Anda di halaman 1dari 111

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


1. Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis Trimester III
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus
yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan mature
(cukup bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmature dan kehamilan
antara 28 minggu sampai 36 minggu disebut kehamilan premature
(Prawirohardjo, 2009).
Trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung
pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester kedua pada
minggu ke-13 hingga minggu ke-27 (15 minggu) dan trimester ketiga
pada minggu ke-28 minggu hingga ke-42 minggu (13 minggu)
(Manuaba, 2010).
Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40
minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian
(Vivian, 2011:118).
b. Perubahan Fisiologis Trimester III
1.      Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan
dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk
uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16
minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan
kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan
antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting
diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita

7
7

tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit


seperti mola hidatidosa dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3
jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus.
Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara ½ jarak
pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus
uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila
pertumbuhanjanin normal, maka tinggi fundus uteri pada
kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm
dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu,
fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah
prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang
pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul. Pada
trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah
rahim (SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas
uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak
batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran
retraksi fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih
tebal daripada SBR.
2.     Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat
dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks
menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan
ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan
ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks
tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat
partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus
uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah.
8

Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak


menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu
diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang
memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan
melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu
kehamilan. Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan
akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita
yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam
lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon
progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen,
terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi
lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
3.    Vagina Dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami
perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vula tampak lebih merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna
porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi
dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila
terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka perdarahan
akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian. Pada
bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih
kental.
4. Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat
keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi.
5.      Sirkulasi Darah
9

Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak


usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam
volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume
plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini
menurun menjadi ± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanita hamil
mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut
ketika tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih
meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung trombositnya.
Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung
akan meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan
peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya
isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ±
15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah.
6.     Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi
karena pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita
hamil bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal
dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran
gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%.
Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan
berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,
kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak
kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan
kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan penampilan
badannya.

7.     Traktus Digestivus


10

Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi


cairan intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter
esopagus bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi
lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn).
Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaks dengan disertai penurunan
motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak,
tetapi dapat menyebabkan konstipasi, merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil.
8.     Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,
keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri.
Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di
ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah,
sehingga produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa,
asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.
9.     Metabolisme Dalam Kehamilan
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan
pada trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh
terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah
kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan,
dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam
pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup
hemat dalam hal pemakaian tenaganya.
Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan
tulang-tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester
terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung
1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam
badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk
11

pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium


dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya
hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi
hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang
tetani. Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-
oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak
hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini
mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16
minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah
enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pinosinase
ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada kehamilan 14-38
minggu.

c. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III


Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada
Trimester III, adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan Frekuensi berkemih
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu atas panggul, keluhan itu akan kembali (Prawiohardjo,
2011).
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil
trimester III dengan keluhan sering kencing yaitu KIE tentang
penyebab sering kencing, kosongkan kandung kemih ketika ada
dorongan, perbanyak minum pada siang hari dan kurangi minum
di malam hari jika mengganggu tidur, hindari minum kopi atau teh
sebagai diuresis, berbaring miring kiri saat tidur untuk
meningkatkan diuresis dan tidak perlu menggunakan obat
farmakologis (Hani, 2011 : 59).

2) Leukorea
12

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar dengan


konsistensi kental atau cair bersifat asam akibat pengubahan
sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam
laktat oleh basil doderlein. Upaya mengatasinya adalah dengan
memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan
mengganti panty berbahan katun dengan sering. Sebaiknya tidak
melakukan douch atau menggunakan semprot untuk menjaga
kebersihan genetalia (Varney, 2010).
3) Pegal pada perut bagian bawah
Terjadi pada lumbosakral yang biasanya meningkat seiring
pertambahan usia kehamilan karena disebabkan pergeseran pusat
gravitasi wanita dan postur tubuhnya. Peningkatan lordosis yang
kurang diperhatikan menyebabkan otot punggung meregang dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney, 2010).
Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:
a) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan
berjalan tanpa istirahat
b) Gunakan sepatu bertumit rendah
c) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong
penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset
maternal atau belly band yang elastik)
d) Pijatan/usapan pada punggung
e) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong
atau gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan
punggung dan meringankan tarikan dan regangan.
4) Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim
yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian
bawah sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi semakin berat
karena gerakan otot dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar
progesterone (Romauli, 2011).
13

Perencanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan


keluhan konstipasi adalah tingkatkan intake cairan minimum 8
gelas air putih setiap hari dan serat dalam diet misalnya buah,
sayuran dan minum air hangat, istirahat yang cukup, melakukan
olahraga ringan ataupun senam hamil, buang air besar secara
teratus dan segera setelah ada dorongan (Hani, 2011 : 55).
5) Terasa ada gas dalam perut dan gembung (flatulen)
Terjadi akibat peningkatan progesterone yang merelaksasi
otot halus dan akibat pergeseran serta penekanan usus halus
karena pembesaran uterus pada kehamilan yang lanjut (Varney,
2010).
Untuk mengurangi flatulen adalah dengan pola defekasi yang
teratur serta menghindari makanan yang mengandung gas
(Varney, 2010).
6) Sakit kepala
Umumnya terjadi pada kehamilan muda dan akan berkurang
atau menghilang pada pertengahan kehamilan (Varney, 2010).
7) Tersumbatnya saluran hidung
Disebabkan kadar esterogen yang meningkatkan aliran darah
ke membran selaput lendir hidung sehingga selaput menjadi lebih
lembut dan membengkak. Atasi dengan mengkonsumsi cukup
cairan dan vitamin C 250 mg.
8) Kram kaki
Kram kaki diperkirakan karena asupan kalsium atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor tubuh. Salah satu
dugaan lain ialah uterus yang membesar memberi tekanan pada
pembuluh darah panggul sehingga menggangu sirkulasi (Varney,
2010).
Dapat diatasi dengan meluruskan kaki yang kram dan
menekan tumit,mempertahankan postur tubuh yang baik, anjurkan
14

diet kalsium dan fosfor, serta melakukan elevasi kaki secara


teratur (Varney, 2010).
9) Sakit punggung
Tekanan rahim yang membesar menyebabkan saraf pinggul
terasa linu sehingga pinggang, bokong dan tungkai terasa sakit
(Varney, 2010).
Istirahat dan kompres air hangat akan membantu mengurangi
sakit punggung (Varney, 2010).
10) Varices vagina dan kaki
Varices diakibatkan gangguan sirkulasi vena dan peningkatan
tekanan vena pada ekstremitas bawah. Perubahan ini diakibatkan
penekanan uterus yang membesar. Biasa terdapat pada kaki atau
vulva (Varney, 2010).
Dapat diatasi dengan hindari pakaian yang ketat,hindari
berdiri lama, naikkan kaki ke atas, silangkan tungkai saat duduk,
pertahankan postur tubuh, mandi air hangat dan lakukan latihan
yang membantu sirkulasi (Varney, 2010).
11) Edema dependen
Terjadi pada kaki akibat tekanan uterus yang membesar pada
vena panggul saat duduk atau telentang. Hal ini berbeda dengan
edema karena pre-eklampsi (Varney, 2010). Adapun cara
penangaannya adalah hindari menggunakan pakaian ketat, elevasi
kaki secara teratur sepanjang hari, posisi menghadap kesamping
saat berbaring, penggunaan penyokong atau korset pada abdomen
maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul (putri,
2012).
12) Nafas pendek
Difragma mengalami elevasi 4 cm sehingga terjadi pelebaran
diameter transversal namun masih kurang untuk mengompensasi
elevasi difragma sehingga mengakibatkan sesak nafas. Tubuh
merespon dengan bernafas cepat (Varney, 2010).
15

Penanganan dapat dengan mengajarkan untuk berdiri dan


meregangkan lengan di atas kepala, menganjurkan
mempertahankan postur tubuh dan ajarkan pernafasan interkosta
(Varney, 2010).
13) Insomnia
Insomnia pada wanita yang hamil maupun tidak dapat
disebabkan oleh kekhawatiran, kecemasan dan terlalu gembira
menyambut acara esok hari. Wanita hamil memiliki tambahan
diantaranya uterus yang membesar, ketidanyamanan selama
kehamilan, terutama jika janin bergerak aktif (Varney, 2010).
Beberapa penanganannya ialah mandi air hangat, minum air
hangat dan ambil posisi relaksasi (Varney, 2010).
14) Kontraksi Braxton hicks
Kontraksi ini akan melatih rahim untuk bersalin. Kontraksi
tidak terasa sakit, pergerakannya mulai dari atas lalu ke bawah
hingga akhirnya memudar dan terjadi selama 30 detik atau 2
menit. Akan semakin sering dan kuat seiring bertambahnya usia
kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
c. Perkembangan Janin Trimester III
Tabel 2. 1 Perkembangan Janin Trimester III
Usia Keteragan
Kehamilan
Berat bayi saat ini sekitar 1250 gram, dan dia akan menambah berat
badannya dengan cepat dalam beberapa minggu ke depan. Otaknya
28 minggu
bekerja keras, menjadi lebih kompleks dan berkembang lebih banyak
jaringan.
29 minggu Bobotnya hampir 3 kg, memiliki buli mata dan telah membuka matanya.
Minggu ini perubahan besar berlangsung pada sistem saraf bayi
30 minggu
(Stoppand, 2009).
Panjang bayi saat ini adalah 15 ½ inci dan beratnya bisa
31 minggu
mencapai sekitar 4 pon (2 kg) sekarang.
Berat bayi saat ini sekitar 2,25 kg dan berlatih pernapasan
32 minggu
persiapan untuk kelahirannya.
Ukuran bayi saat ini sekitar 16 ½ inci dari kepala sampai kaki,
33 minggu
dan terus bertambah berat badannya.
34 minggu Bobotnya hampir 2,5 kg dan kira-kira 17 ½ inci panjang.
Tulang bayi mulai mengeras, kecuali tulang-tulang di
16

tengkorakny, yang tetap lembut sampai setelah lahir.


Paru-parunya yang hampir sepenuhnya dikembangkan, dan
35 minggu beratnya mungkin sudah mencapai 3 kg. pada ukuran dan fisik
yang sudah siap dilahirkan.
Berat bayi saat ini berkisar antara 2,5 kg – 3 kg lebih dan
36 minggu panjangnya sekitar 19 inci. Bulu-bulu halus yang menutupi
seluruhnya mulai berkurang menjelang kelahirannya.
Bayi sekarang berbobot sekitar 3 kg. jika bayi masih dalam
37 minggu posisi sungsang, dapat dilakukan senam hamil dan beberapa
teknik yoga untuk membenarkan posisi hamil.
Beberapa minggu terakhir ini, bayi hanya bertambah berat
badannya, otak dan paru-parunya pun sudah berfungsi dengan
38 minggu
baik. Berat bayi dapat mencapai 3,5 kg. kuku-kuku jari
tangannya juga sudah mulai tumbuh memanjang.
Berat bayi bervariasi antara 2,5 kg – 4 kg. Panjangnya 18
sampai 20 ½ inci, seukuran bayi yang siap dilahirkan. Lemak
39 minggu
tubuhnya berkembang akan membantunya mengatur suhu
tubuhnya di luar rahin ketika lahir nanti.
Pada minggu ini, bayi pada umumnya akan kehilangan lanugo
dari tubuhnya (Stoppard, 2009). Kulitnya halus dan lembut,
dan mungkin masih terdapat verniks (kebanyakan di
punggungnya), yang akan memudahkan perjalanannya melalui
40 minggu jalan lahir. Pada minggu-minggu terakhir ini, bayi akan
semakin banyak menghasilkan hormon yang disebut kortison
dari kelenjar adrenalnya. Ini membantu mematangkan paru-
parunya dan menyiapkan untuk udara pertamanya (Stoppard,
2009).
Sumber : Perkembangan janin trimester III (Stoppard, 2009)

Tabel 2.2 TFU sesuai Leopold

Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan


⅓ diatas simfisis
½ simfisis-pusat 12 Minggu
⅔ diatas simfisis 16 minggu
Setinggi pusat 20 minggu
⅓ diatas pusat 24 minggu
½ pusat-prosesus 28 minggu
xifoideus(px) 34 minggu
Setinggi prosesus 36 minggu
xifoideus(px) 40 Minggu
2 jari (4cm) dibawah(px)
17

Tabel 2.3 TFU sesuai Mc Donald


TFU Usia Kehamilan

20 cm 20 minggu

23 cm 24 minggu
26 cm 28 minggu
30 cm 32 minggu
33 cm 38 minggu

(Sumber: (Varney et al. 2008))

Tabel 2.4 TFU sesuai TBJ


Usia kehamilan Panjang Janin (cm) Berat Badan Janin
(Minggu) (gram)
4 0,4 – 0,5 0,4
8 2,5 – 3 2
12 6–9 19
16 11,5 – 13,5 100
20 16 – 18,5 300
24 23 600
28 27 1100
30-31 31 1800 – 2100
38 35 2900
40 40 3200
Sumber :Bobak, dkk (2004; h.2005).

d. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Kehamilan Trimester III adalah kehamilan  pada usia 29-42
minggu atau 7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan
18

berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai


dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis
(Prawirohardjo, 2011).
Berikut adalah tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III:
1) Perdarahan Antepartum
2) Sakit Kepala yang Berat
3) Pengelihatan kabur
4) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Gerakan janin tidak terasa
7) Nyeri perut yang hebat

e. Adaptasi Psikologis Ibu Hamil Trimester III


Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran
bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar
menanti kehadiran bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat
lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul
(Varney, 2007).
Menurut Kartono (2008), kecemasan pada ibu hamil trimester tiga
dapat berdampak pada proses persalinan, dimana pengaruh psikologis
ini bisa menghambat proses persalinan, misalnya his tidak teratur,
jalan lahir sangat kaku dan sulit membuka, atau posisi bayi tidak
kunjung turun. Terhambatnya proses persalinan disebabkan
kecemasan dapat menstimulasi pengeluaran hormone katekolamin
yang akan menghambat kerja atau aktifitas uterus (Auni Marhamah,
eJournal Psikologi, 2013).
19

f. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester III


Menurut Romauli (2011:134-160) kebutuhan Fisik Ibu hamil
Trimester III, yaitu sebagai berikut:
1) Kebutuhan Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
a) Kalori
Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak. Bahan
makanan yang banyak banyak mengandung hidrat arang
adalah golongan padi-padian (misalnya beras dan jagung),
golongan umbi-umbian (misalnya ubi dan singkong) dan
sagu.
b) Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian
tubuh. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil
mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
Sumber zat protein yang berkualitas tinggi adalah susu.
Sumber lain meliputi sumber protein hewani (misalnya
daging, ikan, unggas, telur dan kacang) dan sumber protein
nabati (misalnya kacang-kacangan seperti kedelai, kacang
tanah, kacang tolo dan tahu tempe).
c) Mineral
Semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-makanan
sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu.
Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makanan
sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan
suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, forofumarat atau
feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar atau pada
wanita yang sedikit anemia dibutuhkan 60-100 mg/hari.
20

Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum


susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram
kalsium.
d) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan
buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.
Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
3) Kebutuhan Personal Higiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah
genetalia). Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat
perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu kekurangan kalsium.
4) Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air
putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.
Meminum air putih hangat ketika dalam keadaan kosong dapat
merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami
dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak
terjadi konstipasi.
5) Kebutuhan Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan
sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran. Koitus tidak diperkenankan bila terdapat
perdararahan pervaginan, riwayat abortus berulang,
21

abortus/partus prematurus imminens, ketuban pecah


sebelumnya waktunya.
6) Kebutuhan Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa
selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan
untuk melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara berirama
dengan menghindari gerakan menyentak, sehinggga
mengurangi ketegangan pada tubuh dan menghindari kelelahan.
7) Kebutuhan Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang
teratur karena dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan
rohani untuk kepentingan perkembanagan dan pertumbuhan
janin. Tidur pada malam hari selma kurang lebih 8 jam dan
istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam.
e. Persiapan Persalinan
Menurut Depkes RI (2011), persiapan persalinan meliputi
antara lain:
a. Tanyakan kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan
persalinan.
b. Siapkan tabungan untuk biaya persalinan.
c. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika
sewaktu-waktu diperlukan.
d. Rencana melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan.
e. Rencana ikut KB, tanyakan caranya kepada petugas kesehatan.
f. Siapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika
sewaktu-waktu diperlukan.
f. Pemeriksaan Kehamilan/Antenatal Care (ANC)
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
22

sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas dan kembalinya


kesehatan reproduksi secara wajar (Prawirohardjo, 2010).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes RI, 2009).
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Menyiapkan secara optimal baik fisik maupun mental ibu dan
janin selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan janin yang sehat.
b) Tujuan Khusus
1) Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang
mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas. 
2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang
mungkin diderita sedini mungkin.
3) Menurunkan angka kematian morbiditas dan mortalitas ibu
dan anak.
4) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-
hari dan keluarga berencana, kehamilan, nifas dan laktasi. 
3. Pelayanan Antenal Care
Menurut Depkes RI (2010), menyatakan bahwa dalam
penerapan  praktis asuhan kebidanan pada ibu menggunakan
standar minimal  pelayanan antenatal menjadi 10T yang terdiri :
a) Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan
Menurut Kusmiyati (2009), pertambahan berat badan
yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh
(BMI: Body Mass Index) dimana metode ini untuk
menentukan pertambahan berat  badan yang optimal selama
masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting
23

mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat


badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg. Adapun
tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal
tinggi badan yang  baik untuk ibu hamil antara lain >145 cm.
Menurut Prawirohardjo (2014), sebagai pengawasan
akan kecukupan gizi dapat dipakai kenaikan berat badan
wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil
rata-rata antara 6,5- sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih
dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang
mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih
sayur mayur dan buah-buahan.
Menurut Depkes RI (2010), mengukur tinggi badan
adalah salah satu deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko,
dimana bila tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm atau
dengan kelainan bentuk  panggul dan tulang belakang.
Adapun cara untuk menentukan status gizi dengan
menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan dan
tinggi badan ibu sebelum hamil sebagai berikut:
Rumus IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m)²
Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan
Total kenaikan Selama
IMT (kg/m2) berat badan yang trimester 2
disarankan dan 3
Kurus 12,7–18,1 kg 0,5
(IMT<18,5) kg/minggu
Normal 11,3-15,9 kg 0,4
(IMT 18,5-22,9) kg/minggu
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3
(IMT 23-29,9) kg/minggu
Obesitas 0,2
(IMT>30) kg/minggu
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7
24

kg/minggu
(Sumber: (Sukarni 2013))

b) Pengukuran LILA
Menurut Kusmiyati (2009), pada ibu hamil pengukuran
LILA merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya
Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi.
Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke
janin berkurang, sehingga  pertumbuhan janin terhambat dan
berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan
IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA
<23.5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam
jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya. 

c) Ukur Tekanan Darah


Prawirohardjo (2010), menjelaskan bahwa, mengukur
tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring,
posisi tetap sama  pada pemeriksaan pertama maupun
berikutnya. Letakkan tensimeter dipermudahkan yang datar
setinggi jantungnya. Gunakan ukuran manset yang sesuai.
Tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan distol
15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu atau paling
sedikit pada  pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih
waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu di
rujuk.

d) Ukur Tinggi Fundus Uteri


Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuanya
kehamilan dan  berat badan janin dilakukan dengan
25

pengukuran tinggi fundus uteri yang dapat dihitung dari


tanggal haid terakhir yang menggunakan rumus (Mochtar,
2010). Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan
diatas 24 minggu memakai pengukuran mc Donald yaitu
dengan cara mengukur tinggi fundus memakai cm dari atas
simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai
rumusnya (Kusmiyati, 2010).
Taksiran berat janin dapat dihitung dari rumus Johnson
Toshack (Johnson Toshack Estimated Fetal Weight ) yang
diambil dari tinggi fundus uteri .
JEFW (gram) = (FH (Fundal Heightcm ) – n ) x 155
(konstanta)
n = 11 bila kepala di bawah spina ischiadica
n = 12 bila kepala di atas spina ischiadica
n = 13 bila kepala belum masuk pintu atas panggul
Tabel 2.2 Umur Kehamilan Berdasarkan TFU

Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan


⅓ diatas simfisis
½ simfisis-pusat 12 minggu
⅔ diatas simfisis 16 minggu
Setinggi pusat 20 minggu
⅓ diatas pusat 24 minggu
½ pusat-prosesus 28 minggu
xifoideus(px) 34 minggu
Setinggi prosesus 36 minggu
xifoideus(px) 41 minggu
2 jari (4cm) dibawah(px)

Tabel 2.3 Usia Kehamilan Berdasarkan TFU


Dalam Bentuk (cm)
26

TFU Usia Kehamilan


20 cm 20 minggu

23 cm 24 minggu
26 cm 28 minggu
30 cm 32 minggu
33 cm 36 minggu

(Sumber: (Varney et al. 2008))

e) Tentukan Presentasi Janin dan Hitung DJJ


Menurut Setiawan (2011), tujuan pemantauan janin itu
adalah untuk mendeteksi dari dini ada atau tidaknya faktor-
faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia,
gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah satu cara untuk
memantau janin.
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir
trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau
kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/ menit atau
DJJ cepat lebih dari 160/ menit menunjukkan adanya gawat
janin.

f) Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap


Menurut Prawirohardjo (2010), pemberian imunisasi
tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali
saja, imunisasi  pertama diberikan pada usia kehamilan 16
minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian,
27

akan tetapi untuk memaksimalkan  perlindungan maka


dibentuk program jadwal pemberian imunisasi  pada ibu
hamil.

 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan


Pada kunjungan
-
TT 1 antenatal pertama -
4 minggu setelah
3 tahun
TT 2 TT1 80
6 bulan setelah
5 tahun
TT 3 TT2 95
1 tahun setelah
10 tahun
TT 4 TT3 99
25 tahun/seumur
TT 5 1 tahun setelah 99
hidup
TT4
 Sumber: (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015).

Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis


pemberian 0,5 cc IM (intra muscular) di lengan
atas/paha/bokong. Khusus untuk calon  pengantin diberikan
imunisasi TT 2X dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1
dan TT2 diberikan sebelum menikah (Salmah, 2006).

g) Pemberian Tablet Besi Minimal 90 tablet selama kehamilan


Menurut Lubis (2009), pada masa kehamilan volume
darah mengikat seiring kebutuhan zat besi. Suplement zat
besi hamil terbukti membantu mencegah defisiensi zat besi.
Kekurangan zat besi  bias mempertinggi resiko komplikasi
disaat persalinan dan resiko melahirkan berat badan rendah
dan premature.
Para ahli menganjurkan wanita hamil mengkonsumsi
zat 27 mg hari, yaitu 50% diatas kebutuhan normal. Depkes
(2004), mengemukakan bahwa WHO juga menganjurkan
28

pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi)


2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9% atau kurang
dari pada salah satu kunjungan tingkatan tablet zat besi
menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya.
Kebijakan program kesehatan ibu dan anak (KIA) di
Indonesia saat ini menetap:
1) Pemberian tablet Fe (320 mg Fe Sulfat dan 0,5 mg asam
folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet
selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan
tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 100 mg.

2) Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet


zat besi 2-3 kali satu tablet / hari selama 2-3 bulan dan
dilakukan pemantauan Hb (Bila masih anemia),
pemeriksaan sampel tinja untuk melihat kemungkinan
adanya cacing tambang dan parasit lainnya,
pemeriksaan darah tetapi terhadap parasit malaria(di
daerah endemik). Pada setiap kali kunjungan mintalah
ibu untuk meminum tablet zat  besi yang cukup, hindari
meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan
karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet
zat besi lebih dapat diserap jika di sertai dengan
mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C
dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi
berikan tablet vitamin C 250 mg perhari (Depkes RI,
2010).

h) Tes laboratorium
Depkes RI (2010), mengemukakan bahwa pelayanan
kebidanan-kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui
hubungan seksual.penyakit ini tidak hanya berpengaruh
29

terhadap ibu akan tetapi  juga terhadap bayi yang dikandung


atau dilahirkan.
Tes laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb <
11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi
suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb
menjadi 11 gr% atau lebih.
2) Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. )
Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu hamil datang
pertama kali di ambil spesimen darah vena kurang lebih
2 cc. Apabila hasil test positif maka dilakukan
pengobatan dan rujukan.

3) Pemeriksaan Protein urine


Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine
mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala
Preeklampsi.

4) Pemeriksaan Urine Reduksi


Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. Bila hasil
positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk
memastikan adanya DMG.

i) Tatalaksana Kasus
Menurut Joesrhan (2012), bila dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan penyakit, ibu hamil perlu dilakukan
perawatan khusus.

j) Temu Wicara (Konseling dan pemecahan masalah)


30

Setiawan (2011), menyatakan bahwa temu wicara pasti


dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa
berupa anamnesa, konsultasi dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
biopsikososial dan pengetahuan klien. Memberikan
konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan
yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu
menentukan  pilihan yang tepat.
2) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan.
3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan
membawa surat hasil rujukan.
4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan.
5) Memberikan asuhan antenatal
6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah. 
7) Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam
keluarga tentang rencana proses kelahiran.  
8) Persiapan dan biaya persalinan.  

3) Jadwal Kunjungan ANC


Menurut Prawirohardjo (2010), disebutkan bahwa wanita
hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal, yaitu:
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu
14-28).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu
28-36 dan sesudah minggu ke 36).
31

Menurut Muchtar (2010), pelayanan Antenatal meliputi:


a) Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada
3 bulan pertama usia kehamilan dengan mendapatkan
pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT dan
pemberian tablet zat besi) disebut juga K1 (kunjungan pertama
ibu hamil).

b) Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali


pada umur kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan
pelayanan 5T  (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT dan
pemberian tablet zat besi).

c) Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali


pada umur kehamilan 7-9 bulan dengan mendapatkan
pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan
pemberian tablet zat besi), disebut juga K4 (kunjungan ibu
hamil ke empat).

Menurut Depkes RI (2010), kunjungan ibu hamil adalah


kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat
diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di
rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dlakukan secara
berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
32

1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)


Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dan pelayanan kesehatan trimester I dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi identitas/biodata,
riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan,
riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.
2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau
lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemerisaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester
III, usia kehamilan >32 minggu, meliputi anamnese,
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan,
pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada
indikasi/diperlukan, diagnosis akhir (kehamilan normal,
terdapat penyakit, terjadi komplikasi, atau tergolong
kehamilan risiko tinggi), sikap dan rencana tindakan
(persiapan persalinan dan rujukan).
g. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan
nomor 28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan
keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
1) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
2) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
3) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air
susu ibu eksklusif
4) penyuluhan dan konseling
33

5) bimbingan pada kelompok ibu hamil


.
2. Konsep Dasar Teori Anemia Ringan dalam kehamilan
a. Pengertian Anemia Ringan dalam Kehamilan
Menurut Manuaba ( 2012 ), anemia ringan adalah dimana kadar
hemoglobin berkisar antara 9 – 10,9 gr % / dl.
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin dalam
darah dibawah batas normal. Di Indonesia, kasus anemia umumnya
terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah ( Saifuddin, 2011 ).

Definisi anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin


kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan trimester 3, dan kadar
hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi
karena proses hemodilusi terutama pada trimester ke-2 (Prawirohardjo,
2007).

b. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya
asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil
dan menyusui ( kebutuhan fisiologis ), dan kehilangan banyak darah
saat menstruasi ( Manuaba, 2012 ).

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan


akan zat – zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahan –
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah
banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel- sel darah kurang
dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi). Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut:
plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi


dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat meringankan
34

beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,
yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat
hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah
tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya
unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila
darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya
dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Wiknjosastro, 2006).

c. Macam – macam anemia

Menurut Prawirohardjo (2009), ada beberapa macam jenis


anemia yang dapat terjadi, yaitu :
1) Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang paling sering
dijumpai yang disebabkan karena kekurangan unsur zat besi
dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi
yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.
2) Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 (kobalamin).
3) Anemia Aplastik adalah anemia aplastik pada kehamilan
biasanya terjadi eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada
sebelumnya oleh kehmilan dan hanya membaik setelah terminsi
kehamilan.
4) Anemia Penyakit Sel Sabit adalah anemia penyakit sel sabit (sickle cell
anemia) biasanya disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis,
infark pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, prematuritas, dan
kematian janin.

d. Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin kurang dari


11,0 gr%. Menurut Manuaba (2010), Anemia pada ibu hamil di
35

Indonesia sangat bervariasi, yaitu:


1) Tidak anemia : Hb >11 gr%
2) Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
3) Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
4) Anemia berat : Hb < 7 gr%

e. Tanda dan Gejala Anemia

Suplai oksigen ke jaringan tubuh menyebabkan kadar hemoglobin


dalam darah menjadi berkurang atau menurun sehingga menimbulkan
gejala anemia secara umum, sebagai berikut keletihan mengantuk,
kelemahan, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang (perubahan
dalam kesukan makanan), perubahan mood, perubahan kebiasan tidur
(Varney, 2011).

Pada pemerikasaan tanda-tanda anemia dapat meliputi pucat, ikterus,


hipotensi ortostatik, edema perifer, membran mukosa dan bantalan
kuku pucat, lidah halus (papilla tidak menonjol), lidah mengalami lecet,
splenomegali, takikardia atau aliran murmur, takipnea, serta dispnea
saat beraktivitas (Varney, 2011).

f. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin

Anemia sangat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, nifas,


dan janin. Menurut Manuaba (2009), pengaruh anemia tersebut, yaitu :

a) Bahaya anemia dalam kehamilan seperti : Resiko terjadi abortus,


Persalinan permaturus, Hambatan tumbuh kembang janin dalam
Rahim, Mudah menjadi infeksi, Ancaman dekompensasi kordis
(Hb <6 gr %), Mengancam jiwa dan kehidupan ibu, Mola
hidatidosa, Hiperemesis gravidarum, Perdarahan anterpartum,
Ketuban pecah dini (KPD).
36

b) Bahaya Anemia Dalam Persalinan seperti : Gangguan kekuatan his,


Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar,
Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan. Kala tiga dapat diikuti
retensio placenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri.

c) Bahaya Anemia Dalam Masa Nifas seperti : Perdarahan post


partum karena Atonia uteri dan Involusio uteri memudahkan
infeksi puerperium, Pengeluaran ASI berkurang, Terjadi
dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, Mudah terjadi
infeksi mammae, Bahaya anemia terhadap janin.

d) Bahaya Anemia Pada Janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan


dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan
dan bentuk : Abortus, Terjadi kematian intra uteri, Persalinan
prematuritas tinggi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Kelahiran
dengan anemia, Dapat terjadi cacat bawaan, Bayi mudah mendapat
infeksi sampai kematian perinatal, Intelengensi rendah, oleh karena
kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin

g. Pencegahan Dan Penanganan Anemia


Pencegahan Anemia Untuk menghindari terjadinya anemia
sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga
dapat diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan
kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan
tinja sehingga di ketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2009).
37

Penanganan pada Anemia sebagai berikut :


a) Memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil.
Menganjurkan ibu untuk makan makanan dengan menu seimbang
untuk pertumbuhan janin dan penambahan berat badan ibu.

b) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak mudah


lelah, yakni dengan pola istirahat 2 jam pada siang hari dan 8 jam
pada malam hari. Ibu sebaiknya tidak melakukan banyak pekerjaan
dan menghindari mengangkat beban yang berat.

c) Memberikan terapi sederhana yaitu sulfa ferous 2x1 dan vitamin B


com 1x1. Obat sebaiknya diminum dengan air putih, bukan dengan
susu, teh atau kopi.

d) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang (Betty dkk,


2014).
h. Faktor yang Berhubungan dengan Anemia
Besarnya angka kejadian anemia pada trimester I kehamilan adalah
20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.
Perbedaan ini terjadi karena zat besi yang dibutuhkan pada trimester
pertama kehamilan masih sedikit karena ibu tidak mengalami
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat.

Menginjak trimester II hingga III, volume darah dalam tubuh wanita


akan meningkat sampai 35%. Angka ini setara dengan 450 mg zat besi
untuk memproduksi sel-sel darah merah . sel-sel tersebut harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan janin.
Pada saat melahirkan, wanita memerlukan tambahan zat besi 300-350
mg untuk mengimbangi jumlah darah yang hilang. Sampai saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau 2x
lipat kebutuhan pada saat tidak hamil. Faktor resiko anemia pada ibu
hamil lainnya, yaitu :

a) Umur
38

Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai
ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur
ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang
dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal
sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada
masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut
terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk. Ibu
cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan
zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada
usia di atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi
rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan sampai persalinan (Varney, 2006).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada
paritas 1 dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Prawirohardjo, 2009).

Setelah kehamilan yang ketiga resiko Anemia (kurang darah)


meningkat. Hal disebabkan karena pada kehamilan yang berulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus yang
biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin (Prawirohardjo,
2009).

c) Status Gizi Ibu Hamil.

Anemia merupakan salah satu masalah utama penyebab angka


kematian ibu di Indonesia dan sering terjadi pada ibu hamil. Biasanya
Anemia ditemukan pada wanita hamil yang jarang mengkonsumsi
39

sayuran segar, khususnya jenis daun- daunan hijau yang mentah


ataupun makanan yang kandungan protein hewani.
Status gizi dinilai berdasarkan perhitungan Antropometri WHO
NCHS (National Center Of Health Statistic), yaitu pengukuran dan
berbagai dimensi fisik tubuh seperti berat badan terhadap umur (BB/U),
tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB) dan dikelompokkan. Menurut klasifikasi Departemen
Kesehatan Indonesia menjadi gizi buruk (BB/U < 60 %), gizi kurang
(BB/U 60-80%) dan gizi lebih (BB/U > 110%).
Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relatif besar. Hal ini
berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan
kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitamin
E2 (Riboflapin),Vitamin A, D, Mineral, dan Fe (Prawirohardjo, 2009).

3. Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis


a. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah dkk, 2009). Persalinan adalah suatu proses
terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).

b. Jenis Persalinan
1. Klasifikasi Persalinan menurut bentuk persalinan sebagai berikut:
a) Persalinan spontan
40

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan


melalui jalan lahir.
b) Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi sectio caesar
c) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan misalnya dengan
pemberian pitocin, prostaglandin atau pemecahan ketuban.
2. Klasifikasi Persalinan Menurut Berat Janin dan Umur Kehamilan
a) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari
22 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.
b) Persalinan immatur
Hasil konsepsi dikeluarkan pada umur kehamilan 22-27
minggu dengan berat janin 500-999 gram.
c) Persalinan prematur
Persalinan dengan umur kehamilan 28-36 minggu dengan
berat janin antara 1000-2500 gram.
d) Persalinan aterm
Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu dengan
berat janin diatas 2500 gram.
e) Persalinan serotinus
Persalinan lebih dari 42 minggu atau persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Manuaba (2010) menyatakan bahwa, persalinan
ditentukan oleh 5 faktor “P” utama yaitu:
41

1. Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu his (kontraksi otot rahim),


kontraksi otot dinding perut atau kekuatan meneran, ketegangan
kontraksi ligamentum rotundum. (Manuaba, 2008).
2. Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran / berat
janin, ada/tidak kelainan) dan plasenta. Presentasi digunakan untuk
menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahin yang
dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam (Manuaba,
2008).
3. Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras
tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot jaringan dan
ligament-ligament. Panggul kecil ini terdiri dari pintu atas panggul,
bidang terluas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah
panggul (Manuaba, 2008).
4. Psikologi, yaitu psikis ibu mempengaruhi proses persalinan dimana
psikis sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam proses
persalinan. Dimana Psikis ibu dalam persalinan akan sangat
mempengaruhi daya keja otot-otot yang dibutuhkan dalam
persalinan. Baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika seorang
ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka
persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun jika ia
merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan
menghambat proses persalinan (Manuaba, 2008).
5. Penolong, yaitu penolong mempengaruhi proses persalinan dimana
persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan yang profesional.
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan
dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu seorang
bidan dapat membantunya mengenali tanda dan gejala persalinan
sangat dibutuhkan. Tenaga ibuakan menjadi sia-sia jika saat untuk
mengejan yang ibu lakukan tidak tepat (Manuaba, 2008).
42

d. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara
lain dikemukakan faktor-faktor femoral, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
a. Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua: akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu
sirkulasi utero-plasenter.
d. Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion
servikale (flexsus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus: (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan
dengan jalan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser
2) Amniotomi: pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

e. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan


Sebelum terjadi persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
43

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki


pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara
tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor
pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah bisa bercampur (bloody show).

f. Tanda-Tanda Masuk Persalinan


1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada
pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

g. Perubahan Psikologi Persalinan


1. Kala I
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan
terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian
pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau perasaan
aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan
tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman
dalam posisi apa pun dalam waktu lama). (Varney, 2008).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif,
ibu menjadi serius, diam dan sibuk dengan kontraksi. Seorang
wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat
44

menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan.


Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima kebenaran yang
mencerminkan semacam krisis, dimana ibu menyadari tidak dapat
mengendalikan proses persalinan (Penny, Dkk, 2010: 187-196).
2. Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan
sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus
dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan
salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya
merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan
menyakitkan. (Varney, 2008).
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan
rasa nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir
jernih kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali
orang-orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya melalui
gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang membantu
pelahiran (Penny, Dkk, 2010: 204).
3. Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat;
kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu
melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-
kadang mengalami kram yang hebat atau sebaliknya, perhatian ibu
tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari
terjadinya tahap ketiga ini (Penny, Dkk, 2010: 211-212).
4. Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan
yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu
akan merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan
rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu.
Sebaliknya ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan
45

diri terhadap kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan,


keadaan tidak hamil dan sudah menjadi seorang ibu (Penny, Dkk,
2010: 215).

h. Perubahan Fisiologi Persalinan


1. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik
rata-rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).
2. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal.
Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.
3. Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah
persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan
10C.
4. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung
secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak
jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
5. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi
peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
6. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan
aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam
persalinan.
46

7. Perubahan gastro intestinal


Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan
hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat
lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam
tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu
mencapai akhir kala.

8. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,
2010).
Perubahan Fisiologis Persalinan

Metabolisme Kardiak output Metabolisme


meningkat meningkat meningkat

Tekanan darah, Poliuria Motilitas


suhu tubuh, nadi, lambung
dan pernapasan menurun
meningkat

Gambar 2. 1 Perubahan Fisiologis Persalinan

i. Mekanisme Persalinan
47

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang


mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting
untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul.
Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan
diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk
melalui panggul untuk dilahirkan.

1. Diameter kepala janin


a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang
terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian
(enggagment).
b) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher
dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang
berpengaruh membentuk presentasi kepala.
c) Diameter oksipitomental yang merupakan diameter terbesar
dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh
membentuk presentasi dahi.
2. Gerakan utama anak dalam kelahiran
a) Masuknya kepala dalan PAP
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan
tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah
jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka
dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus. Pada
synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
48

Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau


agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan
asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau
sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang
lebih rendah dari os parietale depan dan dikatakan
asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati
promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala
dalam asynclitismus posterior yang ringan.

b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
d) Putaran paksi dalam
49

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran


dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis.
Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
ke depan dan ke bawah symphysis. Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah:
 Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala.
 Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat
hiatus genitalis antara levator ani kiri dan kanan.
 Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
e) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala
akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala
bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya
ke atas. Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis
50

akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang


berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut
pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung,
mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput
yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.
f) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran restitusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran
dilanjutkan hingga ke belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri). Gerakan yang terakhir
ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri
dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.
g) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

j. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda
dan gejala inpartu meliputi:
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
51

Kala I persalinan dimulai sejak kontraksi. Kala I persalinan


dibagi menjadi 2 fase yaitu:
a) Fase laten
1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap.
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
4. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30
detik.

b) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:
a. Fase akselarasi (fase percepatan): Dari pembukaan 3-4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
b. Fase Dilatasi maksimal: Dari pembukaan 4-9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
c. Fase deselerasi: Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II
persalinan yaitu:
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
52

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.


Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah
symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung maksimal sampai dengan 2
jam sedangkan pada multigravida maksimal sampai 1 jam.
3) Kala III (Pengeluaran Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta, yaitu:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang
53

di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta


melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang
terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam 5 menit.
4) Kala IV (Kala Pemantauan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala IV dilakukan observasi
sebagai berikut:
a) Tanda-tanda vital ibu
b) Pemeriksaan perdarahan pada ibu
c) Pemantauan kontraksi uterus
d) Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
e) Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc

k. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat
pelaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
54

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang


diberikan.

h. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan
nomor 28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan
keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
1) episiotomi
2) pertolongan persalinan normal
3) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
4) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
6) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
7) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

i. Asuhan Bidan Pada Persalinan


Kala Asuhan kebidanan
Kala 1 1. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh
ibu seperti: suami, keluarga pasien, atau teman
dekat
2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu
3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
4. Menjaga privasi ibu
5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan
6. Menjaga kebersihan diri
7. Mengatasi rasa panas
8. Masase
9. Pemberian cukup minum
10. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
11. Sentuhan
55

1. Memberi dukungan terus menerus kepada ibu


2. Menjaga kebersihan diri
3. Mengipasi dan masase
4. Memberikan dukungan mental
5. Menjaga kandung kemih tetap kosong
6. Memberikan cukup minum
Kala 2 7. Memimpin mengedan
8. Bernafas selama persalinan
9. Pemantauan denyut jantung janin
10. Melahirkan bayi
11. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala
sampai seluruh tubuh
12. Merangsang bayi
1. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
2. Memberikan oksitosin
Kala 3 3. Melakukan pengangan tali pusat terkendali atau
PTT
4. Masase fundus
1. Ikat tali pusat
2. Pemeriksaan fundus dan masase
3. Nutrisi dan hidrasi
4. Bersihkan ibu
Kala 4 5. Istirahat
6. Peningkatan hubungan ibu dan bayi
7. Memulai menyusui
8. Menolong ibu ke kamar mandi
9. Mengajari ibu dan anggota keluarga.
Sumber (Saifuddin 2010)

4. Konsep Dasar Teori Bayi Baru lahir Fisiologis


a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut DepKes RI (2010), Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Pendapat DepKes RI ini
didukung oleh pendapat M. Soleh Kosim (2010) yang menyatakan
bahwa Bayi baru lahir normal adalah bayi berat lahir antara 2500
56

sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital yang berat.
Menurut Saifuddin (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut Wong
(2012), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya
yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan
perawatan dari orang lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari
kehidupan di dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi
kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang
paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir
meliputi semua system organ dan yang terpenting adalah system
pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar. Oleh sebab itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu
asuhan terhadap neonatus (BBL).
Tujuan Asuhan Kebidanan yang lebih luas selama masa ini,
adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir
pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap
upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan
mantap (Patricia, 2011).

b. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal :


1.     Berat badan :  2500-4000 gram
2.     Panjang badan :  48-52 cm
3.     Lingkar kepala :  33-35 cm
4.     Lingkar dada :  30-38 cm
5.     Masa kehamilan :  37-42 minggu
6.     Denyut jantung    :  120-180x/mnt
7.     Respirasi             :  40-80x/mnt
57

8.     Kulit kemerahan licin


9.     Kuku agak panjang dan lemas
10.  Genitalia                         
a.    Wanita       :  Labia mayora sudah menutupi labia minora
b.    Laki-laki   :  Testis sudah turun
11.  Refleks hisap dan menelan, refleks morro, graft refleks sudah baik
12.  Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
13.  Suhu              :  36,5-37º C
(Muslihatun, 2010).

c. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir
1) Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan 
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui
paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal
dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada
bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan
cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml).
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang
hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus
terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan
lahir. Tindakan yang menimbulkan pernafasan yang pertama,
dikemukakan:
a) Rangsangan pada kulit bayi.
b) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
c) Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO2 dalam
darah anak naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan.
d) Kekurangan O2
58

e) Pernafasan intrautrin: Anak sudah mengadakan pergerakan


pernafasan dalam rahim, malahan sudah menangis dalam rahim.
Pernafasan di luar hanya merupakan lanjutan dari gerakan
pernafasan di dalam rahim.
f) Pemeriksaan bayi: Kebanyakan anak akan mulai bernafas
dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam setengah
menit.

2) Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa


Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat
terjadi dengan 3 cara:
a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus
didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah
lahir).
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak (glukoneogenesis).

3) Perubahan suhu tubuh


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
a) Evaporasi       : cairan menguap pada kulit yang basah.     
59

b) Konduksi       : kehilangan panas oleh karena kulit bayi


berhubungan langsung dengan benda/alat yang suhunya
lebih dingin.
c) Konveksi       : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang
relatif dingin (25oC atau kurang)
d) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang
lebih panas menyentuh permukaan yang lebih dingin.

4) Perubahan pada sistem kardiovaskuler


Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar,
yaitu:
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem
pembuluh:
a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya
tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk
mengalami proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan peningkatan
tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan
menutup.Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal

5) Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan


mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara
60

esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang


mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau,
substansi yang kental disebut mekonium. Faeces ini
mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada hari
ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.
Air kencing.
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air
kencing akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat
adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta
warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan warna kencing
yang berlebihan.

6) Perubahan berat badan


Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh
karena pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya
cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari
10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke
10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB
setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200
ml/kg BB sehari.

7) Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut
sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung
sejumlah kecil kalsium.

8) Sistem neoromuskular
61

Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot


tersebut memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika
dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk
mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang
untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara
sempurna.

Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Sistem Sistem peredaran Sistem peredaran Sistem pengaturan


Gastrointestinal darah darah tubuh

Refleks menelan Tali pusat Kompresi paru Timbunan lemak


belum sempurna dipotong selama persalinan dan kadar glukosa
yang normal

Foramen ovale Udara masuk ke


dan duktus dalam paru
arteriosus tertutup
Panas tubuh
Gumoh normal

Usaha bernafas
Paru berfungsi
normal
62

Gambar 2. 2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

d. Tabel Penilaian Bayi Baru Lahir Normal


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan segera bayi baru lahir:
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
3) Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas.
4) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi
bergerak aktif, warna kulit kemerahan)  letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu
5) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah
bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas
spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
6) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan  resusitasi bayi baru lahir.
PENILAIAN APGAR SKOR (tabel 2.1)
63

Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung Tidak
Lambat < 100 >100
(pulse) ada
Usaha nafas Tidak Lambat, tidak Menangis dengan
(respisration) ada teratur keras
Lema Fleksi pada
Tonus otot (activity) Gerakan aktif
h ekstremitas
Kepekaan reflek Tidak
Merintih Menangis kuat
(gremace) ada
Tubuh merah
Biru muda, Seluruhnya merah
Warna (apperence)
pucat ekstremitas muda
biru
Sumber : Saifuddin, 2010
Klasifikasi :
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
e. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo (2010), tujuan utama perawatan bayi segera
sesudah lahir, adalah:
1. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
64

dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila


masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin
10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap tali basah/kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah
diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan,
membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

4. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M
5. Memberi Obat Tetes/Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di
daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
6. Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat
bayi.
65

b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang


halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah
lepas.
c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap
ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut
seperti :
a) Hipotermia
b) Infeksi
c) Cacat bawaan dan trauma lahir

f. Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan


1) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda berikut :
a) Sesak nafas
b) Frekuensi pernapasan 60x/mnt
c) Gerak retraksi di dada
66

d) Malas minum
e) Panas atau suhu bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda-tanda bayi sakit berat
a) Sulit minum
b) Sianosis sentral (lidah biru)
c) Perut kembung
d) Periode Apnea
e) Kejang/periode kejang-kejang kecil
f) Merintih
g) Perdarahan
h) Sangat kuning
i) Berat badan lahir < 1500 gr   (Prawirohardjo, 2010).
g. Reflek-Reflek untuk Menilai Keadaan Bayi
a. Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya
kerusakan atau ketidakmatangan otak.
b. Refleks Rooting/Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka
mulutnya siap untuk menghisap.
c. Refleks Menyedot dan Menelan/Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan
dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman
dan gizi yang memadai.
d. Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
e. Refleks Graphs/Plantar
67

Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil


di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat.
Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah
tumit (genggam telapak kaki).
f. Refleks Walking/Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan
yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
g. Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala
menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
h. Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke
arah depan (Muslihatun, 2010).
h. Kebutuhan Dasar Bayi Baru lahir
1) O2 (zat asam atau udara segar), setelah bayi lahir, kebutuhan O2
dipenuhi oleh pemasukan (intake) paru-parunya sendiri. Bila bayi
baru lahir tidak langsung menangis dan terlihat warna kulit bayi
membiru/pucat segera bebaskan jalan nafas bayi sambil menilai
APGAR menit I
2) Gizi, air susu ibu (ASI) adalag makanan yang terbaik untuk
menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/anak, diberikan pada
usia 0-2 tahun
3) Eliminasi, bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu
24 jam setelag lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8 x/hari. Feses
bayi baru lahir berwarna hijau (meconium), dan bayi baru lahir harus
sudah buang air besar dalam 24 jam.
4) Istirahat dan tidur, akan sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di
tempat tidur yang hangat, tempat tidur seharusnya diletakkan dekat
tempat tidur ibu sehingga bisa dihangatkan dan bisa diberikan ASI
saat bayi menginginkannya
68

5) Kebersihan (personal hygiene), menjaga kebersihan bayi baru lahir


sangat penting guna menunjang kesehatan diri bayi. Perawatan utuk
menjaga kebersihan bayi adalah sperti memandikan bayi,
memakaikan pakaian hangat pada bayi, merawat tali pusat, dan
mengganti pojok bayi.

i. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Bayi Baru Lahir


Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28
Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan pasal
20 ayat 3 Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi :
1) inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,
2) pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri,
3) merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan
tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

j. Asuhan Bidan Pada Bayi Baru Lahir


Asuhan dan Pemantauan Tindakan bila ditemukan Abnormal
1) Pastikan kamar hangat (tidak kurang 1) Bila bayi berada dalam ranjang,

dari 25ºC dan tidak lembab). pastikan bayi diberi pakaian atau

2) Jelaskan pada ibu bahwa menjaga memakai selimut.

kehangatan bayi penting untuk 2) Tutup kepala bayi dengan topi.

membuat bayi tetap sehat.

3) Kenakan pakaian bayi atau selimuti

dengan kain yang bersih, kerng dan

lembut. Kenakan topi pada kepala


69

bayi selama beberapa hari pertama,

terutama bila bayi kecil.

4) Pastikan bayi berpakaian atau

diselimuti dengan selimut.

5) Menjaga bayi mudah dijangkau oleh

ibu. Jangan pisahkan mereka

(rooming-in).

6) Nilai kehangatan bayi setiap 4 jam

dengan mereba kaki bayi : jika kaki

bayi teraba dingin, hangatkan bayi

dengan melakukan kontak kulit ke

kulit.
7) Minta ibu atau orang yang 3) Jika kaki teraba dingin, hangatkan

menungguinya untuk mengawasi BBL dengan kontak kulit ke kulit :

bayi dan mengingatkan Anda jika : a) Sebelum menghangatkan kembali,

kaki teraba dingin, terjadi perdarahan lepaskan pakaian bayi yang dingin.

dan kesulitan bernapas, seperti b) Tempatkan bayi baru lahir kulit ke

merintih, napas cepat atau lambat, kulit pada dada ibu.

retraksi dinding dada bawah. c) Selimuti bayi pada dada ibu dengan

pakaian ibu dan selimut tambahan

yang sudah dihangatkan terlebih

dahulu.

d) Pantau suhu bayi setiap jam sampai

normal.
70

e) Bayi tetap bersama dengan ibu

sampai suhu tubuh bayi normal.

f) Jika bayi kecil, anjurkan ibu untuk

tetap melakukan kontak kulit ke kulit

selama mungkin, siang dan malam.

g) Pastikan suhu ruangan dimana

dilakukan penghangatan setidak-

tidaknya 25ºC.

h) Bila suhu bayi tidak 36,5ºC atau

lebih dalam 2 jam penghangatan,

nilai bayi kembali.

i) Jika dibutuhkan rujukan, teruskan

bayi tetap dalam posisi kontak kulit

ke kulit dengan ibu atau orang lain

yang menunggu bayi.

4) Jika perdarahan tali pusat, periksa

apakah ikatan tali pusat longgar atau

ikatlah kembali.

5) Jika ada perdarahan lain, nilai bayi

segera.

6) Jika terjadi kesulitan bernapas atau

ibu menyatakan adanya abnormalitas,

periksa bayi.
8) Dukung ASI eksklusif, siang dan 7) Jika ibu menyatakan kesulitan dalam
71

malam. pemberian ASI, lakukan penilaian

9) Minta ibu mengingatkan Anda bila pemberian ASI dan bantu ibu

mengalami kesulitan memberi ASI. memposisikan dan melekatkan bayi

10) Periksa pemberian ASI pada semua yang benar.

bayi sebelum memulangkan.

Jangan memulangkan bayi jika bayi

belum bisa minum dengan baik.


11) Ajarkan ibu untuk merawat bayi 8) Jika ibu tidak dapat merawat bayinya,

a) Menjaga bayi tetap hangat. bantu merawat bayi atau ajarkan cara

b) Merawat tali pusat. merawat bayi kepada yang

c) Memastikan kebersihan. menungguinya.

Jangan paparkan bayi di bawah 9) Cuci tangan sebelum dan setelah

sinar matahari langsung. memegang bayi.

Jangan meletakkan bayi di atas

permukaan yang dingin.

Jangan memandikan bayi sebelum

6 jam.
12) Berikan obat sesuai resep menurut

jadwal yang telah ditentukan


13) Periksa setiap bayi sebelum

merencanakan ibu dan bayi pulang.

Jangan perbolehkan pulang

sebelum bayi berumur 24 jam.


72

5. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir dengan


Hiperbilirubin
A. Definisi hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2010). Hiperbillirubin
ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2012). Hiperbilirubinemia
(ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2005).
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit,
mukosa membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin
dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi, 2002). Hiperbilirubinemia merupakan
suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dalam jaringan
ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning (Azis Alimul,2005)
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal
pada bayi baru lahir selama minggu pertama, karena belum
sempurnanya metabolisme bilirubin bayi. Ditemukan sekitar 25-50%
bayi normal dengan kedaan hiperbilirubinemia.
Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan ikterus
neonatorum.
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan
kulit yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus umumnya
mulai tampak pada sklera (bagian putih mata) dan muka, selanjutnya
meluas secara sefalokaudal (dari atas ke bawah) ke arah dada, perut
73

dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir, ikterus seringkali tidak dapat
dilihat pada sklera karena bayi baru lahir umumnya sulit membuka
mata.
Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada
60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah
keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan
mengalami ikterus yang berat sehingga memerlukan pemeriksaan dan
tata laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang
relatif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar bilirubin yang
tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat
bayi. Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk
0,1 – 0,4 mg/dl.

B.  Faktor Penyebab
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena
fungsi hati masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari
aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di
antaranya adalah:
a)   Ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi
pada bayi baru lahir. Jenis bilirubin yang menyebabkan
pewarnaan kuning pada ikterus disebut bilirubin tidak
terkonjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah dibuang dari
tubuh bayi. Hati bayi akan mengubah bilirubin ini menjadi
bilirubin terkonjugasi yang lebih mudah dibuang oleh tubuh. Hati
bayi baru lahir masih belum matang sehingga masih belum
mampu untuk melakukan pengubahan ini dengan baik sehingga
akan terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang
ditandai sebagai pewarnaan kuning pada kulit bayi. Bila kuning
74

tersebut murni disebabkan oleh faktor ini maka disebut sebagai


ikterus fisiologis
b)  Breastfeeding jaundice, dapat terjadi pada bayi yang mendapat air
susu ibu (ASI) eksklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang
biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga pada waktu ASI
belum banyak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
c)    Ikterus ASI (breastmilk jaundice), berhubungan dengan
pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul
pada setiap bayi yang disusukannya bergantung pada kemampuan
bayi tersebut mengubah bilirubin indirek. Jarang mengancam jiwa
dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih lama
dari ikterus fisiologis yaitu 3-12 minggu.
d)   Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus
ketidakcocokan golongan darah (inkompatibilitas ABO) dan
rhesus (inkompatibilitas rhesus) ibu dan janin. Tubuh ibu akan
memproduksi antibodi yang akan menyerang sel darah merah
janin sehingga akan menyebabkan pecahnya sel darah merah
sehingga akan meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel darah
merah.
e). Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi
Kuning.

C. BATASAN DAN METABOLISME BILIRUBIN

Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, kunjungtiva dan


mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum
mencapai ≥ 5 mg/dL . Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan
kadar bilirubin dalam serum > 13mg/D.

 Metabolisme bilirubin
75

Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya


kuning pada bayi baru lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel
darah merah (SDM). Hemoglobin (Hb) yang berada di dalam
SDM akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan
menghasilkan 34 mg bilirubin.

Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut dalam


lemak dan akan diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam
hati bilirubin dikonyugasi oleh enzim glukoronid transferase
menjadi bilirubin direk yang larut dalam air untuk kemudian
disalurkan melalui saluran empedu di dalam dan di luar hati ke
usus.

Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan


dan dikeluarkan sebagai sterkobilin bersama bersama tinja.
Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan
diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air
susu ibu (ASI), yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek
yang akan diserap kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah.
Bilirubin indirek ini akan diikat oleh albumin dan kembali ke
dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik (rantai
usus-hati).

 Tidak terkonyugasi (indirek):

 Bilirubin indirek

 Tidak larut dalam air

 Berikatan dengan albumin untuk transport

 Komponen bebas larut dalam lemak

 Komponen bebas bersifat toksik untuk otak


76

 Terkonyugasi (direk):

 Bilirubin direk

 Larut dalam air

 Tidak larut dalam lemak

 Tidak toksik untuk otak

D. KOMPLIKASI
1.    Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi
kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan
kerusakan otak (keadaannya disebut kern ikterus). Kern ikterus
adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di
dalam otak, sehingga terjadi kerusakan otak.
2.    Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan
mental, kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang
abnormal, cerebral palsy), tuli dan mata tidak dapat digerakkan
ke atas.

E. GEJALA HIPERBILIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR


Ketika kadar bilirubin meningkat dalam darah maka warna
kuning akan dimulai dari kepala kemudian turun ke lengan, badan,
dan akhirnya kaki. Jika kadar bilirubin sudah cukup tinggi, bayi akan
tampak kuning hingga di bawah lutut serta telapak tangan. Pada bayi
baru lahir akan tampak kuning jika kadar bilirubin lebih dari 5 mg/dL.
Hal ini penting untuk mengenali dan menangani ikterus bayi pada
baru lahir kerena kadar bilirubin yang tinggi akan menyebabkan
77

kerusakan yang permanen pada otak yang disebut dengan kern icterus.


Kuning sendiri tidak akan menunjukkan gejala klinis tetapi penyakit
lain yang menyertai mungkin akan menunjukkan suatu gejala seperti
keadaan bayi yang tampak sakit, demam, dan malas minum.

 Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian


ASI

Keberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu


dan bayi. Hambatan pada proses menyusui dapat terjadi karena
produksi ASI yang tidak cukup, atau ibu kurang sering
memberikan kesempatan pada bayinya untuk menyusu. Pada
beberapa bayi dapat terjadi gangguan menghisap. Hal ini
mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi tidak efektif.
ASI yang tertinggal di dalam payudara ibu akan menimbulkan
umpan balik negatif sehingga produksi ASI menurun. Gangguan
menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular (defisiensi serum
prolaktin, retensi plasenta), glandular (jaringan kelenjar mammae
yang kurang baik, riwayat keluarga, post mamoplasti reduksi),
dan yang paling sering gangguan postglandular (pengosongan
ASI yang tidak efektif).

Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian


ASI dapat berupa breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk
jaundice (BMJ). Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat
mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ.
Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul
pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak.
Breastfeeding jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak
perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan
mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI
78

yang cukup dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan


kesempatan lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan
cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus menerus
Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar
bilirubin indirek yang masih meningkat setelah 4-7 hari pertama.
Kondisi ini berlangsung lebih lama daripada hiperbilirubinemia
fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa ditemukan
penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ
berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan
biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya. Semua
bergantung pada kemampuan bayi tersebut dalam mengkonjugasi
bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat ikterusnya).
Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor diduga telah
berperan sebagai penyebab terjadinya BMJ.

F.      PRINSIP DASAR


 Bayi sering mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan,
terutama bayi kurang bulan.
 Dapat terjadi secara normal atau fisiologis
 Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang
berat pada neonates
 Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan
yang berlebihan dan atau pengeluaran yang kurang sempurna.
 Ikterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan
masuk ke dalam sel syaraf dan merusak sehingga otak terganggu
dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau kematian
(ensepalopati biliaris).

G.    LANGKAH PROMOTIF DAN PREVENTIF


79

 Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat


mengakibatkan ikterus(sulfa, anti malaria, nitro furantoin,
aspirirn)
 Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
 Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini
 Penanganan asfiksia, trauma persalinan
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumahan dengan minum ASI dini
dan eksklusif

H.    DIAGNOSTIK
1. Anamnesis
·        Riwayat ikterus pada anak sebelumnya.
·        Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati, limpa atau
pengangkatan limpa dalam keluarga
·        Riwayat penggunaan obat selama hamil
·        Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
·        Riwayat trauma persalinan, asfiksia
·        Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini.
2. Pemeriksaan
 Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru
lahir asal dengan menggunakan pencahayaan yang
memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan
penerangan kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai
jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan.
 Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi
 Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai
 Hari 3 dan seterusnya , tekan pada tangan dan kaki
 Ikterus dapat muncul pertama di daerah wajah, menajalar
kearah tubuh, dan ekstremitas. Pemeriksaan penunjang
80

kadar bilirubin serum total saat tanda klini ikterus pertama


ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati
penjalaran ikterus kea rah kaudal tubuh.
 Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan
melihat pewarnaan kuning pada tubuh metode kremer.

Deraja Daerah Ikterus Perkiraan


t Kadar
Ikterus bilirubin
I Daerah kepala dan 5.0 mg%
leher
II Sampai badan atas 9.0 mg%
III Sampai badan 11.4 mg
bawah hingga %
tungkai
IV Sampai daerah 12.4 mg
lengan, kaki bawah, %
lutut
V Sampai daerah 16.0 mg
telapak tangan dan %
kaki
81

 bila ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi


pada hari 1, menunjukkan kondisi bayi sangat serius.
Lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda
terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan  kadar
bilirubin serum
 bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke
tangan dan kaki pada hari ke 2, menunjukkan kondisi bayi
sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera mungkin,
jangan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin
serum.
 Pemeriksaan tanda klinis seperi gangguan minum,
keadaan umum, apnea, suhu yang labil, sangat membantu
82

menegakkan diagnose penyakit utama disamping


hiperbilirubinemianya.
 Tindak lanjut pada neonatus yang menderita
hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi
dipulangkan terutama pada hari 7 pasca kelahiran.
 Bila ikterus menetap sampai minggu ked au pasca
kelahiran, dianjurkan untuk  pemeriksaan kadar bilirubin
serum total dan direk , serta kadar bilirubin dalam urin.
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia,
sehingga pemeriksaan atau penajaman klinis sangat diutamakan.
Bila tersedia fasilits, maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan
bayi saat kelahiran.
b. Bila ibu memiliki golonan darah O dianjurkan untuk
menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk
pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan
ikterus pada 24 jam pertama kelahiran.

I.       MANAJEMEN
1. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan
dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus
berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap , anjurkan ibu untuk menyusui
secara dini dan ASI  eksklusif lebih sering minimal setiap 2
jam
3. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat  diberikan melalui
pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
83

4. Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar matahari


pagi selama 30 menit selama 3-4 hari . Jaga bayi tetap hangat.
5. Kelola factor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat
menimbulkan ensefalopati biliaris
6. Setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran
adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan
laboratorium lanjut minimal kadar bilirubin serum total,
pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolisis.
7. Pada bayi dengan ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk
ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil
8. Ketika diindikasikan, beri terapi pada neonatus dengan
fototerapi atau transfusi tukar, untuk mencegah
perkembangan ikterus yang berat dan mungkin, kernikterus

 Pada perawatan foto terapi. Bayi akan dibaringkan di boks bayi


atau incubator yang diberi sinar lampu ultraviolet. Sinar
ultraviolet ini akan diserap oleh kulit bayi. Selama proses ini,
bilirubin di tubuh bayi akan diubah menjadi bentuk lain yang
bisa lebih mudah di eksresikan dalam tinja dan air kencing.
Bayi kuning perlu tetap berada dibawah sinar fototerapi selama
beberapa hari sampai kadar bilirubin nya menurun hingga
batas yang direkomendasikan.
84

\
Grafik Cockington untuk pedoman foto terapi.

 2 jenis fototerapi yang biasa dilakukan


1. Foto terapi Konvensional.
Perawatan fototerapi dimana bayi diletakkan dibawah
lampu halogen atau lampu neon ultraviolet, agar sinar
dapat diserap tubuh melalui kulit. Mata bayi di tutup
untuk melindungi lapisan saraf mata dari paparan sinar
ultraviolet.
85

2. Fototerapi Serat optic


Yakni perawatan fototerapi dimana terdapat kabel serat
optic pada selimut yang digunakan bayi untuk menutupi
tubuhnya. Paparan sinar disalurkan melalui kabel tersebut
ke punggung bayi. Perawatan ini umumnya digunakan
pada bayi premature.
Kedua jenis fototerapi tersebut memiliki tujuan yang sama,
yakni membuat kulit bayi mendapat paparan sinar sebanyak
mungkin. Setiap treatmen akan dilakukan selama 3-4 jam
sekali dan istirahat selama 30 menit.
 Yang perlu diperhatikan pada prosedur fototerapi :
 Bayi tidak mengenakan pakaian kecuali popok, sehingga
memungkinkan sebanyak mungkin kulit tubuhnya dapat
terkena sinar
 Mata bayi ditutup untuk melindungi lapisan saraf dibagian
belakang mata (retina) dari cahaya terang
 Ibu dapat menyusui bayi sesuai jadwal yang dianjurkan
 Tingkat bilirubin diukur paling sedikit sekali hari
 Prosedur ini akan berlangsung selama beberapa hari

 Resiko yang mungkin dapat terjadi selama beberapa hari


treatmen :
 Ruam pada kulit
 Jika mata tidak terlindungi dengan baik, lapisan saraf mata
bisa rusak
 Dehidrasi, jika bayi tidak mendapat cairan yang cukup saat
menyusu
 Sulit menjaga suhu tubuh bayi dengan tepat
 Hypertermi.
86

6. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir dengan


Konjungtivitis
A. Pengertian
Konjungtivitis neonatal adalah bentuk konjungtivitis (radang mata
luar) yang mempengaruhi bayi baru lahir setelah lahir. Biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri , walaupun dapat juga tidak menular
(misalnya paparan bahan kimia). Konjungtivitis neonatal infeksius
biasanya dikontrak selama persalinan pervaginam dari paparan bakteri
dari jalan lahir, paling sering adalah Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis . 

Konjungtivitis neonatal

Nama Ophthalmia neonatorum


lain

Bayi baru lahir dengan ophthalmia neonatorum gonokokal


Salep antibiotik biasanya diterapkan pada mata bayi baru lahir dalam
waktu 1 jam setelah kelahiran sebagai pencegahan oftalmia
gonokokal. Praktek ini direkomendasikan untuk semua bayi baru lahir
dan sebagian besar rumah sakit di Amerika Serikat diharuskan oleh
hukum negara untuk menerapkan tetes mata atau salep segera setelah
lahir untuk mencegah penyakit. Jika tidak diobati, konjungtivitis
neonatal dapat menyebabkan kebutaan .
87

B. Epidemiologi

Kejadian penyakit sangat bervariasi tergantung pada lokasi


geografis. Selain kejadian infeksi yang mengancam penglihatan ini,
Dharmasena et al juga menyelidiki tren waktu penyakit ini. Menurut
mereka, kejadian konjungtivitis neonatal (ophthalmia neonatorum) di
Inggris adalah 257 (interval kepercayaan 95%: 245 hingga 269) per
100.000 pada tahun 2011.

C. Penyebab

1. Iritasi kimia seperti perak nitrat dapat menyebabkan konjungtivitis


kimia, biasanya berlangsung 2-4 hari. Dengan demikian, profilaksis
dengan larutan perak nitrat 1% tidak lagi umum digunakan. Di
kebanyakan negara, tetes mata neomisin dan kloramfenikol
digunakan. Namun , bayi baru lahir dapat menderita konjungtivitis
neonatal karena reaksi dengan bahan kimia dalam tetes mata umum
ini. Selain itu, saluran air mata yang tersumbat mungkin merupakan
penyebab lain konjungtivitis neonatal.
2. Dua penyebab infeksi konjungtivitis neonatal yang paling umum
adalah N. gonorrheae dan Chlamydia, biasanya didapat dari jalan
lahir selama persalinan. Namun, bakteri dan virus lain yang
berbeda dapat menjadi penyebabnya, termasuk virus herpes
simpleks (HSV 2 ), Staphylococcus aureus,  Streptococcus
haemolyticus , dan Streptococcus pneumoniae .
Ophthalmia neonatorum karena gonococci ( N. gonorrhoeae )
biasanya bermanifestasi dalam 5 hari pertama setelah kelahiran dan
berhubungan dengan pengeluaran cairan bernanah bilateral dan
peradangan lokal. Sebaliknya, konjungtivitis sekunder akibat
infeksi C. trachomatis menghasilkan konjungtivitis 3 hari hingga 2
minggu setelah melahirkan. Kotoran biasanya lebih berair di alam
(mukopurulen) dan kurang meradang. Bayi yang terinfeksi
88

klamidia dapat mengalami pneumonitis (infeksi dada) pada tahap


selanjutnya (kisaran 2-19 minggu setelah melahirkan). Bayi dengan
klamidia pneumonitis harus diobati dengan eritromisin oral selama
10-14 hari. 
Diagnosis dilakukan setelah mengambil swab dari conjuctva yang
terinfeksi.

D. Pencegahan
setelah kelahiran sebagai pencegahan terhadap oftalmia
gonokokal. Ini mungkin eritromisin , tetrasiklin , atau jarang nitrat
perak . 

E. Perawatan

Profilaksis membutuhkan perawatan antenatal, natal, dan postnatal.


 Tindakan antenatal termasuk perawatan ibu yang menyeluruh dan
pengobatan infeksi genital ketika dicurigai.
 Langkah-langkah Natal sangat penting, karena sebagian besar
infeksi terjadi selama persalinan. Pengiriman harus dilakukan
dalam kondisi higienis dengan mengambil semua tindakan
aseptik. Tutup bayi yang baru lahir yang tertutup harus
dibersihkan dan dikeringkan secara menyeluruh.
 Jika penyebabnya ditentukan karena saluran air mata tersumbat,
palpasi lembut antara mata dan rongga hidung dapat digunakan
untuk membersihkan saluran air mata. Jika saluran air mata tidak
dibersihkan pada saat bayi baru lahir berusia 1 tahun, pembedahan
mungkin diperlukan. 
 Langkah-langkah postnatal meliputi:
o Penggunaan salep tetrasiklin 1%, salep eritromisin 0,5%, atau
larutan perak nitrat 1% (metode Crede) ke mata bayi segera
setelah lahir
89

o Injeksi tunggal ceftriaxone IM atau IV harus diberikan kepada


bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokus yang tidak
diobati.
o Pengobatan kuratif sebagai aturan, sampel sitologi konjungtiva
dan usap sensitivitas kultur harus diambil sebelum memulai
pengobatan.
 Kimia ophthalmia neonatorum adalah kondisi yang sembuh sendiri
dan tidak memerlukan perawatan apa pun.
 Oftalmia neonatorum gonokokal perlu penanganan segera untuk
mencegah komplikasi. Terapi topikal harus mencakup
o Saline lavage setiap jam sampai debit dihilangkan
o Salep mata Bacitracin empat kali per hari (karena strain yang
resisten, terapi penisilin topikal tidak dapat diandalkan, tetapi
dalam kasus dengan kerentanan penisilin terbukti, penisilin
turun 5.000 hingga 10.000 unit per ml harus ditanamkan setiap
menit selama setengah jam, setiap lima menit untuk setengah
jam berikutnya, dan kemudian setengah jam sampai infeksi
terkontrol.)
o Jika kornea terlibat, maka salep atropin sulfat harus diberikan.
o Saran dari dokter anak dan dokter spesialis mata harus dicari
untuk manajemen yang tepat.

Terapi sistemik: Bayi baru lahir dengan ophthalmia neonatorum


gonokokal harus dirawat selama 7 hari dengan
ceftriaxone, cefotaxime , ciprofloxacin , atau kristal benzyl
penisilin.
 Oftalmia neonatorum bakteri lain harus diobati dengan antibiotik
spektrum luas tetes dan salep selama 2 minggu.
 Konjungtivitis inklusi neonatal yang disebabkan oleh C.
trachomatis harus diobati dengan eritromisin oral. Terapi topikal
tidak efektif dan juga tidak mengobati infeksi nasofaring. 
90

 Konjungtivitis herpes simpleks harus diobati dengan asiklovir


selama minimal 14 hari untuk mencegah infeksi sistemik. 

7. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis


a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2010).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2010).

b. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Adaptasi psikologi ibu terbagi menjadi tiga, yaitu:
2) Hari ke-1 (Taking In)
Ibu terfokus pada diri sendiri, minta diperhatikan
3) Hari ke-2 (Taking Hold)
Ibu menjadi mandiri, punya keinginan merawat bayinya
4) Minggu pertama (Letting Go)
Masa mendapat peran baru, ibu memulai mencurahkan kegiatan
pada bantuan orang lain, beri dukungan baik dari petugas maupun
keluarganya.
91

c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas

Sistem Sistem Sistem Sistem


reproduksi endokrin gastrointestinal urinaria

Otot polos HCG Kurang KIE luka Kandung kemih


berkontraksi menurun perineum kurang sensitive

Estrogen menurun Menahan defekasi


Involusi Urine residual
uterus, lochea

Prolaktin
meningkat Konstipasi

Produksi ASI
92

d. Tahapan Masa nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha adalah sebagai
berikut:
a. Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini
bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).

e. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan dari perawartan nifas ini adalah :
a. Memulihkan kesehatan umum penderita
a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b) Mengatasi anemia
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah
b. Mempertahankan kesehatan psikologis
c. Mencegah infeksi dan komplikasi
d. Memperlancar pembentukan ASI
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
93

dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal


(Bahiyatun, 2009).

f. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dibagi menjadi:
1) Lochea Rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo, mekonium
2) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir
3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta
4) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati
5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah dkk, 2010).

g. Perawatan Post Partum


1) Mobilisasi
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam
postpartum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
94

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi


puerperium.
b) Mempercepat involusi alat kandungan.
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
d) Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, tidur
terlentang selama 2 jam postpartum kemudian boleh miring-miring
kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-
jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 diperbolehkan pulang. Mobilisasi
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-
luka.
2) Diet makanan
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, dikarenakan sfingter
urethra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sphingter ani selama persalinan Jika kandung kemih ibu post
partum penuh dan mengalami kesulitan untuk BAK, maka dapat
dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika mengalami
kesulitan dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita
hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan tidak kering
95

sebagai persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk


menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan
cara:
a) Pembalutan mammae sampai tertekan.
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan perlodel
6) Laktasi
a) Pengertian laktasi
Menurut Wiknjosastro (2010) sejak kehamilan muda, sudah
terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi
masa laktasi ini perubahan yang terdapat pada kedua mamae
antara lain sebagai berikut:
Proliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alveolus mamae dari
lemak. Pada duktus laktiverus terdapat cairan yangkadang-
kadang di keluarkan berwarna kuning (kolostrum).
Hepervaskulerisasi terdapat pada permukaan maupun pada
bagian mamae. Setelah partus, pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi,
sehingga keluar air susu.
Menurut Marmi (2011), laktasi mempunyai dua pengertian,
yaitu: produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Setelah
persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga
tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh
karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air
susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran.
Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu
lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu
bertambah lancar. Ada beberapa refleks yang berpengaruh
terhadap kelancaran laktasi, yaitu refleks prolaktin, refleks
96

aliran (let down reflex), reflex menangkap (rooting reflex),


reflex mengisap (sucking reflex), reflex menelan (swallowing
reflex) sebagai berikut:
1) Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu
pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air
susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak
prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin
banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar.
2) Refleks aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar
sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan
melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah.
Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi
alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu
dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut
disebut refleks aliran. Dengan seringnya menyusui,
penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik.
3) Refleks menangkap (rooting reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan.
Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka
mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.
Keadaan tersebut dikenal dengan istilah refleks menangkap.
4) Refleks mengisap (sucking reflex)
Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting
merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Oleh
97

karena itu, sebagian besar areola harus tertangkap oleh


mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada
di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langit-
langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam
mulut bayi.
5) Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting
susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena
itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang
berada di bawah areola.

h. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu
nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health education seperti
personal hygiene, istirahat dan tidur, pendidikan pola seksual dan latihan
senam nifas.
1) Kebersihan Diri
a) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume
saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga
dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah
sekitarnya akibat lokia.
b) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
98

menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan


lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan
wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih
setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan
pengering rambut.
c) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat
untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan
tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama
setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang
lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga
agar kulit tetap kering.
d) Kebersihan Vulva dan Perineum
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Cairan sabun
atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau
buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal
sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti
pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh
tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4
kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lokia
sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka (Ambarwati, 2010).
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
99

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2) Istirahat dan tidur
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,
usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi
sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan
daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa
lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan
makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan
dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk
menghilangkan rasa tegang dan lelah.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur
pada hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa
keuntungan:
a) Pelemasan otot lebih baik
b) Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan
c) Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi
d) Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit
e) Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
3)Seksual
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan
penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormone rendah, adaptasi peran baru, keletihan
(kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi
pada kurang lebih 6 minggu) di perlukan karena kembalinya masa
100

subur yang tidak dapat diprediksi. Pada prinsipnya, tidak ada masalah
untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas 40 hari.
Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual.
Sebagian pria dan wanita menginginkan hubungan seks secepat
mungkin setelah melahirkan, sebagian lagi mungkin lebih suka
menunggu atau bahkan mungkin merasa takut  (Hasselquist, 2010).
Banyak wanita setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk
berhubungan seksual lagi dengan  pasangannnya.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,
termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC)
biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan
tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah
boteh dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan itu.

i. Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Oleh Ibu Postpartum


1) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila
menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
2) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4) Sakit kepala yang terus menerus.nyeri epigastrik,atau masalah
penglihatan.
5) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.
6) Demam, muntah,rasa sakit saat BAK atau jikamerasa tidak enak
badan.
7) Payudara yang berubah menjadi merah,panas,dan/atau terasa sakit.
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki
101

10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

j. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan


1) Kunjungan I  6-72 jam setelah persalinan
Tujuan :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota
keluarga
d) Pemberian ASI awal
e) Melaksanakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya
hipotermi
2) Kunjungan II  4-28 hari setelah persalinan
Tujuan :
a) Memastikan involusi uterus berjalan: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
b) Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c) Memastikan ibu mendapaatkan cukup makanan, cairan da
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidakk
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3) Kunjungan III  29-42 setelah persalinan
Tujuan :
a) Menanyakan tentang penyulit yang ibu dan bayi alami
b) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini
102

Pemeriksaan pasca persalinan dilakukan pada hari ketiga,


ketujuh & minggu keenam. Pemeriksan pasca persalinan
meliputi:
1) Pemeriksaan Umum : Tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu, keluhan yang dirasakan.
2) Keadaan Umum : Kesadaran, keadaan emosi, selera
makan, dll.
3) Payudara : Keadaan putting susu, pengeluaran ASI.
4) Perut : Dinding perut
5) Perineum, kandung kemih, rectum : Sekret yang keluar
(Lokia, flour albus)
6) Keadaan alat-alat kandungan : Perdarahan yang
mungkin terjadi dalam masa 40 hari ini biasanya
disebabkan oleh adanya subinvolusi uteri (Prawirohardjo,
2010).

k. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Masa Nifas


Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28
Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan
pasal 19 ayat 2 (d) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.

l. Asuhan Bidan Pada Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam 1.  Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
setelah
2.   Mendeteksi dan merawat penyebab lain
persalinan
perdarahan rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3.  Memberikan konseling pada ibu atau
103

Kunjungan Waktu Tujuan


salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4.   Pemberian ASI awal, 1 jam setelah
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil
dilakukan
5.   Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
6.   Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika petugas
kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama sudah kelahiran
atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil 
2 6 hari  setelah 1.   Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di
persalinan
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.   Menilai adanya tanda – tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
3.   Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit pada bagian payudara ibu
4.   Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, perawatan
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari

3 2 minggu 1.   Memastikan involusi uterus berjalan


104

Kunjungan Waktu Tujuan


setelah normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
persalinan
abnormal, tidak ada bau.
2.   Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
3.   Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
4.    Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5.      Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, perawatan
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
4 6 minggu 1.      Menanyakan pada ibu tentang penyulit
yang ia atau bayi alami
setelah
2.      Memberikan konseling untuk
persalinan
menggunakan KB secara dini.

7. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


a. Pengertian
1) Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization
(WHO) dalam Suratun dkk (2010) adalah suatu tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami untuk:
a) Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
c) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan.
d) Mengatur interval diantara kehamilan.
105

e) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami


istri.
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
KB menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal
1 (8) dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan dan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtra adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujutkan keluarga yang
berkualitas.

2) Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2010), kontrasepsi berasal dari kata
kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanen. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara
lain:
a) Dapat dipercaya.
b) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
e) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
f) Mudah pelaksanaannya.
g) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
106

h) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang


bersangkutan.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat
sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau
dengan operasi (Wiknjosastro, 2010).
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia
subur secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
a) Masa menunda kehamilan.
b) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan.
c) Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.

3) Pengertian Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah
seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik
melalui program maupun non program Sedangkan menurut
Saryono (2010) Akseptor adalah orang yang menerima serta
mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.

4) Jenis-jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
a) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
kelahiran.

b) Akseptor KB lama
107

Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS)


yang melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia
subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah
atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang
pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara
(alat) yang berbeda.
c) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau
alat kontrasepsi.
d) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang telah berhenti menggunakan selam tiga blan atau
lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali
menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

b. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
b) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
108

c) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara


penjarangan kelahiran.

c. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)


Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak
keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan
yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.
Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping
dan risiko yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun
demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan
lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang
memberikan risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini
dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan
status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak
diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian
bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,
keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil
keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan
merencanakan proses reproduksinya.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung
jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini
merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB.
109

d. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan
pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan
cara:
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum).
2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita
sampai mencapai ovum.
3) Mencegah nidasi.

e. Macam-macam Jenis Kontrasepsi


1) Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a) Senggama Terputus
b) Pantang Berkala (sistem berkala)
2) Kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom
adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks,
tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.
Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium
sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
termasuk HIV/AIDS.
b) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks.
c) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma.
110

d) KB Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil
telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi
wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara
teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum
bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu
ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda
sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih
menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah
kehamilan yang lain.
Jenis-jenis kontrasepsi Pil
1) Pil gabungan atau kombinasi
Jenis-jenis pil kombinasi:
1.) Monofasik
2.) Bifasik
3.) Trifasik
2) Pil khusus-Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin
sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama
dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah
sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga
menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
e) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di
bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
111

berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk


dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau
tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi
zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi
sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3
tahun dan ada juga yang diganti setiap tahun.
f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak
kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat
ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu
(ASI).
g) KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
1) KB Suntik 1 bulan (kombinasi)
Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5
mg esestradiol sipionat yang diberikan injeksi I.m sebulan
sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat dan
5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m
sebulan sekali.
2) KB  Suntikan 3 bulan.
a.) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
1.) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap
112

3 bulan dengan cara disuntik intramuskular


(didaerah bokong).
2.) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretinderon Enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2011).
b.) Mekanisme Kerja
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
(2011) cara kerja dari kontrasepsi suntikan progestin
adalah:
1.) Mencegah ovulasi
2.) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
3.) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4.) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c.) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah di tentukan (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010).
d.) Keuntungan dan Manfaat
Dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
(2011), disebutkan beberapa keuntungan dan manfaat
dari Kontrasepsi suntikan progestin, yaitu:
1.) Sangat efektif
2.) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3.) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
113

4.) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak


berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah.
5.) Tidak memiliki pengaruh terhada ASI
6.) Sedikit efek samping
7.) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8.) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai perimenopause
9.) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
10.) Menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara
11.) Mencegah beberapa penyebab penyakit
radang panggul
12.) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle
cell).
e.) Keterbatasan
Kontrasepsi suntikan progestin memiliki beberapa
keterbatasan diantaranya sering ditemukan gangguan
haid, seperti : siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting), dan tidak haid sama sekali, klien sangat
bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya,
permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap
penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,
atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali ke
kesuburan setelah penghentian pemakaian, penggunaan
114

jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan


tulang, menurunkan libido, kekeringan pada vagina,
sakit kepala, dan jerawat (Affandi, 2011).
f.) Indikasi
Indikasi atau yang dapat menggunakan metode
kontrasepsi suntikan progestin, antara lain usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak,
menghendaki kontrasespi jangka panjang dan memiliki
efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah banyak
anak tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,
tekanan darah<180/110 mmHg dengan masalah
gangguan pembekuan darah atua anemia sel sabit,
menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan
barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin), tidak
dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen,
sering lupa menggunakan pil kontrasepsi, anemia
defisiensi besi, mendekati usia menopause yang tidak
mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi (Affandi, 2011).
g.) Kontraindikasi
Kontraindikasi atau yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi suntikan progestin, antara lain klien hamil
atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran), perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid, trauma amenorea, menderita penyakit
kanker payudara atau riwayat kanker payudara,
diabetes mellitus disertai komplikasi (Affandi, 2011).
115

h.) Cara Penggunaan


Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap tiga
bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam
didaerah bokong. Penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja dengan efektif apabila
suntikan diberikan terlalu dangkal. Suntikan diberikan
setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan
Noristerat untuk tiga injeksi berikutnya diberikan setiap
delapan minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan
setiap 12 minggu (Affandi, 2011).
i.) Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan
Progestin
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi 2010 terdapat beberapa peringatan bagi
pengguna suntikan progestin yaitu:
1.) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya
kemungkinan kehamilan
2.) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan
ada gejala kehamilan ektoppik terganggu.
3.) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4.) Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang
berat, atau kaburnya penglihatan
5.) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari
masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu
periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi
segera tenaga kesehatan atau klinik.

f. Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)


Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak
semua Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan
116

keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya presentasi


tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga kebanyakan
masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang
pengetahuaannya tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, padahal zaman
semakin maju dan harus diimbangi dengan pemikiran yang semakin
maju pula.

g. Wewenang Bidan dalam Memberikan Pelayanan Kontrasepsi


Kewenangan Bidan menurut Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017
Bab III mengenai Penyelenggaraan Keprofesian Kebidanan pasal 21 yakni
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Anda mungkin juga menyukai