Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

I. JUDUL PRAKTIKUM
Anatomi dan Fisiologi Sistem Ekskresi (Ginjal)

II. TANGGAL PRAKTIKUM


Senin, 18 Desember 2017

III. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mampu memahami struktur anatomi ginjal
2. Mampu memahami keadaan urine yang normal

IV. DASAR TEORI


A. Pengertian Sistem Ekskresi
Sistem Ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: Menghembuskan gas CO2 ketika kita
bernafas, berkeringat, dan buang air kecil dengan mengeluarkan urine. Sistem ekskresi
membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi,
mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun
cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.
Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui
alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda. Semakin
tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Beberapa istilah
yang erat kaitannya dengan ekskresi :
• defekasi, yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat
yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang
dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan
mikroba usus.
• ekskresi, yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi
bagi tubuh.
• sekresi, yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran
pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya
mengandun genzim.
• eliminasi, yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang
kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
Fungsi sistem ekskresi  antara lain:
a. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.
b. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi).
c. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi).
d. Homeostasis.

B. Organ-Organ Ekskresi Pada Manusia


1. Paru-Paru (Pulmo)
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karena
mengekskresikan zat sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi.
Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan karbondioksida
(CO2) dan uap air (H2O). Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah
kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua
bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri
memiliki dua gelambir. Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung
alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura. Didalam paru-
paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida.
Karbondioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat
vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru
untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat
dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler
yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%)
diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HCO3, sedangkan sekitar 25%
lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2)
2. Hati (Hepar)
Hati merupakan “kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia.
Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan atas. Berwarna merah tua dengan
berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus,
kanan dan kiri. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula
hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput
jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah
yang telah tua disebut histiosit. Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang
merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu
(bilirubin), garam empedu, kolesterol, dan obat-obatan. Zat warna empedu terbentuk
dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya
dirombak dan haemoglobinnya dilepas. Hati merupakan organ yang sangat penting,
berfungsi untuk: (1) Menghasilkan empedu yang berasal dari perombakan sel darah
merah, (2) Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit
penyakit. (3) Mengubah zat gula menjadi glikogen dan menyimpanya sebagai
cadangan gula. (4) Merombak kelebihan asam amino (deaminasi) (5) Tempat untuk
mengubah pro vitamin A menjadi vitamin (6) Tempat pembentukan protrombin
yang berperan dalam pembekuan darah. (7) Membentuk albumin dan globulin (8)
Tempat pembentukan urea. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi
bilirubin dan biliverdin, dan setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin
yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hash
pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah
ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka
cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah,
organ mata, dan kulit menjadi kekuningan. Penderitanya disebut mengalami sakit
kuning.
3. Kulit (Cutis)
Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita
sebut kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena
berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan
lingkungan sekitar. Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengandung
kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari
seluruh sisa metabolisme. Keringat mengandung air, larutan garam, dan urea.
Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilangnya
garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan. Selain
berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung
terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ
penerima rangsang (reseptor), menyimpan kelebihan lemak, tempat pembuatan
vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung
ultraviolet, serta pengatur suhu tubuh. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu epidermis,
dermis dan jaringan ikat bawah kulit.
4. Ginjal (Renal)
Bentuk ginjal seperti kacang merah dengan lekukan yang menghadap ke dalam,
jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah
pinggang, di bawah hati dan limpa. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan,
dan ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Setiap menit, 20-25% darah dipompa oleh
jantung yang mengalir menuju ginjal. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut
hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter. Fungsi ginjal antara
lain (1) Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
yang mengandung nitrogen, misalnya ammonia (2) Mengeksresikan zat yang
jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin. (3) Reabsorbsi (penyerapan kembali)
elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal. (4) Menjaga
keseimbanganan asam basa, air dalam tubuh manusia. (5) Menghasilkan zat hormon
yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di
sumsum tulang.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. Korteks (bagian luar/kulit ginjal), mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat
buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus
(saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsula Bowman yang
bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsula
Bowman membungkus glomerulus.
b. Medulla (sumsum ginjal), tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus
proksimal yang bergulung dekat kapsula Bowman yang pada dinding sel
terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
c. Pelvis renalis (rongga ginjal / piala ginjal), pada rongga ginjal bermuara
pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran)
ke kandung kencing (vesika urineearia) yang berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara urinee sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing
menuju luar tubuh urinee melewati saluran yang disebut uretra.
Di dalam ginjal terjadi beberapa rangkaian proses, antara lain:
a. Penyaringan (filtrasi), filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urinee primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam
amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
b. Penyerapan kembali (Reabsorbsi), volume urinee manusia hanya 1% dari filtrat
glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara
aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta
urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam,
dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urinee. Setelah terjadi reabsorbsi
maka tubulus akan menghasilkan urinee sekunder yang komposisinya sangat
berbeda dengan urinee primer.
c. Augmentasi,yaitu proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urinee yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urinee.

V. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang Digunakan
 Kit indikator tes urine
 Rak dan tabung reaksi
 Corong
B. Bahan yang Digunakan
 Sampel urine manusia
 Ginjal sapi

VI. PROSEDUR KERJA


A. Tes Urine
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Dimasukkan urine ke dalam tabung reaksi.
3. Diamati warna, bau, dan kekeruhan pada urine.
4. Dimasukkan kit indikator urine pada tabung reaksi, dibiarkan beberapa detik,
diangkat, dan diamati serta dibandingkan perubahan warna pada kit indikator
dengan urine normal.
5. Dicatat hasil pengamatan.

B. Mengamati Struktur Anatomi Ginjal Sapi


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Diamati struktur anatomi pada ginjal sapi, bila diperlukan dibelah untuk
dilihat struktur dalamnya.
3. Dicatat struktur anatomi pada ginjal sapi yang terlihat.

VI. HASIL PENGAMATAN


A. Uji Urine
a. Hasil pengamatan fisik
 Urine berwarna kuning pucat
 Berbau pesing
 Jernih (tidak keruh)
b. Hasil pengamatan melalui kit indikator urine

Data yang Diamati Urine Normal Urine Sampel


Leukosit (120s) - -
Nitrit (60s) - -
Urobilin (60s) - -
Protein (60s) - 15 (0,15)
pH (60s) 0,5 0,5
Berat Jenis (45s) 1.000 1.020
Keton (40s) - -
Birilubin (30) - -
Glukosa (30s) - -
Darah (60s) - -
B. Struktur Anatomi Ginjal Sapi

d a
b

Ginjal sapi berbentuk multilober (multipiramidal) atau berlobus-lobus


berbeda seperti ginjal manusia yang tidak memiliki lobus. Struktur anatomi
makroskopis yang dapat diamati pada ginjal sapi antara lain:
a. Korteks
b. Medulla
c. Pelvis renalis
d. lemak

VII. PEMBAHASAN
A. Uji Urine
Ginjal dapat berfungsi sebagai alat ekskresi, regulasi air, pengaturan/regulasi
pH, mengatur tekanan darah, dan fungsi endokrin. Di kapiler terjadi perlintasan
sebagian komponen darah meninggalkan kapiler masuk ke lumen, disebut filtrasi.
Produknya dinamakan filtrat glomerolus atau urine primer. Komponennya adalah
air, nutrien, ion, limbah metabolisme.
Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat
(Cuningham, 2002). Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa
pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua
senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2
berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga
kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Organ Ekskresi salah satunya adalah Ginjal. Dunia kedokteran biasa
menyebutnya 'ren' (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah
sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm.
Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks),
sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal
terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron
tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung.
Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang
didalamnya terdapat Glomerolus.
Pada ginjal terjadi proses pembentukan urine secara kompleks hingga terjadi
urine yang sebenarnya. Proses-prosesnya terdiri dari filtrasi, absorbsi, dan
augmentasi. Didalam urine terkandung glukosa dan Amoniak. Glukosa yang
terkandung dalam urine pasti berbeda tiap orang. Proses pengeluaran zat-zat sisa
dari tubuh dibedakan atas defekasi, ekskresi, dan sekresi.
Defekasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil pencernaan makanan
yang tak berguna bagi tubuh disebut feses. Feses dikeluarkan melalui anus, zat-zat
sisa hasil pencernaan ini tidak pernah masuk kedalam jaringan tubuh, sehingga
tidak pernah mengalami metabolisme di dalam sel. Jadi, feses bukan zat-zat sisa
metabolisme sel. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dapat dikeluarkan
bersama urine, keringat, atau pernafasan. Sekresi adalah proses pengeluaran getah
oleh kelenjar dan berguna bagi tubuh. Getah tersebut umumnya mengandung
enzim.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.   Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
 Warna urin
Warna Normal urine berwarna kekuning-kuningan, seperti pada urin sample.
Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine
merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anggoro, 2008 ).
Warna kuning pada urin bisa disebabkan karena konsumsi gula yang
berlebihan. Makin banyak gula yang dikonsumsi, maka akan semakin tinggi kadar
glukosa yang ada dalam urin.  Sebaliknya, jika sedikit mengkonsumsi gula maka
akan semakin sedikit juga kadar glukosa dalam urine tersebut.  Perlu dicatat,
bahwa  menkonsumsi gula secara berlebihan akan menimbulkan berbagai penyakit
seperti gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal
dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring
dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
 Kejernihan
Urin yang baru dan segar akan memiliki kenampakan yang jernih. Urin yang
normal jika didiamkan pada suhu kamar untuk beberapa jam akan membentuk
endapan berupa awan bergumbal yang disebut nubekula tetapi jika didiamkan pada
suhu yang rendah warnanya akan berubah menjadi coklat, ini terjadi karena adanya
endapan asam urat, perubahan derajat keasaman karena endapan fosfat dalam
lingkungan alkalis karena adanya bakteri dan pendapat ini diperjelas oleh Meriana
(2007) Kejernihan  normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh
karena ada mucus.
 Bau urin
Bau normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu
(Wiratmo, 2008 ). Amoniak juga merupakan faktor penyebab bau urin, amoniak
ini merupakan senyawa kimia yang memiliki lambang NH 4. bau amoniak ini
sangat menyengat. Baunya pesing, apalagi jika habis menkonsumsi jengkol, dan
pete. Hal ini dikarenakan setelah diolah maka pati jengkol tersebut akan
mengkristal dan akan dikeluarkan lagi dengan zat-zat yang tidak berguna.
Sehingga dapat menyebabkan bau yang lebih pesing.
 Berat jenis urin
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan
dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Bobot jenis urin manusia memiliki patokan normal yaitu antara 1,010 –
1,025. Pengukuran urin pada manusia yang dilakukan oleh praktikan
memperlihatkan hasil bahwa bobot urin setiap manusia berbeda – beda. Hal
tersebut dikarenakan faktor yang mempengaruhi perbedaan jenis urin adalah
jumlah relatif air, zat terlarut untuk ekskresi, dan makanan yang dikonsumsi
(McPherson & Sacher 2004). Sedangkan urine sampel mempunyai berat jenis
1.020 berarti urin sampel masih bisa dikatakan normal. Berat jenis dari suatu urine
dapat ditentukan dengan urinometer.
 PH (Derajat Keasaman)
PH  Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas
bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali (Wijaya, 2003).
 Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan
spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan
daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air
panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami
peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Data yang diamati antara urin normal dan urin sampel untuk kadar leukosit,
nitrit, urobilin, pH, keton, birilubin, glukosa, dan darah adalah sama, hal ini
menandakan bahwa urin sampel dalam keadaan normal.

B. Struktur Anatomi Ginjal Sapi


Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem ini
membantu homeostatis dengan menghasilkan urin merupakan hasil sisa
metabolism. Ginjal mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui berbagai
proses yaitu: filtrasi glomerular, reabsorbsi tubular, sekresi tubular.
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke
tulang punggung. Sisi luarnya cembung, pembuluh-pembuluh ginjal semuanya
masuk dan keluar pada hilum. Beratnya 150 gram sebuah. Di atas sebuah ginjal
terdapat supra renalis. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.
Setiap ginjal dipisahkan di sebelah luar, bagian korteks yang dibentuk oleh massa
berbentuk bulat disebut glomerulus. Di sebelah dalam, bagian medula tersusun atas
6 sampai 18 massa berbentuk piramid yang disebut piala ginjal. Puncak-puncaknya
langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises ginjal yang menghubungkan
dengan pelvis ginjal. Pelvis membentang terus dari badan ginjal sampai ke ureter,
suatu tabung dengan otot polos pada dindingnya yang menyalurkan urine dari
ginjal ke kandung kencing. Otot polos pada dinding kandung kencing berkontraksi
secara reflex.
Ginjal sapi mempunyai banyak lobus tidak seperti ginjal pada umumnya.
Berat ginjal sapi kurang lebih kanan 700 gram, kiri 30 gram lebih berat, ukurannya
20-22,5x10 sampai 12,5x6,25cm, bentuknya ada lobulasi, kanan elips dengan
ujung kranial lebih besar dan bulat. Kiri terpuntir menyerupai buah pear dengan
ujung kranial lebih kecil, posisi kanan ventral rusuk terakhir dan prosesus
tranversus lumbalis ke 2 atau 3 yang pertama. Kiri sebelah kanan bidang median,
ventral terhadap vertebra lumbalis 3-5 (Frandson, 1992).
Pada praktikum ini praktikan melihat struktur makroskopik pada ginjal sapi.
Struktur anatomi yang dapat diamati pada ginjal sapi antara lain: korteks, medulla,
pelvis renalis, dan lemak ginjal. Praktikan hanya bisa mengamati empat bagian
tersebut karena hanya bagian tersebutlah yang terlihat.
1. Korteks, bagian terluar pada ginjal yang terletak antara kapsul ginjal dan juga
medula ginjal. Fungsi korteks pada ginjal adalah sebagai pelindung ginjal itu
sediri. Di dalam korteks terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan malphigi.
Sedangkan badan malphigi itu sendiri tersusun dari glomerulus yang diselimuti
oleh kapsula Bowman dan juga beberapa saluran yang terdiri dari tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan tubulus kontortus kolektivus.
2. Medula, bagian ginjal atau sumsum ginjal yang bentuknya renal pyramid.
Medula adalah tempat berkumpulnya pembuluh darah kapiler dan juga kapsula
bowman. Di dalam bagian ginjal ini lah terdapat proses reabsorbsi dan juga
augmentasi yang dikerjakan oleh tubulus proksimal.
3. Pelvis Renalis atau rongga ginjal, yaitu bagian pada ureter yang melebar di
bagian proksimal dan terletak di bagian dalam sinus renalis yang menjadi
permukaan ureter. Pelvis sendiri adalah tempat penampungan urine dan
selanjutnya akan mengalirkan urine ke ureter.
Bagian yang lebih spesifik dari ginjal yaitu:
 Nefron: bagian ini adalah bagian yang menyaring darah
 Glomerulus: bagian ini berfungsi sebagai tempat penyaringan darah yang
menyaring air, garam, asam amino, glukosa dan juga urea. Setelah itu
glomerulus akan menghasilkan urin primer  Kapsula Bowman: bagian bagian
ginjal dan fungsinya selanjutnya adalah kapsula bowman, sebuah kantong atau
kapsul yang menyelimuti glomerulus.
 Kapsula Bowman: bagian bagian ginjal dan fungsinya selanjutnya adalah
kapsula bowman, sebuah kantong atau kapsul yang menyelimuti glomerulus.
 Tubulus kontortus Proksimal: bagian ini berfungsi untuk reabsorbsi urin primer
untuk menghasilkan urin sekunder.
 Lengkung henle: sedangkan bagian ini adalah penghubung antar tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
 Tubulus kontortus distal: setelah menjadi urine sekunder, zat-zat yang tidak
berguna dilepaskan oleh tubulus kontortus distal dan menghasilkan urin
sesungguhnya.
 Tubulus Kolektivus: sedangkan bagian ini berbentuk seperti tabung yang
panjang dan sempit yang menampung urin untuk disalurkan ke pelvis menuju
ke kandung kemih sebelum akhirnya dikeluarkan dari tubuh.

VIII. KESIMPULAN
A. Uji Urine
Hasil pemeriksaan urin dapat memiliki banyak interpretasi. Temuan abnormal
mengindikasikan ada sesuatu yang salah dan perlu dievaluasi lebih lanjut. Semakin
besar deviasi dari normal, semakin besar kemungkinan adanya masalah. Namun,
hasil normal tidak menjamin bahwa tidak ada penyakit. Beberapa orang tidak
memberikan kondisi abnormal dalam tes urin di awal proses penyakit, dan  yang
lainnya memberikan kondisi abnormal secara sporadis sepanjang hari sehingga
tidak terdeteksi oleh sampel urin tunggal. Selain itu, bila urin sangat encer maka
bahan kimia dalam jumlah kecil mungkin tidak terdeteksi.

B. Struktur Anatomi Ginjal Sapi


Ginjal sapi memiliki banyak lobus. Ketika dilakukan pemotongan pada ginjal
dapat terlihat korteks, medulla, pelvis, dan lemak ginjal. Tidak semua bagian pada
ginjal dapat terlihat karena sifanya yang mikroskopik.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Dedy. (Tanpa Tahun). Sistem Ekskresi Pada Manusia [Online]. Tersedia:
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/SistemEkskresiPada_Dedy
Sanjaya,S.Si.,MT_631.pdf [24 Desember 2017].

X. LAMPIRAN
Hasil Tes Urine

Mnjjki
Struktur Anatomi Ginjal Sapi

Anda mungkin juga menyukai