DAN PULPA 1
Disusun oleh:
KELOMPOK I (Kelas C)
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari alam kebodohan
menuju ke alam yang berilmu pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................... i
2.1 Jaringan Periodontal Secara Umum dan Kaitannya dengan Restorasi Gigi...6
2.2 Persiapan Jaringan Penyangga Gigi Untuk Menerima Restorasi Cekat ......10
2.5 Penyakit atau Kelainan yang Timbul pada Jaringan Penyangga Gigi …… 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah
mempertahakan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem penguyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk
mencapai tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan
beberapa faktor pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari
gigi-gigi penyangga khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat.6
Pemakaian restorasi cekat, khususnya gigi tiruan cekat secara ideal
menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya.
Karena itu upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan
mulut pasien sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan
pencegahan terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta
pembuatannya yang memenuhi syarat-syarat terutama syarat biologis.6
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi (ginggiva), tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan cementum, yang akan berubah sesuai dengan
umur.
4
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai persiapan
jaringan penyangga gigi untuk menerima restorasi cekat.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai hubungan antara
perawatan periodontal dengan restorasi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai hubungan antara
prostodontik cekat dan periodontik.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit yang
timbul pada jaringan penyangga gigi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Gingiva
Jaringan gusi adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang
alveolar dari rahang atas dan rahang bawah serta disekeliling leher gigi.
Dilihat dari sudut pandang anatomi, gingiva merupakan mukosa
pengunyahan (mastikatori) yang terikat pada gigi dan menutupi proses
alveolar. Jaringan gusi secara anatomi dibagi menjadi bagian tepi
(marginal gingiva), bagian yang melekat (attached gingiva) dan yang
terdapat diantara sela-sela interdental gigi-gigi yang disebut papillae.2
atau interdental bagian dari rahang atas dan rahang bawah yang
membentuk kantong-kantong gigi (socket alveoli). Gingiva dibagi
menjadi free gingiva, attached gingiva dan interdental gingiva.3
1. Free Gingiva, tidak terikat dan sering ditandai dengan
kedalaman kalkulus. Hal ini dapat dibedakan dari gingiva yang
menempel dengan free gingiva. Alur free gingiva hanya terdapat
6
pada sekitar sepertiga dari gingiva normal dengan kejadian
serupa antara jenis kelamin yang berbeda dan gigi
sulung/permanen.3
2. Attached Gingiva, melekat erat pada periosteum proses alveolar.
Gingiva melekat secara klinis ditandai dengan gingiva yang kuat
dan berwarna merah muda yang mengelilingi gigi dan terpisah
dari mukosa oleh persimpangan mukogingiva.3
b. Sementum
Sementum adalah penghubung avaskular, multiunit, dan
termineralisasi jaringan dengan fenotipe variabel (seluler, aseluler,
fibrillar, dan afribillar). Sementum juga disebut sebagai jaringan gigi
dan "mesenchymal" yang membentuk dan melapisi bagian luar akar
anatomi gigi.2 Fungsi utama sementum adalah sebagai jangkar gigi.
Karena restoratifnya yang dinamis dan memiliki kemampuan
beradaptasi, sementum penting bagi pemeliharaan hubungan oklusal
dan untuk integritas permukaan akar.3
Pertemuan antara jaringan gigi dan (dentino-gingival junction)
merupakan hubungan struktural antara jaringan keras jaringan lunak
7
serta berada didasar kantong gusi (Sulcus gingiva) yang mempunyai
kedalaman normal + 3 mm (Lihat Gambar 2). Gigi Busi dan untuk
mengetahui gambaran klinis normal jaringan gusi, dokter gigi harus
dapat menginterpretasikannya gambaran mikroskopik secara klinis.
Pertama, daerah marginal dan attached gingiva berwarna merah muda
"coral", karena aliran darah, ketebalan dan derajat keratin dalam
epithelium dan adanya sel yang mengandung pigmen melanin. Kedua,
adalah ukuran dari jaringan gusi cocok dengan jumlah elemen seluler
dan interselular dan aliran darahnya. Ketiga, adalah kontur gusi yang
bervariasi dan tergantung dari bentuk gigi-gigi geligi pada rahang,
lokasi dan ukuran area kontak proksimal. Keempat, adalah bentuk
"interdental gingiva" ditentukan oleh kontur proksimal gigi dan lokasi
"gingival embrasure" (lihat gambar 2). Kelima, konsistensi jaringan
gusi adalah kuat dan kenyal, kecuali bagian jaringan gusi bebas.
Keenam, tekstur dan lengkung permukaan jaringan gusi menyerupai
kulit jeruk. Tekstur permukaan ini berhubungan dengan keratinisasi
epitel. Ketujuh, adalah posisi gusi menunjukkan tingkat dimana tepi
jaringan gusi melekat pada gigi.2
Gambar 2
8
Gambar 3
c. Tulang Alveolar
9
d. Ligamen Periodontal
10
jumlah lebar membran periodontal gigi penyangga minimum harus sama atau
lebih besar dari jumlah lebar membran periodontal diganti.4 Perbandingan
mahkota dan akar dari gigi penyangga suatu gigi tiruan jembatan yang
optimum adalah 2:3 dan yang minimum yang masih dapat diterima adalah 1:1
(lihat Gambar 5). Hal penting lain yang harus dilakukan adalah menghilangkan
trauma oklusi sebelum prosedur pembuatan gigi tiruan cekat dimulai supaya
restorasi ini mempunyai hubungan oklusal yang harmonis (lihat Gambar 6).2
Gambar 5.2
Gambar 6.2
A. Crown Lengthening
11
Periodonsium yang sehat, penting untuk mencapai keberhasilan
jangka panjang, kenyamanan, fungsi, dan estetik yang optimal untuk
setiap prosedur pemulihan. Seperti disebutkan sebelumnya, hubungan
antara restorasi dan periodonsium harus dipahami untuk hasil
pengobatan yang sukses. Bahkan jika gingivitis atau periodontitis tidak
ada, seseorang tidak boleh melanjutkan pengobatan restoratif tanpa
pertimbangan lebih lanjut tentang hubungan masa depan antara restorasi
dan jaringan pendukung. Pemanjangan mahkota didefinisikan sebagai
pengangkatan jaringan tulang dengan pengangkatan atau reposisi
jaringan lunak di sekitar gigi secara bersamaan. Tujuan terapi ini adalah
untuk meningkatkan mahkota klinis dan akibatnya menjaga lebar
biologis. Biasanya pemanjangan mahkota diperlukan untuk
menghindari benturan lebar biologis sering terjadi karena adanya karies
subgingival atau margin restoratif yang dalam. Prosedur ini juga dapat
direkomendasikan untuk memperbaiki situasi estetika yang tidak
menyenangkan seperti "gummy smile." Kegagalan mengenali perlunya
pemanjangan mahkota sebelum prosedur restoratif sering menyebabkan
invasi lebar biologis yang menyebabkan peradangan (gingivitis) dan
kehilangan tulang (periodontitis), nyeri yang terkait dengan renovasi
inflamasi dari periodonsium, cacat jaringan lunak dan keras lokal,
estetik yang dikompromikan, dan retensi restorasi yang bermasalah
dalam beberapa kasus.
12
menghindari masalah seperti itu, itu merupakan langkah penting menuju
kesehatan jaringan, estetik yang dapat diprediksi, dan kepuasan pasien.
Ada situasi, dimana pemanjangan mahkota klinis mungkin tidak
diindikasikan dan pilihan pengobatan alternatif harus dieksplorasi. Ini
termasuk keterbatasan yang disebabkan oleh posisi furkasi, penurunan
tingkat perlekatan, dan masalah estetik. Misalnya, gigi dengan batang
pendek dapat membatasi jumlah pemanjangan mahkota yang dapat
dilakukan karena prosedur dapat mengekspos furkasi dan mengganggu
prognosis gigi.3
Gambar 7. A, Gigi No. 30 dengan karies sekunder pada permukaan mesial yang
menyebabkan invasi pada lebar biologis (di luar sulkus gingiva klinis). B, Setelah
operasi pemanjangan mahkota dan penggantian mahkota terganggu. C, Kasus
klinis lain yang menunjukkan contoh batang yang panjang pada gigi No. 30 dan
No. 31, yang memungkinkan dilakukannya operasi pemanjangan mahkota tanpa
gangguan karena furkasi kemungkinan besar tidak berisiko terpapar.3
13
Pembahasan umum lainnya di mana lebar biologis terlampaui dan
sulit untuk ditangani adalah fraktur mahkota yang meluas di bawah
margin gingiva. Pemanjangan mahkota sering diperlukan untuk
restorasi yang tepat untuk gigi retak (Gambar 8). Dalam kasus fraktur
anterior gigi, operasi pemanjangan mahkota akan berdampak signifikan
pada gigi klinis dan berakibat pada tampilan esthetic (serta gigi yang
berdekatan) karena pengangkatan tulang dan reposisi apikal berikutnya
dari margin gingival (Gambar 9).3
14
Gambar 9. Fraktur gigi anterior No. 7. Estetika harus dipertimbangkan dengan
hati-hati saat perawatan merencanakan restorasi gigi fraktur anterior.²
B. Ginggivectomy
15
a. Subgingival caries/ access for proper restoration
Jika terdapat karies subgingiva, setidaknya diperlukan 3
mm struktur gigi yang sehat dari margin preparasi kavitas inal
(bukan lesi karies) hingga puncak tulang alveolar, jika tidak,
pemanjangan mahkota dianjurkan. Penting untuk ditekankan
bahwa koreksi open lap dan kontur tulang diperlukan jika
terdapat kerusakan periodontal dengan bukti defek tulang karena
karies yang menimpa lebar biologis.3
Gambar 10. A, karies subgingiva pada gigi No. 6, No. 28, dan No. 29. Idealnya
area yang berlubang perlu dibuka melalui pembedahan untuk memungkinkan
restorasi yang tepat. B, Gigi No. 6 dengan karies yang digali, segera setelah
prosedur pemanjangan mahkota gigi.3
b. Fraktur Gigi
Pemanjangan mahkota hampir selalu diperlukan untuk
subgingival fraktur akar mahkota, untuk menghindari kerusakan
16
periodontal berkelanjutan. Dalam situasi yang tidak biasa di
mana lebar biologis cukup memadai setelah fraktur subgingiva,
pemanjangan mahkota sangat mungkin diperlukan setelah
preparasi gigi untuk mahkota, misalnya, karena preparasi
mahkota sering ditempatkan lebih ke apikal dimana fraktur
terjadi. Ketika fraktur tidak dirawat selama beberapa minggu
atau beberapa bulan, periodonsium dan tulang di lokasi tersebut
akan berubah bentuk, menjauh dari margin fraktur, menciptakan
langkan tulang dan kawah (moat like defect) di sekitar gigi. Area
tersebut kemungkinan besar akan tetap masuk dan menjadi tidak
nyaman bagi pasien jika tidak diperbaiki.3
c. Inadequate Retention
Gigi yang rentan secara ekstensif karena fraktur yang
luas atau lesi karies perlu diubah sebelum restorasi akhir. Ketika
ada kebutuhan untuk membuat ferrule di gigi yang akan
menerima restorasi pro-and-core, pemanjangan mahkota
mungkin diperlukan untuk memfasilitasi penempatannya tanpa
melanggar lebar biologis dan bentuk retensi yang memadai. Ada
konsensus keseluruhan 1, 5 hingga 2 mm ferrule diperlukan
untuk retensi mahkota yang memadai dan perlindungan
integritas struktur gigi yang tersisa. Pemanjangan mahkota
mungkin tidak diperlukan jika ferrule yang memadai dapat
dicapai tanpa pelanggaran lebar biologis.3
17
yang menutupi mahkota gigi. Seringkali pasien menampilkan
“gummy smile” dengan gigi yang tampak persegi. Kondisi ini
mempengaruhi estetik dan juga meningkatkan akumulasi plak
karena kedalaman sulkus mendorong migrasi plak apikal yang
mudah. Gingivectomy dapat dilakukan ketika ada jarak lebih
dari 3 mm dari CEJ ke puncak alveolar, ada cukup jaringan
keratin, dan tidak ada bukti cacat tulang (lihat gambar 11 B dan
C). Lokasi tulang dalam hubungannya dengan CEJ dan
persimpangan mucogingival adalah parameter penting dalam
pengobatan erupsi pasif yang berubah. Gingivectomy tidak
disarankan ketika pita jaringan keratin tidak mencukupi (< 3
mm).33
Gambar 11. Erupsi pasif yang diubah sering menghasilkan gingival datar
kontur dan gigi anterior berbentuk persegi (A) atau kontur gingival yang tidak rata
seperti kasus di B, dimana perbedaan dapat diketahui antara gigi No. 7 dan No.
10, dan gigi No. 8 dan No. 9. Case (B) dengan perbedaan gingival dikoreksi oleh
gingivectomy (C).3
18
C. Distal Wedge
Gambar 12. Gigi No. 2 dengan restorasi amalgam yang buruk di margin distal
subgingival. Wedge distal harus dilakukan sebelum restoratif untuk memfasilitasi
akses untuk perawatan restoratif yang tepat.3
19
Non carious cervical lesions (NCCLs) ditandai dengan
hilangnya struktur gigi di area serviks gigi karena abfraksi, abrasi, atau
erosi (Gambar 13). Lesi ini tidak karies tetapi mungkin perlu dikelola
asalkan satu atau lebih dari faktor-faktor ini hadir: (1) pasien prihatin
dengan estetik, (2) ada sensitivitas gigi substansial yang tidak
menyelesaikan dengan pilihan pengobatan lain (yaitu, agen
desensitisasi), (3) lesi mengalami kemajuan dan ada risiko paparan
pulpa, atau (4) lesi berkembang dan integritas gigi berisiko.3
Gambar 13. Lesi serviks non-karies ditandai dengan hilangnya struktur gigi di
area serviks gigi dan etiologi multifaktorial.3
20
• Kelas I: Resesi jaringan marginal yang tidak meluas ke persimpangan
mukogingival. Tidak ada keropos periodontal (tulang atau jaringan
lunak) di area interdental, dan cakupan akar 100% dapat diantisipasi.
• Kelas II: Resesi jaringan marginal yang meluas ke persimpangan
mukogingival. Disini tidak terjadi kehilangan tulang interdental atau
jaringan lunak, dan 100% cakupan akar dapat diharapkan.
• Kelas III: Resesi yang meluas ke persimpangan mucogingival
merupakan hilangnya tulang interdental atau jaringan lunak atau
terdapat malposisi gigi yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menutupi 100% dari permukaan akar.
• Kelas IV: Resesi jaringan marjinal yang meluas ke persimpangan
mucogingival dimana hilangnya jaringan interdental dan cakupan akar
yang tidak diantisipasi.
21
ke atau di luar MGJ dimana terjadi kehilangan jaringan interdental dan penutupan
akar tidak diantisipasi.3
Pertimbangan Biologis
22
hanya untuk keuntungan estetika tetapi juga untuk dampak periodontal yang
menguntungkan.1
Gambar 15.1
Gambar 16.1
23
margin gingiva. Dari sudut pandang periodontal, margin supragingiva dan
equi gingival dapat ditoleransi dengan baik.¹
Gambar 17. Konsekuensi dari pelanggaran lebar biologis jika margin restoratif
ditempatkan di dalam zona attachment. Pada permukaan mesial gigi seri tengah
kiri, tulang belum hilang, tetapi terjadi peradangan gingiva. Pada permukaan
distal gigi seri sentral kiri, telah terjadi kehilangan tulang, dan lebar biologis
normal telah terbentuk kembali.1
24
Gambar 18. Untuk memberikan posisi referensi untuk penempatan margin setelah
retraksi jaringan, margin preparasi gigi pada awalnya ditetapkan sejajar dengan
margin gingiva bebas.1
25
Kebutuhan pasien adalah penggantian gigi yang hilang dengan prostesis
cekat. Dalam kasus seperti itu, penting untuk menilai abutment melalui
perspektif periodontal untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
perencanaan perawatan. Banyak faktor periodontal perlu diperiksa sebelum
menyelesaikan rencana perawatan seperti mobilitas gigi, keterlibatan furkasi,
keparahan kehilangan tulang, perdarahan atau eksudasi dari kantong gingiva.
Jika salah satu faktor ini terganggu, kesehatan periodontal yang tepat dari gigi
penyangga harus dicapai sebelum memberikan prostesis cekat.5
26
Kantong perio-dontal adalah penyakit unit perlekatan periodontal yang
disebabkan oleh pembesaran jaringan gusi dan pergerakan perlekatan epithel
kearah apikal sampai kehilangan perlekatan jaringan ikat dan kadang-kadang
kehilangan sampai dukungan tulang alveolar. Stillman mengatakan bahwa
"traumatic occlusion" adalah suatu kondisi dimana luka (injury) terjadi pada
jaringan penyangga gigi karena aksi pergerakan rahang ke posisi menutup.
Dia juga mengatakan bahwa penyembuhan peradangan periodontal secara
total tidak dapat dicapai selama masih ada "traumatic occlusion".7
Hal ini didukung oleh Gothib dan Orban. Konsep trauma karena oklusi
sebagai faktor yang merusak pada keadaan peradangan jaringan periodontal
lanjut. Trauma oklusal ada yang primer yaitu berupa lesi patologis disebabkan
oleh gaya-gaya kuat yang mengganggu jaringan penyangga gigi normal yang
utuh. Sedangkan trauma oklusal sekunder adalah lesi patologis oleh gaya-
gaya normal pada jaringan penyangga gigi yang lemah dan sakit. Diagnosis
trauma periodontal karena oklusi dapat ditegakkan bila kelainan periodontal
dapat diidentifikasi dari jaringan gusi sampai serat periodontal.7
27
pada hubungan gigitan terbuka (open bite), tidak adanya gigi antagonis, dan
kebiasaan mengunyah sebelah sisi rahang saja.7
1. Frenulum dan perlekatan otot lain mencapai tepi jaringan gusi bebas
(free gingival margin).
2. Posisi buko lingual gigi-gigi pada tulang alveolar.
3. Letak gigi geligi yang berjejal (crowding)
4. Letak akar gigi yang berdekatan terutama di regio anterior bawah.
5. Gigi dengan posisi miring ke labial atau lingual.
6. Gigitan yang dalam (deep overbite).
28
7. Bernafas lewat mulut.
8. Terdapatnya lekukan disto palatal pada gigi anterior atas.
9. Bentuk akar yang konkav seperti terlihat pada gigi premolar dan molar
atas, kadang-kadang pada premolar bawah.
29
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi (gingiva), tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan cementum, yang akan berubah sesuai dengan
umur. Jaringan gusi adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang
alveolar dari rahang atas dan rahang bawah serta disekeliling leher gigi.
Jaringan gusi secara anatomi dibagi menjadi bagian tepi (marginal gingiva),
bagian yang melekat (attached gingiva) dan yang terdapat diantara sela
“interdental gigi-gigi yang disebut papillae 3,1 atau "interdentel bagian dari
rahang atas dan rahang bawah yang membentuk kantong-kantong gigi (socket
alveoli). Sebelum perawatan gigi dengan restorasi cekat, terutama gigi tiruan
cekat, perlu dicatat semua faktor dan penemuan yang berhubungan dengan
penyakit pasien. dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi tiruan terutama
gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga gigi,
sedangkan letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan
cekat yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis. Hanya bila jaringan gusi
dan periodontal dalam keadaan sehat Penyakit periodontal harus secara
optimum, maka penentuan perawatan dapat dibuat dengan tepat dan mudah.
Reaksi jaringan penyangga gigi terhadap gaya oklusal ada 3 tahap yaitu
"Injury" dihasilkan oleh gaya oklusal yang berlebihan. Selanjutnya, tubuh
berusaha memperbaiki dan membangun kembali jaringan penyangga dan ini
dapat berhasil bila gaya tersebut dihilangkan. "Repair" merupakan hal yang
selalu terjadi pada jaringan penyangga gigi yang normal dan trauma oklusi
merangsang kegiatan perbaikan. Jaringan yang rusak dibuang dan sel jaringan
ikat dan serat-serat, tulang serta cementum terbentuk untuk mempebaiki
jaringan yang rusak. "Adaptive remodeling" bila perbaikan kerusakan jaringan
karena oklusi, maka diperlukan pembentukan ulang untuk menghasilkan
dimana gaya tidak lagi melukai jaringan. Sebaliknya, bila gaya oklusal kurang
30
dari normal, akan menyebabkan kelainan jaringan penyangga yaitu menipisnya
ligamentum periodontal, atropi serat- serat, osteoporosi tulang alveolar dan
berkurangnya ketinggian tulang.
A. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang
kami tulis masih banyak kesalahan, baik dari isi materi maupun cara penulisan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi wawasan
pengetahuan bagi pembacanya, dan diharapkan pembaca dapat memahami
dengan baik materi yang telah disampaikan dalam makalah kami.
31
DAFTAR PUSTAKA
1
Newman T, Carranza K. Clinical Periodontology. 13th Ed. Philadelphia: Elsevier;
2019
2
Ritter AV, Boushell LW, Walter R (Eds). Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
3
Malone WFP, Koth DL. Tylman's and Practice of Fixed Prosthodontics. Ishiyaku
Euro America Inc. Eight Edition. Chapter 3, 49-68. Chapter 4, 71-106
4
Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. The
CV Mosby Company 1988, First Edition. Chapter 4, 75-95. Chapter 17, 315-21.
5
Bansal P, Bansal P, Tejinder. 2018. Interrelationship Between Prosthodontics And
Periodontics-A Review Article: Journal of Applied Dental and Medical Science. P.
26 http://www.joadms.org/download/article/269/25022018_29/1521711591.pdf
6
Ash MM. Ramfjord S. Occlusion. WB. Saunders Company. 4 th ed. 1966. 344-9
32