Anda di halaman 1dari 1

Memandang Langit

Hariku terasa cerah, tidur di atas gubuk tua di kebun dengan desiran angin yang menghempas wajah.
Bunyi aliran air yang terasa menenangkan, kicauan burung di pohon yang seakan-akan bernyanyi dengan
suara yang khas. Tenang tiada suara knalpot yang memecahkan telinga pun jauh dari polusi udara yang
menyesakkan dada. Suasana inilah yang menentramkan ku yah, tiada yang dapat menggangguku dengan
kesibukan. Ku pandangi jam di hp ku dan ternyata sudah pukul 11.00 tak terasa aku sudah 3 jam berada
di sini ungkapku dalam hatiAku tak terlalu suka keramaian dan kesibukan. Sejenak ku melepaskan lelah
di kebun durian milik almarhum ayahku. Terasa menenangkan, menyejukkan dan jauh dari keramaian.
Kebun yang tak terlalu luas biasa digunakan ayahku untuk beristirahat dikala lagi libur sekolah atau hari
Minggu. Ayahku mengajar di SD negeri di kota sewaktu ia masih hidup dahulu. Perannya sebagai kepala
rumah tangga sangat besar di keluargaku. Kini di rumah tinggal menyisakan aku dan ibuku serta istriku
yang baru saja aku nikahi. Ya pernikahan itu merupakan pernikahan yang sakral dalam hidupku dan
untungnya dilaksanakan sebelum wabah virus Corona melanda.

Anda mungkin juga menyukai