Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ULTRASONOGRAFI DASAR

GINJAL, PANKREAS, DAN LIMPA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Ultrasonografi Dasar
Dosen Pengampu : M. Irwan Katili, S.Pd, M.Kes

Oleh Kelompok 4 :
1. Muhammad Sabri (P1337430217084)
2. Citra Puspa Gayatri (P1337430217032)
3. Nita Nurmalaysiandi (P1337430217047)
4. Gusti Eda R.D (P1337430217048)
5. Vickri Raenaldy (P1337430217060)
6. Fenny Afifah (P1337430217077)
7. Naufal Lutfi Ardiawan (P1337430217063)
8. Filana Hatta Noor (P1337430217051)
9. Aprilia Dhammashinta (P1337430217028)
10. Jannatin Aliyah M (P1337430217073)

PRODI D-IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat
terutama dalam bidang IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia
IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan
manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT
adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di
dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di bidang
kesehatan adalah Ultra Sonografi (USG).
USG merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia, dimana kita
dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan
dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non invasive, tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat,
aman dan data yang memiliki nilai diagnostik tinggi. Tak ada kontra
indikasinya, karena pemeriksaan ini tidak akan memperburuk penyakit
pasien.
Pemeriksaan ini memanfaatkan gelombang sifat gelombang yaitu
bisadipantulkan. Umumnya USG menggunakan sebuah alat bernama
transducer yang ditempelkan di kulit yang akan scanning, untuk
memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi. Namun ada beberapa
teknik USG yang perlu memasukkan transducer kedalam tubuh dan
membutuhkan transducer khusus. Dalam USG penggunakan frekuensi
untuk menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh
pasien. Frekuensi yang digunakan pada diagnostik sonografi umumnya 2
MHz-13 MHz.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktikum USG adalah untuk mendaptkan
gambaran yang jelas dari Ginjal, Pankreas dan Limpa melalui USG
Abdomen.
BAB II

DASAR TEORI

A. Anatomi
1. Ginjal
a. Makroskopis
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di
belakang peritonium (retroperitoneal), di depan dua kosta terakhir
dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus
lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian
atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut
kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran panjang 11-12
cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan
manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh
tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang


menghadap ke dalam.  Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan  ginjal kiri untuk
memberi tempat  lobus hepatis dexter yang besar.  Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang
berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf
sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter
dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin
yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut
piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks
dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus
papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul

b. Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang
berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit
fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman,
tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri
keduktus pengumpul.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler,
bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati
glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat
(urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari,
kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus.
Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing,
kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran
lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.

c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira
setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah
kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis
tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola
aferen pada glomerulus
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang
kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang
mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang
mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan
vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava
inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit)
lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks
sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah
ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya
sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan
demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus tetap konstan

d. Persarafan Pada Ginjal


Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari
nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal”.

B. Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal yaitu :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun,
b. Mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh, dan
d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel
darah merah.

Tahap Pembentukan Urine :

a. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada
glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus
secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang
besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil
seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran
darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari
plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke
kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR
= Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula
bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan
tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan
hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik
koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas
dinding kapiler.
Gambar 2. Nefron Ginjal

b. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu :
non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua
adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang
sudah difiltrasi.

c. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul
dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi
yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya
penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh
termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hydrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier
yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium
tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium
keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium
kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap
ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi
dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada
konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen
dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus
distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang
dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan
hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan
kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta:
EGC

https://academia.edu/34029026/Anatomi_Fisiologi_Ginjal

2. Pankreas

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum


dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam
pulau langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80%
dari populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan
hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri
atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin
menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase,
sedangkan jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti
insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
(Universitas Michigan, 2012)

Gambar 2.1

Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &


Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa sekresi glukagon
b. Sel Beta sekresi insulin
c. Sel Delta sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis
hormon yang

lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara


konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan
tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar
gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis
hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin
menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-
pulau Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari
2 rantai polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa
 glikogen). Dua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi
7 dan 20 di rantai A dan posisi
7 dan 19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012).

Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin


Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan
respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar
insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa
ke sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin.
Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel
tubuh tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan
sejumlah glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada
keadaan normal, dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton
& Hall,
2012).

Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml,


kecepatan sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg
berat badan. Namun ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali
dari kadar normal maka sekresi insulin akan meningkat yang
berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012)
:
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu
3-5 menit kadar

insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin


yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Namun, pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun
sampai kirakira setengah dari nilai normalnya.
2. Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai
meningkat kembali untuk kedua kalinya yang disebabkan adanya
tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dulu terbentuk oleh
adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel beta.

eprints.umm.ac.id/42552/3/jiptummpp-gdl-renitania2-50155-3-babii.pdf

3. Limfa

Limpa atau disebut juga dengan Lien atau Spleen, merupakan salah
satu organ jaringan limfatik dengan massa lunak yang terletak di bagian
kiri atas rongga abdomen (rongga perut), diantara diafragma dan gaster
(lambung). Limpa merupakan kelenjar tanpa saluran (ductless), berfungsi
untuk memecah dan megurai sel darah merah (filter darah) serta berperan
dalam sistem imun manusia. Limpa termasuk salah satu organ sistem
limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar limfe. Sistem limfoid itu sendiri
berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing. Sel-sel
pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten yaitu sel yang mampu
membedakan sel tubuh dengan zat asing dan melakukan perusakan benda-
benda asing . Sel imunokompeten terdiri atas :

a. sel utama bergerak, yakni sel limfosit dan makrofaga, dan


b. sel utama menetap, yakni retikuloendotel dan sel plasma

Limpa memiliki warna kemerahan, dan merupakan sebuah massa


limfoid terbesar di dalam tubuh. Limpa berbentuk lonjong dan berukuran
sebesar kepalan tangan manusia. Limpa memiliki banyak fungsi bagi
tubuh, namun limpa bukan merupakan organ vital bagi tubuh, limpa tidak
begitu berarti untuk kelangsungan hidup manusia (seorang manusia masih
mampu bertahan hidup tanpa adanya limpa) .

Fungsi Limfa

Fungsi limpa berhubungan erat dengan sistem kekebalan tubuh


serta filter darah. Secara umum limpa berfungsi untuk mengakumulasi
limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah, dan
sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke
dalam darah .

• Di dalam organ limpa terdapat “Spleen Phagocytoses” (Limpa fagosit)

yang berfungsi sebagai penghancur eritrosit (sel darah merah) yang sudah

tua. Setiap harinya limpa akan membuang 20 ml sel darah merah yang

sudah tua. Selain iru sel-sel yang sudah terikat pada Ig G pada permukaan
akan dibuang oleh monosit. Limpa juga akan membuang sel darah putih

yang abnormal, platelet dan sel-sel debris.

• Membebaskan haemoglobin dari eritrosit, yang nantinya akan di ubah oleh

hati menjadi bilirubin.

• “Spleen Phagocytoses” (Limpa fagosit) juga berfungsi sebagai penghasil

limfosit dan sel Plasma. Limfosit yang dihasilkan tersebut juga nantinya

akan disimpan dan menghasilkan antibody yang dapat membantu sistem

kekebalan tubuh.

• Limpa juga berfungsi sebagai Penyimpan cadangan sel darah merah, dan

melepaskannya ketika terjadi perdarahan. Oleh karena itu limpa juga

berfungsi sebagai sistem pengendalian darah agar tetap berjalan

sebagaimana mestinya dalam pembuluh darah.

• Membentuk eritrosit baru selama masa janin (in utero) dan bayi baru lahir.

• Menghancurkan Leukosit dan Trombosit

• Menghasilkan Antibody sebagai sistem reticulo-endotelial (limposit-B

dibentuk di sum-sum tulang sebagai antibody, sedangkan limposit-T

dibentuk di kelenjar getah bening dan limpa yang juga di program sebagai

antibody untuk melawan antigen tertentu). Limpa juga menyaring darah

dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah

bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan

Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang

menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang

telah memasuki tubuh sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan


lebih cepat, sel T lainnya disebut helper dan sitotoksik) yang

melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag limpa

menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis.

• Mengangkut kelebihan air dari jaringan kembali ke darah (mengatur cairan

dan pengolahan makanan). Cairan interestial yang menggenangi jaringan

secara terus menerus yang diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut

dengan Limfa. Limfa mengalir melalui sistem pembuluh yang akhirnya

kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem

kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan

yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari kapiler

ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar getah

bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik

eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke

dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke

dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.

• Limpa mengekstraksi nutrisi dari makanan dan mengangkutnya ke bagian

tubuh lainnyatermasuk otot, menjamin kekuatan dan pengembangan otot

serta anggota gerak.

• Produksi opsonin – tufsin dan properdin. Tufsin mempromosikan

fagositosis. Properdin menginisiasi pengaktifan komplemen untuk

dekstruksi bakteri dan benda asing yang terperangkap di dalam limpa.

Struktur Limfa
Limpa memiliki bentuk yang lonjong, dengan ukuran panjang kira-
kira 12 cm (5 inci), lebar 7 cm dan tinggi 4 cm, serta memiliki berat
sekitar 150 g. Normalnya limpa tidak dapat di raba kecuali ketika terjadi
pembesaran pada limpa (spleenomegali). Secara anatomis, tepi limpa yang
normal berbentuk pipih. Limpa terletak intraperitoneal (dalam
peritoneum), pada rongga abdomen kiri atas. Posisi limpa ini bergantung
terhadap respirasi (pernapasan), karena letaknya yang sangat berdekatan
dengan diafragma.

Limpa terletak di bawah diafragma dan di postero-lateral (samping


belakang) lambung. Bagian konveks dari limpa berbatasan dengan
diafragma (facies diaphragmatica) , sedangkan bagian konkafnya
menghadap ke viscera abdominis (facies visceralis). Limpa dikelilingi oleh
suatu kapsul dari jaringan fibroelastic dan otot lunak. Kapsul itu ditutupi
oleh suatu Serous Membrane Peritoneum. Perpanjangan kapsula ke dalam
parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena,
saraf, dan pembuluh limfe.

1. Hubungan limpa dengan organ lain:

• Ke Anterior (depan) : Gaster (lambung), cauda pankreatis, dan flexura coli

sinistra.
• Ke Posterior (belakang) : Diafragma, pleura sinistra (recessus

costodiaphragmaticus), pulmo sinstra, dan costae IX, X, dan XI.

2. Parenkim Limpa

Parenkim limpa terdiri dari dua jenis jaringan yang disebut dengan pulpa
putih dan pulpa merah. Pulpa merah terdiri dari sinus-sinus vena yang berisi darah
dan corda dari jaringan limpayang disebut splenic cords atau Billroth’s cords.
Pulpa merah ini berwarna merah gelap pada potongan limpa segar. Vena-vena
sangat berkaitan erat dengan pulpa merah tersebut. Sedangkan Pulpa putih adalah
suatu jaringan limfoid yang tersusun atau biasa dikenal pariarteriolar limphoid
sheats (PALS) dan dikelilingi arteri-arteri. Kumpulan-kumpulan dari limfosit
yang mengelilingi arteri splenic nodules atau malphigi corpus. Pulpa putih
tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan berwarna putih kelabu (nodul
putih diseminata).

3. Peredaran darah limpa

Hilum splenicum merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah pada


limpa.

Limpa diperdarahi oleh beberapa arteri dan vena

• Arteri pada limpa : Arteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan

percabangan terbesar trunkus coeliacus. Jalan arteri ini berkelok-kelok di

sepanjang margo superior pancreas. Arteri lienalis ini kemudian bercabang

menjadi enam pembuluh darah arteri yang memasuki limpa melalui hilum

splenicum.

• Vena pada limpa : vena lienalis, berjalan keluar melalui hilum dan berjalan

di belakang collum pancreatic, vena lienalis bergabung dengan vena

mesentrica superior membentuk vena porta hepatis.


4. Aliran limf dan persarafan limpa

Pembuluh limf juga keluar dari hilum spleen-icum dan berjalan melalui beberapa
kelenjar limf yang terletak di sepanjang arteri lienalis kemudian bermuara ke nodi
coeliaci. Sedang-kan saraf pada limpa juga berjalan mengikuti arteri lienalis dan
berasal dari plexus coeliacus.

Dennis Flaherty, Immunology For Pharmacy, Associate Professor Department of


Pharmaceutical Administrative Sciences. 2012, School of Pharmacy. University
of Charleston: Charleston, West Virginia

Atlas Anatomi Manusia Sobotta, ed.22,jilid2, P.Putz dan R. Pabst, EGC.

Diktat anatomi, Situs Abdominis, ed. 2011, Laboratorium Anatomi, FK


UNISSULA

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tata Laksana Praktikum dan Teknik

1. Ginjal
a. Mempersiapkan alat dan bahan berupa:

1) Pesawat USG

2) Tranduser Curved

3) Gel Ultrasonik

4) Tissue

5) Media penyimpanan citra

b. Memanggil pasien dan melakukan identifikasi identitas dan

pemeriksaan.

c. Menjelaskan prosedur pemeriksaan USG ginjal dan

mempersilahkan pasien memasuki ruang pemeriksaan.

d. Memasukkan data identitas pasien pada pesawat USG.

e. Mempersilahkan pasien untuk melepaskan atau menggulungkan

baju ke atas, agar dapat dilakukan pemeriksaan.

f. Memposisikan pasien dengan posisi supine untuk ginjal kanan

dan posisi lateral decubitus kanan untuk ginjal kiri.

g. Memulai pemeriksaan dengan menuangkan gel ultrasonic di atas

permukaan tranduser.

h. Mengusapkan gel ultrasonic pada permukaan kulit yang akan

dilakukan scanning, tepatnya pada garis mid-sagital setinggi

intra-costal T7 untuk ginjal kanan dan pada garis mid-axilarry

setinggi intracostal T7 untuk ginjal kiri.

i. Melakukan scanning dengan bidang scanning longitudinal dan

menggerakkan tranduser ke kanan dan kekiri pada area sekitar


organ. Gunakan hepar (liver) untuk acoustic window dari ginjal

kanan dan gunakan limpa (spleen) untuk acoustic window ginjal

kiri.

j. Pada saat scanning, tekan tombol freeze untuk merekam citra

jika organ yang di lakukan scanning terlihat. Kemudian lakukan

penyimpanan citra.

k. Membersihkan permukaan tranduser dan permukaan kulit pasien

dari gel ultrasonic dengan menggunakan tissue.

l. Mempersilahkan pasien keluar ruang pemeriksaan dan

menunggu hasil pemeriksaan.

2. Pankreas

a. Mempersiapkan alat dan bahan berupa:

1) Pesawat USG

2) Tranduser Curved

3) Gel Ultrasonik

4) Tissue

5) Media penyimpanan citra

b. Persiapan pasien
puasa selama 6 jam, mungkin perlu memberi air untuk mengisi
perut sebagai jendela untuk menggambarkan pankreas. 2.
Pilihan transduser: pita lengkung 2,5 hingga 5 MHz. 3.
c. Posisi pasien: telentang, dekubitus, atau tegak. Gambar dan
pengamatan harus meliputi yang berikut:
 Kepala, leher / tubuh, dan ekor harus digambarkan dengan
baik setelah sumbu seliaka, arteri dan vena mesenterika
superior, aorta, dan vena kava inferior diidentifikasi.
(Seringkali letak pankreas membuatnya sulit untuk
menggambarkan kelenjar dalam satu bidang; ekor dapat
terlihat pada gambar yang lebih superior daripada kepala
kelenjar.)
 Pemindaian melintang di sepanjang wilayah vena lienalis
harus dilakukan untuk menunjukkan tubuh dan ekor
pankreas.
 Saluran pankreas dapat terlihat pada pemindaian transversal
saat berjalan melalui tubuh kelenjar.
 Pandangan longitudinal kepala pankreas terletak anterior ke
vena cava inferior dan inferior ke portal vena.
d. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi terlentang, miring, dan
terkadang tegak. Teknik sonografi bervariasi sesuai dengan
habitus tubuh pasien. Untuk pasien dewasa, gunakan transduser
broadband frekuensi rendah dengan zona midfocal; untuk
pasien anak-anak, gunakan setidaknya transduser 5- hingga
7,5-MHz. Transduser array melengkung memungkinkan untuk
bidang pandang dekat yang lebih baik dari transduser sektor
memungkinkan Kompensasi kenaikan waktu dan perolehan
keseluruhan harus disesuaikan sehingga jaringan pankreas
memiliki kecerahan gema yang sama atau sedikit lebih besar
dari hati normal. Tekstur pankreas akan terlihat lebih kasar dari
pada hati tergantung pada jumlah antarmuka jaringan fibrosa /
lemak di dalam kelenjar. Pasien pediatrik yang lebih muda
cenderung memiliki echogenisitas pankreas yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pasien yang lebih tua (yaitu, lebih banyak
antarmuka lemak di kelenjar pasien yang lebih tua). Pasien
diabetes mungkin sulit untuk menggambarkan melalui tekstur
hati berlemak; karena itu transduser frekuensi rendah mungkin
berguna. Dengan pasien dalam inspirasi yang mendalam,
tekanan lembut pada perut dengan transduser memungkinkan
untuk sonographer sedekat mungkin ke jaringan pankreas
untuk meningkatkan visualisasi. Sonografi harus
mengidentifikasi kepala, leher, tubuh, dan ekor pada bidang
transversal dan longitudinal. Sonografi harus mengevaluasi
bentuk, kontur, letak, dan tekstur pankreas (dibandingkan
dengan parenkim hati). Posisi miring atau tegak dari pasien
dapat meningkatkan visualisasi pankreas dan daerah
peripancreatic. Struktur sekitarnya berikut harus diidentifikasi:
arteri mesenterika superior dan vena, vena porta dan limpa,
aorta dan vena cava inferior, saluran empedu umum, arteri
gastroduodenal, vena renalis kiri, umbi duodenum, dinding
posterior lambung, dan saluran pankreas. Windows untuk
Visualisasi. Kesulitan dalam visualisasi pankreas dapat terjadi
akibat gas usus, lambung melintang yang mengaburkan
anatomi, atau lobus kiri kecil hati. Lobus kiri berukuran
minimal 2 hingga 2,5 cm membuat jendela sonik yang sangat
baik untuk pencitraan area pankreas. Pandangan subkostal
dapat digunakan dengan sedikit sudut ekor transduser (15
hingga 20 derajat) karena transduser diarahkan dari mid
abdomen (pada tingkat proses xiphoid), melalui lobus kiri hati,
dan miring melalui daerah pankreas dengan pembuluh
prevertebralis membatasi perbatasan posteriornya
3. Limpa

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai arsitektur

limpa secara keseluruhan, untuk memeriksa atau mendeteksi massa

intrasplenic, untuk memeriksa hilus limpa dan pembuluh darah, dan

untuk menentukan ukuran limpa


1. Persiapan pasien: puasa selama setidaknya 6 jam.
2. Pilihan transduser: kurva atau sektor broadband (2,5 hingga 4
MHz).
3. Posisi pasien: terlentang; atau lateral curam kiri jika gema tidur
dengan komponen drop-leaf tersedia.
4. Gambar dan pengamatan meliputi yang berikut:
 Pemindaian koronal dari sumbu panjang limpa harus
dilakukan.
 Hemidiafragma kiri, hilus lienalis, dan batas atas dan bawah
limpa harus diperlihatkan.
 Panjang limpa harus diukur.
 Tekstur limpa harus dibandingkan dengan hati. Parenkim
lien harus homogen dengan hati.
 Pemindaian transversal limpa pada tingkat hilus lien harus
dilakukan. Ahli sonografi harus mencari peningkatan
vaskularisasi atau nodus limpa dengan sapuan dari batas
superior ke inferior.

Tekstur dan Pola Normal Sonografis, parenkim lien harus memiliki


pola gema homogen tingkat menengah hingga rendah yang seragam,
dan sedikit lebih echogenik daripada parenkim hati Ketika limpa
membesar, echogenisitas semakin meningkat. Bentuk limpa
memiliki variasi yang cukup besar. Limpa memiliki dua komponen
yang bergabung di hilus: komponen superomedial dan komponen
inferolateral. Pada pemindaian transversal, ia memiliki penampilan
koma terbalik "sabit", biasanya dengan medial besar komponen dan
komponen tipis memanjang ke depan. Bagian limpa ini bisa terlihat
melekuk fundus lambung. Bergerak inferior, hanya komponen lateral
yang dicitrakan.

Pada pemindaian longitudinal, komponen superior meluas lebih


medial daripada komponen inferior. Komponen superomedial atau
komponen inferolateral dapat membesar secara independen.
Ketidakteraturan komponen ini membuatnya sulit untuk menilai
splenomegali ringan secara akurat. Panjangnya Limpa biasanya
berukuran lebih besar dari panjang ginjal. Splenomegali didiagnosis
ketika limpa berukuran lebih dari 13 cm pada pasien dewasa, atau
lebih dari panjang normal pada anak.

Posisi dan Teknik Pasien Kuadran kiri atas dapat dicitrakan sebagai
sonografi hati-hati memanipulasi transduser antara margin
interkostal untuk gambar ginjal kiri, limpa, dan diafragma.
Transduser sektor mungkin cocok antara margin interkostal lebih
baik daripada transduser array melengkung yang lebih besar. Limpa
umumnya terletak di jalur miring di kuadran kiri posterior, oleh
karena itu dengan pasien terlentang, transduser harus ditempatkan di
margin interkostal kuadran kiri atas superior dan perlahan-lahan
menyapu anterior ke posterior sepanjang sumbu limpa. Transduser
harus diposisikan superior dan cukup posterior untuk gambar limpa
Inspirasi yang mendalam dapat membantu membawa limpa lebih
jauh ke bidang pandang dari pendekatan subkostal. Variasi dalam
respirasi pasien juga dapat memfasilitasi pencitraan limpa; inspirasi
yang dalam menyebabkan paru-paru mengembang dengan udara dan
menggeser diafragma; paru-paru dapat mengembang sepenuhnya
sehingga sudut costophrenic dikaburkan dan visualisasi limpa
terhambat. Ahli sonografi harus mengamati pola pernapasan pasien
dan memodifikasi jumlah inspirasi untuk mencitrakan limpa tanpa
gangguan dari paru-paru yang dipenuhi udara. Ketika pasien
berbaring telentang, masalah perut yang dipenuhi udara atau usus di
bagian atas limpa dapat mengganggu visualisasi yang adekuat. Posisi
dekubitus kanan yang curam dengan pendekatan interkostal tidak
direkomendasikan karena hal ini menyebabkan limpa jatuh dari
dinding perut dan memungkinkan paru-paru yang diangin-anginkan
untuk bermigrasi secara inferior dan mengaburkan jendela akustik.
Jika laboratorium ultrasound memiliki gema dengan komponen
drop-leaf, pasien harus berguling ke sisi kirinya dan transduser
diarahkan sepanjang margin intercostal kiri untuk gambar limpa.
Visualisasi yang sangat baik dicapai karena limpa akan menempel
pada dinding perut pasien.

Dalam pemeriksaan perut rutin, limpa harus disurvei untuk


memastikan bahwa parenkim seragam dengan tekstur homogen,
kecuali untuk hilus limpa, yang menunjukkan struktur vaskular
tubular normal. Setidaknya dua gambar limpa harus direkam dalam
bidang longitudinal dan transversal. Bidang longitudinal harus
menunjukkan hemidiafragma kiri, margin superior dan inferior
limpa, dan kutub atas ginjal kiri. Sonografi harus melihat ruang
pleura kiri lebih tinggi dari diafragma untuk melihat apakah ada
cairan pada batas kosta yang lebih rendah. Sumbu panjang limpa
diukur dari batas superior ke inferiornya. Setelah pemindaian miring
longitudinal selesai, transduser diputar 90 derajat untuk mensurvei
limpa dalam bidang transversal. Sonografer harus mendapatkan
setidaknya satu gambar melintang di hilus limpa. Ahli sonografi
harus mengamati aliran arteri dan vena lien dengan warna Doppler.
Aliran arteri maju (positif ke garis dasar) harus dilihat memasuki
arteri limpa utama saat bercabang menjadi beberapa cabang untuk
memasok parenkim lien. Sebaliknya, aliran balik (negatif ke garis
dasar) dari beberapa cabang vena lien masuk ke dalam vena lien.
Vena limpa meninggalkan hilus limpa untuk melintang secara
horizontal melintasi perut sebelum bergabung dengan vena
mesenterika superior, yang mengarah ke vena portal utama anterior
ke vena cava inferior. Peningkatan struktur hypoechoic di daerah
hilus limpa dapat menunjukkan hipertensi portal dengan jaminan
pembuluh atau pembesaran kelenjar getah bening. Sebuah korelasi
telah dicatat antara kaliber arteri limpa dan ukurannya limpa pada
pasien sirosis dengan varises esofagus. Arteri limpa lebih besar pada
pasien dengan splenomegali (pasien dengan sirosis dengan varises
esofagus dan pasien dengan keganasan hematologis). Penggunaan
pencitraan Doppler warna akan membantu ahli sonografi
menentukan apakah struktur vaskular atau nonvaskular dalam
komposisi. Perawatan harus diambil ketika hepatomegali hadir
dengan lobus kiri yang menonjol dari hati. Tekstur hati yang
homogen mungkin dikacaukan sebagai limpa, terutama jika lobus
kiri meluas ke kuadran kiri atas. Oleh karena itu Sonographer harus
mengevaluasi pasien dalam beberapa pesawat dalam upaya untuk
memisahkan jaringan limpa dari struktur hati.

B. Hasil Scaning
Liver
Ginjal kanan

Ginjal Kiri dan Limpa Parenkim


Renal sinus

Medullary pyramid

Morisson’s pouch Renal Cortex


Ginjal Kiri
Renal cortex

Medulla pyramid

Pankreas Neck
Body

Tail
Head

Sphlenic

Vein portal Confuence

Limfa Limfa / Splein

Diapraghma
Left Kidney

C. Evaluasi
Pada praktikum USG yang dilaksanakan di laboratorium MST didapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Ginjal kanan
Pada pemeriksaan ginjal kanan menggunakan arah transducer
longitudinal dapat menampakkan bagian-bagian dari rongga peritoneal
terutama pada daerah ginjal seperti medulla ginjal, parenkim, sinus
ginjal, dan liver sebagai acoustic windows, ginjal kanan terletak lebih
superior daripada ginjal kiri dan lebih anterior daripada ginjal kiri,
sehingga peletakkan transducer di daerah superior krista illiaka dan
pada mid axillary line
2. Ginjal kiri
Pada pemeriksaan ginjal kiri dengan menggunakan arah transducer
longitudinal dapat menampakkan beberapa bagian ginjal seperti
morisson pouch, sinus ginjal, korteks ginjal, dan medulla ginjal. Ginjal
kiri terletak lebih posterior daripada ginjal kanan dan lebih inferior.
Sehingga peletakkan transducer berada pada posterior mid axillary line
dan superior krista illiaka
3. Pankreas
Pada pemeriksaan pankreas arah transducernya adalah transversal
dengan diletakkan pada mid sagital plane di ulu hati lalu dimiringkan
ke kanan pasien sedikit dan dicari organ yang kita periksa sehingga
menampakkan bagian pankreas mulai dari kepala, leher, badan, dan
ekor pankreas, serta orhan lain yang ditampakkan adalah portal
confuence, sphlenic vein
4. Limfa
Pada pemeriksaan limfa dengan menggunakan arah transducer
longitudinal menghasilkan gambaran sonoluscent daripada organ
lainnya dan tampak bagian – bagian organ lain di sekitar limfa seperti
ginjal kanan, diafragma, dan limfa. Organ limfa terletak di bawah
tulang rusuk melayang sehingga transducer diletakkan pada bawah
tulang rusuk dengan sedikit ditekan agar gambaran limfa lebih jelas.

Daftar Pustaka

Sandra L And Hagen-Ansert Texbook of Diagnostic Sonography eighth


edition

Anda mungkin juga menyukai