Contoh Esai Parlemen Remaja 2018
Contoh Esai Parlemen Remaja 2018
Dahulu Soekarno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,
perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Demikianlah apa yang terjadi
di abad ke 21 ini. Hari ini, Indonesia diliputi oleh empat ancaman besar yaitu radikalisme,
terorisme, korupsi, dan narkoba. Semua ancaman tersebut merupakan ancaman yang dibuat oleh
bangsa Indonesia sendiri, dan diperparah oleh banyaknya bangsa luar yang mencuri-curi
kesempatan dengan ikut serta mendukung ancaman ini. Namun, Masih saja Bangsa ini bersikap
setengah-setengah dalam menghadapinya. Tentu kita tidak ingin bangsa Ini hancur oleh Negara
itu sendiri.
Ancaman yang paling halus sekaligus paling mengancam bagi bangsa Indonesia adalah Narkoba.
Bahkan Kepala BNN Republik Indonesia, Bapak Budi Waseso telah menobatkan narkoba
sebagai ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia(1). anehnya narkoba namun masih saja tetap
eksis bahkan semakin parah. Penindakan yang dilakukan terus-menerus seakan hanyalah sebuah
siklus yang tidak pernah dapat memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya. Hari ini Indonesia
benar-benar dalam kondisi DARURAT NARKOBA.
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, bukan hanya di Kota-
kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur tetapi hampir di
semua wilayah di Indonesia. Bahkan di Pulau Sulawesi yang notabenenya masih merupakan
wilayah dengan jumlah penduduk kecil dibandingkan DKI Jakarta mendatangkan berita yang
sangat mengejutkan bahwasanya berdasarkan hasil penelitian BNN bersama UI tahun 2015,
Sulawesi Tenggara merupakan peringkat Pertama dari 34 provinsi dalam kategori uji coba pakai
terbesar pada kalangan pelajar dan mahasiswa(2). Ini artinya, pemakai terbesar narkoba adalah
kalangan Pelajar dan mahasiswa yang seharusnya menjadi harapan bangsa kedepannya. Hal ini
sangat disayangkan, karena itu bukanlah prestasi yang harus dibanggakan tetapi harus
dihilangkan.
Dalam rangka menghilangkan ancaman Narkoba, Sudah seharusnya Indonesia benar-benar serius
dalam hal ini. Bukan hanya sebuah wacana yang terus dicanangkan, akan tetapi yang terpenting
adalah kerja nyata dan konsistensi. Semua elemen mulai dari Pemerintah, Parlemen, Lembaga,
instansi, dan Orang tua harus saling bekerja sama dan membagi tugas untuk menanggulangi
narkoba secara tuntas. Pemerintah dapat berperan aktif dengan memberikan alokasi dana pada
penyusunan rancangan APBD untuk menanggulangi narkoba, parlemen yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) memiliki andil dalam menanggulangi narkoba dengan menyusun
peraturan derah yang berkaitan dengan penanggulangan narkoba, Lembaga yaitu BNN, Badan
Narkotika Nasional Provinsi maupun Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota harus aktif
dalam melakukan sosialisasi pencegahan penyebarluasan narkoba, Kepolisian memiliki andil
untuk menyelidiki pengedaran narkoba, Instansi berupa Universitas dan Sekolah-sekolah
memiliki peran aktif dengan memberikan pengetahuan mengenai Narkoba serta hukuman yang
akan diperoleh apabila melakukan penyalahgunaan narkoba, serta Orang tua dan keluarga sangat
berperan aktif untuk memberikan pemantauan terhadap anak dan anggota keluarga agar tidak
terjerumus dalam dunia Narkoba.
Hal yang terjadi selama ini adalah adanya persepsi bahwa yang bertugas menanggulangi narkoba
adalah Badan Narkotika Nasional yang secara otomatis hanya berpusat di Ibu Kota Negara.
Daerah baru kemudian melakukan penanggulangan apabila terdapat perintah dari pusat. Menurut
saya, Disinilah seharusnya otonomi daerah diingat, bahwasanya setiap daerah memiliki tugas,
fungsi, dan kewenangan untuk mengurus sendiri daerahnya namun tetap berdasarkan wawasan
nusantara, termasuk dalam urusan menanggulangi narkoba. Apabila semua elemen dalam
provinsi saling bekerja sama untuk menanggulangi narkoba, maka dari 34 Provinsi yang ada di
Indonesia, Badan Narkotika Nasional tidak akan kewalahan karena adanya sinergi antara pusat
dan daerah.
Selama ini banyak sekali Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh parlemen di tingkat
pusat mengenai Penanggulangan Narkoba, akan tetapi penerapannya yang diharapkan dapat
diterapkan hingga ke daerah masih belum terealisasi. Buktinya selama ini telah berlaku peraturan
perundang-undangan bahwa pengedar narkoba dapat dikenai hukuman penjara hingga 20 tahun
bahkan dikenai hukuman mati, namun hal tersebut belum pernah terjadi di Sulawesi Tenggara,
padahal Sulawesi Tenggara memiliki pengguna Narkoba sebesar 27.158 jiwa per 2015. Bukan
suatu harapan bahwa Sulawesi tenggara harus akan adanya hukuman mati, akan tetapi ini sebagai
contoh bahwa peraturan perundang-undangan yang dbuat oleh parlemen di tingkat pusat belum
bisa direalisasikan di daerah.
Sampai hari ini komisi IV DPRD Sultra baru mewacanakan penggagasan pembuatan perda
penanggulangan narkoba. Hal tersebut masih merupakan penggagasan dan lebih payahnya masih
dicanangkan. Padahal, Untuk menyusun suatu peraturan daerah yang diundang-undangkan
memerlukan waktu yang relatif lama. Kita tidak dapat terus menunggu terlalu lama mengingat
hari ini Sulawesi tenggara adalah peringkat pertama dari 34 Provinsi sebagai pengguna uji coba
tertinggi dalam hal mencoba narkoba. Jika pembuatan peraturan daerah mengenai
penanggulangan narkoba tidak segera dituntaskan, tentu akan semakin banyak yang mencoba
barang haram dan merugikan tersebut.
Peran parlemen dalam menanggulangi ancaman bahaya narkoba tidak dapat dideskripsikan
secara tersendiri karena setiap elemen saling berkaitan dengan elemen yang lain. Namun pada
inti pokoknya, parlemen tetaplah parlemen. Ia merupakan lembaga yang bertugas merumuskan
rancangan peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan
kedudukannya. Parlemen memiliki peranan yang paling krusial dalam penanggulangan narkoba,
karena Indonesia sebagai Negara hukum tidak dapat berjalan tanpa adanya ketentuan hukum
yang mengatur. Tanpa adanya peraturan perundang-undaangan mengenai penanggulangan
narkoba, Pemerintah Daerah maupun BNNP tetap saja tidak dapat melakukan eksekusi terhadap
penyalahguna narkoba. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara
semestinya segera menuntaskan peraturan daerah mengenai penanggulangan narkoba yang telah
diwacanakan penggagasannya oleh Komisi IV DPRD agar penanggulangan narkoba di Sulawesi
Tenggara dapat diefektifkan.
Demikianlah peran parlemen dalam upaya penanggulangan bahaya narkoba dari perspektif
pribadi saya.
Hormat Saya,
Ariani
Referensi
1. www.beritasatu.com edisi 26 juni 2016
2. Rakyatsultra.fajar.co.id edisi 17 Juli 2017