Anda di halaman 1dari 32

KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI

DAN PULPA 1

INTERELASI PERIO PROSTO


Fasilitator:

Umi Ghoni Tjiptoningsih, drg, Sp. Perio

Disusun oleh:

KELOMPOK I (Kelas C)

1. Febriana Bella Patra (201911061) 6. Hanna Alifia (201911066)

2. Ferlina Tika A. (201911062) 7. Harmala B. T. (201911067)

3. Fitri Zakiyah (201911063) 8. Helenaganes (201911068)

4. Fraja Hendrawan (201911064) 9. Henrico Mark (201911069)

5. Hairunisza Putri M. (201911065) 10. Ilham Maulana (201911070)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (B)

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari alam kebodohan
menuju ke alam yang berilmu pengetahuan.

Adapun makalah yang berjudul “Interelasi Perio Prosto” tepat pada


waktunya ini disusun untuk memenuhi tugas Blok Perawatan Daerah Tak Bergigi
1 semester 4. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah
ini, terutama kepada Umi Ghoni Tjiptoningsih, drg, Sp. Perio selaku fasilitator.

Penulis menyadari bahwa dalam pengumpulan data dan penulisan makalah


ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran diterima
penulis dengan tangan terbuka. Demikian penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6

2.1 Jaringan Periodontal Secara Umum dan Kaitannya dengan Restorasi Gigi...6

2.2 Persiapan Jaringan Penyangga Gigi Untuk Menerima Restorasi Cekat ......10

2.3 Hubungan Antara Perawatan Periodontal dengan Restorasi ………….….. 22

2.4 Hubungan Antara Prostodontik Cekat dan Periodontik …………………. 25

2.5 Penyakit atau Kelainan yang Timbul pada Jaringan Penyangga Gigi …… 26

BAB III PENUTUP ..............................................................................................30

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................30

3.2 Saran .............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah
mempertahakan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem penguyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk
mencapai tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan
beberapa faktor pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari
gigi-gigi penyangga khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat.6
Pemakaian restorasi cekat, khususnya gigi tiruan cekat secara ideal
menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya.
Karena itu upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan
mulut pasien sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan
pencegahan terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta
pembuatannya yang memenuhi syarat-syarat terutama syarat biologis.6
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi (ginggiva), tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan cementum, yang akan berubah sesuai dengan
umur.

1.2 Perumusan Masalah


1. Jaringan Periodontal Secara Umum dan Kaitannya dengan Restorasi Gigi
2. Persiapan Jaringan Penyangga Gigi Untuk Menerima Restorasi Cekat
3. Hubungan Antara Perawatan Periodontal dengan Restorasi.
4. Hubungan Antara Prostodontik Cekat dan Periodontik
5. Penyakit atau Kelainan yang Timbul pada Jaringan Penyangga Gigi

1.3 Tujuan Makalah


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai jaringan
periodontal secara umum dan kaitannya dengan restorasi gigi.

4
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai persiapan
jaringan penyangga gigi untuk menerima restorasi cekat.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai hubungan antara
perawatan periodontal dengan restorasi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai hubungan antara
prostodontik cekat dan periodontik.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit yang
timbul pada jaringan penyangga gigi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Jaringan Periodontal Secara Umum dan Kaitannya dengan Restorasi Gigi

Jaringan periodonsium normal memberi dukungan yang diperlukan


untuk menjaga gigi agar tetap berfungsi. Jaringan periodontal terdiri dari empat
komponen utama yaitu jaringan gusi (gingiva), ligamen periodontal, sementum,
dan tulang alveolar. Jaringan penyangga gigi akan berubah seiring dengan umur
bertambahnya usia. Masing-masing komponen periodontal ini berbeda
lokasinya, arsitektur jaringan, komposisi biokimia, dan komposisi kimianya,
tetapi semua komponen ini berfungsi bersama sebagai satu kesatuan. Sebuah
studi telah mengungkapkan bahwa komponen matriks ekstraseluler dari satu
kompartemen periodontal dapat mempengaruhi aktivitas seluler dari struktur
yang berdekatan. Oleh karena itu, perubahan patologis yang terjadi pada satu
komponen periodontal mungkin memiliki komplikasi yang signifikan untuk
pemeliharaan, perbaikan, atau regenerasi komponen periodonsium lainnya.1

a. Gingiva
Jaringan gusi adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang
alveolar dari rahang atas dan rahang bawah serta disekeliling leher gigi.
Dilihat dari sudut pandang anatomi, gingiva merupakan mukosa
pengunyahan (mastikatori) yang terikat pada gigi dan menutupi proses
alveolar. Jaringan gusi secara anatomi dibagi menjadi bagian tepi
(marginal gingiva), bagian yang melekat (attached gingiva) dan yang
terdapat diantara sela-sela interdental gigi-gigi yang disebut papillae.2
atau interdental bagian dari rahang atas dan rahang bawah yang
membentuk kantong-kantong gigi (socket alveoli). Gingiva dibagi
menjadi free gingiva, attached gingiva dan interdental gingiva.3
1. Free Gingiva, tidak terikat dan sering ditandai dengan
kedalaman kalkulus. Hal ini dapat dibedakan dari gingiva yang
menempel dengan free gingiva. Alur free gingiva hanya terdapat

6
pada sekitar sepertiga dari gingiva normal dengan kejadian
serupa antara jenis kelamin yang berbeda dan gigi
sulung/permanen.3
2. Attached Gingiva, melekat erat pada periosteum proses alveolar.
Gingiva melekat secara klinis ditandai dengan gingiva yang kuat
dan berwarna merah muda yang mengelilingi gigi dan terpisah
dari mukosa oleh persimpangan mukogingiva.3

Gambar 1. Free Gingiva (FG) dan Attached Gingiva (AG). 3. Interdental


Gingiva, terdiri dari jaringan gingiva yang terasa sakit pada lubang di bawah titik
kontak interproksimal di anterior gigi.3

b. Sementum
Sementum adalah penghubung avaskular, multiunit, dan
termineralisasi jaringan dengan fenotipe variabel (seluler, aseluler,
fibrillar, dan afribillar). Sementum juga disebut sebagai jaringan gigi
dan "mesenchymal" yang membentuk dan melapisi bagian luar akar
anatomi gigi.2 Fungsi utama sementum adalah sebagai jangkar gigi.
Karena restoratifnya yang dinamis dan memiliki kemampuan
beradaptasi, sementum penting bagi pemeliharaan hubungan oklusal
dan untuk integritas permukaan akar.3
Pertemuan antara jaringan gigi dan (dentino-gingival junction)
merupakan hubungan struktural antara jaringan keras jaringan lunak

7
serta berada didasar kantong gusi (Sulcus gingiva) yang mempunyai
kedalaman normal + 3 mm (Lihat Gambar 2). Gigi Busi dan untuk
mengetahui gambaran klinis normal jaringan gusi, dokter gigi harus
dapat menginterpretasikannya gambaran mikroskopik secara klinis.
Pertama, daerah marginal dan attached gingiva berwarna merah muda
"coral", karena aliran darah, ketebalan dan derajat keratin dalam
epithelium dan adanya sel yang mengandung pigmen melanin. Kedua,
adalah ukuran dari jaringan gusi cocok dengan jumlah elemen seluler
dan interselular dan aliran darahnya. Ketiga, adalah kontur gusi yang
bervariasi dan tergantung dari bentuk gigi-gigi geligi pada rahang,
lokasi dan ukuran area kontak proksimal. Keempat, adalah bentuk
"interdental gingiva" ditentukan oleh kontur proksimal gigi dan lokasi
"gingival embrasure" (lihat gambar 2). Kelima, konsistensi jaringan
gusi adalah kuat dan kenyal, kecuali bagian jaringan gusi bebas.
Keenam, tekstur dan lengkung permukaan jaringan gusi menyerupai
kulit jeruk. Tekstur permukaan ini berhubungan dengan keratinisasi
epitel. Ketujuh, adalah posisi gusi menunjukkan tingkat dimana tepi
jaringan gusi melekat pada gigi.2

Gambar 2

8
Gambar 3

Gambar 4. Periodontium mengelilingi dan mendukung gigi dan terdiri dari


gingiva (G), ligamen periodontal (PL), bundel tulang (BB), sementum (C), dan
proses alveolar (AP).3

c. Tulang Alveolar

Tulang alveolar melingkuoi gigi dan terdiri dari lempeng


kortikal luar tulang kompak, tulang trabekular, dan tulang alveolar
yang tepat (tulang bundel di sekitar gigi) (lihat Gambar 4) Pelat kortikal
dibangun dari lamella bertulang dan lebih tipis di maxilla dan lebih
tebal di mandibula posterior. Tulang alveolar yang tepat terletak
berdekatan dengan ligamen periodontal.2

9
d. Ligamen Periodontal

Ligamentum periodontal/ tulang alveolar adalah jaringan ikát


berupa serat-serat yang mengelilingi akar mengikatkannya pada tulang
alveolar. Ligamen Periodontal (PDL) menempati ruang antara
sementum dan tulang alveolar (lihat Gambar 4). Ligamen Periodontal
adalah unit multifungsi jaringan ikat yang berisi banyak sekali sel,
serat, kaya pembuluh darah, dan komponen seluler osteoblas,
osteoklas, fibroblas, sisa epitel Malassez, odontoblas, sementoblas,
makrofag, dan sel mesenkim yang berdiferensiasi. Matriks
ekstraseluler terdiri dari fibril kolagen dan protein non kolagen lainnya,
dan juga sel induk dinamis yang berpotensi majemuk. Dari sudut
pandang fungsional, ligamen periodontal berpartisipasi dalam jangkar,
perkembangan jaringan tulang dan homeostasis, sirkulasi metabolisme
nutrisi, dan inervasi. Lebarnya bervariasi dari 0, 15 hingga 0, 4 mm dan
disesuaikan dengan tuntutan fungsional.3

2.2 Persiapan Jaringan Penyangga Gigi Untuk Menerima Restorasi Cekat

Sebelum perawatan gigi dengan restorasi cekat, terutama gigi tiruan


cekat, perlu dicatat semua faktor dan penemuan yang berhubungan dengan
penyakit pasien dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi tiruan terutama
gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga gigi,
sedangkan letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan
cekat yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis. Hanya bila jaringan gusi
dan periodontal dalam keadaan sehat. Penyakit periodontal harus secara
optimum, maka penentuan perawatan dapat dibuat dengan tepat dan mudah.4
Sebab-sebab penyakit jaringan gusi dan periodontal harus dihilangkan sebelum
prosedur pembuatan gigi tiruan cekat dimulai. Kegoyangan gigi, peradangan
jaringan dan letak tepi gingiva akan mengganggu pembuatan dan pemakaian
restorasi secara tepat.1 Pada perawatan dengan gigi tiruan jembatan harus
ditentukan macam dan jumlah gigi penyangga (abutment teeth) yang akan
digunakan. Dalam hal ini harus diingat hukum Ante yang mengatakan bahwa

10
jumlah lebar membran periodontal gigi penyangga minimum harus sama atau
lebih besar dari jumlah lebar membran periodontal diganti.4 Perbandingan
mahkota dan akar dari gigi penyangga suatu gigi tiruan jembatan yang
optimum adalah 2:3 dan yang minimum yang masih dapat diterima adalah 1:1
(lihat Gambar 5). Hal penting lain yang harus dilakukan adalah menghilangkan
trauma oklusi sebelum prosedur pembuatan gigi tiruan cekat dimulai supaya
restorasi ini mempunyai hubungan oklusal yang harmonis (lihat Gambar 6).2

Gambar 5.2

Gambar 6.2

A. Crown Lengthening

11
Periodonsium yang sehat, penting untuk mencapai keberhasilan
jangka panjang, kenyamanan, fungsi, dan estetik yang optimal untuk
setiap prosedur pemulihan. Seperti disebutkan sebelumnya, hubungan
antara restorasi dan periodonsium harus dipahami untuk hasil
pengobatan yang sukses. Bahkan jika gingivitis atau periodontitis tidak
ada, seseorang tidak boleh melanjutkan pengobatan restoratif tanpa
pertimbangan lebih lanjut tentang hubungan masa depan antara restorasi
dan jaringan pendukung. Pemanjangan mahkota didefinisikan sebagai
pengangkatan jaringan tulang dengan pengangkatan atau reposisi
jaringan lunak di sekitar gigi secara bersamaan. Tujuan terapi ini adalah
untuk meningkatkan mahkota klinis dan akibatnya menjaga lebar
biologis. Biasanya pemanjangan mahkota diperlukan untuk
menghindari benturan lebar biologis sering terjadi karena adanya karies
subgingival atau margin restoratif yang dalam. Prosedur ini juga dapat
direkomendasikan untuk memperbaiki situasi estetika yang tidak
menyenangkan seperti "gummy smile." Kegagalan mengenali perlunya
pemanjangan mahkota sebelum prosedur restoratif sering menyebabkan
invasi lebar biologis yang menyebabkan peradangan (gingivitis) dan
kehilangan tulang (periodontitis), nyeri yang terkait dengan renovasi
inflamasi dari periodonsium, cacat jaringan lunak dan keras lokal,
estetik yang dikompromikan, dan retensi restorasi yang bermasalah
dalam beberapa kasus.

Penting untuk diingat bahwa biotype periodonsium memainkan


peran kunci dalam respons periodontal. Biasanya jika periodonsium
tipis dan bergigi, resesi akan mengikuti proses peradangan yang
disebabkan oleh margin restorasi. Jika periodonsium tebal dan datar,
dengan demikian stabilitas jaringan lunak lebih mungkin terjadi, dimana
ada kemungkinan lebih tinggi lesi di sekitar gigi untuk muncul pada
tulang alveolar, yang menyebabkan peningkatan pendarahan,
sensitivitas pada saat probing, dan pembentukan saku. Disarankan
pemanjangan mahkota dilakukan dengan tepat waktu, untuk

12
menghindari masalah seperti itu, itu merupakan langkah penting menuju
kesehatan jaringan, estetik yang dapat diprediksi, dan kepuasan pasien.
Ada situasi, dimana pemanjangan mahkota klinis mungkin tidak
diindikasikan dan pilihan pengobatan alternatif harus dieksplorasi. Ini
termasuk keterbatasan yang disebabkan oleh posisi furkasi, penurunan
tingkat perlekatan, dan masalah estetik. Misalnya, gigi dengan batang
pendek dapat membatasi jumlah pemanjangan mahkota yang dapat
dilakukan karena prosedur dapat mengekspos furkasi dan mengganggu
prognosis gigi.3

Gambar 7. A, Gigi No. 30 dengan karies sekunder pada permukaan mesial yang
menyebabkan invasi pada lebar biologis (di luar sulkus gingiva klinis). B, Setelah
operasi pemanjangan mahkota dan penggantian mahkota terganggu. C, Kasus
klinis lain yang menunjukkan contoh batang yang panjang pada gigi No. 30 dan
No. 31, yang memungkinkan dilakukannya operasi pemanjangan mahkota tanpa
gangguan karena furkasi kemungkinan besar tidak berisiko terpapar.3

13
Pembahasan umum lainnya di mana lebar biologis terlampaui dan
sulit untuk ditangani adalah fraktur mahkota yang meluas di bawah
margin gingiva. Pemanjangan mahkota sering diperlukan untuk
restorasi yang tepat untuk gigi retak (Gambar 8). Dalam kasus fraktur
anterior gigi, operasi pemanjangan mahkota akan berdampak signifikan
pada gigi klinis dan berakibat pada tampilan esthetic (serta gigi yang
berdekatan) karena pengangkatan tulang dan reposisi apikal berikutnya
dari margin gingival (Gambar 9).3

Gambar 8. A, bikuspid yang dirawat secara endodontik muncul dengan fraktur


subgingiva koronal yang besar. B, Rasio mahkota-akar yang buruk dapat
diapresiasi yang menunjukkan bahwa pemanjangan mahkota tidak akan
direkomendasikan pada gigi ini untuk mengekspos permukaan yang retak untuk
restorasi.3

14
Gambar 9. Fraktur gigi anterior No. 7. Estetika harus dipertimbangkan dengan
hati-hati saat perawatan merencanakan restorasi gigi fraktur anterior.²

B. Ginggivectomy

Tidak seperti pemanjangan mahkota, gingivektomi tidak


melibatkan jaringan keras melainkan hanya pengangkatan gingival
yang berlebih untuk mengekspos mahkota klinis. Untuk prosedur
gingivektomi yang sukses, perencanaan perawatan yang cermat setelah
pemeriksaan terperinci sangat penting. Diagnosis dan manajemen
etiologi sangat penting untuk hasil yang positif. Dalam kasus
pertumbuhan gingival yang berlebih, jaringan lunak tidak boleh
rebound asalkan etiologi untuk pertumbuhan berlebih ditangani
(misalnya, memicu obat-obatan, trauma lokal) dan kebersihan mulut
yang baik dilakukan. Kontrol plak sangat penting untuk kontrol
pertumbuhan berlebih dalam kasus yang melibatkan obat-obatan yang
dapat merangsang reaksi jaringan dan di mana penggantian obat tidak
memungkinkan. Beberapa pembahasan klinis untuk
mempertimbangkan gingivectomi pemanjangan mahkota yaitu (1)
Subgingival caries/access for proper restoration, (2) fraktur gigi, (3)
retensi yang tidak memadai, (4) Inadequate Retention, dan (5)
kekhawatiran estetis lainnya seperti pertumbuhan berlebih atau cacat
gingival.3

15
a. Subgingival caries/ access for proper restoration
Jika terdapat karies subgingiva, setidaknya diperlukan 3
mm struktur gigi yang sehat dari margin preparasi kavitas inal
(bukan lesi karies) hingga puncak tulang alveolar, jika tidak,
pemanjangan mahkota dianjurkan. Penting untuk ditekankan
bahwa koreksi open lap dan kontur tulang diperlukan jika
terdapat kerusakan periodontal dengan bukti defek tulang karena
karies yang menimpa lebar biologis.3

Gambar 10. A, karies subgingiva pada gigi No. 6, No. 28, dan No. 29. Idealnya
area yang berlubang perlu dibuka melalui pembedahan untuk memungkinkan
restorasi yang tepat. B, Gigi No. 6 dengan karies yang digali, segera setelah
prosedur pemanjangan mahkota gigi.3

b. Fraktur Gigi
Pemanjangan mahkota hampir selalu diperlukan untuk
subgingival fraktur akar mahkota, untuk menghindari kerusakan

16
periodontal berkelanjutan. Dalam situasi yang tidak biasa di
mana lebar biologis cukup memadai setelah fraktur subgingiva,
pemanjangan mahkota sangat mungkin diperlukan setelah
preparasi gigi untuk mahkota, misalnya, karena preparasi
mahkota sering ditempatkan lebih ke apikal dimana fraktur
terjadi. Ketika fraktur tidak dirawat selama beberapa minggu
atau beberapa bulan, periodonsium dan tulang di lokasi tersebut
akan berubah bentuk, menjauh dari margin fraktur, menciptakan
langkan tulang dan kawah (moat like defect) di sekitar gigi. Area
tersebut kemungkinan besar akan tetap masuk dan menjadi tidak
nyaman bagi pasien jika tidak diperbaiki.3

c. Inadequate Retention
Gigi yang rentan secara ekstensif karena fraktur yang
luas atau lesi karies perlu diubah sebelum restorasi akhir. Ketika
ada kebutuhan untuk membuat ferrule di gigi yang akan
menerima restorasi pro-and-core, pemanjangan mahkota
mungkin diperlukan untuk memfasilitasi penempatannya tanpa
melanggar lebar biologis dan bentuk retensi yang memadai. Ada
konsensus keseluruhan 1, 5 hingga 2 mm ferrule diperlukan
untuk retensi mahkota yang memadai dan perlindungan
integritas struktur gigi yang tersisa. Pemanjangan mahkota
mungkin tidak diperlukan jika ferrule yang memadai dapat
dicapai tanpa pelanggaran lebar biologis.3

d. Altered Passive Eruption


Pemanjangan mahkota atau gingivectomy juga dapat
diindikasikan karena alasan estetik atau sebelum restorasi gigi
yang telah mengubah erupsi pasif. Erupsi pasif yang diubah
adalah diagnosis ketika mahkota anatomi ditutupi oleh gingiva
karena kegagalan migrasi apikal yang tepat dari jaringan lunak

17
yang menutupi mahkota gigi. Seringkali pasien menampilkan
“gummy smile” dengan gigi yang tampak persegi. Kondisi ini
mempengaruhi estetik dan juga meningkatkan akumulasi plak
karena kedalaman sulkus mendorong migrasi plak apikal yang
mudah. Gingivectomy dapat dilakukan ketika ada jarak lebih
dari 3 mm dari CEJ ke puncak alveolar, ada cukup jaringan
keratin, dan tidak ada bukti cacat tulang (lihat gambar 11 B dan
C). Lokasi tulang dalam hubungannya dengan CEJ dan
persimpangan mucogingival adalah parameter penting dalam
pengobatan erupsi pasif yang berubah. Gingivectomy tidak
disarankan ketika pita jaringan keratin tidak mencukupi (< 3
mm).33

Gambar 11. Erupsi pasif yang diubah sering menghasilkan gingival datar
kontur dan gigi anterior berbentuk persegi (A) atau kontur gingival yang tidak rata
seperti kasus di B, dimana perbedaan dapat diketahui antara gigi No. 7 dan No.
10, dan gigi No. 8 dan No. 9. Case (B) dengan perbedaan gingival dikoreksi oleh
gingivectomy (C).3

18
C. Distal Wedge

Wedge distal umumnya dilakukan pada permukaan distal gigi


geraham (tuberositas atau bantalan retromolar) untuk memfasilitasi
kebersihan, akses dan membantu menghilangkan poket periodontal,
atau memfasilitasi akses untuk perawatan restoratif yang tepat. Prosedur
ini adalah pengangkatan jaringan secara lengkap (jika ada banyak
jaringan keratin bahkan setelah pengangkatan) atau ablasi parsial
jaringan (untuk menyisihkan jaringan keratin). Bagaimanapun, setelah
pengangkatan jaringan, cakupan jaringan lunak tulang dan lebih banyak
eksposur gigi koronal tercapai. Restorasi langsung dapat dilakukan
segera setelah prosedur bedah memberikan isolasi lapangan operasi
yang memadai.3

Gambar 12. Gigi No. 2 dengan restorasi amalgam yang buruk di margin distal
subgingival. Wedge distal harus dilakukan sebelum restoratif untuk memfasilitasi
akses untuk perawatan restoratif yang tepat.3

D. Non-Carious Cervical Lesion and Mucogingival Surgery

19
Non carious cervical lesions (NCCLs) ditandai dengan
hilangnya struktur gigi di area serviks gigi karena abfraksi, abrasi, atau
erosi (Gambar 13). Lesi ini tidak karies tetapi mungkin perlu dikelola
asalkan satu atau lebih dari faktor-faktor ini hadir: (1) pasien prihatin
dengan estetik, (2) ada sensitivitas gigi substansial yang tidak
menyelesaikan dengan pilihan pengobatan lain (yaitu, agen
desensitisasi), (3) lesi mengalami kemajuan dan ada risiko paparan
pulpa, atau (4) lesi berkembang dan integritas gigi berisiko.3

Gambar 13. Lesi serviks non-karies ditandai dengan hilangnya struktur gigi di
area serviks gigi dan etiologi multifaktorial.3

Cakupan akar jaringan lunak yang dapat diprediksi dari resesi


dengan cangkok jaringan ikat subkutan dapat dicapai dengan resesi
yang termasuk dalam klasifikasi Miller Kelas I dan Kelas II. Klasifikasi
Miller telah banyak digunakan untuk mengklasifikasikan resesi
berdasarkan jumlah kehilangan jaringan dalam hubungannya dengan
persimpangan mukogingiva, lebar kehilangan jaringan di sekitar aspek
wajah atau lingual gigi, dan hilangnya interproksimal lunak dan
jaringan keras (Gambar 14).3

20
• Kelas I: Resesi jaringan marginal yang tidak meluas ke persimpangan
mukogingival. Tidak ada keropos periodontal (tulang atau jaringan
lunak) di area interdental, dan cakupan akar 100% dapat diantisipasi.
• Kelas II: Resesi jaringan marginal yang meluas ke persimpangan
mukogingival. Disini tidak terjadi kehilangan tulang interdental atau
jaringan lunak, dan 100% cakupan akar dapat diharapkan.
• Kelas III: Resesi yang meluas ke persimpangan mucogingival
merupakan hilangnya tulang interdental atau jaringan lunak atau
terdapat malposisi gigi yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menutupi 100% dari permukaan akar.
• Kelas IV: Resesi jaringan marjinal yang meluas ke persimpangan
mucogingival dimana hilangnya jaringan interdental dan cakupan akar
yang tidak diantisipasi.

Gambar 14. Kelas I: resesi tidak meluas ke persimpangan mukosa gingiva


(MGJ). Kelas II: resesi meluas ke atau di luar MGJ; 100% penutupan akar dapat
diharapkan untuk Kelas I dan II. Kelas III: resesi meluas ke atau di luar MGJ
dengan hilangnya jaringan interdental atau ada malposisi yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menutupi 100% permukaan akar. Kelas IV: resesi meluas

21
ke atau di luar MGJ dimana terjadi kehilangan jaringan interdental dan penutupan
akar tidak diantisipasi.3

2.3 Hubungan Antara Perawatan Periodontal dengan Restorasi

Hubungan antara kesehatan periodontal dan restorasi gigi sangat erat


dan tidak dapat dipisahkan. Agar restorasi bisa bertahan lama, periodonsium
harus tetap sehat agar gigi tetap terjaga. Agar periodonsium tetap sehat,
restorasi harus dikelola secara kritis di beberapa area agar selaras dengan
jaringan periodontal di sekitarnya. Untuk mempertahankan atau meningkatkan
penampilan estetika pasien, antarmuka gigi-jaringan harus memberikan
tampilan alami yang sehat, dengan jaringan gingiva membingkai gigi yang
direstorasi secara harmonis.1

Pertimbangan Biologis

Penempatan Margin dan Lebar Biologis

Salah satu aspek terpenting dalam memahami hubungan


periodontal-restoratif adalah lokasi margin restoratif ke jaringan gingiva yang
berdekatan. Dokter restoratif harus memahami peran lebar biologis dalam
memelihara jaringan gingiva yang sehat dan mengontrol bentuk gingiva di
sekitar restorasi. Mereka juga harus menerapkan informasi ini dalam
memposisikan margin restorasi, terutama di zona estetika, di mana tujuan
perawatan utamanya adalah menutupi sambungan margin dengan gigi.¹
Seorang klinisi diberikan tiga pilihan untuk penempatan margin:
supragingiva, equi gingival (bahkan dengan jaringan), dan subgingival.
Margin supragingiva memiliki dampak paling kecil pada periodonsium.
Secara klasik, lokasi tepi ini diterapkan di area yang tidak estetik karena
kontras warna dan opasitas bahan restorasi tradisional terhadap gigi yang
mencolok. Dengan munculnya bahan restorasi yang lebih tembus cahaya,
kedokteran gigi adhesif, dan semen resin, kemampuan untuk menempatkan
margin supragingiva di area estetika sekarang menjadi kenyataan (Gambar 15
dan 16). Oleh karena itu, bila memungkinkan, restorasi ini harus dipilih tidak

22
hanya untuk keuntungan estetika tetapi juga untuk dampak periodontal yang
menguntungkan.1

Gambar 15.1

Gambar 16.1

Penggunaan margin equi gingiva secara tradisional tidak diinginkan


karena dianggap mempertahankan lebih banyak plak daripada margin
supragingiva atau subgingiva dan oleh karena itu mengakibatkan inflamasi
gingiva yang lebih besar. Ada juga kekhawatiran bahwa setiap resesi gingiva
minor akan membuat tampilan margin yang tidak sedap dipandang.
Kekhawatiran ini tidak berlaku saat ini, tidak hanya karena margin restorasi
dapat bercampur secara estetika dengan gigi, tetapi juga karena restorasi dapat
dilakukan dengan mudah untuk memberikan antarmuka yang halus pada

23
margin gingiva. Dari sudut pandang periodontal, margin supragingiva dan
equi gingival dapat ditoleransi dengan baik.¹

Pertimbangan restoratif sering kali menentukan penempatan margin


restorasi di bawah puncak jaringan gingiva. Restorasi mungkin perlu
diperpanjang secara gingiva (1) untuk menciptakan resistensi yang memadai
dan bentuk retensi dalam sediaan, (2) untuk membuat perubahan kontur yang
signifikan karena karies atau kekurangan gigi lainnya, (3) untuk menutupi
antarmuka restorasi gigi dengan menempatkannya subgingiva, atau (4) untuk
memperpanjang gigi karena alasan estetika. Ketika margin restorasi
ditempatkan terlalu jauh di bawah puncak jaringan gingiva, hal itu akan
mengenai aparatus perlekatan gingiva dan menyebabkan pelanggaran lebar
biologis. Dua respons berbeda dapat diamati dari jaringan gingiva yang
terlibat (Gambar 17).

Gambar 17. Konsekuensi dari pelanggaran lebar biologis jika margin restoratif
ditempatkan di dalam zona attachment. Pada permukaan mesial gigi seri tengah
kiri, tulang belum hilang, tetapi terjadi peradangan gingiva. Pada permukaan
distal gigi seri sentral kiri, telah terjadi kehilangan tulang, dan lebar biologis
normal telah terbentuk kembali.1

24
Gambar 18. Untuk memberikan posisi referensi untuk penempatan margin setelah
retraksi jaringan, margin preparasi gigi pada awalnya ditetapkan sejajar dengan
margin gingiva bebas.1

Gambar 19. Margin preparasi sekarang diperpanjang ke apikal ke bagian atas


kabel retraksi; ini mewakili penempatan yang benar.1

2.4 Hubungan Antara Prostodontik Cekat dan Periodontik

Dalam kasus prostodontik cekat, keluhan utama adalah


ketidakmampuan untuk makan dengan memuaskan karena gigi tanggal.

25
Kebutuhan pasien adalah penggantian gigi yang hilang dengan prostesis
cekat. Dalam kasus seperti itu, penting untuk menilai abutment melalui
perspektif periodontal untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
perencanaan perawatan. Banyak faktor periodontal perlu diperiksa sebelum
menyelesaikan rencana perawatan seperti mobilitas gigi, keterlibatan furkasi,
keparahan kehilangan tulang, perdarahan atau eksudasi dari kantong gingiva.
Jika salah satu faktor ini terganggu, kesehatan periodontal yang tepat dari gigi
penyangga harus dicapai sebelum memberikan prostesis cekat.5

Pemeliharaan kesehatan periodontal dan pencegahan kerusakan


gingiva harus dijaga saat merancang dan membuat protesa cekat. Prostesis
cekat yang diberikan harus membersihkan diri dan pada saat yang sama juga
estetik dan fungsional. Ada kemungkinan lebih besar kedalaman poket dan
peningkatan kehilangan tingkat perlekatan klinis dalam kasus kontak terbuka
antara mahkota dan gigi yang berdekatan. Jebakan makanan dan penumpukan
plak dapat dicegah dengan margin supragingiva.5

2.5 Penyakit atau Kelainan yang Timbul pada Jaringan Penyangga


Gigi

Peradangan jaringan gusi (gingivitis) adalah yang paling sering terjadi


dalam bentuk akut maupun kronis dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri.
Kelainan jaringan gusi lainnya antara lain (hyperplasia) atau terdapatnya
tumor jinak maupun ganas. Peradangan jaringan periodontal gusi disebut
"periodontitis" dapat disebabkan karena masuknya kuman melalui tepi gusi
langsung atau merupakan kelanjutan dari peradangan gusi yang tidak dirawat.
Kelainan dari jaringan periodontal lainnya adalah trauma dari oklusi, atropi
perio-dontal dan manifestasi penyakit sistemik. Trauma oklusi hampir selalu
terjadi bersama dengan peradangan gusi. Trauma oklusi menghasilkan 2
macam gejala klinis yaitu meningkatnya pergerakan gigi dan melebarkan
ruang periodontal, tetapi trauma dari oklusi ini tidak menyebabkan
peradangan gusi atau pembentukan kantong periodontal (periodontal pocket)'.

26
Kantong perio-dontal adalah penyakit unit perlekatan periodontal yang
disebabkan oleh pembesaran jaringan gusi dan pergerakan perlekatan epithel
kearah apikal sampai kehilangan perlekatan jaringan ikat dan kadang-kadang
kehilangan sampai dukungan tulang alveolar. Stillman mengatakan bahwa
"traumatic occlusion" adalah suatu kondisi dimana luka (injury) terjadi pada
jaringan penyangga gigi karena aksi pergerakan rahang ke posisi menutup.
Dia juga mengatakan bahwa penyembuhan peradangan periodontal secara
total tidak dapat dicapai selama masih ada "traumatic occlusion".7

Hal ini didukung oleh Gothib dan Orban. Konsep trauma karena oklusi
sebagai faktor yang merusak pada keadaan peradangan jaringan periodontal
lanjut. Trauma oklusal ada yang primer yaitu berupa lesi patologis disebabkan
oleh gaya-gaya kuat yang mengganggu jaringan penyangga gigi normal yang
utuh. Sedangkan trauma oklusal sekunder adalah lesi patologis oleh gaya-
gaya normal pada jaringan penyangga gigi yang lemah dan sakit. Diagnosis
trauma periodontal karena oklusi dapat ditegakkan bila kelainan periodontal
dapat diidentifikasi dari jaringan gusi sampai serat periodontal.7

Reaksi jaringan penyangga gigi terhadap gaya oklusal ada 3 tahap


yaitu "Injury" dihasilkan oleh gaya oklusal yang berlebihan. Selanjutnya,
tubuh berusaha memperbaiki dan membangun kembali jaringan penyangga
dan ini dapat berhasil bila gaya tersebut dihilangkan. "Repair" merupakan hal
yang selalu terjadi pada jaringan penyangga gigi yang normal dan trauma
oklusi merangsang kegiatan perbaikan. Jaringan yang rusak dibuang dan sel
jaringan ikat dan serat-serat, tulang serta cementum terbentuk untuk
mempebaiki jaringan yang rusak. "Adaptive remodeling" bila perbaikan
kerusakan jaringan karena oklusi, maka diperlukan pembentukan ulang untuk
menghasilkan dimana gaya tidak lagi melukai jaringan. Sebaliknya, bila gaya
oklusal kurang dari normal, akan menyebabkan kelainan jaringan penyangga
yaitu menipisnya ligamentum periodontal, atropi serat- serat, osteoporosi
tulang alveolar dan berkurangnya ketinggian tulang. Hal ini terjadi misalnya

27
pada hubungan gigitan terbuka (open bite), tidak adanya gigi antagonis, dan
kebiasaan mengunyah sebelah sisi rahang saja.7

Cara mengeliminasi trauma dari oklusi antara lain: (occlusal 1.


Penyesuaian oklusi (occlusal adjustment). 2. Pengikatan gigi geligi (splinting)
untuk gigi-gigi yang goyang.2 Pemakaian lempeng gigit (bite planes) untuk
kasus “bruxism".6 Pembuatan restorasi yaitu tambalan, mahkota tirúan atau
gigi tiruan jembatan, untuk memperbaiki bentuk anatomi gigi.7 Perawatan
ortodonsi untuk memperbaiki letak gigi yang salah.6 Peradangan jaringan
penyangga gigi biasanya disebabkan faktor dari luar dan diperburuk oleh
faktor penyakit dari luar dan diperburuk oleh faktor penyakit dari dalam
misalnya gangguan endokrin, kekurangan nutrisi serta oklusi. Peradangan ini
lama kelamaan dapat menyebabkan timbulnya kantong periodontal dan
kerusakan tulang alveolar yang dapat terjadi dalam arah vertikal maupun
horizontal, disebabkan oleh peradangan disertai tekanan yang terjadi secara
berlebihan misalnya karena kebiasaan buruk "bruxism", “clenching", dan
sebagainya.6 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1966 telah melaporkan
bahwa hampir semua orang dewasa mengidap penyakit jaringan periodontal
dalam tingkat yang berbeda. Dibuktikan oleh Loë (1965) dan Theilade(1966)
bahwa ada hubungan langsung antara terdapatnya plak bakteri peradangan
jaringan gusi. Terdapatnya plak bakteri menyebabkan lesi pada jaringan telah
diselidiki secara klinis, histopatologis dan ultra struktural.6

Pennell dan Keogle (1977) telah mendata beberapa faktor yang


dapat menyebabkan akumulasi plak:7

1. Frenulum dan perlekatan otot lain mencapai tepi jaringan gusi bebas
(free gingival margin).
2. Posisi buko lingual gigi-gigi pada tulang alveolar.
3. Letak gigi geligi yang berjejal (crowding)
4. Letak akar gigi yang berdekatan terutama di regio anterior bawah.
5. Gigi dengan posisi miring ke labial atau lingual.
6. Gigitan yang dalam (deep overbite).

28
7. Bernafas lewat mulut.
8. Terdapatnya lekukan disto palatal pada gigi anterior atas.
9. Bentuk akar yang konkav seperti terlihat pada gigi premolar dan molar
atas, kadang-kadang pada premolar bawah.

Menurut Grieder A. dan Cinotti WR. kelainan periodontal digolongkan


menjadi kelainan periodontal ringan (minimum periodontal involvement) dan
berat (severe periodontal destruction). Penelitian selve membuktikan bahwa
faktor stres juga mempengaruhi lesi patologis. Kelainan patologis berupa
pergeseran gigi-gigi disebabkan karena adanya penyakit periodontal, dapat
terjadi di regio anterior maupun posterior. Hal ini sering disertai kegoyangan
pergerakan kearah oklusal atau insisal disebut "extrusion". Suatu implikasi
klinis mengatakan setelah pencabutan gigi, tulang alveolar akan mengalami
resorbsi. Penggunaan suatu restorasi cekat yang didukung implant untuk yang
menggantikan gigi yang hilang adalah suatu pilihan perawatan yang tepat.7

29
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi (gingiva), tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan cementum, yang akan berubah sesuai dengan
umur. Jaringan gusi adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang
alveolar dari rahang atas dan rahang bawah serta disekeliling leher gigi.
Jaringan gusi secara anatomi dibagi menjadi bagian tepi (marginal gingiva),
bagian yang melekat (attached gingiva) dan yang terdapat diantara sela
“interdental gigi-gigi yang disebut papillae 3,1 atau "interdentel bagian dari
rahang atas dan rahang bawah yang membentuk kantong-kantong gigi (socket
alveoli). Sebelum perawatan gigi dengan restorasi cekat, terutama gigi tiruan
cekat, perlu dicatat semua faktor dan penemuan yang berhubungan dengan
penyakit pasien. dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi tiruan terutama
gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga gigi,
sedangkan letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan
cekat yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis. Hanya bila jaringan gusi
dan periodontal dalam keadaan sehat Penyakit periodontal harus secara
optimum, maka penentuan perawatan dapat dibuat dengan tepat dan mudah.
Reaksi jaringan penyangga gigi terhadap gaya oklusal ada 3 tahap yaitu
"Injury" dihasilkan oleh gaya oklusal yang berlebihan. Selanjutnya, tubuh
berusaha memperbaiki dan membangun kembali jaringan penyangga dan ini
dapat berhasil bila gaya tersebut dihilangkan. "Repair" merupakan hal yang
selalu terjadi pada jaringan penyangga gigi yang normal dan trauma oklusi
merangsang kegiatan perbaikan. Jaringan yang rusak dibuang dan sel jaringan
ikat dan serat-serat, tulang serta cementum terbentuk untuk mempebaiki
jaringan yang rusak. "Adaptive remodeling" bila perbaikan kerusakan jaringan
karena oklusi, maka diperlukan pembentukan ulang untuk menghasilkan
dimana gaya tidak lagi melukai jaringan. Sebaliknya, bila gaya oklusal kurang

30
dari normal, akan menyebabkan kelainan jaringan penyangga yaitu menipisnya
ligamentum periodontal, atropi serat- serat, osteoporosi tulang alveolar dan
berkurangnya ketinggian tulang.
A. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang
kami tulis masih banyak kesalahan, baik dari isi materi maupun cara penulisan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi wawasan
pengetahuan bagi pembacanya, dan diharapkan pembaca dapat memahami
dengan baik materi yang telah disampaikan dalam makalah kami.

31
DAFTAR PUSTAKA

1
Newman T, Carranza K. Clinical Periodontology. 13th Ed. Philadelphia: Elsevier;
2019

2
Ritter AV, Boushell LW, Walter R (Eds). Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.

3
Malone WFP, Koth DL. Tylman's and Practice of Fixed Prosthodontics. Ishiyaku
Euro America Inc. Eight Edition. Chapter 3, 49-68. Chapter 4, 71-106

4
Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. The
CV Mosby Company 1988, First Edition. Chapter 4, 75-95. Chapter 17, 315-21.

5
Bansal P, Bansal P, Tejinder. 2018. Interrelationship Between Prosthodontics And
Periodontics-A Review Article: Journal of Applied Dental and Medical Science. P.
26 http://www.joadms.org/download/article/269/25022018_29/1521711591.pdf

6
Ash MM. Ramfjord S. Occlusion. WB. Saunders Company. 4 th ed. 1966. 344-9

32

Anda mungkin juga menyukai