Anda di halaman 1dari 5

KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :

1. Hendrik Fitra Wijaya 422020001

2. Idris Rahmat Hidayat 422020002

3. Ricky sofian agung 422020004

4. Rafli Gunawan 422020007

DOSEN : Dr. Ir. Darmawi Bayin, M.T

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
TAHUN AJARAN 2020-2021
Mengapa sejak kemerdekaan, bangsa indonesia sudah merencanangkan kerukunan antar suku dan
antar agama. Buat kajian dilihat dari aspek wawasan nusantara

jawab :

. Kerukunan Umat Beragama

Rukun dari bahasa arab “ruknun” yang artinya asas-asas

atau dasar seperti rukun islam, dalam arti kata sifat adalah baik

atau damai, kerukunan hidup umat beragama artinya hidup dalam

suasana damai, tidak bertengkar walau berbeda agama

Kerukunan antarumat beragama dalam pandangan Islam

(seharusnya) merupakan suatu nilai yang terlembagakan dalam

masyarakat. Islam mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah

universal karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya kepada setiap

umat manusia (QS. al-Nahl (16): 36).

Adanya perubahan era, dari era orde baru ke era reformasi,


seharusnya meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan arti
penting persatuan dan kesatuan. Akan tetapi kenyataan yang terjadi
justru sebaliknya. Angin reformasi membawa dampak kebebasan yang
kurang terkendali. Hal ini akan sangat berbahaya bagi bangsa yang
tingkat heterogenitasnya cukup tinggi seperti Indonesia.
Keragaman agama, di satu sisi memberikan kontribusi positif
untuk pembangunan bangsa. Namun di sisi lain keragaman agama
dapat juga berpotensi sumber konflik.
Kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih banyak
menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait dengan hal ini
belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Cikesik, Ambon, Kupang,
Poso, dan lainnya masih menyisakan masalah. Ibarat api dalam sekam
yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di
sekelilingnya.
Banyaknya konflik yang melibatkan agama sebagai pemicunya
menuntut adanya perhatian yang serius untuk mengambil langkah-
langkah yang antisipatif, terutama dari segi yuridis. Hal ini penting demi
tercapainya kedamain kehidupan umat beragama di Indonesia. Jika hal
ini diabaikan, dikhawatirkan akan muncul masalah yang lebih beratdalam rangka pembangunan bangsa
dan negara di bidang politik,
ekonomi, keamanan, budaya, dan bidangbidang lainnya. Bangsa
Indonesia mencita-citakan suatu masyarakat yang cinta damai dan
diikat oleh rasa persatuan nasional untuk membangun sebuah negara
yang majemuk. Persatuan ini tidak lagi membeda-bedakan agama,
etnis, golongan, kepentingan, dan yang sejenisnya.

Tujuan Pengkajian

Tujuan penyusunan Pengkajian :


1. Untuk mengetahui dan menganalisis aspek sosial budaya kerukunan
umat beragama.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis aspek hukum kerukunan umat


beragama.
3. Memberikan rekomendasi kebijakan strategis pemerintah dalam
menciptakan kerukunan umat beragama.

Kegunaan Pengkajian :
1. Kegunaan Teoritis :
Kegunaan pengkajian secara teoritis untuk mengembangan
ilmu hukum dengann memberikan gambaran dari berbagai aspek
terkait kerukunan umat beragama di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis :
Secara praktis pengkajian ini berguna untuk memberikan
masukan terhadap pembentuk Naskah Akademis, dan Perancang
Peraturan Perundang-undangan. Selain daripada itu juga diharapkan dapat dipergunakan oleh
praktisi hukum, akademisi, serta masyarakat luas untuk mendalami kerukunan antar umat beragama di
Indonesia.

Supremasi Hukum

Salah satu agenda strategis di era reformasi sejak 1997/1998


dalam politik ketatanegaraan Indonesia adalah Penegakan Supremasi/
Kedaulatan Hukum dan Penguatan Prinsip Hak Asasi Manusia (HAM),
disamping agenda besar lain. Tiga ciri supremasi hukum, yakni:
pertama, hukum harus berperan sebagai panglima sehingga
penegakan hukum harus dapat diwujudkan tanpa pandang bulu; kedua,
hukum harus berperan sebagai centre of action, sehingga setiap
perbuatan hukum oleh penguasa atau individu harus dapat
dikembalikan kepada hukum yang berlaku; ketiga, perlakuan sama di
muka hukum (equality before the law). Pada tataran pelaksanaannya
diawali dengan melakukan Reformasi Konstitusi (UUD 1945) atau
constitusional reform. Ini ditandai dengan arah politik hukum yang
dilakukan MPR RI sesuai kewenangan konstitusional untuk
mengamandemen UUD 1945 selama empat tahun berturut-turut dalam
satu serial amandemen, (tahun 1999- tahun 2002 ).
Hasil nyata amandemen ke 2 UUD 1945 tahun 2000, antara lain
menghasilkan Bab X A tentang HAM mulai Pasal 28 A hingga
Pasal 28 J. Khusus kebebasan beragama mendapat tempat yang pasti
dalam pasal 29, pasal 28 E, pasal 28 I UUD 1945. HAM adalah klaim
yang mesti dipenuhi demi menyertakan eksistensi dan martabat

manusia, yang lebih tepatnya disebut Hak-Hak Insani. Konsep Al-


Ghazali dan segenap Ahli Ushul Fiqh disebut sebagai Al-Kulliyat/ Al-

Maqashid Al-Khamsah / Lima Hak Dasar Universal: 1. Berhubungan

dengan perlindungan jiwa dan tubuh; 2. Berhubungan dengan

perlindungan akal; 3. Perlindungan atas Agama/ Keyakinan; 4.

Perlindungan atas Harta Benda; 5. Perlindungan atas Kehormatan dan

Keturunan

Posisi dan peran negara (pemerintah) menjadi signifikan dalam

pemenuhan hak-hak insani (HAM) warganya, karena merupakan the

last resort (tumpuan terakhir), dan tidak bisa mengelak dan

memindahkan kepada pihak lain. Karena itu, suatu negara disebut

berhasil jika mampu memenuhi dan melindungi hak-hak warganya

dengan baik dan disebut negara gagal apabila ia gagal memenuhi atau

melindungi hak-hak warganya dengan semestinya. Alasan utama

kehadiran (raison de etre) negara memang tidak lain untuk melindungi


hak-hak insani (HAM) warganya itu.

HAM merupakan persoalan mendasar dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, tidak hanya negara-negara dunia ketiga, di

negara maju pun HAM merupakan isu yang tak pernah berhenti

dibicarakan. Untuk dapat berbicara tentang HAM dengan baik,

seseorang memerlukan komitmen yang tulus. Dan komitmen seperti itu

selalu berakar dalam kesadaran tentang makna dan tujuan hidup, yang

umumnya diajarkan oleh agama.

Anda mungkin juga menyukai