TINJAUAN PUSTAKA
7
7
2) Leukorea
12
20 cm 20 minggu
23 cm 24 minggu
26 cm 28 minggu
30 cm 32 minggu
33 cm 38 minggu
kg/minggu
(Sumber: (Sukarni 2013))
b) Pengukuran LILA
Menurut Kusmiyati (2009), pada ibu hamil pengukuran
LILA merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya
Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi.
Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke
janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan
IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA
<23.5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam
jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
23 cm 24 minggu
26 cm 28 minggu
30 cm 32 minggu
33 cm 36 minggu
h) Tes laboratorium
Depkes RI (2010), mengemukakan bahwa pelayanan
kebidanan-kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui
hubungan seksual.penyakit ini tidak hanya berpengaruh
29
i) Tatalaksana Kasus
Menurut Joesrhan (2012), bila dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan penyakit, ibu hamil perlu dilakukan
perawatan khusus.
beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,
yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat
hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah
tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya
unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila
darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya
dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Wiknjosastro, 2006).
a) Umur
38
Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai
ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur
ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang
dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal
sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada
masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut
terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk. Ibu
cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan
zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada
usia di atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi
rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan sampai persalinan (Varney, 2006).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada
paritas 1 dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Prawirohardjo, 2009).
b. Jenis Persalinan
1. Klasifikasi Persalinan menurut bentuk persalinan sebagai berikut:
a) Persalinan spontan
40
8. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,
2010).
Perubahan Fisiologis Persalinan
i. Mekanisme Persalinan
47
b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
d) Putaran paksi dalam
49
j. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda
dan gejala inpartu meliputi:
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
51
b) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:
a. Fase akselarasi (fase percepatan): Dari pembukaan 3-4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
b. Fase Dilatasi maksimal: Dari pembukaan 4-9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
c. Fase deselerasi: Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II
persalinan yaitu:
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
52
k. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat
pelaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
54
h. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan
nomor 28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan
keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
1) episiotomi
2) pertolongan persalinan normal
3) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
4) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
6) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
7) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital yang berat.
Menurut Saifuddin (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut Wong
(2012), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya
yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan
perawatan dari orang lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari
kehidupan di dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi
kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang
paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir
meliputi semua system organ dan yang terpenting adalah system
pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar. Oleh sebab itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu
asuhan terhadap neonatus (BBL).
Tujuan Asuhan Kebidanan yang lebih luas selama masa ini,
adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir
pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap
upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan
mantap (Patricia, 2011).
c. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir
1) Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui
paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal
dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada
bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan
cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml).
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang
hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus
terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan
lahir. Tindakan yang menimbulkan pernafasan yang pertama,
dikemukakan:
a) Rangsangan pada kulit bayi.
b) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
c) Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO2 dalam
darah anak naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan.
d) Kekurangan O2
58
7) Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut
sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung
sejumlah kecil kalsium.
8) Sistem neoromuskular
61
Usaha bernafas
Paru berfungsi
normal
62
Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung Tidak
Lambat < 100 >100
(pulse) ada
Usaha nafas Tidak Lambat, tidak Menangis dengan
(respisration) ada teratur keras
Lema Fleksi pada
Tonus otot (activity) Gerakan aktif
h ekstremitas
Kepekaan reflek Tidak
Merintih Menangis kuat
(gremace) ada
Tubuh merah
Biru muda, Seluruhnya merah
Warna (apperence)
pucat ekstremitas muda
biru
Sumber : Saifuddin, 2010
Klasifikasi :
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
e. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo (2010), tujuan utama perawatan bayi segera
sesudah lahir, adalah:
1. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
64
4. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M
5. Memberi Obat Tetes/Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di
daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
6. Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat
bayi.
65
d) Malas minum
e) Panas atau suhu bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda-tanda bayi sakit berat
a) Sulit minum
b) Sianosis sentral (lidah biru)
c) Perut kembung
d) Periode Apnea
e) Kejang/periode kejang-kejang kecil
f) Merintih
g) Perdarahan
h) Sangat kuning
i) Berat badan lahir < 1500 gr (Prawirohardjo, 2010).
g. Reflek-Reflek untuk Menilai Keadaan Bayi
a. Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya
kerusakan atau ketidakmatangan otak.
b. Refleks Rooting/Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka
mulutnya siap untuk menghisap.
c. Refleks Menyedot dan Menelan/Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan
dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman
dan gizi yang memadai.
d. Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
e. Refleks Graphs/Plantar
67
dari 25ºC dan tidak lembab). pastikan bayi diberi pakaian atau
(rooming-in).
kulit.
7) Minta ibu atau orang yang 3) Jika kaki teraba dingin, hangatkan
kaki teraba dingin, terjadi perdarahan lepaskan pakaian bayi yang dingin.
retraksi dinding dada bawah. c) Selimuti bayi pada dada ibu dengan
dahulu.
normal.
70
tidaknya 25ºC.
ikatlah kembali.
segera.
periksa bayi.
8) Dukung ASI eksklusif, siang dan 7) Jika ibu menyatakan kesulitan dalam
71
9) Minta ibu mengingatkan Anda bila pemberian ASI dan bantu ibu
a) Menjaga bayi tetap hangat. bantu merawat bayi atau ajarkan cara
6 jam.
12) Berikan obat sesuai resep menurut
dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir, ikterus seringkali tidak dapat
dilihat pada sklera karena bayi baru lahir umumnya sulit membuka
mata.
Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada
60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah
keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan
mengalami ikterus yang berat sehingga memerlukan pemeriksaan dan
tata laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang
relatif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar bilirubin yang
tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat
bayi. Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk
0,1 – 0,4 mg/dl.
B. Faktor Penyebab
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena
fungsi hati masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari
aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di
antaranya adalah:
a) Ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi
pada bayi baru lahir. Jenis bilirubin yang menyebabkan
pewarnaan kuning pada ikterus disebut bilirubin tidak
terkonjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah dibuang dari
tubuh bayi. Hati bayi akan mengubah bilirubin ini menjadi
bilirubin terkonjugasi yang lebih mudah dibuang oleh tubuh. Hati
bayi baru lahir masih belum matang sehingga masih belum
mampu untuk melakukan pengubahan ini dengan baik sehingga
akan terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang
ditandai sebagai pewarnaan kuning pada kulit bayi. Bila kuning
74
Metabolisme bilirubin
75
Bilirubin indirek
Terkonyugasi (direk):
Bilirubin direk
D. KOMPLIKASI
1. Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi
kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan
kerusakan otak (keadaannya disebut kern ikterus). Kern ikterus
adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di
dalam otak, sehingga terjadi kerusakan otak.
2. Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan
mental, kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang
abnormal, cerebral palsy), tuli dan mata tidak dapat digerakkan
ke atas.
H. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis
· Riwayat ikterus pada anak sebelumnya.
· Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati, limpa atau
pengangkatan limpa dalam keluarga
· Riwayat penggunaan obat selama hamil
· Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
· Riwayat trauma persalinan, asfiksia
· Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru
lahir asal dengan menggunakan pencahayaan yang
memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan
penerangan kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai
jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan.
Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi
Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai
Hari 3 dan seterusnya , tekan pada tangan dan kaki
Ikterus dapat muncul pertama di daerah wajah, menajalar
kearah tubuh, dan ekstremitas. Pemeriksaan penunjang
80
I. MANAJEMEN
1. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan
dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus
berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap , anjurkan ibu untuk menyusui
secara dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2
jam
3. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui
pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
83
\
Grafik Cockington untuk pedoman foto terapi.
Konjungtivitis neonatal
B. Epidemiologi
C. Penyebab
D. Pencegahan
setelah kelahiran sebagai pencegahan terhadap oftalmia
gonokokal. Ini mungkin eritromisin , tetrasiklin , atau jarang nitrat
perak .
E. Perawatan
Prolaktin
meningkat Konstipasi
Produksi ASI
92
f. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dibagi menjadi:
1) Lochea Rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo, mekonium
2) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir
3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta
4) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati
5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah dkk, 2010).
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2) Istirahat dan tidur
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,
usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi
sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan
daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa
lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan
makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan
dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk
menghilangkan rasa tegang dan lelah.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur
pada hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa
keuntungan:
a) Pelemasan otot lebih baik
b) Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan
c) Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi
d) Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit
e) Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
3)Seksual
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan
penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormone rendah, adaptasi peran baru, keletihan
(kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi
pada kurang lebih 6 minggu) di perlukan karena kembalinya masa
100
subur yang tidak dapat diprediksi. Pada prinsipnya, tidak ada masalah
untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas 40 hari.
Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual.
Sebagian pria dan wanita menginginkan hubungan seks secepat
mungkin setelah melahirkan, sebagian lagi mungkin lebih suka
menunggu atau bahkan mungkin merasa takut (Hasselquist, 2010).
Banyak wanita setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk
berhubungan seksual lagi dengan pasangannnya.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,
termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC)
biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan
tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah
boteh dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan itu.
10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
2) Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2010), kontrasepsi berasal dari kata
kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanen. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara
lain:
a) Dapat dipercaya.
b) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
e) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
f) Mudah pelaksanaannya.
g) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
106
3) Pengertian Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah
seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik
melalui program maupun non program Sedangkan menurut
Saryono (2010) Akseptor adalah orang yang menerima serta
mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.
4) Jenis-jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
a) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
kelahiran.
b) Akseptor KB lama
107
d. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan
pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan
cara:
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum).
2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita
sampai mencapai ovum.
3) Mencegah nidasi.
d) KB Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil
telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi
wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara
teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum
bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu
ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda
sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih
menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah
kehamilan yang lain.
Jenis-jenis kontrasepsi Pil
1) Pil gabungan atau kombinasi
Jenis-jenis pil kombinasi:
1.) Monofasik
2.) Bifasik
3.) Trifasik
2) Pil khusus-Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin
sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama
dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah
sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga
menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
e) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di
bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
111