Anda di halaman 1dari 64

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Anti Korupsi


Kelas/semester : XI/Genap
Materi Pokok : Meningkatkan kemandirian
- Melatih kemandirian dengan menyelesaikan persoalan sendiri
Pertemuan ke :1
Alokasi waktu : 1X45Menit

1. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model meta plan peserta didik diharapkan
dapatMelatih kemandirian dengan menyelesaikan persoalan sendiri sehingga dapat hidup
dengan kemandirian dan menyelesaikan persoalan sendiri tanpa ketergantuangan pada orang
lain dalam kehidupan secara konsisten sehingga secara aktif menghindari serta menolak
perilaku korupsi dilingkungan sekolah

2. Kegiatan Pembelajaran
I. Pendahuluan (10 menit)
1. Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan (Salam,berdoa,Presensi )
2. Apersepsi : Menanyakan yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan
3. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari
4. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan;
5. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
II. Inti (30 menit)
1.Pemberian stimulus terhadap siswa, mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan
dengan menggaungkan yel yel anti korupsi.
2.Pengelompokan siswa
Peserta didik dibagi ke dalam 4 kelompok secara heterogen
Peserta didik dibagikan potangan kertas untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan guru
a.Mengapa anak usia remaja masih selalu mengadu kepada orang tuanya
b.Mengapa siswa menyontek dalam ujian
Kata kunci: sendiri, berdikari, percaya diri, tidak bergantung, tegar, berani
Peserta didik secara individu aktif menjawab pertanyaan atau masalah yang diajukan
Peserta didik secara individual menempelkan jawaban di kertas atau papan plano
yang disipakn di depan kelas, dan membacakan jawabannya

III. Penutup (5 menit)


1. Kegiatan guru bersama pesertadidik,yaitu:
(a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran
(b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang Sudah dilaksanakan
(c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
2. Kegiatan guru yaitu:
(a) melakukan penilaian;
(b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentukpembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
(c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan do’a dan salam.
3. Penilaian

Bentuk
No Aspek yang dinilai Instrumen Penilaian Waktu Penilaian
Penilaian
1 Pengetahuan kap Tes tertulis Soal tes Setelah selesai pbm

2 Keterampilan Unjuk kerja Format pengamatan unjuk


kerja Pada saat unjuk kerja

3 Sikap Format Pengamatan sikap Selama proses


Observasi/jurnal pembelajaran
Penilaian Pengetahuan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara jelas dan akurat.

1. Uraikan manfaat sikap mandiri dilingkungan sekolah dan masyarakat!


2. Uraikan pentingnya sikap mandiri dilingkungan sekolah dan masyarakat!
3. Bagaimana caramu mencegah sikap ketergantungan pada orang lain di
lingkungan sekolah dan masyarakat!
LEMBAR PENILAIAN TEMAN SEJAWAT PEMBIASAAN SIKAP MANDIRI BAGI SISWA

Kelas : XI
Tema : Mandiri
Kompetensi Dasar : Membentuk sikap bemandiri dalam setiap keadaan
Deskripsi Tugas : Menggali (assesmen)menggunakan kuisioner terkait kebiasaan sikap
siswa untuk bersikap mandiri

KUISIONER

Tanggal :...................................
Nama Peserta Didik :...................................

PETUNJUK

1. Bacalah pernyataan yang ada didalam kolom dengan teliti


2. Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari

No Kriteria Skor
1 2 3 4
1 Mandiri dalam bekerja dalam menyelesaikan tugas di kelas
2 Menghargai perbedaan pendapat
3 Berusaha secara mandiri memperoleh sesuatu
4 Mandiri dalam bersikap dalam lingkungannya kelas
Jumlah

Petunjuk penskoran
4 = 4 Jika keempat Kriteria terpenuhi = sangat baik
3 = Jika 3 dan 4 kriteria terpenuhi = baik
2 =Jika 2 kriteria terpenuhi = cukup
1 =Jika hanya1 kriteria terpenuhi = kurang
Penilaian Hasil Belajar

Penilaian Bisa/Mampu/Terampil

- Penilaian Unjuk Kerja


Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian keterampilan
berbicara sebagai berikut:

Instrumen Penilaian
Sangat Kurang Tidak
Baik
No Aspek yang Dinilai Baik Baik Baik
(75)
(100) (50) (25)
1 Kesesuaian respon dengan pertanyaan
2 Keserasian pemilihan kata
3 Kesesuaian penggunaan tata bahasa
4 Pelafalan

Kriteria penilaian (skor)


100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor
ideal (100)

Yel yel korupssi


MELATIH KEMANDIRIAN
Hakikat Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata mandiri, dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Kemandirian
dalam arti psikologis dan mentalis mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya
yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan
demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama
tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau
keuntungannya maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya.1
Ciri-ciri Kemandirian Anak
Covey menegaskan bahwa kemandirian memiliki ciri-ciri, diantarnya:
(1) secara fisik mampu bekerja sendiri,
(2) secara mental dapat berpikir sendiri,
(3) secara kreatif mampu mengekspresikan gagasannya dengan cara yang mudah dipahami, dan (4)
secara emosional kegiatan yang dilakukannya dipertanggungjawabkan sendiri.

Masrun dkk, membagi kemandirian ke dalam lima komponen yaitu sebagai berikut:
(1) Bebas, artinya bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung
pada orang lain.
(2) Progresif, artinya berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana dalam mewujudkan
harapannya.
(3) Inisiatif, artinya mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.
(4) Terkendali dari dalam, artinya mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu
mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
(5) Kemantapan diri (harga diri dan percaya diri), artinya mempunyai rasa percaya terhadap
kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Aspek-aspek Kemandirian
Ara mengemukakan aspek-aspek kemandirian anak adalah sebagai berikut:
(1) Kebebasan, merupakan hak asasi bagi setiap manusia, begitu juga seorang anak. Anak
cenderung akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dan mencapai
tujuan hidupnya, bila tanpa kebebasan.
(2) Inisiatif, merupakan suatu ide yang diwujudkan ke dalam bentuk tingkah laku. Perwujudan
kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuannya untuk mengemukakan ide, berpendapat,
memenuhi kebutuhan sendiri dan berani mempertahankan sikap.
(3) Percaya Diri, merupakan sikap individu yang menunjukkan keyakinan bahwa dirinya dapat
mengembangkan rasa dihargai. Perwujudan kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan
untuk berani memilih, percaya akan kemampuannya dalam mengorganisasikan diri dan
menghasilkan sesuatu yang baik.
(4) Tanggung Jawab, merupakan aspek yang tidak hanya ditujukan pada diri anak itu sendiri tetapi
juga kepada orang lain. Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab seseorang
untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan
loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya
dengan orang lain di dalam lingkungannya.
(5) Ketegasan Diri, merupakan aspek yang menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk
mengandalkan dirinya sendiri. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam keberanian
seseorang untuk mengambil resiko dan mempertahankan pendapat meskipun pendapatnya berbeda
dengan orang lain.
(6) Pengambilan Keputusan, dalam kehidupannya anak selalu dihadapkan pada berbagai pilihan
yang memaksanya mengambil keputusan untuk memilih. Perwujudan kemandirian seorang anak
dapat dilihat di dalam kemampuan untuk menemukan akar permasalahan, mengevaluasi segala
kemungkinan di dalam mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta kesulitan lainnya, tanpa
harus mendapat bantuan atau bimbingan dari orang yang lebih dewasa.
(7) Kontrol Diri, merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya, baik dengan mengubah tingkah laku atau menunda tingkah laku. Dengan kata lain
sebagai kemampuan untuk mengontrol diri dan perasaannya, sehingga seseorang tidak merasa takut,
tidak cemas, tidak ragu atau tidak marah yang berlebihan saat dirinya berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungannya
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri,
seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala
perlengkapan yang melekat padanya.
Faktor internal terdiri dari;
(a) Faktor Peran Jenis Kelamin, secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak jelas
perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya. Dalam perkembangan kemandirian, anak
laki-laki biasanya lebih aktif dari pada anak perempuan,
(b) Faktor Kecerdasan atau Intelegensi, anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan
lebih cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, sehingga anak
yang cerdas cenderung cepat dalam membuat keputusan untuk bertindak, dibarengi dengan
kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko-resiko yang akan dihadapi. Intelegensi
berhubungan dengan tingkat kemandirian anak, artinya semakin tinggi intelegensi seorang
anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya,
(c) Faktor Perkembangan, kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi
perkemangan anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajarkan kemandirian sedini
mungkin sesuai denag kemampuan perkembangan anak.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan
faktor lingkungan.

2. Faktor eksternal terdiri dari;


(a) Faktor Pola Asuh, untuk bisa mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan
dan dorongan dari keluarga serta lingkungan sekitarnya, untuk itu orang tua dan respon dari
lingkungan sosial sangat diperlukan bagi anak untuk setiap perilaku yang telah
dilakukannya,
(b) Faktor Sosial Budaya, merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
perkembangan anak, terutama dalam bidang nilai dan kebiasaankebiasaan hidup akan
membentuk kepribadiannya, termasuk pula dalam hal kemandiriannya, terutama di
Indonesia yang terdiri dari
Melatih Kemandirian Anak
Menurut Tassoni banyak hal yang dapat dilakukan sepanjang hari untuk mendorong anak bertindak
mandiri.Namun hal ini bukan berarti meninggalkan anak untuk melakukannya sendiri. Beberapa hal
yang dapat menolong anak menjadi mandiri melalui kegiatan bermain diantaranya; (1) Mendorong
anak membereskan mainannya sendiri,
(2) Mendorong anak untuk memilih mainannya sendiri,
(3) Mengijinkan anak berlatih mengenakan pakaian dengan menyediakan baju-baju yang menarik
bagi anak untuk dipakaikan,
(4) Mendorong anak untuk membersihkan meja bila kotor,
(5) Memuji anak jika mereka sudah mencoba untuk menjadi mandiri.
Kemandirian dan Harga Diri
terlalu banyak pengawasan mengakibatkan anak tidak akan cukup kesempatan untuk
mengeksplorasi, terlalu sedikit pengawasan anak juga akan menjadi tidak mampu mengatur dirinya
dan gagal belajar bersosialisasi yang dibutuhkan ketika bergaul dengan teman sebaya sebaik orang
dewasa.
Kemudian Hurlock menegaskan bahwa semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar
kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya.
menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri.Apabila anak-anak tidak diberi kesempatan
mempelajari keterampilan tertentu, dimana perkembangannya sudah memungkinkan dan anak ingin
melakukan karena berkembangnya keinginan untuk mandiri, maka mereka tidak saja kurang
memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari teman-teman sebayanya tetapi juga akan kurang
memiliki motivasi untuk mempelajari berbagai keterampilan pasa saat diberi kesempatan.
Tassoni mengemukakan bahwa anak yang merasa positif tentang dirinya memiliki harga diri yang
tinggi.

7 Jurus Melatih Kemandirian Anak


1. Percaya. Mulailah dengan memberikan kepercayaan kepada anak untuk beraktivitas. ...
2. Mempermudah tugas. Jika anak ingin menyiapkan sarapan sendiri, bantu ia dengan
menu yang mudah. ...
3. Beri semangat dan batas waktu. ...
4. Memuji secara tidak langsung. ...
5. Biarkan anak membantu. ...
6. Buat anak rajin membaca. ...
7. Beri petunjuk, bukan solusi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Pendidikan Anti Korupsi
Kelas/semester : XI/Genap
Materi Pokok : Berjuang untuk meningkatkan kemandirian
Pertemuan ke :2
Alokasi waktu : 1 X 45Menit

1. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan metode Think talk write peserta didik
diharapkan dapat merinci membangun perilaku mandiri yang perlu ditingkatkan
sehingga dapat merumuskan akibat buruk ketergantungan kepada orang lain
dan tidak memilki sikap ketergantungan kepada orang lain dalam kehidupan secara
konsisten dan membangun perilaku mandiri baik dikelas, sekolah, teman bermain,
keluarga, dan masyarakat sehingga secara aktif menghindari serta menolak
ketergantungan kepada orang lain
2. Kegiatan Pembelajaran
I. Pendahuluan
1. Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan (Salam,berdoa,Presensi )
2. Apersepsi : Menanyakan yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan Membangun perilaku mandiri kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan
3. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari Membangun perilaku mandiri
4. Menyampaikan garis besar cakupan materi membangun perilaku mandiri dan
kegiatan yang akan dilakukan;
5. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian membangun perilaku mandiri yang
akan digunakan.
II. Inti
1.Pemberian stimulus terhadap siswa dengan memggaungkan yel-yel anti korupsi .
Satu kelompok bermain peran, para peserta lain belajar mengamati sikap orang lain,
dan mengidentifikasi cara-cara memecahkan masalah yang berbeda-beda dalam
kehidupan sehari-hari tentang Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar, Berani
dalam membangun perilaku mandiri

2.Identifikasi masalah
Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok secara heterogeny
Peserta didik secara responsif dan proaktif berdiskusi tentang Membangun perilaku
mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar, Berani

3.Pengumpulan data
Peserta didik secara kelompok menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
peran tentang sikap Membangun perilaku mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar, Berani dalam membangun perilaku mandiri

4.Pengolahan Data dan Pembuktian


Peserta didik berdiskusi untuk mengolah, menganalisis dan menyimpulkan
informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber terkait Membangun perilaku
mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar dan Berani

5.Menarik kesimpulan
Peserta didik menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang telah bermain peran
Membangun perilaku mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar dan
Berani

III. Penutup
1. Kegiatan guru bersama peserta didik,yaitu:
(a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran mengenai Berdikari, Percaya diri,
Tidak bergantung, Tegar dan Berani untuk membangun perilaku mandiri
(b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang Sudah dilaksanakan
(c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
2. Kegiatan guru yaitu:
(a) melakukan penilaian;
(b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
(c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan do’a dan salam.

3. Penilaian
Aspek yang Bentuk Penilaian
No Instrumen Penilaian Waktu Penilaian
dinilai
1 Pengetahuan Tes Tulis tentang Soal tes Setelah selesai KBM
Membangun 1. Bagaimana cara membangun
perilaku mandiri sikap Berdikari, Percaya diri,
yaitu Berdikari, Tidak bergantung, Tegar dan
Berani di lingkungan sekolah
Percaya diri,
dan masyarakat!
Tidak bergantung, 2. Uraikan manfaat sikap
Tegar dan Berani Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
jika dilakukan secara terus
menerus di lingkungan sekolah
dan masyarakat!
3. Bagaimana membangun sikap
Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
untuk tidak ketergantungan
kepada orang lain!
4. Jelaskan 5 Dampak Negatif
Jika Terlalu Bergantung Pada
Orang Lain
5. Jelaskan dalil Al-Qur’an atau
Hadist (Bagi non Muslim
sesuia dengan kitab sucinya
masing-masing) yang
menjelaskan tentang sikap
Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
untuk tidak ketergantungan
kepada orang lain.
2 Keterampilan Unjuk Kinerja Format Pengamatan Unjuk Kinerja Pada saat presentasi
tentang Tentang membangun perilaku mandiri
Membangun yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
perilaku mandiri bergantung, Tegar dan Berani
yaitu Berdikari,
Percaya diri,
Tidak bergantung,
Tegar dan Berani

3 Sikap Observasi/jurnal Format Pengamatan sikap(jurnal) Selama proses


Tentang membangun perilaku mandiri pembelajaran
yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani

Kepala Sekolah Pendidik Bidang Studi

………………………………… SITI KIBTIYAH,S.Pd


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kata kunci materi pendidikan antikorupsi mandiri sebagai berikut :

a) Sendiri

b) Berdikari

c) Percaya diri

d) Tidak bergantung

e) Tegar

f) Berani

MATERI PEMBELAJARAN

Contoh perilaku meneladani sikap mandiri yang dipraktekkan oleh nabi


muhammad
1. Bekerja dan mengerjakan kewajiban rumah sendiri
2. Mencari rezeki sendiri

3. Tidak meminta uang jajan kepada orang tua ketika sudah dewasa

4. Giat dalam melakukan sesuatu tugas yang diberikan

Pembahasan
Ketika berusia enam tahun nabi muhammad sudah menjadi anak yatim piatu. Nabi
muhammad kemudian tinggal bersama kakek beliau selama dua tahun .Kemudian hidup
dengan oaman beliau ketika kakeknya sudah meningga. '
Sejak kecil nabi muhammad termasuk anak yang mandiri. ketika kecil nabi sudah
mengmabala domba dan membantu pamannya berdagang. Nabi mulai berdagang
pertama kali pada usia dua belas tahun. Kemudian pada usia duapuluh tahun lebih nabi
sudah berdagang sendiri membawa barang dagangan khadijah. nabi sangat giat dan
pekerja  keras dalam berdagang
Perubahan Positif yang Kamu Rasakan Kalau Mau Hidup Mandiri

Unsplas
h.com/Saulo Mohana

Dalam hidup ini, seorang manusia memang tidak bisa dipisahkan dengan manusia yang
lainnya.Itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial. Filsuf asal Yunani, Aristoteles
menyebutnya sebagai Zoon Politicon yakni manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain.

Namun demikian, manusia juga harus bisa berdikari alias mandiri sehingga hidupnya tidak melulu
bergantung pada orang lain. Untuk bisa menjadi mandiri, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan,
di antaranya dengan melatih diri agar bisa kreatif dan mampu mengandalkan diri sendiri setiap
berbuat sesuatu, sehingga kamu tidak berpangku tangan atau berharap pada orang lain.

Jika kamu terbiasa hidup mandiri, maka akan banyak perubahan positif yang kamu dapatkan.
Berikut ini 5 perubahan positif yang bisa kamu rasakan dengan hidup mandiri. Yuk, disimak!
1. Minim rasa kecewa, karena kamu mengandalkan diri sendiri terhadap setiap hal yang
kamu lakukan

Unsplash.com/Corey Agopian

Jika kamu memutuskan untuk hidup mandiri, maka kamu akan lebih mudah untuk terhindar dari
rasa kecewa. Ini disebabkan oleh sikapmu yang tidak gampang bergantung pada orang lain,
sehingga kamu tidak mau berharap banyak pada manusia lainnya. Demikianlah ciri seorang
manusia yang mandiri.

Selagi hayat masih di kandung badan, serta diri masih mampu menjalani kehidupan, maka kamu
akan terus melangkah maju dan berusaha semampu yang kamu bisa.

Hari-hari ini, betapa tidak sedikit manusia yang sibuk menggantungkan harapan pada orang lain
namun tak mendapatkan balasan setimpal. Oleh karena itu, bersyukurlah jika kamu bisa hidup
mandiri, sebab hidupmu akan lebih bermakna dan minim rasa kecewa.
2. Menjadi manusia yang kreatif dan inovatif

Unsplash.co
m/ Julia Kutsaeva

Hidup mandiri menuntut seseorang untuk bisa kreatif dan mampu berinovasi dengan kemampuan
yang ia punya. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar hidup tetap berkelanjutan dengan
mengandalkan apa yang ia miliki. Seseorang yang mandiri tidak akan takut untuk kalah saing
karena ia bisa memanfaatkan setiap peluang sebagai upaya untuk mengasah diri.

3. Hidupmu tidak habis untuk merepotkan orang lain

Unsplash.com/Alvin Mahmudov

Sungguh sebuah keniscayaan jika seseorang bisa hidup mandiri. Ini karena ia tidak melulu
merepotkan orang lain dan yakin dengan ikhtiar yang ia lakukan sendiri. Tak hanya itu, seseorang
yang mandiri biasanya lebih peka dan berjiwa sosial, sebab ia melewati sendiri kerasnya perjalanan
hidup ini.

Oleh karena itu, orang yang mandiri biasanya mau peduli serta mengasihi kaum papa dengan
memberikan apa-apa yang ia punya.
4. Kamu memiliki mental yang pemberani

Unsplash.com/ Mahkeo

Hidup mandiri juga mengajarkan kamu untuk menjadi pribadi yang pemberani.Mental tersebut
terbentuk seiring dengan kehidupan mandiri yang kamu jalani. Ingat, tidak semua orang mau hidup
mandiri dan memilih bergantung pada orang lain lantaran terlalu khawatir dengan kehidupan yang
ia jalankan.

Jadi, jangan pernah ragu untuk bisa hidup mandiri.Dengan demikian kamu mudah untuk beradaptasi
dengan berbagai lingkungan dan tidak takut untuk melangkah menapaki kehidupan ini. Ketahuilah,
orang-orang yang hidup mandiri akan menjadi pribadi yang tangguh karena mereka mempunyai
daya juang tinggi dalam menaklukkan medan kehidupannya.

5. Kamu jadi manusia yang disiplin

Unsplash.com/Luke Chesser

Tidak hanya pemberani, hidup mandiri juga membuat kamu menjadi manusia yang disiplin.Hal ini
kamu dapatkan karena pengalaman hidup yang kamu lalui.Orang-orang mandiri adalah mereka
yang menjalani kehidupan tanpa mengenal kata mundur dan senantiasa berupaya menjadi pribadi
yang bertanggung jawab.Alhasil, pengalaman hidup demikian membentuk seseorang yang mandiri
menjadi pribadi yang disiplin.

Demikianlah 5 perubahan positif yang akan kamu rasakan kalau mau hidup mandiri. Mulailah hidup
mandiri dengan tidak melulu bergantung pada orang lain, dengan demikian hidup kamu akan lebih
bermakna.

Kemandirian adalah sebuah sikap dewasa yang dapat kamu tumbuhkan sedini mungkin. Sikap ini
dapat menunjukkan bahwa kamu sudah tidak lagi terlalu bergantung dengan orang lain.

Mungkin secara finansial kamu belum bisa mandiri seratus persen, namun dalam hal lain sebaiknya
kamu harus bisa mandiri dan tidak lagi bergantung segala sesuatunya dengan orang lain di
sekitarmu.

Inilah lima cara yang dapat kamu lakukan untuk menumbuhkan sikap mandiri, ingat bahwa terlalu
bergantung dengan orang lain itu gak baik buatmu.
. Belajar membuat keputusan untuk dirimu sendiri

Unsplash/Burst

Kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya keputusan.Ya, sebaiknya kamu belajar untuk dapat
membuat keputusan bagi dirimu sendiri. Mungkin kamu bisa meminta saran atau pendapat dari
pihak lain, namun sebuah keputusan tetaplah kamu yang harus melakukannya.

Jika kamu sudah bisa membuat sebuah keputusan bagi dirimu sendiri, maka kamu sudah mulai
berani melangkah untuk hidup mandiri. Tidak peduli apakah keputusanmu itu benar atau salah,
biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Setidaknya kamu sudah berani untuk melangkah maju dan mengambil keputusan, meskipun
terkadang hasilnya tidak seperti yang kamu harapkan. Dengan begini kamu bisa belajar dari
kesalahan kamu, dan itu bisa kamu jadikan pengalaman untuk membuat keputusan di masa depan.

2. Jangan terlalu sering meminta tolong kepada teman-temanmu

Unsplash/Helena Lopes
Sedapat mungkin kamu yang harus memberikan pertolongan, dan jika kamu gak butuh-butuh amat,
kamu harus membatasi dalam hal meminta pertolongan.

Memang manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Namun jika kamu terlalu
sering meminta pertolongan, padahal kamu sanggup untuk melakukannya, maka orang-orang di
sekitarmu pasti akan jengah dengan sikapmu.

Ingat ya, tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah.Itu artinya kamu yang harus banyak
memberikan bantuan, ketimbang meminta bantuan.

3. Hidup sesuai dengan kemampuan finansialmu

Unsplash/Sharon McCutcheon
Jika kamu sudah bekerja dan memiliki pendapatan sendiri, maka sebaiknya kamu hidup sesuai
dengan kemampuan keuangan kamu.Mungkin pada awal-awal kamu bekerja, kamu masih
membutuhkan bantuan finansial dari keluarga kamu, dan itu adalah hal wajar.

Namun jika kamu sudah dalam usia yang matang dan dewasa secara finansial, sebaiknya kamu
tidak menggantungkan kebutuhan hidup kamu kepada orang lain. Apalagi jika pendapatanmu
sangat besar, tentu ada yang salah dengan gaya hidupmu jika kamu masih bergantung pada orang
lain.

Belajarlah mengatur keuangan dengan baik, dan sedapat mungkin hiduplah sesuai dengan
pendapatan atau kemampuan keuangan kamu. Jika memang kamu tidak dalam situasi yang
mendesak, sebaiknya kamu tidak meminta bantuan keuangan kepada orang lain.
4. Tingkatkan kepedulian kamu terhadap orang di sekitarmu yang membutuhkan

Unsplash/Ben White

Jika kamu sudah dalam posisi yang bagus, entah itu keuangan, karier, keluarga, atau pendidikan
kamu, maka tingkatkan rasa peduli kamu terhadap orang-orang di sekitar kamu.

Bantu dan tolonglah mereka yang membutuhkan, mungkin ada keluarga atau teman kamu yang
memang sedang dalam keadaan yang sangat sulit.

Dengan meningkatkan rasa peduli, kamu juga akan menjadi orang yang mandiri dan dewasa. Selain
itu, rasa peduli juga akan mengingatkan kamu bahwa kamu adalah manusia juga masih
membutuhkan bantuan orang lain.
5. Belajarlah untuk kuat dalam menanggung
beban hidupmu sendiri

Unsplash/Tim Bogdanov

Bukan berarti kamu tidak boleh untuk berbagi cerita atau beban-beban hidupmu dengan orang lain,
namun sedapat mungkin jika kamu masih merasa bisa mengatasinya seorang diri, maka kamu harus
melakukannya.

Namun jika kamu merasa sudah sangat berat dan lelah, maka kamu bisa meminta bantuan pada
teman atau keluarga kamu. Beban hidup akan membuatmu semakin kuat dan dewasa, bahkan akan
membuatmu lebih mandiri dalam hidup ini.

Itulah lima cara yang dapat kamu lakukan untuk menumbuhkan sikap mandiri. Semoga dapat
membantu dan menginspirasi kamu, ya!
5 Cara ampuh memotivasi diri sendiri

Merdeka.com - Memotivasi diri sendiri adalah cara terbaik untuk menghadapi hambatan dalam
hidup. Sebab, akan ada fase dalam kehidupan Anda di mana Anda akan menemukan diri Anda
terjebak dan tidak bisa menghindari situasi yang tidak mengenakkan. Nah, berikut adalah lima
cara ampuh untuk memotivasi diri sendiri dan menguatkan mental Anda. Sehingga ketika ada
masalah datang, Anda bisa mengatasinya dengan tenang.
1. Menghargai tindakan yang telah Anda ambil

Setiap kali Anda melakukan sesuatu yang baik, seperti menyelesaikan tugas tepat waktu, hargailah
pencapaian itu. Perlu diingat bahwa menghargai diri sendiri adalah cara terbaik untuk memotivasi
diri Anda.

2. Selalu termotivasi dalam melakukan segala hal

Jika Anda ingin memotivasi diri Anda, Anda harus selalu termotivasi dalam melakukan segala
hal.Oleh karena itu, Anda pun harus selalu menunjukkan sikap antusiasme Anda pada segala hal
yang Anda kerjakan.

3. Tetap mengejar cita-cita

Anda harus terus-menerus menantang diri Anda, sehingga Anda tetap termotivasi dalam menjalani
kehidupan Anda.Jika Anda telah berhasil mencapai salah satu impian Anda, jangan berhenti
bermimpi. Capailah hal lain yang belum pernah Anda raih sebelumnya. Dengan begitu, Anda akan
tetap termotivasi dalam segala hal dalam hidup Anda.

4. Selalu waspada

Jangan sepelekan yang kecil dan hanya terfokus pada tugas besar saja.Mulailah hari Anda dengan
tugas-tugas kecil seperti membersihkan kamar Anda atau menata pakaian di lemari. Hal itu
tampaknya tidak begitu penting, namun itu akan membuat Anda lebih waspada pada hidup Anda.
Jadi, ketika Anda mulai bekerja, Anda akan keluar dari sikap malas dan lebih bersemangat dalam
mencapai tujuan Anda.

5. Tidak membandingkan diri Anda dengan orang lain

Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, Anda seharusnya lebih berfokus pada
pencapaian Anda. Setiap orang memiliki jalan berbeda dalam menempuh apa yang mereka cita-
citakan. Maka, Anda harus menjadi lebih baik dari hari ke hari, sehingga Anda selalu termotivasi
untuk menantang kemampuan Anda.

Inilah lima cara ampuh untuk memotivasi diri sendiri dan menguatkan mental Anda.
Ini 5 Dampak Negatif Jika Terlalu Bergantung
Pada Orang Lain

Unsplas
h.com/Jeremy Yap

Manusia hidup memang membutuhkan bantuan orang lain, namun hal itu semestinya dilakukan proporsional dan
tidak berlebihan.  Jika kita terlalu bergantung mengharapkan uluran tangan manusia lainnya,  maka akan berakibat
buruk bagi diri kita sendiri.  Selain menjadi manja dan keenakan,  kamu akan mudah mengandalkan orang dan
semakin mengerdilkan kemampuanmu dalam berbuat sesuatu.  

Berikut ini 5 dampak negatif jika terlalu bergantung pada orang lain.  
1. Kamu Jadi tidak mandiri

Unsplash.com/ Ben White

Hidup di dunia ini memang penuh tantangan dan ujian,  namun jika terlalu mengharap kepada manusia lainnya, 
kepekaan kita untuk bertahan hidup secara mandiri jadi tak berfungsi dengan baik. Ujungnya malah membuat
dirimu merasa bergantungan terus dengan orang,  sehingga setiap hal yang akan kamu kerjakan selalu berharap
ada bantuan atau uluran tangan dari orang lain. Jangan sampai untuk sesuap nasi saja kamu harus menengadah
tangan memohon pada orang lain,  selagi raga dan jiwamu sehat,  jangan pernah menyerah dan gentar untuk
melawan kerasnya dunia. Ingatlah,  Tuhan tak kan tidur jika kita berserah pada-Nya dan senantiasa berikhtiar. 

Jika kamu pernah melihat serial Oshin,  drama Jepang yang sangat fenomenal pada era  80-an,  kamu akan sadar
bahwa kehidupan keras dan ujian hidup mampu membentuk karakter orang untuk bisa bertahan dan menjadi
mandiri.  Oshin menunjukan dirinya mampu melawan dunia meski pun ia tertatih dan sulit untuk mencari nafkah
dalam menghidupi keluarga kecilnya.  Semua bisa ia lakukan dengan kesabaran dan terus berusaha keras.   So, 
kita juga gak boleh nyerah dan terlalu bergantung pada orang lain sesulit apapun medannya.  Andalkan Sang
Maha Pencipta dan kencangkan ikat pinggang untuk memaksimalkan ikhtiar. 
2. Tidak punya rasa tanggung jawab terhadap
diri sendiri

Unsplash.com/Jon Grogan

Dampak negatif lain jika terlalu bergantung pada orang adalah kamu akan mudah menanggalkan tanggung
jawabmu.  Padahal setiap orang wajib untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.  Ketika diri sudah terlalu
bergantung pada orang lain,  kamu jadi keenakan dan malas untuk berbuat banyak.  Tanggung jawabmu seolah
menguap karena merasa sudah aman dengan memperoleh bantuan orang lain.  Kalau sudah begini,  tanggung
jawabmu pada diri sendiri akan memudar. Coba lihat di sekitarmu, mungkin ada  banyak orang yang terlahir cacat
dan tidak bisa berbuat banyak dengan fisiknya, namun mereka tidak pernah menyerah dalam berbuat sesuatu
untuk perubahan hidupnya.
3.Kepekaanmu untuk mengubah keadaan hidup
perlahan mati

Unsplash.com/ Sticker Mule

Jika hidupmu kamu dedikasikan hanya untuk terus bergantung pada orang lain,  maka kamu akan sulit
memanfaatkan kesempatan untuk mengubah keadaan hidupmu untuk menjadi lebih baik.  Hidup memang selalu
penuh liku,  namun jika tidak awas dan mahir mengemudikannya,  maka kamu kan terjatuh. Orang-orang bijak
kerap mengatakan bahwa ujian atau kesulitan dalam hidup adalah peluang untuk mengubah hidup menjadi lebih
baik.  Maka dari itu jangan langsung menyerah, atau berputus asa terhadap kemampuan dirimu. Manfaatkan
momen ujian hidup yang kita lalui sebagai sebuah peluang untuk menggali potensi diri,  dengan demikian akan
banyak Ide ide brillian yang tercetus dibenakmu untuk segera kamu realisasikan. Kamu pun tidak lagi  pasif
namun menjadi pribadi yang aktif dan terus berinovasi. 
4. Hidupmu akan diwarnai dilema dan rasa
kecewa

Unsplash.com/Steve Halama

Bergantung pada orang tentu akan membuatmu dilema atau harap-harap cemas akan bantuan dari orang lain.  Jika
bantuan datang,  kamu akan merasa gembira dan senang,  namun sebaliknya saat orang lain menutup diri untuk
mengulurkan bantuan padamu,  kamu merasa cemas dan ujungnya akan kecewa lantaran tak kunjung
mendapatkan bantuan dari orang lain.  Ketahuilah,  mengharap pada manusia tak akan membuat hidupmu lebih
baik,  cukup gantungkan harapanmu pada Sang Maha Pengasih,  karena Dia yang akan menunjukkan jalan lurus
untukmu melangkah. 

Adapun berpangku tangan pada orang lain malah membuatmu dibuai harapan-harapan palsu,  karena tidak semua
orang di dunia ini dapat mengerti kondisimu dan mau tahu dengan apa yang terjadi pada dirimu.  Untuk itu
bersahabatlah dengan dirimu sendiri untuk berjuang meneruskan hidup. Meski kamu tak dibantu orang lain, 
namun tanamkan karakter untuk senantiasa membantu orang lain dalam keadaan sulit yang mereka alami. 
Yakinlah,  jika kamu melepaskan kesulitan orang lain,  kamu pun akan memperoleh bala bantuan lewat campur
tangan Tuhan dalam setiap langkah kakimu.
5. Kamu hanya jadi pecundang karena terus
mengandalkan orang lain

Unsplash.com/ christopher lemercier

Bergantung pada orang lain membuatmu seolah membatasi ruang gerak untuk mengembangkan kreativitas yang
kamu punya. Kamu hanya bisa menengadahkan tangan dan meminta kepada orang lain dengan berharap mereka
membantumu.

Kalau sudah seperti ini,  kamu bisa menjadi pecundang yang hanya menunggu orang lain berbuat sesuatu
padamu.  Ingatlah,  mengandalkan orang lain bukanlah fungsi utama  seorang manusia,  karena sudah seharusnya
kita sebagai manusia lebih banyak  memberi dari pada menerima.  Alhasil, jika kita selalu di posisi menerima, 
kita malah keenakan dan tidak mau mengandalkan diri sendiri untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Memberi tidak akan membuatmu miskin,  justru Tuhan akan beri ganjaran terbaik berupa pahala terhadap
ketulusanmu membantu orang lain.  Dan ingat,  sesuatu yang kamu beri pada orang lain akan diganti pula oleh-
Nya,  maka jangan pernah merasa kurang ketika sudah mengulurkan bantuan pada orang lain.   

Demikianlah 5 hal negatif yang bisa kamu alami jika terus saja bergantung pada orang lain, baik itu pada
temanmu,  keluargamu,  atau orang di sekitarmu. Cobalah untuk mengubah kebiasaan bergantung pada orang lain
dengan menanamkan pola pikir begini,  "apa yang bisa aku bantu untuk menolong orang lain?"  Dengan
pemikiran seperti itu,  kamu akan terus bersemangat menebar kebaikan meski hidupmu serba kekurangan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata pelajaran : Pendidikan Anti Korupsi


Kelas/Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Sikap mandiri dalam perencanaan dan pelaksanaan
Pertemuan ke : III
Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit

1. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini menggunakan metode kreasi lagu peserta didik diharapkan
dapat mengasah kepekaan siswa dalam bidang seni terutama dalam menuliskan syair dan
memilih melodi yang sesuai.Dengan kegiatan ini para siswa diharapkan dapat membangun
sikap dan prilaku yang aktif, kreatif, komunikatif, mandiri, partisipatif, percaya diri dan
kolaboratif.

2. Kegiatan Pembelajaran
I. Pendahuluan
1. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan (Salam, berdo’a Presensi)
2. Apersepsi : Menanyakan yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan
dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan
3. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
4. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
5. Menyampaikan lingkup dan Teknik penilaian yang akan digunakan

II. Inti

Pemberian stimulus terhadap siswa dengan memggaungkan yel-yel anti korupsi .


Korupsi selanjutnya siswa diajak mendengar beberapa lagu tentang korupsi, lalu.
Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok secara heterogeny
untuk membuat syair lagu tentang korupsi
Peserta didik secara responsif dan proaktifmembuar syair tentang anti korupsiMembangun
perilaku mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar, Berani

III. Penutup
1. Peserta didik dibimbing oleh pendidik untuk menerapkan tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Pendidik bersama
peserta didik mengagendakan tugas tentang Membentuk sikap bemandiri dalam setiap
keadaan
2. Pendidik bersama peserta didik mengagendakan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya, untuk dipelajari oleh peserta didik di rumah.
3. Pendidik bersama peserta didik menutup pembelajaran dengan Mengucapkan Salam
Penutup ( Doa)
3. Penilaian
Pengetahuan Memahami menerapkan sikap mandiri dalam Teknik Penilaian:
1. lingkungan sekolah dan masyarakat melalui membuat syair lagu
syair lagu
Keterampilan Mampu mendemonstrasika syair lagu yang Format unjuk
2.
sudah dibuat secara berkelompok kerja/produk
Sikap Membiasakan menerapkan sikap mandiri Selama proses
3.
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat pembelajaran

RPP TANPA TANDA TANGAN DAN KOP


Lampirkan materi pembelajarannya

Kemandirian (Pengertian, Aspek, Jenis, Ciri,


Tingkatan dan Faktor yang Mempengaruhi)
Oleh Muchlisin Riadi  Juni 25, 2020  Posting Komentar

Apa itu Kemandirian? 

Kemandirian adalah suatu kemampuan psikososial berupa kesanggupan untuk berani,


berinisiatif dan bertanggung jawab dalam mengatasi hambatan/masalah dengan rasa
percaya diri dengan tidak tergantung dengan kemampuan orang lain, serta mampu
memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri tanpa pengaruh lingkungan dan
bantuan orang lain.

Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas,
melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi,
penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi
lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri,
menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya (Patriana,
2007).
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu.
Kemandirian diperoleh secara bertahap selama perkembangan berlangsung, dimana
individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri.

Berikut definisi dan pengertian kemandirian dari beberapa sumber buku: 


 Menurut Nurhayati (2011), kemandirian adalah kemampuan psikososial yang
mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung dengan kemampuan orang
lain, tidak terpengaruh lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhannya sendiri. 
 Menurut Kartono (2007), kemandirian adalah kesanggupan untuk berdiri sendiri
dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia
dewasa dalam melaksanakan kewajibannya guna memenuhi kebutuhannya
sendiri. 
 Menurut Chaplin (2002), kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan
menentukan dirinya sendiri. 
 Menurut Maryam (2015), kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. 

Aspek-aspek Kemandirian 

Menurut Widayati (2009), aspek-aspek kemandirian adalah sebagai berikut: 


1. Tanggung Jawab, yaitu kemampuan memikul tanggungjawab, kemampuan untuk
menyelesaikan suatu tugas, mampu mempertanggungjawabkan hasil kerjanya,
kemampuan menjelaskan peranan baru, memiliki prinsip mengenai apa yang benar
dan salah dalam berfikir dan bertindak. 
2. Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu kondisi yang
ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri dan bukan
orang lain dan tidak tergantung pada orang lain dan memiliki rasa percaya diri dan
kemampuan mengurus diri sendiri. 
3. Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif. 
4. Kontrol Diri, kontrol diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian tindakan dan
emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan melihat sudut pandang orang
lain.

BACA JUGA

Jenis-jenis Kemandirian 

Menurut Desmita (2011), berdasarkan karakteristiknya kemandirian dibagi menjadi tiga


jenis, yaitu sebagai berikut: 
1. Kemandirian emosional, yaitu kemandirian yang menyatakan perubahan
kedekatan hubungan emosional antar individu. Kemandirian remaja dalam aspek
emosional ditunjukkan dengan tiga hal yaitu tidak bergantung secara emosional
dengan orang tua namun tetap mendapat pengaruh dari orang tua, memiliki
keinginan untuk berdiri sendiri, dan mampu menjaga emosi di depan orang tuanya. 
2. Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara
bertanggung jawab. Kemandirian remaja dalam tingkah laku memiliki tiga aspek,
yaitu perubahan kemampuan dalam membuat keputusan dan pilihan, perubahan
dalam penerimaan pengaruh orang lain, dan perubahan dalam merasakan
pengandalan pada dirinya sendiri (self-resilience). 
3. Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar
dan salah, dan tentang apa yang penting dan tidak penting. Kemandirian nilai
merupakan seperangkat nilai-nilai yang dikonstruksikan sendiri oleh remaja,
menyangkut baik-buruk, benar-salah, atau komitmennya terhadap nilai-nilai agama.

Selain itu, kemandirian juga dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: 
1. Kemandirian Emosi. Merupakan kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak
tergantung kebutuhan emosi orang lain.
2. Kemandirian Ekonomi. Kemandirian ekonomi yaitu kemampuan mengatur
ekonomi sendiri dan tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain. 
3. Kemandirian Intelektual. Kemandirian intelektual yaitu kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
4. Kemandirian Sosial. Kemandirian sosial merupakan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi orang
lain.

Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2005), kemandirian dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: 
1. Kemandirian aman (secure autonomy), yaitu kekuatan untuk menumbuhkan
cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab
bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan
untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain. 
2. Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), yaitu kekuatan kepribadian yang
dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Kondisi seperti ini sebagai selfish
autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri.

Ciri dan Tingkatan Kemandirian 

Kemandirian pada seseorang terus mengalami peningkatan sesuai dengan usia


perkembangan. Menurut Desmita (2011), ciri-ciri kemandirian berdasarkan tingkatannya
adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pertama (impulsif dan melindungi diri) 

Pada tingkat pertama, individu biasanya bertindak secara spontanitas tanpa berfikir
terlebih dahulu. Adapun kemandirian pada tingkat pertama ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain. 
2. Mengikuti aturan secara sepontanistik dan hedonistik. 
3. Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu. 
4. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games. 
5. Cenderung menyalahkan orang lain dan mencela orang lain serta lingkungannya.

b. Tingkat kedua (konformistik) 


Pada tingkat kedua ini seseorang cenderung mengikuti penilaian orang lain. Adapun Ciri-
cirinya adalah sebagai berikut: 
1. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial. 
2. Cenderung berfikir stereotip dan klise. 
3. Peduli dan konformatif terhadap aturan eksternal. 
4. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. 
5. Menyamar diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi. 
6. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri eksternal. 
7. Takut tidak diterima kelompok. 
8. Tidak sensitif terhadap keindividuan.

c. Tingkat ketiga (sadar diri) 

Pada tingkat ini individu mulai menjalani proses mengenali kepribadian dalam diri. Adapun
ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 
1. Mampu berfikir alternatif. 
2. Melihat berbagai harapan dan kemungkinan dalam situasi.
3. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. 
4. Menekan pada pentingnya memecahkan masalah.
5. Memikirkan cara hidup.

d. Tingkat keempat (saksama/conscientious) 

Pada tingkat keempat ini, individu mulai mampu melihat keragaman emosi dan menilai diri
sendiri. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Bertindak atas dasar-dasar nilai internal.
2. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
3. Mampu melihat keragaman emosi.
4. Sadar akan tanggung jawab. 
5. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. 
6. Peduli akan hubungan mutualistik.
7. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
8. Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

e. Tingkat kelima (individualitas) 

Pada tingkatan ini seseorang mulai memiliki kepribadian yang dapat membedakan diri
dengan orang lain. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kesadaran individualitas. 
2. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan. 
3. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. 
4. Mengenal eksistensi perbedaan individual. 
5. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam sebuah kehidupan. 
6. Membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya. 
7. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

Faktor yang Mempengaruhi Kemandiran 

kemandirian bukan semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu
sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang didapat dari
lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari
orangtuanya. 

Menurut Ali dan Asrori (2005), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kemandirian seseorang, yaitu sebagai berikut:

a. Gen atau keturunan orangtua 

Orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki
kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang
berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian yang diturunkan kepada
anaknya melainkan sifat orangtuanya yang muncul berdasarkan cara orangtua mendidik
anaknya.

b. Pola asuh orangtua 

Cara orangtua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan


kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi
keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Namun orangtua
yang sering mengeluarkan kata-kata "jangan" tanpa disertai dengan penjelasan yang
rasional akan menghambat perkembangan anak.

c. Sistem pendidikan di sekolah 

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi tanpa


argumentasi serta adanya tekanan punishment akan menghambat kemandirian
seseorang. Sebaliknya, adanya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward
dan penciptaan kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian anak.

d. Sistem kehidupan di masyarakat 

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur


sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi
potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan
kemandirian remaja. Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi
remaja dalam bentuk kegiatan dan terlalu hierarki akan merangsang dan mendorong
perkembangan kemandirian remaja.

Daftar Pustaka
 Patriana, P. 2007. Hubungan Antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja
Sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa di Semarang. Semarang:
Universitas Diponegoro.
 Nurhayati, Eti. 2011. Bimbingan, Konseling dan Psikoterapi Inovatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.
 Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafika Persada.
 Maryam, Siti. 2015. Kemandirian Belajar. Bandung: Sinar Baru.
 Widayati, Vivie. 2015. Hubungan Antara Kemandirian Diri dengan Motivasi
Berwirausaha Mahasiswa Anggota UKM Kopma UNY. Yogyakarta: UNY.
 Desmita. 2011. Psikologi perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
 Ali, M dan Asrori. 2005. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.

PENGERTIAN, ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR


KEMANDIRIAN
JANUARY 7, 2020KONSULTAN PSIKOLOGI  LEAVE A COMMENT
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata “Autonomy” yaitu sebagai sesuatu yang mandiri, atau kesanggupan
untuk berdiri sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia
dewasa dalam melaksanakan kewajibannya guna memenuhi kebutuhannya sendiri.(Kartono, 2007).
Menurut Desmita (2013) kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan
maksud untuk menemukan dirinya dengan mencari identitasnya, yang merupakan proses
perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Havigust menambahkan (dalam
Yusuf, 2006) yang dimaksud dengan kemandirian adalah kebebasan individu untuk dapat menjadi
orang yang berdiri sendiri, dapat membuat rencana untuk masa sekarang dan masa yang akan datang
serta bebas dari pengaruh orang tua.
Menurut pandangan McDougal (dalam Ali & Asrori 2008) menjelaskan bahwa kemandirian merupakan
konformitas khusus yang berarti suatu konformitas terhadap kelompok yang terinternalisasi. Lebih
lanjut ditegaskan bahwa setiap individu selalu berkonformitas, dan yang membedakan konformitas
antara individu satu dengan lainnya adalah variabel kelompok rujukan yang disukainnya.Menurut
Steinberg (dalam Santoso dan Maherni 2013) kemandirian merupakan kemampuan dalam mengatur
perilaku sendiri untuk memilih dan memutuskan keputusan sendiri serta mampu mempertanggung
jawabakan tingkah lakunya sendiri tanpa terlalu tergantung pada orangtua. Steinberg juga
mengungkapkan tentang kemandirian remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya setelah remaja mengeksplorasi sekelilingnya. Hal ini mendorong remaja untuk tidak
tergantung kepada orangtua secara emosi dan mengalihkannya pada teman sebaya, mampu membuat
keputusan, bertanggung jawab dan tidak mudah dipengaruhi orang lain.
Hal yang serupa dikemukan oleh Erikson (dalam Monks, dkk. 2006) yang menyatakan kemandirian
sebagai usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui
proses mencari identitas ego, dimana merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap
dan berdiri sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan
inisiatif, mengatur tingkah laku, betanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-
keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Menurut teori kepribadian Erikson, otonomi atau kemandirian adalah suatu perasaan sehat mengenai
kompetensi kebebasan dan kepercayaan diri, yang dihasilkan melalui lintasan dengan sukses melewati
tingkatan perkembangan kepribadian pada usia-usia mudanya. (Widayatama 2010)
Menurut Chaplin (2002) otonomi atau kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri
sedangkan Sefert dan Hoffnung menjelaskan otonomi adalah “the ability to govern and regulate one’s
own thoughts, feelings, and actions freely and responsibly while overcoming feelings of shame
anddoubt”.
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu.Dalam
menjalani kehidupan ini individu tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang
memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang
mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang
ada.
Maslow (dalam Ali & Asrori 2008) membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu ; kemandirian aman
(secure autonomy) dan kemandirian tidak aman (insecure autonomy). Yang dimaksud kemandirian
aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar
akan tanggung jawab bersama dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.
Sedangkan kemandirian tidak aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam prilaku
menentang dunia.Sehingga Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau
kemandirian mementingkan diri sendiri.
 
2.  Aspek-Aspek Kemandirian
Beberapa   aspek-aspek   kemandirian   yang   dapat  diidentifikasi    oleh Steinberg (dalam Warsito
2013), yaitu:
A. Kemandirian Emosi (Emotional Autonomy)
Kemandirian emosi didefinisikan sebagai sebuah aspek dari kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan hubungan individual dengan orang-orang terdekat, terutama orang tua.Pada akhir tahapan
remaja, seseorang menjadi lebih tidak bergantung secara emosinal terhadap orang tunya, daripada saat
mereka masih kanak-kanak.
Perubahan hubungan dengan orang tua inilah yang dapat disebut sebagai perkembangan dalam hal
kemandirian emosional, walaupun demikian kemandirian remaja tidak membuat remaja tersebut
terpisah dari hubungan keluarganya.Jadi seorang remaja tetap dapat menjadi mandiri tanpa harus
terpisah hubungan dengan keluarganya. Indikator Perilaku:

1. Mampu mandiri secara emosional dari orang tua maupun orang dewasa lain, artinya
kemampuan remaja ketika mendapatkan sebuah masalah, kekecewaan, kekhawatiran dan
kesedihan remaja dapat menyelesaikannya sendiri.

2. Memiliki keinginan untuk berdiri sendiri artinya kemampuan remaja untuk melepaskan diri
dari ketergantungan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

3. Mampu menjaga emosi di depan orang tua dan orang lain artinya remaja mampu
mengekspresikan perasaan sesuai dengan keadaan.

B. Kemandirian Perilaku (behavioral Autonomy)


Kemandirian perilaku diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan-keputusan dengan
mandiri dan amelaksanakan keputusannya tersebut.Kemandirian tingkah laku dapat dilihat dari tiga
perubahan yang muncul pada saat remaja.
Indikator Perilaku:

1. Mampu berpikir secara abstrak mengenai permasalahan yang dihadapi artinya remaja berfikir
akan pentingnya memecahkan masalah dan mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam
kehidupan.

2. Memiliki kepercayaan yang meningkat pada prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar
idelologi artinya remaja mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang sesuai dengan ideologi.
Memiliki  kepercayaan  yang  meningkat  saat  menemukan  nilai-nilainya sendiri dimana bukan nilai
yang berasal dari figur orang tua atau figur orang penting lainnya artinya seorang remaja mampu
menemukan jati dirinya sendiri dan peduli akan pemenuhan dirinya sendiri, dan mampu melakukan
kritik dan penilaian diri.
C. Kemandirian Kognitif (Cognitive Autonomy) atau Kemandirian Nilai (Value Autonomy).
Perubahan  kognitif  atau  yang juga  disebut  sebagai  kemandirian nilai   pada   remaja    mendapat  
peran    penting    dalam    perkembangan kemandirian, karena dalam kemandirian dibutuhkan
kemampuan untuk membuat keputusan sendiri. Pada perkembangan dari kemandirian nilai, terjadi
perubahan dalam konsep remaja tentang moral, politik, ideologi, dan isu tentang agama.
Indikator Perilaku:

1. Mampu membuat keputusan dan pilihan artinya seorang remaja mampu bertindak sendiri
untuk mengambil keputusan dan pilihan yang mereka ambil tanpa adanya campur tangan orang
lain.

2. Dapat memilih dan menerima pengaruh orang lain yang sesuai bagi dirinya artinya remaja
menjadi lebih toleran terhadap kehadiran orang lain dan menerima pengaruh orang lain yang baik
untuk dirinya.

3. Dapat mengandalkan diri sendiri (self reliance) artinya percaya sepenuhnya akan kemampuan
dirinya.
 
Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik.
Aspek-aspek kemandirian menurut Havighurst (dalam Muzdalifah 2007) yaitu:

1. Emosi, Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya
kebutuhan emosi dari orang tua.

2. Ekonomi, Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak
tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

3. Intelektual, Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi.

4. Sosial, Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang
lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

 
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Hurlock (1980) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu: (1) keluarga:
misalnya pola asuh orang tua, (2) sekolah: perlakuan guru dan teman sebaya, (3) media komunikasi
massa: misalnya majalah, koran, televisi dan sebagainya, (4) agama: misalnya sikap terhadap agama
yang kuat, (5) pekerjaan atau tugas yang menuntut sikap pribadi tertentu.
Sementara itu, Ali & Asrori (2008) menyebutkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian, yaitu sebagai berikut :

1. Gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi sering kali
menurunkan seseorang yang memiliki kemandirian juga.

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik seseorang akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian seseorang remajanya.

3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan


demokrasi pendidikan dan cenderung menenkankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan
menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai guru.

4. Sistem kehidupan di masyarakat, jika terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial,
merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam
kegiatan produktif, dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau guru.

Dalam mencapai kemandirian seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya
kemandirian itu sendiri.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali
tercapainya kemandirian seseorang baik faktor yang berasal dari dalam seseorang itu sendiri maupun
yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial ekonomi dan lingkungan
masyarakat.

Hadits Tentang Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga dan Masyarakat. Hadits Pertama.

,‫ه‬eِ ‫هاو َولَ ِد‬


َ ‫ج‬ ِ ‫والمرأةُرَ اعِ ي ٌَّةعلىبيتِزو‬,‫ والرّ ُجلُراعٍعلىأهلِبي ِت ِه‬,‫ُراع‬ ٌ
ٍ ‫ واألمير‬,‫ ُكلُّ ُكمْ رَ اع ٍَو ُكلُّ ُكمْ َمسْ ُئ ْولعَ ْنرَ ع ّي ِت ِه‬:‫وعنبنعمررضياللهعنهماعنالنبيصلىاللهعليهوسلّمقال‬
‫ (متفقعليه‬.‫فكلّكمراعٍوكلّكممسئولٌع ْنرَ عِ َّي ِت ِه‬

Terjemah. Hadis Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah bersabda: “Setiapkalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara)
adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di
dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut.
Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas
urusan tanggung jawabnya tersebut” (Muttafaqun 'Alaih). Kandungan Hadits. Hadits di atas menjelaskan kepada
kita bahwa setiap manusia itu diberi tugas memimpin atau menjaga. Baik kaitannya dengan dirinya sendiri
maupun dengan orang lain. Secara pribadi, seseorang diberi tugas menjaga dirinya sendiri. Pemuka atau Imam
diberi tugas memimpin rakyatnya. Suami bertugas memimpin dan menjaga istrinya.Seorang istri diberi amanat
memimpin anak-anak suaminya. Pembantu diberi tugas menjaga harta atau kekayaan tuan dan anak biberi tugas
menjaga kekayaan orang tuanya. Tugas adalah amanat.Apa pun jabatan yang ada pada diri seseorang, dia harus
mempertanggung jawabkan tugas yang dibebankan kepadanya di hadapan yang dipimpin dan di dalam pangadilan
Allah Swt kelak. Tak seorang pun mampu melepaskan diri dari tanggung jawab itu. Hadits Kedua.

‫ج ِع‬
ِ ‫ِيالمَضَ ا‬ َ ‫َاوهُمْ أ َ ْب َناءُعَ ْش ٍر‬
ْ ‫و َفرِّ قُوا َب ْي َنهُمْ ف‬، َ َ‫ ُمرُواأَ ْوالدَ ُكمْ ِبالصَّالة َِوهُمْ أ َ ْب َناءُسَ ْبعِسِ نِين‬ 
َ ‫واضْ ِربُوهُمْ عَ لَ ْيه‬،

Terjemah Hadits. Artinya: "Perintahkanlah anak-anak untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Dan
pukullah mereka (jika tidak mau menjalankan shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun." Kandungan Hadits.
Dalam Islam, shalat itu sangat penting. Shalat itu adalah tiangnya agama.Kalau shalat ditinggalkan, maka
robohlah (hilanglah) agama Islam yang ada di dalam diri orang yang meninggalkan shalat. Nabi Muhammad Saw.
sangat memperhatikan hal tersebut. Sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar mengajari anak-anak
nya untuk shalat, paling tidak pada umur tujuh tahun.Di bawah umur tujuh tahunpun boleh diajarkan.Jika anak-
anak tidak mau menjalankan shalat, padahal mereka sudah berumur sepuluh tahun, Nabi memerintahkan umatnya
untuk memukul mereka.Tentu saja, kata 'memukul' memiliki banyak makna.Yang jelas bukan memukul seperti
orang dewasa memukul orang dewasa.'Memukul" bisa berarti memberikan peringatan atau memukul yang tidak
melukai.Dan ini bukanlah adegan kekerasan terhadap anak.Ini merupakan pelajaran agar anak-anak menyadari
betapa pentingnya shalat. Hadits Ketiga.

ِ ِ‫ىالمُسْ لِم َِخمْ ٌسرَ دُّال َّساَل م َِوعِ يَادَ ةُ ْالم َِريضِ َوا ِّتبَاع ُْالجَ َنائ ِِز َوإِجَ اب َُةالدَّعْ َوة َِو َت ْشمِي ُت ْالعَ اط‬
‫س‬ ْ َ‫حَ ُّق ْالمُسْ لِمِعَ ل‬

Terjemah Hadits. Artinya: "Hak seorang muslim kepada muslim lainnya ada lima, yakni membalas salam,
menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan ketika bersin." Kandungan
Hadits. Agama Islam adalah agama yang sangat menekankan terwujudnya persaudaraan dan kasih sayang.Agama
Islam selalu mendorong pemeluknya untuk mewujudkan dan memelihara persaudaraan dan kasih sayang.Oleh
karena itu, Islam mensyariatkan beberapa amalan yang dapat mewujudkan persaudaraan dan kasih sayang
tersebut.Hadis ini menjelaskan hal-hal yang dapat meneguhkan persaudaraan dan kasih sayang. Yaitu dengan
melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial terhadap sesama muslim. Dalam hadits ini, diungkapkan dengan hak
muslim atas muslim yang lain. Dalam bahasa Arab, ungkapan ini bisa bermakna wajib dan juga bisa bermakna
sunnah yang sangat dianjurkan. Karena hak artinya sesuatu yang tidak sepantasnya ditinggalkan.Demikianlah
sahabat bacaan madani ulasan tentang ayat Al-Qur'an dan Hadits tentang tanggung Jawab manusia terhadap
keluarga dan masyarakat.Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia,
2016.Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat.Aamiin.

Disalin dari : https://www.bacaanmadani.com/2018/01/ayat-al-quran-dan-hadits-tentang.html


Terima kasih sudah berkunjung.

1. Lagu Andai Aku Jadi Gayus : https://youtu.be/_82mLXXChKY


2. Lagu Tikus-Tikus Kantor : https://youtu.be/iT9qtgE9giQ
3. Lagu Surat Untuk Wakil Rakyat : https://youtu.be/NZtru7xrNyg
RPP TANPA TANDA TANGAN DAN KOP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Pendidikan Anti Korupsi
Kelas/semester : XI/Genap
Materi Pokok : Berjuang untuk meningkatkan kemandirian
Pertemuan ke :2
Alokasi waktu : 1 X 45Menit

4. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan metode Think talk write peserta didik
diharapkan dapat merinci membangun perilaku mandiri yang perlu ditingkatkan
sehingga dapat merumuskan akibat buruk ketergantungan kepada orang lain
dan tidak memilki sikap ketergantungan kepada orang lain dalam kehidupan secara
konsisten dan membangun perilaku mandiri baik dikelas, sekolah, teman bermain,
keluarga, dan masyarakat sehingga secara aktif menghindari serta menolak
ketergantungan kepada orang lain
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Pendahuluan
1. Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan (Salam,berdoa,Presensi )
2. Apersepsi : Menanyakan yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan Membangun perilaku mandiri kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan
3. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari Membangun perilaku mandiri
4. Menyampaikan garis besar cakupan materi membangun perilaku mandiri dan
kegiatan yang akan dilakukan;
5. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian membangun perilaku mandiri yang
akan digunakan.
7. Inti
1.Pemberian stimulus terhadap siswa dengan memggaungkan yel-yel anti korupsi .
Satu kelompok bermain peran, para peserta lain belajar mengamati sikap orang lain,
dan mengidentifikasi cara-cara memecahkan masalah yang berbeda-beda dalam
kehidupan sehari-hari tentang Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar, Berani
dalam membangun perilaku mandiri

2.Identifikasi masalah
Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok secara heterogeny
Peserta didik secara responsif dan proaktif berdiskusi tentang Membangun perilaku
mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar, Berani

3.Pengumpulan data
Peserta didik secara kelompok menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
peran tentang sikap Membangun perilaku mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar, Berani dalam membangun perilaku mandiri

4.Pengolahan Data dan Pembuktian


Peserta didik berdiskusi untuk mengolah, menganalisis dan menyimpulkan
informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber terkait Membangun perilaku
mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar dan Berani
5.Menarik kesimpulan
Peserta didik menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang telah bermain peran
Membangun perilaku mandiri yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak bergantung, Tegar dan
Berani

8. Penutup
1. Kegiatan guru bersama peserta didik,yaitu:
(a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran mengenai Berdikari, Percaya diri,
Tidak bergantung, Tegar dan Berani untuk membangun perilaku mandiri
(b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang Sudah dilaksanakan
(c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
2. Kegiatan guru yaitu:
(a) melakukan penilaian;
(b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
(c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan do’a dan salam.

9. Penilaian
Aspek yang Bentuk Penilaian
No Instrumen Penilaian Waktu Penilaian
dinilai
1 Pengetahuan Tes Tulis tentang Soal tes Setelah selesai KBM
Membangun 6. Bagaimana cara membangun
perilaku mandiri sikap Berdikari, Percaya diri,
yaitu Berdikari, Tidak bergantung, Tegar dan
Berani di lingkungan sekolah
Percaya diri,
dan masyarakat!
Tidak bergantung, 7. Uraikan manfaat sikap
Tegar dan Berani Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
jika dilakukan secara terus
menerus di lingkungan sekolah
dan masyarakat!
8. Bagaimana membangun sikap
Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
untuk tidak ketergantungan
kepada orang lain!
9. Jelaskan 5 Dampak Negatif
Jika Terlalu Bergantung Pada
Orang Lain
10. Jelaskan dalil Al-Qur’an atau
Hadist (Bagi non Muslim
sesuia dengan kitab sucinya
masing-masing) yang
menjelaskan tentang sikap
Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
untuk tidak ketergantungan
kepada orang lain.
2 Keterampilan Unjuk Kinerja Format Pengamatan Unjuk Kinerja Pada saat presentasi
tentang Tentang membangun perilaku mandiri
Membangun yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
perilaku mandiri bergantung, Tegar dan Berani
yaitu Berdikari,
Percaya diri,
Tidak bergantung,
Tegar dan Berani

3 Sikap Observasi/jurnal Format Pengamatan sikap(jurnal) Selama proses


Tentang membangun perilaku mandiri pembelajaran
yaitu Berdikari, Percaya diri, Tidak
bergantung, Tegar dan Berani
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kata kunci materi pendidikan antikorupsi mandiri sebagai berikut :

a) Sendiri

b) Berdikari

c) Percaya diri

d) Tidak bergantung

e) Tegar

f) Berani

MATERI PEMBELAJARAN

Contoh perilaku meneladani sikap mandiri yang dipraktekkan oleh nabi


muhammad
5. Bekerja dan mengerjakan kewajiban rumah sendiri
6. Mencari rezeki sendiri

7. Tidak meminta uang jajan kepada orang tua ketika sudah dewasa

8. Giat dalam melakukan sesuatu tugas yang diberikan

Pembahasan
Ketika berusia enam tahun nabi muhammad sudah menjadi anak yatim piatu. Nabi
muhammad kemudian tinggal bersama kakek beliau selama dua tahun .Kemudian hidup
dengan oaman beliau ketika kakeknya sudah meningga. '
Sejak kecil nabi muhammad termasuk anak yang mandiri. ketika kecil nabi sudah
mengmabala domba dan membantu pamannya berdagang. Nabi mulai berdagang
pertama kali pada usia dua belas tahun. Kemudian pada usia duapuluh tahun lebih nabi
sudah berdagang sendiri membawa barang dagangan khadijah. nabi sangat giat dan
pekerja  keras dalam berdagang
5 Perubahan Positif yang Kamu Rasakan Kalau
Mau Hidup Mandiri

Unsplas
h.com/Saulo Mohana

Dalam hidup ini, seorang manusia memang tidak bisa dipisahkan dengan manusia yang
lainnya.Itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial. Filsuf asal Yunani, Aristoteles
menyebutnya sebagai Zoon Politicon yakni manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain.

Namun demikian, manusia juga harus bisa berdikari alias mandiri sehingga hidupnya tidak melulu
bergantung pada orang lain. Untuk bisa menjadi mandiri, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan,
di antaranya dengan melatih diri agar bisa kreatif dan mampu mengandalkan diri sendiri setiap
berbuat sesuatu, sehingga kamu tidak berpangku tangan atau berharap pada orang lain.

Jika kamu terbiasa hidup mandiri, maka akan banyak perubahan positif yang kamu dapatkan.
Berikut ini 5 perubahan positif yang bisa kamu rasakan dengan hidup mandiri. Yuk, disimak!
1. Minim rasa kecewa, karena kamu mengandalkan diri sendiri terhadap setiap hal yang
kamu lakukan

Unsplash.com/Corey Agopian

Jika kamu memutuskan untuk hidup mandiri, maka kamu akan lebih mudah untuk terhindar dari
rasa kecewa. Ini disebabkan oleh sikapmu yang tidak gampang bergantung pada orang lain,
sehingga kamu tidak mau berharap banyak pada manusia lainnya. Demikianlah ciri seorang
manusia yang mandiri.

Selagi hayat masih di kandung badan, serta diri masih mampu menjalani kehidupan, maka kamu
akan terus melangkah maju dan berusaha semampu yang kamu bisa.

Hari-hari ini, betapa tidak sedikit manusia yang sibuk menggantungkan harapan pada orang lain
namun tak mendapatkan balasan setimpal. Oleh karena itu, bersyukurlah jika kamu bisa hidup
mandiri, sebab hidupmu akan lebih bermakna dan minim rasa kecewa.
2. Menjadi manusia yang kreatif dan inovatif

Unsplash.co
m/ Julia Kutsaeva

Hidup mandiri menuntut seseorang untuk bisa kreatif dan mampu berinovasi dengan kemampuan
yang ia punya. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar hidup tetap berkelanjutan dengan
mengandalkan apa yang ia miliki. Seseorang yang mandiri tidak akan takut untuk kalah saing
karena ia bisa memanfaatkan setiap peluang sebagai upaya untuk mengasah diri.

3. Hidupmu tidak habis untuk merepotkan orang lain

Unsplash.com/Alvin Mahmudov

Sungguh sebuah keniscayaan jika seseorang bisa hidup mandiri. Ini karena ia tidak melulu
merepotkan orang lain dan yakin dengan ikhtiar yang ia lakukan sendiri. Tak hanya itu, seseorang
yang mandiri biasanya lebih peka dan berjiwa sosial, sebab ia melewati sendiri kerasnya perjalanan
hidup ini.

Oleh karena itu, orang yang mandiri biasanya mau peduli serta mengasihi kaum papa dengan
memberikan apa-apa yang ia punya.
4. Kamu memiliki mental yang pemberani

Unsplash.com/ Mahkeo

Hidup mandiri juga mengajarkan kamu untuk menjadi pribadi yang pemberani.Mental tersebut
terbentuk seiring dengan kehidupan mandiri yang kamu jalani. Ingat, tidak semua orang mau hidup
mandiri dan memilih bergantung pada orang lain lantaran terlalu khawatir dengan kehidupan yang
ia jalankan.

Jadi, jangan pernah ragu untuk bisa hidup mandiri.Dengan demikian kamu mudah untuk beradaptasi
dengan berbagai lingkungan dan tidak takut untuk melangkah menapaki kehidupan ini. Ketahuilah,
orang-orang yang hidup mandiri akan menjadi pribadi yang tangguh karena mereka mempunyai
daya juang tinggi dalam menaklukkan medan kehidupannya.

5. Kamu jadi manusia yang disiplin

Unsplash.com/Luke Chesser

Tidak hanya pemberani, hidup mandiri juga membuat kamu menjadi manusia yang disiplin.Hal ini
kamu dapatkan karena pengalaman hidup yang kamu lalui.Orang-orang mandiri adalah mereka
yang menjalani kehidupan tanpa mengenal kata mundur dan senantiasa berupaya menjadi pribadi
yang bertanggung jawab.Alhasil, pengalaman hidup demikian membentuk seseorang yang mandiri
menjadi pribadi yang disiplin.

Demikianlah 5 perubahan positif yang akan kamu rasakan kalau mau hidup mandiri. Mulailah hidup
mandiri dengan tidak melulu bergantung pada orang lain, dengan demikian hidup kamu akan lebih
bermakna.

Kemandirian adalah sebuah sikap dewasa yang dapat kamu tumbuhkan sedini mungkin. Sikap ini
dapat menunjukkan bahwa kamu sudah tidak lagi terlalu bergantung dengan orang lain.

Mungkin secara finansial kamu belum bisa mandiri seratus persen, namun dalam hal lain sebaiknya
kamu harus bisa mandiri dan tidak lagi bergantung segala sesuatunya dengan orang lain di
sekitarmu.

Inilah lima cara yang dapat kamu lakukan untuk menumbuhkan sikap mandiri, ingat bahwa terlalu
bergantung dengan orang lain itu gak baik buatmu.
. Belajar membuat keputusan untuk dirimu sendiri

Unsplash/Burst

Kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya keputusan.Ya, sebaiknya kamu belajar untuk dapat
membuat keputusan bagi dirimu sendiri. Mungkin kamu bisa meminta saran atau pendapat dari
pihak lain, namun sebuah keputusan tetaplah kamu yang harus melakukannya.

Jika kamu sudah bisa membuat sebuah keputusan bagi dirimu sendiri, maka kamu sudah mulai
berani melangkah untuk hidup mandiri. Tidak peduli apakah keputusanmu itu benar atau salah,
biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Setidaknya kamu sudah berani untuk melangkah maju dan mengambil keputusan, meskipun
terkadang hasilnya tidak seperti yang kamu harapkan. Dengan begini kamu bisa belajar dari
kesalahan kamu, dan itu bisa kamu jadikan pengalaman untuk membuat keputusan di masa depan.

2. Jangan terlalu sering meminta tolong kepada teman-temanmu

Unsplash/Helena Lopes
Sedapat mungkin kamu yang harus memberikan pertolongan, dan jika kamu gak butuh-butuh amat,
kamu harus membatasi dalam hal meminta pertolongan.

Memang manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Namun jika kamu terlalu
sering meminta pertolongan, padahal kamu sanggup untuk melakukannya, maka orang-orang di
sekitarmu pasti akan jengah dengan sikapmu.

Ingat ya, tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah.Itu artinya kamu yang harus banyak
memberikan bantuan, ketimbang meminta bantuan.

3. Hidup sesuai dengan kemampuan finansialmu

Unsplash/Sharon McCutcheon
Jika kamu sudah bekerja dan memiliki pendapatan sendiri, maka sebaiknya kamu hidup sesuai
dengan kemampuan keuangan kamu.Mungkin pada awal-awal kamu bekerja, kamu masih
membutuhkan bantuan finansial dari keluarga kamu, dan itu adalah hal wajar.

Namun jika kamu sudah dalam usia yang matang dan dewasa secara finansial, sebaiknya kamu
tidak menggantungkan kebutuhan hidup kamu kepada orang lain. Apalagi jika pendapatanmu
sangat besar, tentu ada yang salah dengan gaya hidupmu jika kamu masih bergantung pada orang
lain.

Belajarlah mengatur keuangan dengan baik, dan sedapat mungkin hiduplah sesuai dengan
pendapatan atau kemampuan keuangan kamu. Jika memang kamu tidak dalam situasi yang
mendesak, sebaiknya kamu tidak meminta bantuan keuangan kepada orang lain.
4. Tingkatkan kepedulian kamu terhadap orang di sekitarmu yang membutuhkan

Unsplash/Ben White

Jika kamu sudah dalam posisi yang bagus, entah itu keuangan, karier, keluarga, atau pendidikan
kamu, maka tingkatkan rasa peduli kamu terhadap orang-orang di sekitar kamu.

Bantu dan tolonglah mereka yang membutuhkan, mungkin ada keluarga atau teman kamu yang
memang sedang dalam keadaan yang sangat sulit.

Dengan meningkatkan rasa peduli, kamu juga akan menjadi orang yang mandiri dan dewasa. Selain
itu, rasa peduli juga akan mengingatkan kamu bahwa kamu adalah manusia juga masih
membutuhkan bantuan orang lain.
5. Belajarlah untuk kuat dalam menanggung
beban hidupmu sendiri

Unsplash/Tim Bogdanov

Bukan berarti kamu tidak boleh untuk berbagi cerita atau beban-beban hidupmu dengan orang lain,
namun sedapat mungkin jika kamu masih merasa bisa mengatasinya seorang diri, maka kamu harus
melakukannya.

Namun jika kamu merasa sudah sangat berat dan lelah, maka kamu bisa meminta bantuan pada
teman atau keluarga kamu. Beban hidup akan membuatmu semakin kuat dan dewasa, bahkan akan
membuatmu lebih mandiri dalam hidup ini.

Itulah lima cara yang dapat kamu lakukan untuk menumbuhkan sikap mandiri. Semoga dapat
membantu dan menginspirasi kamu, ya!
5 Cara ampuh memotivasi diri sendiri

Merdeka.com - Memotivasi diri sendiri adalah cara terbaik untuk menghadapi hambatan dalam
hidup. Sebab, akan ada fase dalam kehidupan Anda di mana Anda akan menemukan diri Anda
terjebak dan tidak bisa menghindari situasi yang tidak mengenakkan. Nah, berikut adalah lima
cara ampuh untuk memotivasi diri sendiri dan menguatkan mental Anda. Sehingga ketika ada
masalah datang, Anda bisa mengatasinya dengan tenang.
1. Menghargai tindakan yang telah Anda ambil

Setiap kali Anda melakukan sesuatu yang baik, seperti menyelesaikan tugas tepat waktu, hargailah
pencapaian itu. Perlu diingat bahwa menghargai diri sendiri adalah cara terbaik untuk memotivasi
diri Anda.

2. Selalu termotivasi dalam melakukan segala hal

Jika Anda ingin memotivasi diri Anda, Anda harus selalu termotivasi dalam melakukan segala
hal.Oleh karena itu, Anda pun harus selalu menunjukkan sikap antusiasme Anda pada segala hal
yang Anda kerjakan.

3. Tetap mengejar cita-cita

Anda harus terus-menerus menantang diri Anda, sehingga Anda tetap termotivasi dalam menjalani
kehidupan Anda.Jika Anda telah berhasil mencapai salah satu impian Anda, jangan berhenti
bermimpi. Capailah hal lain yang belum pernah Anda raih sebelumnya. Dengan begitu, Anda akan
tetap termotivasi dalam segala hal dalam hidup Anda.

4. Selalu waspada

Jangan sepelekan yang kecil dan hanya terfokus pada tugas besar saja.Mulailah hari Anda dengan
tugas-tugas kecil seperti membersihkan kamar Anda atau menata pakaian di lemari. Hal itu
tampaknya tidak begitu penting, namun itu akan membuat Anda lebih waspada pada hidup Anda.
Jadi, ketika Anda mulai bekerja, Anda akan keluar dari sikap malas dan lebih bersemangat dalam
mencapai tujuan Anda.

5. Tidak membandingkan diri Anda dengan orang lain

Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, Anda seharusnya lebih berfokus pada
pencapaian Anda. Setiap orang memiliki jalan berbeda dalam menempuh apa yang mereka cita-
citakan. Maka, Anda harus menjadi lebih baik dari hari ke hari, sehingga Anda selalu termotivasi
untuk menantang kemampuan Anda.

Inilah lima cara ampuh untuk memotivasi diri sendiri dan menguatkan mental Anda.
Ini 5 Dampak Negatif Jika Terlalu Bergantung
Pada Orang Lain

Unsplas
h.com/Jeremy Yap

Manusia hidup memang membutuhkan bantuan orang lain, namun hal itu semestinya dilakukan proporsional dan
tidak berlebihan.  Jika kita terlalu bergantung mengharapkan uluran tangan manusia lainnya,  maka akan berakibat
buruk bagi diri kita sendiri.  Selain menjadi manja dan keenakan,  kamu akan mudah mengandalkan orang dan
semakin mengerdilkan kemampuanmu dalam berbuat sesuatu.  

Berikut ini 5 dampak negatif jika terlalu bergantung pada orang lain.  
1. Kamu Jadi tidak mandiri

Unsplash.com/ Ben White

Hidup di dunia ini memang penuh tantangan dan ujian,  namun jika terlalu mengharap kepada manusia lainnya, 
kepekaan kita untuk bertahan hidup secara mandiri jadi tak berfungsi dengan baik. Ujungnya malah membuat
dirimu merasa bergantungan terus dengan orang,  sehingga setiap hal yang akan kamu kerjakan selalu berharap
ada bantuan atau uluran tangan dari orang lain. Jangan sampai untuk sesuap nasi saja kamu harus menengadah
tangan memohon pada orang lain,  selagi raga dan jiwamu sehat,  jangan pernah menyerah dan gentar untuk
melawan kerasnya dunia. Ingatlah,  Tuhan tak kan tidur jika kita berserah pada-Nya dan senantiasa berikhtiar. 

Jika kamu pernah melihat serial Oshin,  drama Jepang yang sangat fenomenal pada era  80-an,  kamu akan sadar
bahwa kehidupan keras dan ujian hidup mampu membentuk karakter orang untuk bisa bertahan dan menjadi
mandiri.  Oshin menunjukan dirinya mampu melawan dunia meski pun ia tertatih dan sulit untuk mencari nafkah
dalam menghidupi keluarga kecilnya.  Semua bisa ia lakukan dengan kesabaran dan terus berusaha keras.   So, 
kita juga gak boleh nyerah dan terlalu bergantung pada orang lain sesulit apapun medannya.  Andalkan Sang
Maha Pencipta dan kencangkan ikat pinggang untuk memaksimalkan ikhtiar. 
2. Tidak punya rasa tanggung jawab terhadap
diri sendiri

Unsplash.com/Jon Grogan

Dampak negatif lain jika terlalu bergantung pada orang adalah kamu akan mudah menanggalkan tanggung
jawabmu.  Padahal setiap orang wajib untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.  Ketika diri sudah terlalu
bergantung pada orang lain,  kamu jadi keenakan dan malas untuk berbuat banyak.  Tanggung jawabmu seolah
menguap karena merasa sudah aman dengan memperoleh bantuan orang lain.  Kalau sudah begini,  tanggung
jawabmu pada diri sendiri akan memudar. Coba lihat di sekitarmu, mungkin ada  banyak orang yang terlahir cacat
dan tidak bisa berbuat banyak dengan fisiknya, namun mereka tidak pernah menyerah dalam berbuat sesuatu
untuk perubahan hidupnya.
3.Kepekaanmu untuk mengubah keadaan hidup
perlahan mati

Unsplash.com/ Sticker Mule

Jika hidupmu kamu dedikasikan hanya untuk terus bergantung pada orang lain,  maka kamu akan sulit
memanfaatkan kesempatan untuk mengubah keadaan hidupmu untuk menjadi lebih baik.  Hidup memang selalu
penuh liku,  namun jika tidak awas dan mahir mengemudikannya,  maka kamu kan terjatuh. Orang-orang bijak
kerap mengatakan bahwa ujian atau kesulitan dalam hidup adalah peluang untuk mengubah hidup menjadi lebih
baik.  Maka dari itu jangan langsung menyerah, atau berputus asa terhadap kemampuan dirimu. Manfaatkan
momen ujian hidup yang kita lalui sebagai sebuah peluang untuk menggali potensi diri,  dengan demikian akan
banyak Ide ide brillian yang tercetus dibenakmu untuk segera kamu realisasikan. Kamu pun tidak lagi  pasif
namun menjadi pribadi yang aktif dan terus berinovasi. 
4. Hidupmu akan diwarnai dilema dan rasa
kecewa

Unsplash.com/Steve Halama

Bergantung pada orang tentu akan membuatmu dilema atau harap-harap cemas akan bantuan dari orang lain.  Jika
bantuan datang,  kamu akan merasa gembira dan senang,  namun sebaliknya saat orang lain menutup diri untuk
mengulurkan bantuan padamu,  kamu merasa cemas dan ujungnya akan kecewa lantaran tak kunjung
mendapatkan bantuan dari orang lain.  Ketahuilah,  mengharap pada manusia tak akan membuat hidupmu lebih
baik,  cukup gantungkan harapanmu pada Sang Maha Pengasih,  karena Dia yang akan menunjukkan jalan lurus
untukmu melangkah. 

Adapun berpangku tangan pada orang lain malah membuatmu dibuai harapan-harapan palsu,  karena tidak semua
orang di dunia ini dapat mengerti kondisimu dan mau tahu dengan apa yang terjadi pada dirimu.  Untuk itu
bersahabatlah dengan dirimu sendiri untuk berjuang meneruskan hidup. Meski kamu tak dibantu orang lain, 
namun tanamkan karakter untuk senantiasa membantu orang lain dalam keadaan sulit yang mereka alami. 
Yakinlah,  jika kamu melepaskan kesulitan orang lain,  kamu pun akan memperoleh bala bantuan lewat campur
tangan Tuhan dalam setiap langkah kakimu.
5. Kamu hanya jadi pecundang karena terus
mengandalkan orang lain

Unsplash.com/ christopher lemercier

Bergantung pada orang lain membuatmu seolah membatasi ruang gerak untuk mengembangkan kreativitas yang
kamu punya. Kamu hanya bisa menengadahkan tangan dan meminta kepada orang lain dengan berharap mereka
membantumu.

Kalau sudah seperti ini,  kamu bisa menjadi pecundang yang hanya menunggu orang lain berbuat sesuatu
padamu.  Ingatlah,  mengandalkan orang lain bukanlah fungsi utama  seorang manusia,  karena sudah seharusnya
kita sebagai manusia lebih banyak  memberi dari pada menerima.  Alhasil, jika kita selalu di posisi menerima, 
kita malah keenakan dan tidak mau mengandalkan diri sendiri untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Memberi tidak akan membuatmu miskin,  justru Tuhan akan beri ganjaran terbaik berupa pahala terhadap
ketulusanmu membantu orang lain.  Dan ingat,  sesuatu yang kamu beri pada orang lain akan diganti pula oleh-
Nya,  maka jangan pernah merasa kurang ketika sudah mengulurkan bantuan pada orang lain.   

Demikianlah 5 hal negatif yang bisa kamu alami jika terus saja bergantung pada orang lain, baik itu pada
temanmu,  keluargamu,  atau orang di sekitarmu. Cobalah untuk mengubah kebiasaan bergantung pada orang lain
dengan menanamkan pola pikir begini,  "apa yang bisa aku bantu untuk menolong orang lain?"  Dengan
pemikiran seperti itu,  kamu akan terus bersemangat menebar kebaikan meski hidupmu serba kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai