SENDI TEMPOROMANDIBULAR
DENGAN PENGUNYAHAN DAN
OKLUSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Stomatognatik ini
yang membahas tentang Sendi Temporomandibular Dengan Pengunyahan dan
Oklusi. Adapun makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah Stomatognatik ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah makalah
Stomatognatik ini yang membahas tentang Sendi Temporomandibular Dengan
Pengunyahan dan Oklusi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..………. ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Sendi Temporomandibular (TMJ) ……….……………….……………3
2.2 Pengunyahan dan Oklusi TMJ …………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dan oklusi tidak bisa terjadi dengan normal jika fungsi dari sendi
temporomandibular terhambat atau mengalami kerusakan. Sebagai calon
dokter gigi, kita perlu mempelajari TMJ karena ia sangat berhubungan erat
dengan fungsi pengunyahan dari gigi, serta merupakan salah satu
pendukung dari fungsi rongga mulut.1
Dengan menyusun makalah ini, kami akan menjelaskan lebih
mendalam mengenai sendi temporomandibular atau yang disebut juga
temporomandibular joint (TMJ), seperti apakah TMJ tersebut, apa saja
fungsinya, otot apa yang terdapat pada TMJ, dan bagaimanakah
vaskularisasi serta persyarafan dari TMJ tersebut. Selain itu, kami juga
memaparkan mengenai bagaimanakah pengunyahan dan oklusi yang
terjadi pada sendi temporomandibular (TMJ) tersebut. Sebagai dasar untuk
mengetahui hal- hal yang sudah disebutkan di atas, dan demi kepentingan
pendidikan serta memperluas pemahaman dan pengetahuan kami, maka
terciptalah makalah kelompok kami mengenai sendi temporomandibular
ini.1
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1.
Sumber: Miloro, M., Ghali, G., Larsen, P., Waite, P., 2004.
Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery.
PMPH, USA.4
Geraham pertama atas adalah kunci oklusi dan molar atas dan bawah
harus dihubungkan sehingga puncak mesiobuccal molar atas tersumbat di
bukal groove molar bawah. Jika gigi disusun pada garis lengkung oklusi
yang mulus dan hubungan molar ini ada, maka oklusi normal akan
terjadi.7
7. Kontak antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam
suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen
sistem stomatognatik.
9
1) Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik).
a. Oklusi Normal
Pada oklusi normal, akan tercapai hubungan yang baik antara gigi
geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga tercapai efisiensi mastikasi
yang baik. Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka
terdapat interdigitasi maksimal serta overbite dan overjet yang
minimal. Cusp mesio-bukal M1 RA berada di groove mesio bukal
MI RB dan cusp disto-bukal MI RA berada di celah antara MI dan
10
b. Oklusi Statik
c. Oklusi Dinamik
11
12
13
B. Klas 2
Pada hubungan klas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih
posterior daripada lengkung gigi atas dibandingkan pada
hubungan klas 1. Keadaan ini kadang disebut sebagai
"hubungan postnormal". Ada dua tipe hubungan Klas 2 yang
umum dijumpai, dan karena itu, Klas 2 ini umumnya
dikelompokkan menjadi dua divisi.5
• Klas 2 divisi I
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas 2, dengan gigi-
gigi insisivus sentral atas proklinasi, dan overjet insisal
lebih besar (Gambar 8). Gigi-gigi insisivus lateral atas juga
proklinasi.6
14
• Klas 2 divisi 2
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas 2, dengan gigi-
gigi insisivus sentral atas yang proklinasi dan overbite
insisal yang besar (Gambar 9). Gigi-gigi insisivus lateral
atas bisa proklinasi atau retroklinasi. Pada suatu kasus tidak
selalu dapat mengelompokkan hubungan oklusal Klas 2 ke
dalam salah satu dari divisi ini, pada kasus semacam ini,
oklusi bisa disebut sebagai "Klas 2 tidak pasti".6
15
C. Klas 3
Pada hubungan Klas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih
anterior terhadap lengkung gigi atas dibandingkan pada
hubungan Klas 1. Oleh karena itu, hubungan ini kadang-
kadang disebut juga sebagai "hubungan prenormal" (Gambar
10).6
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam RA dan RB.
Secara fungsional, oklusi normal tergantung dari fungsi dan dampaknya
terhadap jaringan periodontium, otot dan TMJ. Susunan gigi yang lengkap
akan membantu proses penghancuran dan pengunyahan makanan. Oklusi
gigi dapat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya.
TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang
pada saat pengunyahan. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling
kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula
berartikulasi dengan kranium.
3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi wadah dalam upaya membantu
untuk menambah wawasan pengetahuan tentang orthodonti.
Kami tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik
yang membangun dari dosen tutor..
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Hetty A., Sagung A. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia. Pusat
Pendidikan SDM Kesehatan. KemenKes. 2017.
2. Jurnal Universitas Sumatra Utara. Temporomandibular Joint. 2010. http://
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64084/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
3. Goaz, W. Paul and White S.C. 1994. Oral Radiology Principle and
Interpretation 3rd Edition. St. Louis: Mosby.
4. Miloro, M., Ghali, G., Larsen, P., Waite, P., 2004. Peterson’s Principles of
Oral and Maxillofacial Surgery. PMPH, USA.
5. Zehreni, Tecky, Didin, Izzata. Sistem Stomatognati (Pengunyahan, Penelanan
dan Bicara). Yogyakarta: Penerbit Deepublish. 2020: 95-106.
th
6. T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. Ed 3 . Jakarta: Penerbit Buku EGC. 1997:
32-6.
7. Thilander B, Bondemark L, Bjerklin K. Essentials Orthodontics. USA:
Willey-Blackwell. 2018: 8
19