I. JUDUL PRAKTIKUM
Anatomi dan Fisiologi Sistem Ekskresi (Ginjal)
d a
b
VII. PEMBAHASAN
A. Uji Urine
Ginjal dapat berfungsi sebagai alat ekskresi, regulasi air, pengaturan/regulasi
pH, mengatur tekanan darah, dan fungsi endokrin. Di kapiler terjadi perlintasan
sebagian komponen darah meninggalkan kapiler masuk ke lumen, disebut filtrasi.
Produknya dinamakan filtrat glomerolus atau urine primer. Komponennya adalah
air, nutrien, ion, limbah metabolisme.
Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat
(Cuningham, 2002). Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa
pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua
senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2
berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga
kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Organ Ekskresi salah satunya adalah Ginjal. Dunia kedokteran biasa
menyebutnya 'ren' (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah
sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm.
Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks),
sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal
terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron
tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung.
Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang
didalamnya terdapat Glomerolus.
Pada ginjal terjadi proses pembentukan urine secara kompleks hingga terjadi
urine yang sebenarnya. Proses-prosesnya terdiri dari filtrasi, absorbsi, dan
augmentasi. Didalam urine terkandung glukosa dan Amoniak. Glukosa yang
terkandung dalam urine pasti berbeda tiap orang. Proses pengeluaran zat-zat sisa
dari tubuh dibedakan atas defekasi, ekskresi, dan sekresi.
Defekasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil pencernaan makanan
yang tak berguna bagi tubuh disebut feses. Feses dikeluarkan melalui anus, zat-zat
sisa hasil pencernaan ini tidak pernah masuk kedalam jaringan tubuh, sehingga
tidak pernah mengalami metabolisme di dalam sel. Jadi, feses bukan zat-zat sisa
metabolisme sel. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dapat dikeluarkan
bersama urine, keringat, atau pernafasan. Sekresi adalah proses pengeluaran getah
oleh kelenjar dan berguna bagi tubuh. Getah tersebut umumnya mengandung
enzim.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Warna urin
Warna Normal urine berwarna kekuning-kuningan, seperti pada urin sample.
Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine
merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anggoro, 2008 ).
Warna kuning pada urin bisa disebabkan karena konsumsi gula yang
berlebihan. Makin banyak gula yang dikonsumsi, maka akan semakin tinggi kadar
glukosa yang ada dalam urin. Sebaliknya, jika sedikit mengkonsumsi gula maka
akan semakin sedikit juga kadar glukosa dalam urine tersebut. Perlu dicatat,
bahwa menkonsumsi gula secara berlebihan akan menimbulkan berbagai penyakit
seperti gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal
dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring
dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
Kejernihan
Urin yang baru dan segar akan memiliki kenampakan yang jernih. Urin yang
normal jika didiamkan pada suhu kamar untuk beberapa jam akan membentuk
endapan berupa awan bergumbal yang disebut nubekula tetapi jika didiamkan pada
suhu yang rendah warnanya akan berubah menjadi coklat, ini terjadi karena adanya
endapan asam urat, perubahan derajat keasaman karena endapan fosfat dalam
lingkungan alkalis karena adanya bakteri dan pendapat ini diperjelas oleh Meriana
(2007) Kejernihan normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh
karena ada mucus.
Bau urin
Bau normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu
(Wiratmo, 2008 ). Amoniak juga merupakan faktor penyebab bau urin, amoniak
ini merupakan senyawa kimia yang memiliki lambang NH 4. bau amoniak ini
sangat menyengat. Baunya pesing, apalagi jika habis menkonsumsi jengkol, dan
pete. Hal ini dikarenakan setelah diolah maka pati jengkol tersebut akan
mengkristal dan akan dikeluarkan lagi dengan zat-zat yang tidak berguna.
Sehingga dapat menyebabkan bau yang lebih pesing.
Berat jenis urin
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan
dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Bobot jenis urin manusia memiliki patokan normal yaitu antara 1,010 –
1,025. Pengukuran urin pada manusia yang dilakukan oleh praktikan
memperlihatkan hasil bahwa bobot urin setiap manusia berbeda – beda. Hal
tersebut dikarenakan faktor yang mempengaruhi perbedaan jenis urin adalah
jumlah relatif air, zat terlarut untuk ekskresi, dan makanan yang dikonsumsi
(McPherson & Sacher 2004). Sedangkan urine sampel mempunyai berat jenis
1.020 berarti urin sampel masih bisa dikatakan normal. Berat jenis dari suatu urine
dapat ditentukan dengan urinometer.
PH (Derajat Keasaman)
PH Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas
bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali (Wijaya, 2003).
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan
spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan
daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air
panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami
peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Data yang diamati antara urin normal dan urin sampel untuk kadar leukosit,
nitrit, urobilin, pH, keton, birilubin, glukosa, dan darah adalah sama, hal ini
menandakan bahwa urin sampel dalam keadaan normal.
VIII. KESIMPULAN
A. Uji Urine
Hasil pemeriksaan urin dapat memiliki banyak interpretasi. Temuan abnormal
mengindikasikan ada sesuatu yang salah dan perlu dievaluasi lebih lanjut. Semakin
besar deviasi dari normal, semakin besar kemungkinan adanya masalah. Namun,
hasil normal tidak menjamin bahwa tidak ada penyakit. Beberapa orang tidak
memberikan kondisi abnormal dalam tes urin di awal proses penyakit, dan yang
lainnya memberikan kondisi abnormal secara sporadis sepanjang hari sehingga
tidak terdeteksi oleh sampel urin tunggal. Selain itu, bila urin sangat encer maka
bahan kimia dalam jumlah kecil mungkin tidak terdeteksi.
Sanjaya, Dedy. (Tanpa Tahun). Sistem Ekskresi Pada Manusia [Online]. Tersedia:
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/SistemEkskresiPada_Dedy
Sanjaya,S.Si.,MT_631.pdf [24 Desember 2017].
X. LAMPIRAN
Hasil Tes Urine
Mnjjki
Struktur Anatomi Ginjal Sapi