UJI PELARUTAN
Untuk dapat memahami dan mengetahui bagaimana cara membedakan berat jenis
serat berdasarkan kelarutannya dalam beberapa jenis pelarut yang digunakan dalam
pengujian kelarutan serat.
Serat adalah suatu benda yang halus, memiliki diameter yang jauh lebih kecil dari
panjangnya. Serat terbagi menjadi dua kategori yaitu Serat Alam dan Serat Buatan.
Serat dapat digunakan jika memenuhi persyaratan diantaranya adalah panjang,
fleksibilitas, dan kekuatan.
Serat alam merupakan jenis bahan baku untuk pembuatan benang atau kain yang
berasal dari tumbuhan, hewan, atau melalui proses geologis.
Sementara itu serat alami juga masih bisa digolongkan ke dalam yaitu:
Serat buatan yang dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan Teknik fisika atau
kimia sehingga menghasilkan serat yang memiliki sifat fisik yang sama atau bahkan
lebih baik dari serat alami.
Sementara serat buatan juga masih bisa digolongkan ke beberapa kategori yaitu:
a. Serat Sintetis
Serat sintetis atau serat buatan dari manusia pada umumnya berasal dari bahan
petrokimia, akan tetapi ada juga serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami
contohnya rayon.
Serat Mineral
b. Serat Polimer
Serat polimer menjadi bagian dari serat sintetis, serat jenis ini dibuat dengan proses
kimia. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat serat polimer seperti:
• Polymida nilon
• PET atau PBT poliester, digunakan untuk membuat botol plastik
• Fenol-formaldehid (PF)
• Serat polivinyl alkohol (PVOH)
• Serat polivinyl khlorida (PVC)
• Poliolefin (PP dan PE)
• Polyethylene (PE)
• Elastomer, digunakan untuk membuat spandex
• Poliuretan
Identifikasi serat adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis serat
baik serat alam maupun serat buatan. Salah satu cara mengidentifikasi serat adalah
dengan uji pelarutan.
Uji pelarutan adalah uji identifikasi serat yang berhubungan dengan sifat kimia dari
masing-masing serat. Uji pelarutan sangat penting terutama untuk serat-serat buatan
yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melakukan uji pelarutan serat akan
dapat diketahui jenis seratnya setelah melihat kelarutan berbagai serat di dalam
pelarut.
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini terdapat
diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai
kemampuan untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari atomnya
sendiri, sehingga serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil, tetapi jika lebih bersifat asam
maka lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatil
Dalam polimer gugus ini menyebabkan molekul lebih kaku, dapat menaikan kohesi
antar molekul, sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis molekul lainnya.
Prinsip pengujian pada uji pelarutan ini adalah melarutkan serat pada beberapa
pelarut kemudian diamati bagaimana sifat kelarutannya. Setelah serat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah berisi pelarut, maka sekitar 10 menit setelah itu dapat
diketahui apakah serat tersebut larut dalam pelarut tersebut atau tidak sehingga
setelah mengetahui kelarutan dari suatu serat akan dapat diketahui jenis serat
tersebut. Uji pelarutan ini dilakukan dalam suhu kamar terlebih dahulu. Kemudian ada
beberapa pelarut yang harus dipanaskan atau dididihkan dalam bejana yang berisi air
yang dipanaskan bila serat belum/ tidak larut dalam pelarut tersebut dalam suhu
kamar. Namun bila serat sudah larut, pemanasan tersebut tidak perlu dilakukan lagi.
• Asam Klorida (HCl) 1:1 : asam ini akan melarutkan serat nilon.
• Asam Sulfat (H2SO4) 70 % : serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat kapas,
rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.
• Aseton : larutan ini hanya melarutkan serat rayon asetat.
• NaOCl (Natrium Hipoklorit) : serat wool dan sutera akan larut dalam larutan ini.
• Metil Salisilat : larutan ini akan melarutkan serat polyester.
• NaOH 45 % : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan polyester, wool dan
sutera.
• Meta Cresol : Larutan ini akan melarutkan serat polyester, rayon asetat dan
poliamida / nilon.
• DMF : Larutan ini akan melarutkan wool, poliakrilat, poliamida dan rayon asetat.
• Asam Nitrat : Pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wool, poliakrilat
dan nilon.
• KOH 5 % : Suhu pengujian mendidih dan waktu pengujian 50 menit, digunakan
untuk membedakan serat protein dan serat selulosa. Semua serat binatang dan
sutera larut. Protein diregenerasi (Vicara) dan sutera tussah hanya larut sebagian,
serat selulosa dan serat buatan tidak larut.
• HNO3 : melarutkan serat wool, sutera, rayon viskosa, nilon, dan poliakrilat.
III. SERAT PERCOBAAN
1. Kapas
2. Rayon Viskosa
3. Rami
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
7. Poliamida
8. Poliakrilat
9. Poliester Wool
10. Poliester Kapas
11. Poliester Rayon
1. H2SO4 60 %
2. H2SO4 70 %
3. HCl 1 : 1
4. HNO3
5. Asam Formiat
6. KOH 5 %
7. NaOH 10 %
8. NaOH 45 %
9. NaOCl
10. Metil Salisilat
11. Aseton
V. TABEL PENGELOMPOKKAN KELARUTAN BEBERAPA SERAT TEKSTIL
3 HCl Nylon/Polyamida
6 KOH 5% _
Bila ingin mengetahui jenis serat dari suatu kain yang tidak diketahui terbuat dari serat
apa, maka yang harus dilakukan adalah:
• Lakukan uji pembakaran untuk menentukan jenis serat secara umum apakah serat
tersebut tergolong ke dalam serat selulosa, serat rambut atau serat buatan yaitu
serat poliester.
• Lakukan uji mikroskop untuk melihat morfologi dari serat yang berasal dari kain
tersebut agar dapat memastikan jenis serat tersebut
• Yang terakhir lakukan uji pelarutan untuk memastikan jenis serat hasil pengamatan
saat uji pembakaran dan mikroskop karena suatu serat hanya akan larut ke dalam
pelarut tertentu saja.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum uji pelarutan yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa
serat akan larut terhadap pelarut tertentu yang sesuai dengan sifat kimia dari serat
tekstil tersebut. Kelarutan serat tekstil yang diuji dapat dilihat pada tabel berikut:
3 HCl Nylon/Polyamida
6 KOH 5% _