Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JURNAL

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran IPA


Materi Perkuliahan : Perkembangan Kognitif
Nama Mahasiswa : Dinda Amalia Lubis
Dosen : Lastama Sinaga S.Pd.,M.Ed
No. Presensi : 02

A. Pokok Pikiran

Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak adalah pemikiran


operasional konkret. Dimana, pada tahap ini dapat melakukan operasi-operasi dengan mengubah
tindakan secara mental, memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara
logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret; tidak
abstrak (misalnya, tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar); keterampilan-
keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan
sub-subperangkat dan bernalat tentang keterkaitannya. 

Ada dua teori yang menerangkan perkembangan kognitif yang dialami pada anak, dua tokoh
tersebut itu adalah Pieget dan Vygotsky. Teori Piaget mengatakan bahwa perkembangan
mendahului pembelajaran. Dengan kata lain, struktur kognisi tertentu perlu berkembang sebelum
jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi. Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran
mendahului perkembangan. Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran
dan informasi dari orang lain.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan
makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Pertumbuhan atau
perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:
1) Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam
sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir
yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang
baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. 
2) Adaptasi
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan   mempertimbangkan
apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
 Asimilasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Contoh
asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga sama sisi, kemudian
setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si
anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama
sisi.
 Akomodasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung
informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru. Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada
segitiga yang diperlihatkan kedua.

3) Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada
elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam
diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. 

Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-
masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas atau berbeda. Tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1. Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)


Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman
indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan (otot) mereka
(menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai sensorimotori.

2. Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)


Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau
simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis
melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation
(operasi)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.

3. Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)


Tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada
aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Pada tahap ini, anak
secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan
secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Misalnya, ada dua
lempung berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian bola lempung tersebut duabh
menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya lempung mana yang lebih
banyak, yang berbentuk bola atau yang panjang. Jika anak itu berusia 7 atau 8 tahun,
besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dlaam kedua bentuk
tersebut adalah sama.
4. Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman
konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Pemikir operasional
konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis
bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat
memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal.

Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Berbeda dari Piaget, Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan
masakan dari orang-orang lain. Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului
perkembangan. Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui
pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan internalisasi anak terhadap
tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain,
kemampuan ini disebut pengaturan diri (self regulation). Berikut adalah konsep utama dan
prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky :

1. Beberapa proses kognitif yang terlihat unik dan berbeda dengan orang lain. Vygotsky
membedakan dua jenis proses atau fungsi kognisi. Banyak jenis menunjukkan fungsi
mental yang rendah : belajar dan menanggapi lingkungan tertentu dengan cara dasar-
mencari makanan apa yang dimakan, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan dari
satu tempat ke tempat lain, dan seterusnya. Tapi manusia unik dalam penggunaan fungsi
mental yang lebih tinggi : secara sengaja fokus pada proses kognitif yang meningkatkan
belajar, memori, dan penalaran logis. 
2. Melalui kedua percakapan informal dan pendidikan formal, orang dewasa
menyampaikan kepada anak-anak cara-cara budaya mereka menafsirkan dan
menanggapi dunia. Untuk meningkatkan fungsi mental yang lebih tinggi, orang dewasa
mengajarkan pada anak-anak makna atau nilai yang menempel pada benda, peristiwa,
dan pengalaman manusia pada umumnya.
3. Setiap kebudayaan melewati sarana fisik dan kognitif yang membuat hidup bersama
setiap hari lebih efektif dan efisien. Tidak hanya orang dewasa mengajari anak-anak cara-
cara khusus untuk menafsirkan pengalaman tetapi mereka juga menyampaikan alat
khusus yang dapat membantu anak mengatasi berbagai tugas dan masalah mereka yang
cenderung untuk dihadapi. 
Jadi teori Vygotsky menuntun kita untuk berharap banyak keragaman kemampuan khusus
kognitif anak-anak sebagai hasil dari mereka yang bervariasi latar belakang budaya. Misalnya,
anak lebih mungkin untuk memperoleh keterampilan membaca peta-peta jika (mungkin dari
jalan, sistem kereta bawah tanah, dan pusat perbelanjaan) adalah bagian penting dari komunitas
mereka dan kehidupan keluarga dan anak-anak belajar menghitung dan berhitung operasi
(misalnya, penambahan, perkalian) hanya dalam budaya yang memiliki jumlah yang tepat sistem
yang sistematis memberikan simbol yang berbeda untuk jumlah yang berbeda.

B. Penerapan dalam Pembelajaran IPA

Pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu struktur, content, dan function.
Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur, dan konten intelektualnya
berubah/berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian
perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan
kecakapan pikiran anak. Maka, Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur
psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan beru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Dapat atau tidaknya peserta didik terlibat dalam proses belajar akan sangat ditentukan oleh
kesiapannya untuk belajar. Teori Piaget membedakan perkembangan kesiapan peserta didik
dilihat dari aspek kognitif. Perbedaan dalam perkembangan kesiapan peserta didik di sekolah
disebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan intelektual dan keterampilan motorik yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi.
Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia
tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja. Dengan adanya area baru, siswa akan
mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan.

Peserta didik harus diberikan penghargaan berupa pujian, angka yang baik, rasa keberhasilan,
dan sebagainya sehingga peserta didik lebih tertarik oleh pelajaran. Kesuksesan yang diraih
dalam interaksinya dengan lingkungan belajar dapat menimbulkan rasa puas. Kondisi ini
merupakan sumber motivasi. Apabila terus-menerus muncul pada diri peserta didik, maka
peserta didik akan sanggup untuk belajar sepanjang hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai