Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Gizi Kurang pada Anak


1. Pengertian Gizi Kurang
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan
yangdikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi
(penyerapan),transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yangtidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan,
danfungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) munculakibat
asupan energi dan makronutrien yang tidak memadai. Padabeberapa orang
kurang gizi juga terkait dengan defisiensi mikronutriennyata ataupun
subklinis (Webster-Gandy, 2014)
2. Etiologi Gizi Kurang
Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara
lainadalah
a. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar
padapertumbuhan Anak. Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
Anakharus diperhatikan, pola makan yang salah dapat menyebabkan
Anakmengalami gizi kurang.
b. Anak sering sakit dan perhatian yang kurang
Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak sangat
dibutuhkanpada masa perkembangan anak. Rendahnya perhatian dan
kasihsayang orang tua pada anak menyebabkan makan anak
tidakterkontrol.
c. Infeksi penyakit
Adanya penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan/ kondisi
Anak terutama pada Anak yang asupan gizinya tidak terkontrol dengan
baik.
d. Kurangnya asupan gizi
Rendahnya asupan gizi pada anak menyebabkan anak
mengalami gizi kurang sehingga pertumbuhan tubuh dan otak anak
terganggu.
e. Berbagai hal buruk yang terkait dengan kemiskinan
Status ekonomi yang terlalu rendah menyebabkan keluarga
tidakmampu memberikan asupan makanan yang cukup pada anak
sehinggapenyakit mudah berkembang di tubuh anak.
3. Penilaian Gizi Pada Anak
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga
ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik, melihat bentuk tubuh,
membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya, serta memeriksa
lengan atas dan melihat warna rambut (Hidayat, 2008). Dapat juga diukur
dengan :
a. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan,
tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.
Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran
yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan
usia, diantaranya :
1) Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,
otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat
diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Adapun
cara menentukan berat badan sebagai berikut :
a) Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan
standar NCHS (National Center for Health Statistics) yaitu
menggunakan persentil sebagai berikut : persentil ke 50-3
dikatakan normal, sedangkan persentil < 3 termasuk kategori
malnutrisi.
b) Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO
yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut :
antara 80 – 100 % dikatakan malnutrisi sedang dan < dari 80%
dikatakan malnutrisi akut.
c) Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar
baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut :
persentil 75 – 25 dikatakan normal, persentil 10 – 5 dikatakan
malnutrisi sedang dan < persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
2) Pengukuran tinggi badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian tinggi badan
berdasarkan usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu
menggunakan perentase dari median sebagai berikut : > 90 %
dikatakan normal, sedangkan < 90 % dikatakan malnutrisi kronis
(abnormal).
3) Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah
satuparameter untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini
dapatmendeteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak
mengecilyang abnormal yang dapat mengakibatkan adanya
retardasi mentalatau pertumbuhan otak membesar yang abnormal
yang dapatdisebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan
secebrospinalis.
4) Pengukuran lingkar lengan atas
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi/anak menurut
Irianto(2014), berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering
dipergunakanadalah mengacu kepada standard Wolanski,
klasifikasinya adalahsebagai berikut.
a) Gizi baik, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya lebih
dari85% standard Wolanski.
b) Gizi kurang, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya berada
diantara 70,1% - 85% standard Wolanski.
c) Gizi buruk, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya 70%atau
kurang dari standard Wolanski.
Pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar
lenganatas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti
berikut :
4. Kategori Status Gizi
Kategori status gizi menurut DEPKES (2011), berdasarkan Z-score
(Simpangan Baku) dibagi menjadi 3 diantaranya :
a. Kategori BB/U
1) Kategori Gizi Buruk ; jika Z-score < - 3,0
2) Kategori Gizi Kurang ; jika Z-score > - 3,0 s/d Z-score < - 2,0
3) Kategori Gizi Baik ; jika Z-score > - 2,0 s/d Z-score < 2,0
4) Kategori Gizi Lebih ; jika Z-score > 2,0
b. Kategori TB/U
1) Kategori Sangat Pendek ; jika Z-score < - 3,0
2) Kategori Pendek ; jika Z-score > - 3,0 s/d Z-score < -2,0
3) Kategori Normal ; jika Z-score > - 2,0
c. Kategori BB/TB-PB

Tabel 1 Kategori status gizi secara klinis dan antropometri


(BB/TB-PB)
Antropometri
Status Gizi Klinis
(BB/TB-PB
Tampak sangat kurus dan atau
Gizi Buruk edema pada kedua punggung < - 3,0 SD **)
kaki sampai seluruh tubuh
Gizi Kurang Tampak kurus -3,0 SD - < - 2,0 SD
Gizi Baik Tampak sehat -2 SD – 2 SD
Gizi Lebih Tampak gemuk >2 SD
Sumber : DEPKES, 2011.
Catatan :**) Mungkin BB/TB-PB > - 3 SD bila terdapat edema berat (seluruh
tubuh)
5. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak Anak dibawah usia 5 tahun.
TidakTercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan
yangKurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan Anak
atauAnak-anak menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi
burukJika tidak terintervensi dengan cepat dan tepat. Karena
rendahnyaPenghasilan keluarga sehingga keluarga tidak mampu
mencukupiKebutuhan Anak dan keluarga tidak memberikan asuhan pada
Anak secaraTepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang (Waryana,
2016).
Pada anak gizi kurang dapat mengakibatkan lapisan lemak di bawah
kulitBerkurang, daya tahan tubuh Anak menurun, dan produksi albumin
jugaMenurun sehingga Anak mudah terkena infeksi dan
mengalamiPerlambatan perkembangan. Anak dengan gizi kurang juga
mengalamiPeningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan
menyebabkan AnakMengalami diare sehingga masalah keperawatan yang
munculKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana,
2016)
6. WOC
7. Faktor Pendukung Terjadinya Gizi Kurang
Menurut Webster-Gandy (2012), dalam kebanyakan kasus, ada
berbagaiFaktor penyebab kurang gizi. Kesadaran akan beberapa faktor
pendukungTertentu merupakan langkah pertama dalam pencegahan yang
sangatBerharga. Berikut penjelasan singkatnya.
a. Asupan gizi menurun
1) Ketersediaan makanan yang tidak memadai (kuantitatif
ataupunKualitatif):
a) Pasien diasuh di ruang isolasi sehingga baki makanan
mungkinSaja ditinggalkan di luar kamar atau di tempat yang
tidakTerjangkau pasien.
b) Kelaparan berulang yang disengaja , mis., harus berpuasaPeroral
karena menjalani berbagai macam pemeriksaan atauTerapi
c) Koordinasi motorik lambat sehingga perlu bantuan saat makan
d) Hidangan yang tidak sesuai dengan budaya pasien,
misMenyediakan makanan yang tidak halal bagi orang islam
atauBukan kosher bagi orang Yahudi.
e) Makanan tidak menggugah selera atau berkualitas buruk
2) Anoreksia (kehilangan nafsu makan) :
a) Dampak penyakit, mis. Akibat kanker, infeksi, inflamasi.
b) Mual dan muntah.
c) Masalah psikologi, mis. Akibat depresi, kecemasan, kesepian.
d) Dampak pengobatan, mis. Akibat kemoterapi.
3) Gangguan makan :
a) Gangguan gigi-geligi
b) Perubahan pengecap dan pembau
c) Mulut kering atau nyeri
d) Sesak napas
e) Gangguan menelan
4) Absorpsi nutrien menurun
a) Sekresi saluran cerna tidak mencukupi, termasuk empedu
danSemua enzim saluran cerna, mis. Akibat kekurangan
enzimPankreas.
b) Kerusakan permukaan absorptif di saluran cerna, mis.
AkibatPenyakit Crohn.
c) Reseksi + fistula saluran cerna.
d) Komplikasi terapi obat.
5) Kebutuhan meningkat
a) Hipermetabolisme terkait penyakit, misalnya akibat sirosisHati,
beberapa kanker.
b) Infeksi
c) Akibat terapi, misalnya setelah pembedahan.
d) Peningkatan kehilangan, misalnya melalui saluran cerna,
urine,Kulit, napas, atau drainase bedah.
e) Peningkatan aktivitas, baik sadar maupun tidak sadar,
mis.Akibat penyakit Parkinson.
8. Akibat Gizi Kurang
Menurut Sunita Almatsier (2009), gizi yang baik merupakan modal bagi
pengembangan sumber daya manusia, namun kurang gizi dapat berakibat
terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai
zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke
atas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial
ekonomi rendah.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas.
Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktifitas menurun.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,
batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
d. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk
maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat
terganggunya fungsi otak secara permanen.
e. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.
f. Kebutuhan Gizi Kurang
1) Pola makan anak usia Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)
Anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah
sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Perlu ditanamkan
kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini dan di
sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik
mengkonsumsi makanan yang sehat secara rutin. Program makan
bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan karena ini merupakan
modal dasar bagi pengertian anak supaya mereka mau diarahkan
pada pola makan dengan gizi yang baik .
2) Pada usia 7-9 tahun
Anak pandai menentukan makanan yang disukai karena sudah
kenal lingkungan. Banyak anak menyukai makanan jajanan yang
dapat mengurangi nafsu makan anak. Perlu pengawasan supaya
tidak salah memilih makanan karena pengaruh lingkungan.
3) Pada anak usia 10-12 tahun
Kebutuhan sudah dibagi dalam jenis kelaminnya: Anak laki-laki
lebih banyak aktivitas fisik sehingga memerlukan energi yang
banyak dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan sudah
mengalami masa haid sehingga lebih banyak banyak protein, zat
besi dari usia sebelumnya. Perlu diperhatikan pula adalah
pentingnya sarapan pagi supaya konsentrasi belajar tidak
terganggu.
g. Upaya pemeliharaan
Gizi anak haruslah merupakan upaya pemeliharaan gizi paripurna
yang mencakup berbagai aspek yang dimulai sejak anak masih ada
dalam rahim ibunya. Terdapat 5 upaya yang merupakan satu kesatuan
sebagai strategi dasar pemeliharaan gizi anak, yaitu :
1) Pemeliharaan gizi pada masa prenatal,
2) Pengawasan tumbuh kembang anak sejak lahir,
3) Pencegahan dan penanggulangan dini penyakit infeksi melalui
imunisasi dan pemeliharaan sanitasi,
4) Pengaturan makanan yang tepat dan benar, dan
5) Pengaturan jarak kehamilan.
9. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat malnutrisi energi
protein (kwashiorkor dan marasmus), yaitu:
a. Hipotermia (penurunan suhu tubuh)
b. Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
c. Ensefalopati (kerusakan jaringan otak)
d. Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
e. Gagal tumbuh atau stunting pada anak
f. Gangguan belajar
g. Koma
10. Penatalaksanaan Gizi Kurang
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a. Pemberian diet dengan protein.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien yang menderita
defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita
malnutrisi berat, seperti: kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor
atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadinya
komplikasi, 19 gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial dan
kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan.
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda,
dan perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi
berlainan), kebutuhan nutrisi yang dikelompokkan berdasar usia anak
(terutama anak berumur kurang dari 5 tahun):
1) Umur 0-4 Bulan
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu
ibu yang terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila
terjadi ganggguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu
formula dan nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari
menggunakan Air Susu Ibu (ASI). ASI mempunyai peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi anak mengingat zat gizi
yang ideal terdapat di dalamnya, di antaranya: Imunoglobulin (Ig A, Ig
G, Ig M, Ig D, Ig E) merupakan protein yang dapat bergabung dengan
bakteri dan menghasilkan imunitas pada tubuh, lisozim merupakan satu
enzim yang tinggi jumlahnya dan berfungsi sebagai bakteriostatik
(penghentian atau penghambatan pertumbuhan bakteri) terhadap
enterobakteria dan kuman gram negatif dan sebagai pelindung terhadap
berbagai macam virus, kemudian laktoperoksidase enzim yang
berfungsi membunuh strepkokus dan lain-lain. Pemberian ASI Ekslusif
adalah sampai empat bulan tanpa makanan yang lain, sebab
kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan
proses pemberian ASI ini dapat dilakukan melalui proses menyusui.
2) Umur 4-6 Bulan
Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah
Air Susu Ibu (ASI) kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan sari
buah.
3) Umur 6-9 Bulan
Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan
kebutuhan nutrisi dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu,
bubur tim saring dan buah.
4) Umur 10-12
Bulan Pada usia ini anak tetap diberikan Air Susu Ibu (ASI)
dengan penambahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk
makanan yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya
mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah
bertambah. Pada usia ini anak senang makan sendiri dengan sendok
atau suka makan dengan tangan, pada anak seusia ini adalah merupakan
usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk
makanan.
5) Usia Todler dan Prasekolah (3-6 Tahun)
Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang
berhubungan dengan makan seperti garpu, piring, sendok dan gelas
semuanya harus dijelaskan pada anak atau diperkenalkan dan dilatih
tentang penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada.
Dalam pemenuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi
menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang
dianjurkan, antara lain: daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Pada
anak usia ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan mengunyah
sudah mulai kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama.
Depkes RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/BUKU-
GIZIBURUK-I-2011.pdf (Diakses Tanggal 15 Februari 2017 Jam 12.10
WIB)
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Irianto, Djoko Pekik. 2009. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Ed. I. Yogyakarta : ANDI
Mardalena, Ida. (2016). Ilmu Gizi [online]. Tersedia:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Ilmu-Gizi-
Keperawatan-Komprehensif.pdf
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta : PT Indeks
Waryana. 2016. Promosi Kesehatan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta : Nuha Medika
Webster-Gandy, Joan. 2014. Gizi & Dietetika. Jakarta : EGC
Wong, L.D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ed.6. EGC. Jakarta
World Health Organization. 2014. World Health Statistics.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/206498/1/9789241565264_eng.p
df(Diakses Tanggal 15 Februari 2017 Jam: 23.35 WIB).

Anda mungkin juga menyukai