Anda di halaman 1dari 4

ESAI

PARLEMEN REMAJA 2017


OLEH : ARIANI
SULAWESI TENGGARA
“DPRD, Tolong Tuntaskan Segera Wacana Penggagasan Perda Tentang Penanggulangan
Narkoba”

Panitia Penyeleksi Parlemen Remaja 2017


INDONESIA. Sebuah Archipelago state yang memiliki garis pantai lebih dari 99.093 kilometer.
Dengan wilayah perairan seluas itu, mampukah Indonesia mempertahankan diri dari rongrongan
yang hendak meluluhlantahkan Bangsa ini?  Jika diibaratkan manusia, Indonesia adalah nama
untuk manusia tua yang baru saja merayakan hari jadinya yang ke-72. Di usia yang setua itu,
seharusnya Indonesia telah menjadi Negara maju dengan segala potensinya. Akan tetapi
nampaknya kemajuan dan kemakmuran yang dicita-citakannya itu masih jauh dari harapan
dengan  kompleksitas berbagai ancaman yang terus menyerang jiwa Indonesia. Di satu sisi,
Indonesia terus melakukan perbaikan dan pembangunan dalam berbagi aspek untuk menuju
Negara Indonesia yang maju, namun disisi lain masih banyak PR yang harus diselesaikan oleh
Bangsa Ini agar benar-benar menjadi Negara yang maju dan makmur.

Dahulu Soekarno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,
perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Demikianlah apa yang terjadi
di abad ke 21 ini. Hari ini, Indonesia diliputi oleh empat ancaman besar yaitu radikalisme,
terorisme, korupsi, dan narkoba. Semua ancaman tersebut merupakan ancaman yang dibuat oleh
bangsa Indonesia sendiri, dan diperparah oleh banyaknya bangsa luar yang mencuri-curi
kesempatan dengan ikut serta mendukung ancaman ini. Namun, Masih saja Bangsa ini bersikap
setengah-setengah dalam menghadapinya. Tentu kita tidak ingin bangsa Ini hancur oleh Negara
itu sendiri.

Ancaman yang paling halus sekaligus paling mengancam bagi bangsa Indonesia adalah Narkoba.
Bahkan Kepala BNN Republik Indonesia, Bapak Budi Waseso telah menobatkan narkoba
sebagai ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia(1). anehnya narkoba namun  masih saja tetap
eksis bahkan semakin parah. Penindakan yang dilakukan terus-menerus seakan hanyalah sebuah
siklus yang tidak pernah dapat memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya. Hari ini Indonesia
benar-benar dalam kondisi DARURAT NARKOBA.

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, bukan hanya di Kota-
kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur tetapi hampir di
semua wilayah di Indonesia. Bahkan di Pulau Sulawesi yang notabenenya masih merupakan
wilayah dengan jumlah penduduk kecil dibandingkan DKI Jakarta mendatangkan berita yang
sangat mengejutkan bahwasanya berdasarkan hasil penelitian BNN bersama UI tahun 2015,
Sulawesi Tenggara merupakan peringkat Pertama dari 34 provinsi dalam kategori uji coba pakai
terbesar pada kalangan pelajar dan mahasiswa(2). Ini artinya, pemakai terbesar narkoba adalah
kalangan Pelajar dan mahasiswa yang seharusnya menjadi harapan bangsa kedepannya. Hal ini
sangat disayangkan, karena itu bukanlah prestasi yang harus dibanggakan tetapi harus
dihilangkan.

Dalam rangka menghilangkan ancaman Narkoba, Sudah seharusnya Indonesia benar-benar serius
dalam hal ini. Bukan hanya sebuah wacana yang terus dicanangkan, akan tetapi yang terpenting
adalah kerja nyata dan konsistensi. Semua elemen mulai dari Pemerintah, Parlemen, Lembaga,
instansi, dan Orang tua harus saling bekerja sama dan membagi tugas untuk menanggulangi
narkoba secara tuntas. Pemerintah dapat berperan aktif dengan memberikan alokasi dana pada
penyusunan rancangan APBD untuk menanggulangi narkoba, parlemen yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) memiliki andil dalam menanggulangi narkoba dengan menyusun
peraturan derah yang berkaitan dengan penanggulangan narkoba, Lembaga yaitu BNN, Badan
Narkotika Nasional Provinsi maupun Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota harus aktif
dalam melakukan sosialisasi pencegahan penyebarluasan narkoba, Kepolisian memiliki andil
untuk menyelidiki pengedaran narkoba, Instansi berupa Universitas dan Sekolah-sekolah
memiliki peran aktif dengan memberikan pengetahuan mengenai Narkoba serta hukuman yang
akan diperoleh apabila melakukan penyalahgunaan narkoba, serta Orang tua dan keluarga sangat
berperan aktif untuk memberikan pemantauan terhadap anak dan anggota keluarga agar tidak
terjerumus dalam dunia Narkoba.

Hal yang terjadi selama ini adalah adanya persepsi bahwa yang bertugas menanggulangi narkoba
adalah Badan Narkotika Nasional yang secara otomatis hanya berpusat di Ibu Kota Negara.
Daerah baru kemudian melakukan penanggulangan apabila terdapat perintah dari pusat. Menurut
saya, Disinilah seharusnya otonomi daerah diingat, bahwasanya setiap daerah memiliki tugas,
fungsi, dan kewenangan untuk mengurus sendiri daerahnya namun tetap berdasarkan wawasan
nusantara, termasuk dalam urusan menanggulangi narkoba. Apabila semua elemen dalam
provinsi saling bekerja sama untuk menanggulangi narkoba, maka dari 34 Provinsi yang ada di
Indonesia, Badan Narkotika Nasional tidak akan kewalahan karena adanya sinergi antara pusat
dan daerah.

Selama ini banyak sekali Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh parlemen di tingkat
pusat mengenai Penanggulangan Narkoba, akan tetapi penerapannya yang diharapkan dapat
diterapkan hingga ke daerah masih belum terealisasi. Buktinya selama ini telah berlaku peraturan
perundang-undangan bahwa pengedar narkoba dapat dikenai hukuman penjara hingga 20 tahun
bahkan dikenai hukuman mati, namun hal tersebut belum pernah terjadi di Sulawesi Tenggara,
padahal Sulawesi Tenggara memiliki pengguna Narkoba sebesar 27.158 jiwa per 2015. Bukan
suatu harapan bahwa Sulawesi tenggara harus akan adanya hukuman mati, akan tetapi ini sebagai
contoh bahwa peraturan perundang-undangan yang dbuat oleh parlemen di tingkat pusat belum
bisa direalisasikan di daerah.

Seharusnya setiap daerah memiliki peraturan perundang-undangan sendiri mengenai


penanggulangan narkoba karena setiap daerah memiliki kondisi dan tingkat keparahan
pengedaran narkoba yang berbeda-beda. Namun dalam pembuatan perda tersebut tetap mengacu
pada peraturan yang dibuat oleh parlemen di tingkat pusat. Dalam penyusunan peraturan daerah
inilah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan parlemen di tingkat daerah
menggunakan perannya untuk mengajukan Rancangan Peraturan Daerah mengenai
penanggulangan Narkoba di Daerah.

Sampai hari ini komisi IV DPRD Sultra baru mewacanakan penggagasan pembuatan perda
penanggulangan narkoba. Hal tersebut masih merupakan penggagasan dan lebih payahnya masih
dicanangkan. Padahal, Untuk menyusun suatu peraturan daerah yang diundang-undangkan
memerlukan waktu yang relatif lama. Kita tidak dapat terus menunggu terlalu lama mengingat
hari ini Sulawesi tenggara adalah peringkat pertama dari 34 Provinsi sebagai pengguna uji coba
tertinggi dalam hal mencoba narkoba. Jika pembuatan peraturan daerah mengenai
penanggulangan narkoba tidak segera dituntaskan, tentu akan semakin banyak yang mencoba
barang haram dan merugikan tersebut.

Agar parlemen dapat melakukan penyusunan rancangan peraturan daerah mengenai


penanggulangan narkoba, harus ada sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, Lembaga, dan
perlemen. Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota sambil terus aktif
memberikan sosialisasi dan rehabilitasi kepada masyarakat juga menganalisis tingkat keparahan
penggunaan dan pengedaran narkoba di wilayah tersebut, aparat kepolisian juga harus aktif
melakukan penyidikan mengenai penyalahgunaan narkoba walaupun sangat kecil utamanya di
kalangan pelajar dan mahasiswa. Hasil penyidikan serta data-data yang diperoleh mengenai
tingkat keparahan pengedaran dan penyalahgunaan narkoba selanjutnya dilaporkan kepada
pemerintah Provinsi. Selanjutnya Pemerintah Provinsi bersama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah mengadakan pertemuan dan membahas hasil penyelidikan dan data-data yang
telah dikumpulkan oleh BNNP dan aparat Keamanan. Kemudian Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dapat merumuskan rancangan undang-undang atau peraturan daerah mengenai
penanggulangan narkoba. Hasil rancangan itu dapat disahkan oleh Kepala Daerah dan DPRD
kemudian diapliaksikan dalam wilayah tersebut. Dengan skema seperti itu, Setiap elemen akan
fokus untuk mengerjakan kewenangannya sendiri dan tidak ada lagi persepsi bahwa hanya satu
pihak yang bertugas menyelesaikan penanggulangan narkoba. Dengan cara tersebut pula,
peraturan daerah yang disusun akan lebih sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan
pengedaran dan penyalahgunaan narkoba di daerah tersebut. Kita akan melihat penerapan
peraturan yang benar-benar nyata dan tidak hanya menjadi instrumen belaka.

Peran parlemen dalam menanggulangi ancaman bahaya narkoba tidak dapat dideskripsikan
secara tersendiri karena setiap elemen saling berkaitan dengan elemen yang lain. Namun pada
inti pokoknya, parlemen tetaplah parlemen. Ia merupakan lembaga yang bertugas merumuskan
rancangan peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan
kedudukannya. Parlemen memiliki peranan yang paling krusial dalam penanggulangan narkoba,
karena Indonesia sebagai Negara hukum tidak dapat berjalan tanpa adanya ketentuan hukum
yang mengatur. Tanpa adanya peraturan perundang-undaangan mengenai penanggulangan
narkoba, Pemerintah Daerah maupun BNNP tetap saja tidak dapat melakukan eksekusi terhadap
penyalahguna narkoba. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara
semestinya segera menuntaskan peraturan daerah mengenai penanggulangan narkoba yang telah
diwacanakan penggagasannya oleh Komisi IV DPRD agar penanggulangan narkoba di Sulawesi
Tenggara dapat diefektifkan.
Demikianlah peran parlemen dalam upaya penanggulangan bahaya narkoba dari perspektif
pribadi saya.
Hormat Saya,
Ariani
Referensi
1.      www.beritasatu.com edisi 26 juni 2016
2.      Rakyatsultra.fajar.co.id edisi 17 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai