Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Sugih Rahayu

Kelas : TLM 2B
NIM : 20119064

A. Pengertian Paracetamol

Parasetamol merupakan zat dengan organoleptis putih, tidak berbau, rasa pahit, berbentuk
kristal hablur, densitas 1,263 g/cm3, titik lebur 169˚C, massa molar 151,17 g/mol, Ksp 1,4 g/100
mL, tidak higroskopis, dan tidak stabil terhadap sinar UV. Parasetamol merupakan turunan senyawa
sintesis dari paminofenol yang memberikanefek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini dikenal
dengan nama lain asetaminofen, merupakan senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak
memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Senyawa ini memilik nama kimia N-asetil-
paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’-hidroksiasetanilida1.

Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah


digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja
analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung (Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang
tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid
sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai
sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun
secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja anti
radang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat
digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut,
Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-
anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus
lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal
dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri.
(Sartono 1996).
Analisis kualitatif bahan baku parasetamol dilaksanakan untuk identifikasi kebenaran dan kualitas
dari bahan baku parasetamol tersebut. Analisis kualitatif ini dilakukan sebelum analisis kuantitatif,
karena suatu analisis kuantitatif tidak dapat dilakukan sebelum diketahui komponen yg terkandung
dlm suatu sampel.

B. Tujuan Uji Parasetamol


Analisis paracetamol dilakukan untuk memastikan bahwa paracetamol sesuai dengan kriteria yang
tertera pada farmakope indonesia dan memastikan bahwa paracetamol dapat memberi efek
farmakologi yang diharapkan pasien.

C. Metode
Analisis kualitatif yang dilakukan untuk menguji bahan baku parasetamol di antaranya, uji
organoleptis, uji kelarutan dalam berbagai pelarut, dan beberapa uji warna dengan menggunakan
reagen larutan FeCl3, Liebermann dan kristal K2Cr2O7.

D. Alat dan Bahan pemeriksaan


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini di antaranya :
• Paracetamol
• Reagen larutan FeCL3, larutan HCL, Kristal K2Cr2O7, larutan Liebermann
• Air
• Aseton
• Etamol
• Griserol
• Larutan NaOH 0,1 M
Adapun alat-alat yang digunakan :
• Gelas ukur
• Gelas beaker
• Kaca arloji
• Neraca analitik
• Penangas ais
• Pipa kapiler
• Plat tetes
• Tabung reaksi
• Pipet tetes

E. Prosedur Uji Paracetamol


1. Uji Kualitatif
a. Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi bahan baku parasetamol melalui pengamatan terhadap
bentuk, warna, aroma, dan rasa yang sesuai dengan standar Farmakope Indonesia
b. Uji Kelarutan
Dilakukan dengan perbandinga jenis pelarut yang sesuai di dalam Farmakope Indonesia. Jenis
pelarut yang dilakukan dalam uji kualitatif bahan baku parasetamol di antaranya nasi, etanol,
aseton, gliserol, dan larutam NaOH 0.1 M. Sebanyak 0.5 gram parasetamol masing-masing
ditambahkan ke dalam 35 ml air, 3.5 ml etanol, 6.5 ml aseton, 20 ml gliserol, dan 5 ml larutan
NaOH, kemudian diamati kelarutan yang tejadi pada setiap sampel.
c. Uji Warna
Uji warna menggunakan beberapa pereaksi seperti larutan FeCl3, Liebermann, dan kalium
bikromat. Bahan baku parasetamol ditetesi reagen FeCl3 dan reagen Liebermann ditempatkan di
plat tetes, sementara untuk kalium bikromat, parasetamol dilarutkan dalam larutan HCl 2 M dan
dikocok kemudian ditambahkan sedikit kristal K2Cr2O7 dan amati perubahan warna yang terjadi.

F. Hasil uji Paracetamol


Uji organoleptis menunjukkan hasil yang sesuai dengan standar parasetamol dalam FI, yaitu serbuk
hablur putih, dan tidak berbau. Uji kelarutan menunjukkan hasil yang sesuai untuk pelarut aseton,
etanol, dan larutan NaOH tetapi hanya larut sebagian (tidak sesuai) dalam air dan gliserol. Pada
reaksi uji warna, penambahan larutan FeCl3 tidak menimbulkan perubahan warna (negatif), reaksi
dengan Liebermann dan K2Cr2O7 menunjukkan perubahan warna yang tidak spesifik yaitu
menjadi coklat dan hijau kecoklatan.
 
G. Pembahasan
Uji organoleptis bertujuan untuk memastikan benar tidaknya identitas parasetamol melalui
pengamatan visual terhadap warna, bentuk, bau, dan rasa. Uji ini memberikan hasil positif sehingga
secara organoleptis, identitas bahan baku parasetamol adalah benar.
Uji kelarutan dilakukan ke dalam lima jenis pelarut, yaitu air, etanol, aseton, gliserol, dan larutan
NaOH 0.1 M berdasarkan ciri kelarutan parasetamol dalam pelarut tersebut. Kesesuaian kelarutan
ditunjukkan oleh pelarut aseton, etanol, dan NaOH, sedangkan untuk pelarut air dan gliserol
memberikan hasil yang tidak sesuai dengan standar FI dimana parasetamol hanya larut sebagian.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan kondisi dan kualitas jenis pelarut yang berbeda pada
saat percobaan dan yang digunakan dalam standar FI.
Uji warna menggunakan larutan FeCl3 tidak menunjukkan perubahan warna menjadi biru-violet
ketika ditambahkan dan larutan tidak berwarna. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi larutan
FeCl3 yang kurang dari 5% (terlihat dari warna reagen yang tidak berwarna jingga) dan
menyebabkan terlalu sedikitnya ion Fe(III) yang dapat berikatan kompleks dengan gugus fenol yang
ada pada parasetamol sehingga kompleks warna biru tidak terbentuk. Selanjutnya pada uji warna
menggunakan reagen Liebermann menghasilkan perubahan warna menjadi coklat kehitaman namun
tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk parasetamol yang seharusnya berwarna violet.
Warna coklat menunjukkan adanya reaksi antara cincin benzene parasetamol dengan H2SO4 yang
terkandung dalam reagen Liebermann, namun tidak terbentuknya warna violet yang merupakan
reaksi dengan fenol disebabkan oleh konsentrasi bahan pembuatan reagen yang kurang tepat
(H2SO4 pekat dan HNO3 6 N) dan encer menghasilkan reaksi sebagian dengan cincin benzene
parasetamol dan tidak sempurna.

H. Kesimpulan
1. Analisis kualitatif bahan baku parasetamol dengan metode konvensional dapat dilakukan
menggunakan uji-uji pendahuluan seperti uji organoleptis, uji kelarutan, dan uji warna parasetamol
yang dibandingkan dengan standar Farmakope Indonesia
2. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa bahan baku teridentifikasi benar sebagai
parasetamol, namun beberapa tes menunjukkan hasil negative yang mengindikasi bahwa bahan
baku mempunyai kualitas dan stabilitas bahan yang sudah menurun dan kurang baik. 

Anda mungkin juga menyukai