Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH STOMATOGNATIK 1

SENDI TEMPOROMANDIBULAR
DENGAN PENGUNYAHAN DAN
OKLUSI

Disusun oleh kelompok 3:


NADIRA CALLISTA N (2019 - 11 - 111) NAZHIFA ALFATHIA (2019 - 11 - 116)

NADYA PUSPITA S (2019 - 11 - 112) NIKITA NUR F (2019 - 11 - 117)

NADYA PUTRI D (2019 - 11 - 113) NINDHIYA N (2019 - 11 - 118)

NARULITA (2019 - 11 - 114) NISRINA AYU P (2019 - 11 - 119)

NASYWA KAMILAH N (2019 - 11 – 115) NUR KHOFIFAH (2019 - 11 - 120)

Kelas: 505 D / Semester


Tutor: drg. Belly Yordan, Sp. Orto
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama
2020

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Stomatognatik ini
yang membahas tentang Sendi Temporomandibular Dengan Pengunyahan dan
Oklusi. Adapun makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah Stomatognatik ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah makalah
Stomatognatik ini yang membahas tentang Sendi Temporomandibular Dengan
Pengunyahan dan Oklusi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 7 Desember 2020

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..………. ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Sendi Temporomandibular (TMJ) ……….……………….……………3
2.2 Pengunyahan dan Oklusi TMJ …………………………………………6

BAB III PENUTUP 18


3.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 18
3.2 Saran………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proses pengunyahan merupakan unit fungsional yang terdiri dari
gigi geligi, temporomandibular joint (TMJ), otot-otot yang mendukung
pengunyahan baik secara langsung maupun tidak langsung serta pembuluh
darah dan saraf yang mendukung seluruh jaringan pendukung sistem
pengunyahan. Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap
membukanya mandibula, tahap menutupnya mandibula dan tahap
berkontaknya gigi dengan makanan dan gigi antagonisnya. Otot -otot
pengunyahan dapat bekerja sama untuk mengoklusikan gigi dengan
kekuatan sebesar 55pound pada gigi insisivus dan 200pound pada gigi
molar. Aktivitas otot Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena

gerakan kompleks dari beberapa otot pengunyahan.1 Proses pengunyahan

dan oklusi tidak bisa terjadi dengan normal jika fungsi dari sendi
temporomandibular terhambat atau mengalami kerusakan. Sebagai calon
dokter gigi, kita perlu mempelajari TMJ karena ia sangat berhubungan erat
dengan fungsi pengunyahan dari gigi, serta merupakan salah satu
pendukung dari fungsi rongga mulut.1
Dengan menyusun makalah ini, kami akan menjelaskan lebih
mendalam mengenai sendi temporomandibular atau yang disebut juga
temporomandibular joint (TMJ), seperti apakah TMJ tersebut, apa saja
fungsinya, otot apa yang terdapat pada TMJ, dan bagaimanakah
vaskularisasi serta persyarafan dari TMJ tersebut. Selain itu, kami juga
memaparkan mengenai bagaimanakah pengunyahan dan oklusi yang
terjadi pada sendi temporomandibular (TMJ) tersebut. Sebagai dasar untuk

mengetahui hal- hal yang sudah disebutkan di atas, dan demi kepentingan
pendidikan serta memperluas pemahaman dan pengetahuan kami, maka
terciptalah makalah kelompok kami mengenai sendi temporomandibular
ini.1

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana struktur sendi temporobandibular?
2. Bagaimana pengunyahan dan oklusi pada TMJ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Mampu memahami dan menjelaskan struktur sendi temporobandibular.
2. Mampu memahami dan menjelaskan bagaimana apengunyahan dan
oklusi pada TMJ.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SENDI TEMPOROMANDIBULAR


TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal
dan mandibula yang terdiri dari tulang mandibula dengan kondilusnya
(ujung membulat). Persendian ini dilapisi oleh lapisan tipis dari kartilago
dan dipisahkan oleh diskus. Diskus adalah jaringan penyambung antara
kondilus dengan soketnya pada tulang temporal. Persendian ini secara
konstan terpakai saat makan, berbicara dan menelan. Pergerakan
mandibula perlu koordinasi antara mereka untuk memaksimalkan fungsi
dan meminimalkan kerusakan struktur sekitarnya. Kondisi maloklusi gigi
adalah salah satu gejala yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
TMJ.2

Gambar 1.

Sumber: Jurnal Universitas Sumatra Utara. Temporomandibular


Joint. 2010.2

Sendi temporomandibular berbeda dengan sendi lain dari tubuh


terutama dari fungsi geser dan memiliki permukaan sendi dan diskus dari
fibrokartilago dan merupakan dua sendi yang terpisah, yang berfungsi
secara bersama-sama sebagai satu unit dan dibentuk oleh kondilus yang
terletak pada tulang mandibula dan fossa pada tulang temporal. Sendi
temporomandibula mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar
kranium dan mandibula tidak bergesekan dan menjaga fungsi-fungsi dari
TMJ.Sisi dari diskus ini menempel pada tiang medial dan lateral kondilus
dan juga menempel pada ligamen yang membolehkan rotasi pada kondilus

dapat berotasi selama gerakan translasi rahang.2

Gambar 2. Gambar posisi normal diskus artikularis pada posisi


jam 12 posisi diskus artikularis berhimit dengan puncak kondilus
pada satu garis lurus.

Sumber: Jurnal Universitas Sumatra Utara. Temporomandibular


Joint. 2010.2

Selama gerakan rahang kondilus dan diskus menggeser di fossa


temporal, tanpa gerakan menggeser ini, gerakan samping dari rahang saat
pengunyahan, dan juga terutama saat membuka mulut lebar, tidak akan

mungkin terjadi. Diskus ini diyakini memiliki beberapa peran diantaranya,


sebagai bantalan dan mendistribusikan beban sendi, mempromosikan
stabilitas sendi selama mengunyah, memfasilitasi pelumasan dan makanan
dari permukaan sendi, mencegah perubahan degeneratif di kondilus dan
fossa, dan pertumbuhan mandibula yang normal. Struktur dan fungsi dari
TMJ ini dapat dibagi menjadi dua sistem yang berbeda yaitu yang pertama
adalah kompartemen bawah yaitu sistem yang terdiri dari jaringan yang
mengelilingi kondilus dan diskus artikularis. Diskus artikularis ini terikat
pada kondilus lateral dan medial oleh ligamen diskal dan bertanggung
jawab untuk gerakan rotasi dari TMJ. Kompartemen atas merupakan
sistem yang terdiri dari fungsi kompleks kondilus-diskus terhadap
permukaan fossa mandibula. Diskus ini tidak melekat pada fossa sehingga
penerjemahan dapat terjadi. Ini adalah komponen geser sendi. Untuk
mendiagnosa gangguan TMJ dan mengobati/ melakukan perawatan
penting untuk memahami anatomi sendi dari TMJ tersebut.2

Gambar 3. Struktur Temporomandibular Joint Lateral.

Sumber: Goaz, W. Paul and White S.C. 1994. Oral Radiology


rd
Principle and Interpretation 3 Edition. St. Louis: Mosby.3

Otot yang mempengaruhi pergerakan mandibula dibagi dalam dua


kelompok berdasarkan posisi anatominya. Melekat pada ramus dan
kondilus yaitu kelompok otot supramandibular, terdiri atas otot temporalis,
maseter, pterigoid medial dan pterigoid lateral. Fungsi kelompok ini yaitu
mengangkat mandibular. Kemudian, melekat pada ramus dan simfisis
mandibular yaitu kelompok inframandibular, yang memiliki fungsi
sebagai depressor mandibular. Kelompok inframandibular yaitu keempat
otot suprahyoid (digastrik, geniohioid, milohioid, stilohioid) dan keempat
otot infrahioid (sternohioid, omohioid, sternothiroid, thirohioid).4

Gambar 4. Gambaran otot pergerakan mandibula.

Sumber: Miloro, M., Ghali, G., Larsen, P., Waite, P., 2004.
Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery.
PMPH, USA.4

2.2 PENGUNYAHAN DAN OKLUSI TMJ


Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam RA dan RB.
Secara fungsional, oklusi normal tergantung dari fungsi dan dampaknya
terhadap jaringan periodontium, otot dan TMJ. Susunan gigi yang lengkap
akan membantu proses penghancuran dan pengunyahan makanan. Oklusi
gigi dapat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya.5

Oklusi merupakan perubahan hubungan dari permukaan gigi geligi


pada maksila dan mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula
dan berakhir pada kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi
terjadi karena adanya interaksi antara sistem gigi geligi, sistem skeletal,
dan sistem muscular. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang
statis selama mandibula bergerak, sehingga terdapat bermacam macam
oklusi, antara lain oklusi sentris, oklusi eksentris, oklusi habitual, oklusi
pra-infra, oklusi mesial, oklusi distal, oklusi lingual, dll.

Geraham pertama atas adalah kunci oklusi dan molar atas dan bawah
harus dihubungkan sehingga puncak mesiobuccal molar atas tersumbat di
bukal groove molar bawah. Jika gigi disusun pada garis lengkung oklusi
yang mulus dan hubungan molar ini ada, maka oklusi normal akan
terjadi.7

Oklusi mempunyai dua aspek, yaitu pertama oklusi statis yang


meliputi bentuk, susunan artikulasi gigi-geligi, serta hubungan antara gigi
geligi dengan jaringan penyangga. Kedua, oklusi dinamis lebih mengarah
pada fungsi sistem stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jaringan
penyangga, sendi temporo-mandibular, sistem neuromuskuler, dan nutrisi.
Selain itu, dikenal pula dua istilah oklusi lain yaitu oklusi ideal dan oklusi
normal.5

Oklusi gigi didefinisikan secara beragam. Definisi oklusi yang sering


dipergunakan antara lain:5

1. Proses menutupnya rongga mulut atau mulut dalam keadaan


tertutup,

2. Kontak permukaan oklusal gigi RA dengan permukaan oklusal


gigi RB.

3. Kontak antara gigi geligi dari lengkung berlawanan yang lebih


mengacu pada permukaan oklusal.

4. Hubungan statis (pertemuan tonjol gigi RA dan RB secara


maksimal).

5. Hubungan gigi RA dan RB pada waktu berkontak secara


fungsional selama aktivitas mandibula.

6. Perubahan hubungan permukaan gigi geligi maksila dan


mandibula selama pergerakan mandibula akan berakhir dengan
kontak penuh dari gigi geligi pada rang atas dan rahang bawah.
tara gigi RA dan gigi RB selama interkuspasi.

7. Kontak antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam
suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen
sistem stomatognatik.

Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal, yang berasal


dari hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi
idealnya mempunyai enam ciri. Keenam ciri tersebut adalah:6

1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada


bidang sagital.

2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang


transversal.

3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang


sagital.

4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.

5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-


masing lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal.

6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.

Selama proses pengunyahan, gigi geligi cenderung berada pada posisi


istirahat, termasuk semua aktivitas otot yang berperan pada proses ini.
Pada saat proses pengunyahan dengan konsistensi makanan keras, posisi
gigi insisif adalah edge to edge (insisal insisif RA kontak dengan insisal
insisiv RB), selanjutnya mandibula akan bergerak ke depan sampai
makanan berkontak dengan gigi sebagai tanda dimulainya proses
pemotongan makan dan selanjutnya mandibula akan mengalami retrusi.5

Berhentinya retrusi mandibula terjadi ketika terdapat resistensi


makanan. Pada saat gigi geligi rahang bawah menekan makanan, tegangan
otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam gerakan
yang beraturan dan terus menerus. Makanan yang telah dipotong oleh gigi
insisif, kemudian dihancurkan dan digiling oleh gigi posterior, kemudian
makanan dibawa ke daerah palatum di bagian posterior.

Konsep oklusi disebut normal jika fungsi gigi-gigi dapat digunakan


secara efisien dan jaringan lunak dapat dipertahankan kesehatannya. Jadi
oklusi normal tidak menentukan hubungan yang tetap antara gigi-gigi
rahang bawah terhadap gigi rahang atas seperti pada konsep oklusi normal
ideal.5

9

Gambar 5. Oklusi norma

Sumber: Zehreni, Tecky, Didin, Izzata. Sistem Stomatognati


(Pengunyahan, Penelanan dan Bicara). Yogyakarta: Penerbit
Deepublish. 2020: 95-106.5

Oklusi normal dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:5

1) Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik).

2) Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB


pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
(samping) ataupun ke depan (antero-posterior).

a. Oklusi Normal

Pada oklusi normal, akan tercapai hubungan yang baik antara gigi
geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga tercapai efisiensi mastikasi
yang baik. Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka
terdapat interdigitasi maksimal serta overbite dan overjet yang
minimal. Cusp mesio-bukal M1 RA berada di groove mesio bukal
MI RB dan cusp disto-bukal MI RA berada di celah antara MI dan

10

M2 RB dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan


kepala dan wajah.5

b. Oklusi Statik

Oklusi statik adalah hubungan cusp fungsional gigi geligi


posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan
cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa (molar).
Hubungan gigi anterior ditetapkan jarak gigit (overjet) dan tinggi
gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet)
adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB dan tinggi gigit
(overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai
incisal edge RA.

• Overbite: 1/3 tinggi mahkota gigi insisif bawah; jarak vertikal


antara ujung insisal 1 atas dengan ujung insisal 1 bawah dalam
keadaan oklusi sentrik.

• Overjet: Jarak horizontal antara permukaan labial insisal 1


bawah dengan ujung insisal I atas pada waktu oklusi sentrik.5

c. Oklusi Dinamik

Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral,


ke depan (anterior) dan ke belakang (posterior). Oklusi yang
terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi.
Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side)
yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan
cusp bukal gigi molar RB; dan sisi yang lain sebagai sisi
keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi

11

dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oclusal guidance)


bukan pada balancing side.5

Kelas I pada klasifikasi Angle merupakan oklusi normal

dengan melihat hubungan antara molar pertama. Oklusi dikatakan


normal jika susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan
baik, gigi dengan kontak proksimal yang baik, hubungan
seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap kranium dan
muskular di sekitarnya, Curve of Spee normal dan ketika gigi
berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan
minimal overbite, dan overjet.

Apabila terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti


yang terjadi pada kondisi kehilangan gigi, destruksi substansi gigi,
migrasi gigi. destruksi substansi rahang maka akibatnya terjadi
maloklusi.5

❖ Klasifikasi dari oklusi gigi-geligi

Klasifikasi berikut ini berdasarkan pada klasifikasi Edward


Angle (1899) walaupun berbeda dalam beberapa aspek yang
penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan antero-posterior
lengkung gigi- gigi atas dan bawah, dan tidak melibatkan
hubungan lateral serta vertikal, gigi berjejal dan malposisi lokal
dari gigi-gigi.6
A. Klas 1
Merupakan hubungan antero-posterior dengan gigi-gigi
berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang, ujung gigi
kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti
ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas
berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi

12

premolar bawah, dan tonjol antero-bukal dari molar pertama


atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar
pertama bawah tetap (Gambar 6). Jika gigi insisivus berada
pada inklinasi yang tepat, overjet insisal adalah sebesar 3
mm.6

Gambar 6. Hubungan oklusal yang ideal.


Sumber: T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. 3th Ed. Jakarta:
Penerbit Buku EGC. 1997: 32-6.6

Dalam oklusi sagital normal, juga disebut Angle Class I,


puncak mesiobukal molar satu rahang atas tersumbat dengan
alur mesiobukal molar pertama rahang bawah (Gambar 7).
Ujung puncak gigi kaninus rahang atas menutupi antara gigi
kaninus mandibula dan gigi premolar satu (Gambar 7). Pada
prinsipnya, deviasi hingga setengah lebar puncak ke arah
mesial atau distal dianggap sebagai oklusi normal. Overjet
pada oklusi normal biasanya antara 2 dan 5 mm.7

13

Gambar 7. Oklusi Angle Class I


Sumber: Thilander B, Bondemark L, Bjerklin K. Essentials
Orthodontics. USA : Willey-Blackwell. 2018: 8.7

B. Klas 2
Pada hubungan klas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih
posterior daripada lengkung gigi atas dibandingkan pada
hubungan klas 1. Keadaan ini kadang disebut sebagai
"hubungan postnormal". Ada dua tipe hubungan Klas 2 yang
umum dijumpai, dan karena itu, Klas 2 ini umumnya
dikelompokkan menjadi dua divisi.5

• Klas 2 divisi I
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas 2, dengan gigi-
gigi insisivus sentral atas proklinasi, dan overjet insisal
lebih besar (Gambar 8). Gigi-gigi insisivus lateral atas juga
proklinasi.6

14

Gambar 8. Oklusi klas 2 divisi 1


Sumber: T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. 3th Ed. Jakarta:
Penerbit Buku EGC. 1997: 32-6.6

• Klas 2 divisi 2
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas 2, dengan gigi-
gigi insisivus sentral atas yang proklinasi dan overbite
insisal yang besar (Gambar 9). Gigi-gigi insisivus lateral
atas bisa proklinasi atau retroklinasi. Pada suatu kasus tidak
selalu dapat mengelompokkan hubungan oklusal Klas 2 ke
dalam salah satu dari divisi ini, pada kasus semacam ini,
oklusi bisa disebut sebagai "Klas 2 tidak pasti".6

Gambar 9. Oklusi klas 2 divisi 2


Sumber: T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. 3th Ed. Jakarta:
Penerbit Buku EGC. 1997: 32-6.6

15

C. Klas 3
Pada hubungan Klas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih
anterior terhadap lengkung gigi atas dibandingkan pada
hubungan Klas 1. Oleh karena itu, hubungan ini kadang-
kadang disebut juga sebagai "hubungan prenormal" (Gambar
10).6

Gambar 10. Oklusi klas 3


Sumber: T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. 3th Ed. Jakarta:
Penerbit Buku EGC. 1997: 32-6.6

Ada dua tipe utama dari hubungan Klas 3:6

• Pertama, biasanya disebut Klas 3 sejati, dimana rahang


bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi Klas 3 pada
saat penutupan normal.

• Kedua, gigi-gigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga


gerak menutup mandibula menyebabkan insisivus bawah
berkontak dengan insisivus atas sebelum mencapai oklusi
sentrik. Oleh karena itu, mandibula akan bergerak ke depan
pada penutupan translokasi, menuju ke posisi interkuspal.

16

Tipe hubungan semacam ini biasanya disebut Klas 3


postural atau Klas 3 dengan pergeseran (Gambar 11).6

Gambar 11. Klas 3 postural


Sumber: T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. 3th Ed. Jakarta:
Penerbit Buku EGC. 1997: 32-6.6

Faktor- faktor yang mempengaruhi oklusi yaitu:5


1. Variasi genetik
2. Perkembangan gigi geligi secara acak
3. Adanya gigi gigi supernumerary
4. Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
5. Kebiasaan
6. Trauma

17

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam RA dan RB.
Secara fungsional, oklusi normal tergantung dari fungsi dan dampaknya
terhadap jaringan periodontium, otot dan TMJ. Susunan gigi yang lengkap
akan membantu proses penghancuran dan pengunyahan makanan. Oklusi
gigi dapat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya.
TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang
pada saat pengunyahan. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling
kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula
berartikulasi dengan kranium.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi wadah dalam upaya membantu
untuk menambah wawasan pengetahuan tentang orthodonti.
Kami tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik
yang membangun dari dosen tutor..

18


DAFTAR PUSTAKA
1. Hetty A., Sagung A. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia. Pusat
Pendidikan SDM Kesehatan. KemenKes. 2017.
2. Jurnal Universitas Sumatra Utara. Temporomandibular Joint. 2010. http://
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64084/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
3. Goaz, W. Paul and White S.C. 1994. Oral Radiology Principle and
Interpretation 3rd Edition. St. Louis: Mosby.
4. Miloro, M., Ghali, G., Larsen, P., Waite, P., 2004. Peterson’s Principles of
Oral and Maxillofacial Surgery. PMPH, USA.
5. Zehreni, Tecky, Didin, Izzata. Sistem Stomatognati (Pengunyahan, Penelanan
dan Bicara). Yogyakarta: Penerbit Deepublish. 2020: 95-106.
th
6. T.D Foster. Buku Ajar Ortodonsi. Ed 3 . Jakarta: Penerbit Buku EGC. 1997:

32-6.
7. Thilander B, Bondemark L, Bjerklin K. Essentials Orthodontics. USA:
Willey-Blackwell. 2018: 8

19

Anda mungkin juga menyukai