Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

Hipertiroid

Disusun Oleh :

Muhammad Azmi Hanief

201410330311134

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi

hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi

ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik

seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).

Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid

memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-

kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam

darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan

lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari

hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves.

Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang

selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40

tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di

daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima

yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di

wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab

3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

2
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih

kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000

wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika

terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan

bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus

hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui etiologi, patofisiologi dan gejala klinis dari Hipertiroid agar dapat

dilakukan deteksi dini pasien.

2. Mengetahui penatalaksanaan, Hipertiroid agar dapat dilakukan tindak lanjut

yang tepat untuk pasien Hipertiroid.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana

kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme

dapat secara signifikan mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan

penurunan berat badan tiba-tiba, detak jantung yang cepat atau tidak teratur,

berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung (Anonim, 2010).

Tirotoksikosis merupakan suatu kondisi dimana didapatkan kelebihan

hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan

biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid

berlebihan (Rani., et.al., 2006).

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari

hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves.

Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang

4
selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40

tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di

daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima

yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di

wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab

3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih

kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000

wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika

terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan

bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus

hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

2.3 Etiologi

Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid

(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis anterior,

hipersekresi tumor tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave,

suatu penyakit autoimun, yakni tubuh secara serampangan membentuk thyroid-

stymulating immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor

TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).

2.4 Patofisiologi

5
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar

dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar

tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini

disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH

atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid

meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada destruksi

kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga

hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena

pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-

uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis

tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease (Djokomoeljanto, 2009).

6
2.5 Gejala Klinis

Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid

yang berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering

dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter nodular toksik. Pada penyakit Graves

terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan

keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia

kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila

panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan

yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot.

Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura

palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi.

Goiter nodular toksik, lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia

sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari

penyakit Graves (Schteingart, 2006).

Manifestasi Klinis

1. Umum : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh

cepat, toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.

2. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.

3. Muskular: Rasa lemah.

4. Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.

7
5. Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.

6. Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik

dispneu.

7. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.

8. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.

9. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.

(Djokomoeljanto, 2009).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun

pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu

dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain

harus dijalankan.

2. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan

hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang

semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran

hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang

dengan hipertiroid akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali

TSH).

3. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau

seluruh kelenjar (Norman, 2011).

8
2.6 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien,

riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien,

resiko pengobatan, dan sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan

dalam:

1. Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5

mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU

propiltiourasil 50, 100 mg)

2. Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien

eutiroid, klinis maupun biokimiawi.

3. Yodium radioaktif.

(Djokomoeljanto, 2009)

9
BAB III

KESIMPULAN

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi

hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi

ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik

seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).

Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid (TSI)

(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis

anterior, hipersekresi tumor tiroid (Sherwood, 2002).

Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu

tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal

berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat

sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak

tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan

menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan

takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal

oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan

berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi (Schteingart, 2006).

Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien,

riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien,

resiko pengobatan, dsb. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam:

10
Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ,

metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil

50, 100 mg); Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien

eutiroid, klinis maupun biokimiawi; Yodium radioaktif (Djokomoeljanto, 2009)

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Hyperthyroidism (Overacting thyroid). http://www.mayoclinic.com


(Diakses tanggal 19 Mei 2011).
Anonim, 2012. Hyperthyroidism. National Endocrine and Metabolic Diseases
Information Service. http://www.endocrine.niddk.nih.gov (Diakses tanggal 18 Mei
2012)
Anonim, 2012. Penuntun Skills Lab Gangguan Hormon dan Metabolismenya. Tim
Pelaksana Skills Lab. FK Universitas Andalas: Padang.
Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita. www.healthdetik.com
(Diakses tanggal 18 Mei 2012)
Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme. Dalam
Aru, W.S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S. Editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Hal: 1993-2008.
Gandhour, A., Reust, C. 2011. Hyperthyroidisme: A Stepwise Approach to
Management. The Journal of Family Practice Vol. 60, No. 07: 388-395
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of
Physiologi and Biophysics. Mississippi.
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 19 Mei 2012).
Norman, J. 2010. Diagnosing Hyperthyroidism: Overactivity of the Thyroid Gland.
www.endocrineweb.com (Diakses tanggal 22 Juni 2012).
Paulev, P.E., 2011. Thyroid Hormones and Disorders. www.zuniv.net (Diakses tanggal
22 Juni 2012)
Rani, A.A., Soegondo, S., Nasir, A.U.Z., Wijaya, I.P., Nafrialdi., Mansjoer, A
(Editors)., 2006. Paduan Pelayanan Medik dalam PAPDI. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal:16-19.
Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia S., Pita
W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36
Sherwood, L. 2002. Human Physiology: From Cells to Systems. Penerbit buku
kedokteran: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai