politik jauh lebih demokratis dan terbuka dengan
melaksanakan pemilihan umum atau pemilu.

-kegiatan ekonomi: adanya kemudahan dalam melaksanakan ekspor ke pasar global. Dengan
begitu, devisa negara akan semakin meningkat.

-kehidupan sosial & budaya: semakin bertambahnya wawasan terhadap seni dan budaya
asing. Sebab, ada pertukaran seni dan budaya.

2. Dampak Negatif Globalisasi


-keagamaan: globalisasi mengusung gaya kapitalisme dan liberalis sehingga berpikiran bebas.
Hal ini tidak sesuai dengan sendi-sendi agama mayoritas di Indonesia sehingga bisa
mengacaukan.

-kehidupan politik: muncul sikap politik yang jauh dari kepribadian Indonesia, seperti aksi
demonstrasi yang diikuti perilaku anarkis sehingga menimbulkan kerusuhan.

-kegiatan ekonomi: dampak negatif globalisasi di bidang ekonomi dapat menimbulkan sistem
kapitalisme. Hal ini menyebabkan pemilik modal yang berasal dari luar negeri bisa
menguasai pasar dalam negeri dan mematikan para pemilik modal dalam negeri yang kecil.

5. Ancaman

Ancaman terhadap nkri antara lain korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), narkoba,
penggantian ideologi bangsa, dan masih banyak lagi dalam artikel ini.

Ancaman selalu menjadi momok bagi setiap negara termasuk bangsa Indonesia. Ancaman
NKRI dilakukan oleh sekelompok orang yang ingin membuat suatu negara chaos dengan
berbagai kepentingannya sehingga sangat berbahaya bagi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan bangsa.

Beberapa upaya ancaman NKRI seperti pengantian ideologi negara, penggulingan tokoh
bangsa bahkan sampai menciptakan kekacauan perang di Indonesia.  Oleh karena itu,
Ancaman terhadap NKRI harus segera ditangani dan diberantas oleh pemerintah sehingga
bisa menciptakan rasa aman dan tentram bagi setiap warga negara.

Bentuk-bentuk ancaman ini bermacam-macam seperti:

1. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

Masalah KKN menjadi ancaman besar yang sudah lama terjadi di Indonesia. Bahkan dari
sejak zaman orde baru praktik ini sudah ada.

Dulu pelengseran Presiden Soeharto disebabkan karena adanya praktek KKN yang
menjadikan anak-anak Presiden Soeharto diadili karena kasus KKN ini.

2. Narkoba

Ancaman berbahaya bagi NKRI selanjutnya adalah Narkoba.

Peredaran narkoba akan merusak generasi penerus karena pengaruh zat adiktif yang
menyebabkan pengguna ketagihan dan sangat berbahaya bagi kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, pemerintah menghukum mati bagi para pengedar narkoba yang mencoba
merusak generasi bangsa.

3. Penggantian Ideologi Bangsa


Kita tahu bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku dan juga memeluk beberapa
kepercayan agama. Apabila kita melihat dari kasus-kasus terorisme yang terjadi, mereka
berupaya mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang tentu tidak sesuai di
Indonesia.

Ancaman penggantian ideologi bagi NKRI bisa menyebabkan terjadinya perang saudara.


Contoh ini bisa kita lihat seperti di Suriah, Irak dan beberapa negara di timur tengah dimana
penggantian ideologi sering kali menyebabkan perang saudara tentu sangat merugikan negara
karena banyak yang meninggal, ekonomi negara terpuruk dan masih banyak lagi dampaknya.
4. Isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan)
Isu SARA menjadi ancaman besar yang bisa memecah keutuhan NKRI. Contohnya
seperti konflik isu SARA yang terjadi di Semarang, Malang dan Surabaya sehingga
menyebabkan terjadinya demontrasi besar-besaran sampai aksi pembakaran di Jayapura dan
daerah disekitarnya.

Tidak hanya aksi itu saja, kelompok demonstrasi disusupi oleh kelompok yang memiliki
kepentingan sehingga Papua akan memiliki hak untuk menentukan nasib dengan adanya
referendum.

Anda mungkin juga menyukai