Anda di halaman 1dari 7

Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................

(Sri Prastyowati)

6 A. Sistem Penyaluran Bantuan dan sebagai akibat dari situasi krisis sosial, eko-
Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan Kejadian Bencana Alam nomi, politik, bencana, dan fenomena alam.
Kebutuhan Korban Kasus di Kabupaten Padang Pariaman Rencana Nasional (Renas) penanggulangan
Natural Disaster Aid Distribution System and Victims Fulfillment Needs : Kebijakan sistem penyaluran bantuan bencana tahun 2010-2014 menyebutkan,
A Case in Padang-Pariaman Regence bencana alam pada hakekatnya berorientasi bahwa Kementerian Sosial adalah instansi
akhir pada keterpenuhan kebutuhan korban. utama penentu kebijakan penyaluran bantuan
Keterpenuhan kebutuhan korban bencana dalam pemenuhan kebutuhan dasar, shelter
Sri Prastyowati
Peneliti Madya Bidang Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan alam akan tercapai manakala ada kesesuaian dan psikososial. Ketentuan tersebut membawa
Sosial (B2P3KS), Jl Kesejahteraan Sosial No 1 Nitipuran Yogyakarta. Telpon (0274) 377265, Fax (0274) 373530. antara bekerjanya sistem penyaluran dengan konsekuensi logis terhadap pemenuhan
Badiklit Kesos Kementerian Sosial R I, Email <sriprastyowati@ yahoo.com> karakteristik wilayah, karakteristik bencana, kebutuhan korban bencana yang lebih dari
Diterima 2 Nopember 2012, disetujui 15 Pebruari 2013 jenis bencana, jumlah korban dan kerugian. sekedar pemberian bantuan tetapi berkaitan
Abstract
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan pula dengan perlindungan. Dalam struktur
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tatanan birokrasi kepemerintahan setiap
The goal of this research is to know the need fulfillment of natural disaster victims since the Kabupaten Padang Pariaman diketahui kebijakan penyaluran bantuan bencana alam
implementation of social aid system for natural disaster victims in Padang Regence. The approach method bahwa Kabupaten Padang Pariaman adalah yang dilakukan oleh pemerintah daerah
used in this research is qualitative-descriptive, describing on the distribution of natural disaster aid system,
salah satu wilayah dengan tingkat keseringan mengacu pada kebijakan yang ditentukan oleh
oriented to the fulfillment need of the victims. This research can be categorized also as exploration research
on several natural disaster victim aid distribution cases. The data are gathered through direct interviews kejadian bencana alam cukup tinggi. Dari Kementerian Sosial.
with the apparatus involved in aid distribution, direct observation to the victims of natural disaster, document Januari tahun 2007 sampai dengan September Kenyataannya menjadi berbeda, ketika
analysis, and focus group discussion (FGD). The data are analyzed through qualitative-descriptive technique. 2009 di Kabupaten Padang Pariaman telah sistem penyaluran bantuan sosial bagi korban
The research result concludes that social aid distribution system for natural disaster victims as now has not terjadi delapan kali bencana alam dengan jenis; bencana alam belum dapat berjalan sesuai
met with victim fulfillment needs. The mechanism and long procedure, unmatched with local condition,
and no personal potential synergism are the main factors of the natural disaster aid distribution system for
tanah longsor,banjir bandang, angin puting dengan tujuan yang diinginkan yaitu keter-
the victims that do not work well yet. It is recommended that any policy making on social aid distribution beliung dan gempabumi.Gempa bumi terbesar penuhan kebutuhan korban. Berbagai perma-
system should be started with mapping periodically on the kind of disaster and victims needs, including terjadi pada tanggal 30 September 2009, salahan yang berkaitan dengan keterpenuhan
victim involvement as recipients as stated in the regulation of National Disaster Prevention No 24, 2007, mengakibatkan korban jiwa, kerugian materi kebutuhan korban masih saja terjadi. Me-
paragraph 26. The local government should be given fully an authority to implement a policy which meet
yang cukup parah. Oleh karena itu, penelitian kanisme, prosedur dan sinergitas potensi per-
local condition and disaster character. The authority should be put in an autonomy regulation on the right of
local government to prevent disaster, especially in local regulation. ini difokuskan pada penyaluran bantuan bagi sonil yang belum mempertimbangkan potensi
korban bencana alam gempa bumi tanggal 30 daerah, karakteristik wilayah, karakteristik ben-
Keywords: Natural Disaster Aid-Distribution System September 2009. Undang-undang No 24 Tahun cana serta kondisi sosial eknomi dan budaya
2007 pasal 26 (2) mengamanatkan setiap orang masyarakat menjadi faktor belum terpenuhinya
Abstrak yang terkena bencana berhak mendapatkan kebutuhan korban secara tepat sasaran, tepat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterpenuhan kebutuhan korban bencana alam dengan
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam waktu dan tepat guna.
berlakunya sistem penyaluran bantuan sosial bagi korban bencana alam yang terjadi di Kabupaten Padang konteks ini, keterpenuhan kebutuhan korban Tingkat keseringan terjadinya bencana
Pariaman. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan sistem menjadi penting untuk diperhatikan. alam di Kabupaten Padang Pariaman, belum
penyaluran bantuan sosial bagi korban bencana alam dengan orientasi pada keterpenuhan kebutuhan Berbagai kebijakan untuk pemenuhan adanya kesesuaian antara mekanisme, prose-
korban. Dapat juga dikategorikan sebagai penelitian eksploratif yang melakukan kajian sejumlah kasus kebutuhan korban telah banyak diupayakan dur, sinergitas potensi personil, karakteristik
penyaluran bantuan terhadap keterpenuhan kebutuhan korban. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara langsung dengan aparat yang terlibat langsung dalam kegiatan penyaluran bantuan,observasi antara lain dengan berlakunya Undang- bencana, kondisi wilayah, kondisi sosial eko-
langsung kepada korban bencana alam, telaah dokumen,dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis Data, undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penang- nomi dan budaya dengan keterpenuhan ke-
menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem penyaluran bantuan gulangan Bencana Nasional. Pasal 48 butuhan korban, menjadi alasan kuat untuk
sosial bagi korban bencana alam yang ada saat ini belum dapat mencapai tujuan yaitu keterpenuhan huruf c mengamanatkan, penyelenggaraan melakukan kajian tentang sistem penyaluran
kebutuhan korban bencana alam. Mekanisme dan prosedur yang panjang, tidak sesuai dengan kondisi
wilayah, serta belum adanya sinergisme potensi personil menjadi faktor antara belum berjalannya sistem
penanganan bencana antara lain ditujukan bantuan dan keterpenuhan kebutuhan korban.
penyaluran bantuan sosial bagi korban bencana alam di Kabupaten Padang Pariaman. Hasil penelitian untuk perlindungan terhadap kelompok rentan, Permasalahan yang diajukan dalam pene-
merekomendasikan bahwa dalam penyusunan kebijakan sistem penyaluran bantuan sosial bagi korban lebih lanjut Undang-undang No 11 Tahun 2009 litian ini adalah: Bagaimanakah keterpenuhan
bencana alam, hendaknya diawali dengan pemetaan secara periodik tentang kejadian bencana dan tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat 9 kebutuhan korban bencana alam dengan di-
kebutuhan korban, pelibatan korban sebagai penerima bantuan sesuai dengan amanat pasal 26 UU No 24 menyebutkan, perlindungan sosial adalah laksanakannya kebijakan sistem penyaluran
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Nasional. Pemerintah daerah hendaknya diberi kewenangan
penuh untuk melaksanakan kebijakan sesuai dengan kondisi wilayah serta karakteristik bencana. semua upaya yang diarahkan untuk mencegah bantuan bagi korban bencana? Bagaimanakah
Pemberian kewenangan tersebut hendaknya dimasukkan dalam undang-undang otonomi daerah tentang dan menangani risiko dari guncangan dan alternatif kebijakan penyaluran bantuan yang
hak pemerintah daerah dalam hal penanggulangan bencana alam, secara lebih khusus dicantumkan dalam kerentanan sosial. Guncangan dan kerentanan harus dilakukan? Tujuan yang ingin dicapai
peraturan daerah setempat. sosial yang dimaksud adalah keadaan adalah mengetahui pelaksanaan sistem pe-
Kata kunci: Sistem Penyaluraan-Bantuan Bencana Alam
tidak stabil yang terjadi secara tiba-tiba, nyaluran bantuan sosial bagi korban bencana

80 81
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92 Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................(Sri Prastyowati)

alam di Kabupaten Padang Pariaman berkai- sosial dan pranata sosial berada dalam satu san penyampaian pesan komunikasi yang harus berada dalam sistem kerja yang sa-
tan dengan keterpenuhan kebutuhan korban, sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian berkenaan dengan implementasi kebijakan ling mendukung dan melengkapi, agar im-
serta bagaimanakah alternatif pelaksanaan atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan akan menyebabkan interpretasi yang salah plementasi kebijakan dapat efektif.Struktur
kebijakan sistem penyaluran bantuan sosial menyatu dalam keseimbangan. Abdul Syahni bahkan bertentangan dengan pesan awal birokrasi yang terpecah akan merintangi
bagi korban bencana alam. Hasil penelitian (1994:125) menambahkan, bahwa hubungan tentang suatu kebijakan. koordinasi yang diperlukan dalam imple-
ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi antar sub sistem dalam jaringan biasanya b. Ketersediaan sumber antara lain:1) Staf, mentasi kebijakan.
bagi Kementerian Sosial, pemerintah daerah berlangsung lama. Komponen-komponen adalah ketersediaan sumber daya manu- Dalam penelitian ini kata sistem dimaknai
serta BPBD dalam pengembangan kebijakan sebagai sub sistem dalam jaringan adalah sia yang memadai baik kualitas maupun sebagai sekumpulan kegiatan yang saling
penyaluran bantuan sosial bagi korban ben- satuan dari interaksi sosial yang kemudian kuantitas, 2) Dana yang diperlukan untuk berkaitan dan berhubungan untuk melakukan
cana alam. membentuk struktur, artinya komponen dalam kegiatan operasional implementasi kebi- suatu kegiatan penyaluran bantuan bagi kor-
jaringan merupakan bagian-bagian yang jakan, 3) Informasi yang relevan dan cukup ban bencana dengan tujuan keterpenuhan
B. Sistem Penyaluran Bantuan Sosial Ben- saling bergantung dan menyatu dalam sistem tentang bagaimana mengimplementasikan kebutuhan korban bencana alam. Sekumpulan
cana Alam dalam Tataran Konseptual. sosial. Menurut Robert MZ Lawang (1985), kebijakan secara tepat, disamping untuk kegiatan yang saling berkaitan yang dimaksud
inti dari setiap sistem sosial adalah selalu menyadarkan orang-orang yang terlibat adalah mekanisme, prosedur dan sinergitas
1. Sistem Penyaluran Bantuan Sosial Ben- ada hubungan timbal balik yang konstan, dalam implementasi agar mereka mau potensi personil sebagai satu kesatuan, men-
cana Alam Sebagai Kebijakan artinya apa yang terjadi kemarin merupakan melaksanakan dan mematuhi apa yang jadi pijakan untuk mengetahui keterpenuhan
perulangan dari yang sebelumnya, dan besok menjadi tugas dan kewenangannya, 4) Ke- kebutuhan korban bencana alam.
Dalam buku Analisis dan Desain Sistem, akan diulang lagi dengan cara yang sama. wenangan, diperlukan untuk menjamin dan
disebutkan bahwa sistem adalah jaringan kerja Sistem penyaluran bantuan sebagai suatu meyakinkan bahwa kebijakan yang akan 2. Mekanisme, Prosedur, Sinergitas
dari prosedur yang saling berkaitan, berhubu- kebijakan dalam pelaksanaannya memerlukan dilaksanakan adalah sesuai dengan yang Potensi Personil dan Keterpenuhan
ngan dan secara bersama-sama melakukan pelibatan sejumlah aktor diantaranya adalah mereka kehendaki, 5) Fasilitas, merupakan Kebutuhan Korban
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan (Ami- pelaksana kebijakan, yang berkompeten dalam sarana yang akan digunakan untuk kegi-
rin;1986). Dari sudut pandang sosiologi istilah penyaluran bantuan. Kemampuan sistem pe- atan operasional implementasi kebijakan Kebijakan pelaksanaan sistem jaringan
sistem mengandung pengertian sebagai kum- nyaluran bantuan sebagai organisasi dalam antara lain berupa tanah, gedung dan penyaluran bantuan sosial bencana alam,
pulan dari berbagai unsur (komponen) yang mencapai tujuannya akan dipengaruhi oleh sarana lainnya yang akan mempermudah pada hakekatnya berorientasi akhir pada
saling bergantungan satu sama lainnya dalam perilaku dari pelaksana kebijakan. Edward III pelayanan dalam implementasi kebijakan. keterpenuhan kebutuhan korban bencana
kesatuan yang utuh. Secara lengkap Shorde (1984: 10), mengajukan empat faktor perilaku c. Disposisi dari pelaksana kebijakan, mempu- alam. Kebutuhan korban tentu saja berbeda-
dan Voich (dalam Amirin 1986) mendefinisikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan nyai konsekuensi penting bagi implementa- beda menurut tipe bencana alam, daerah
sistem sebagai himpunan dari bagian-bagian atau kegagalan implementasi kebijakan, yaitu si kebijakan yang efektif. Jika para pelaksa- kejadian, luas daerah, kondisi sosial ekonomi
yang saling berkaitan, masing-masing bagian komunikasi, ketersediaan sumber, disposisi- na bersikap baik terhadap suatu kebijakan wilayah terdampak, kualitas dan kuantitas
bekerja sendiri dan bersama-sama saling men- dan struktur birokrasi yang saling berinteraksi tertentu dan hal ini berarti ada dukungan, kerugian korban. Pemetaan kebutuhan korban
dukung, untuk mencapai tujuan bersama, dan (dalam Widodo, 2001: 195). kemungkinan besar mereka akan melak- sebelum sistem penyaluran bantuan bekerja
terjadi pada lingkungan yang kompleks. Ami- a. Komunikasi, yang disampaikan harus aku- sanakan kebijakan sebagaimana yang merupakan jaminan akan ketepatan bantuan,
rin (1986) menyimpulkan bahwa istilah sistem rat, komunikasi yang tidak akurat, tidak diinginkan oleh para pembuat keputusan kemanfaatan, dan terpenuhinya kebutuhan
itu mengandung arti sehimpunan bagian atau jelas atau tidak konsisten kepada pelaksa- awal. Demikian sebaliknya, jika tingkah pemulihan kehidupan korban bancana alam.
komponen yang saling berhubungan se- na kebijakan menyebabkan kebingungan laku atau perspektif pelaksana kebijakan Bekerjanya sistem penyaluran bantuan ter-
cara teratur dan merupakan satu kesatuan (a diantara pelaksana. Suatu kebijakan yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka hadap keterpenuhan kebutuhan korban
whole). komunikasinya tidak lancar maka dispo- proses implementasi kebijakan akan ber- dapat diketahui dari serangkaian kegiatan
Dalam teori fungsionalis struktural seba- sisi akan memainkan peran penting dalam jalan lamban. Dengan disposisi, pelak- mekanisme, prosedur dan sinergitas potensi
gaimana dikemukakan oleh Alvin L Bertrand pelaksanaan kebijakan. Tiga faktor yang sana akan mempunyai keleluasaan untuk personil. Ketepatan mekanisme, prosedur
(1980) berlakunya sistem sosial dalam ke- berpengaruh dalam komunikasi: 1) Trans- menempatkan pandangan mereka sendiri, dan terbentuknya sinergisme potensi personil
hidupan masyarakat memilki syarat sebagai misi; sebelum pejabat dapat mengimple- pandangan yang mungkin berbeda dengan manjadi jaminan terpenuhinya kebutuhan
berikut; (1) dua komponen atau lebih sebagai mentasikan suatu keputusan, harus disa- atasan atau pandangan yang seharusnya korban. Mekanisme yang dilakukan harus
sub sistem, (2) terjadi interaksi antar komponen dari bahwa suatu keputusan telah dibuat, dijadikan acuan. efektif dan efisisen; dari segi efektivitas bantuan
dalam sub sistem, (3) mempunyai tujuan dan, dan suatu peraturan pelaksanaannya telah d. Sruktur birokrasi, mencakup struktur orga- dan ketersediaan sarana-prasara pendukung
(4) memilki struktur, simbol, dan harapan- dikeluarkan. 2) Konsisten; jika implemen- nisasi, pembagian kewenangan, hubungan merupakan hal penting yang harus diperhati-
harapan bersama yang dipedomaninya. Se- tasi kebijakan ingin berlangsung secara antarunit organisasi yang tergabung dalam kan untuk ketepatan waktu, sasaran dan
nada dengan pendapat tersebut, Sutomo efektif, perintah-perintah pelaksanaannya sistem, hubungan antarorganisasi dengan manfaat bantuan bagi korban bencana. Dari sisi
(2008: 72-73) menyatakan bahwa struktur harus konsisten. 3) Kejelasan; ketidakjela- organisasai luar. Struktur birokrasi tersebut efisiensi, maka keterbatasan jumlah bantuan,

82 83
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92 Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................(Sri Prastyowati)

banyaknya titik pengungsi dan keterbatasan distribusi bantuan bagi korban bencana antara sejahtera I (satu), 20.936 orang sejahtera II 2. Deskripsi Bencana
personil, menimbulkan ketidakmerataan lain: aparat BPBD, aparat kecamatan, aparat (dua), 15.686 orang sejahtera III (tiga), dan
distribusi bantuan. Kondisi seperti ini meng- kelurahan, Tagna, TKSK, PSM, serta Informasi 1.298 orang sejahtera III (tiga) plus. (Dinas Pada tanggal 30 September 2009 terjadi
haruskan pengelola bantuan membuat ska-la yang diberikan korban langsung dari bencana Sosial Padang Pariaman 2010). dua kaligempabumi, pertama terjadi pada
prioritas dengan mempertimbangkan kese- alam yang dialaminya. Pengumpulan data Penggunaan lahan; Kabupaten Padang pukul 17;18;09 WIB, engan kekuatan 7,9
suaian prosedur dengan karakteristik bencana, dilakukan dengan: 1) Wawancara dengan Pariaman yang memilki luas wilayah 1.328,79 SR, kedalaman 71 km, kedua terjadi pada
kondisi masyarakat dan sinergitas potensi panduan wawancara sebagai guide line, Km2 digunakan untuk perkebunan, hutan dan pukul 17;38;52 wib,dengan kekuatan 6,2 SR,
personil yang sedang dan belum dilakukan. ditujukan kepada orang yang mengetahui se- pertanian (sawah) seluas 69,42 persen, dan kedalaman 110 km, berpusat di 23 km Barat
Sinergitas potensi personil yang seharusnya cara nyata perihal pendistribusian bantuan, 31,58 persen dipergunakan untuk pemukiman. Daya Kota Pariaman dan 52,5 km Barat Laut
dilakukan adalah antara pemerintah pusat, serta korban bencana, 2) Observasi langsung Pada tahun 2009 terdapat 76.873 unit rumah, Kota Padang dengan korban dan kerusakan
pemerintah daerah, LSM, dunia usaha dan kepada korban bencana alam. 3)Telaah do- 17.122 unit atau 22 % di antaranya termasuk terlihat dalam tabel 1.
masyarakat atau korban. Korban yang di- kumen,terutama dokumen yang menyangkut rumah tidak layak huni, sedang 61.651 unit Tabel 1
pandang sebagai penyandang masalah mem- peta bencana, sistem penyaluran bantuan atau 78% termasuk kategori rumah layak huni. Deskripsi Korban, Kerusakan Rumah,
punyai hak untuk ikut serta dalam penyelesaian serta korban dalam berbagai gradasi kerugian. Selain untuk pemukiman dan perkebunan, Fasilitas Umum dan Sosial
masalah. Hal ini sesuai dengan amanat Pa- 4) Focus Group Discussion (FGD) dengan lahan dipergunakan pula untuk prasarana jalan Akibat Gempa Bumi 30 Sepetember 2009
sal 38 Undang-Undang No 11 Tahun 2009 peserta aparat Dinas Sosial Kabupaten, aparat sepanjang 425.850 meter, 66% (275.900 m)
Tentang Kesejahteraan Sosial serta Pasal 5 kecamatan, kelurahan, BPBD, Tagana, TKSK, dalam kondisi rusak. Kategori Kerusakan
Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Karang Taruna, PSM dan LSM. Analisis Data, Kabupaten Padang Pariaman dilalui 11 No Jenis Kerusakan
Penanggulangan Bencana Nasional. menggunakan teknik deskriptif-kualitatif, ten- sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Rusak Rusak Rusak
Berat Sedang Ringan
Berkaitan dengan Pemenuhan Kebutuhan tang kasus penyaluran bantuan sosial bagi Batang Anai sepanjang 54,6 km, dan Sungai
Korban, Undang-Undang No. 24 tahun 2007 korban bencana alam yang terjadi di Kabupaten Batang Mangao dengan panjang 46 km. 1 Rumah
59.693 16.525 15.148
unit unit unit
Pasal 26 (2), mengamanatkan bahwa setiap Padang Pariaman ketika terjadi bencana Sedangkan sungai terpendek yaitu Sungai
orang yang terkena bencana berhak untuk alam gempa bumi 30 September 2009. Hasil Batang Kamumuan dan Batang Piaman de- 2 Fasilitas Umum
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan penelitian yang diperoleh dari ranah empirik ngan panjang sungai 12 km. Secara ekonomis
dasar. Amanat tersebut menunjukkan kepada kemudian menjadi titik tolak dalam meninjau sungai-sungai ini merupakan pendukung bagi
a.Gedung Perkantoran
b.Gedung Sekolah
104 unit
257 unit
32 unit
87 unit
9 unit
31 unit
kita bahwa keterpenuhan kebutuhan korban ulang sistem penyaluran bantuan bagi korban kegiatan irigasi tanaman padi dan budidaya
c.Jalan/jembatan/irigasi 748 unit 225 unit 23 unit

menjadi penting untuk diperhatikan. bencana alam secara umum, sesuai dengan ikan yang banyak diusahakan oleh masyara- 3 Fasilitas Sosial
tuntutan perkembangan jaman. kat. Selain untuk budidaya ikan sungai-sungai a. Rumah Ibadah 15 unit
C. Penggunaan Metode Penelitian tersebut digunakan pula untuk MCK dan b. Rumah Panti
748 unit
2 unit
255 unit
9 unit
1 unit
Asuhan
D. Kabupaten Padang Pariamandan Ben- membuang sampah yang memungkinkan wi- Korban Jiwa : 1.183 orang 471
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai cana Alam layah ini rawan bencana alam baik bencana jiwa meninggal dunia

penelitian eksploratif, dengan pendekatan des- banjir, maupun tanah longsor. Secara geologi 543 jiwa luka
4 169 hilang
kriptif-kualitatif untuk mendeskripsikan sistem 1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Padang Pariaman terletak pada 640 KK pengungsi.
penyaluran bantuan bencana alam. Penelitian dua jalur patahan lempeng dunia yaitu Lem- Sumber : Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman 2011.
ini memusatkan kajian pada sejumlah kasus Kabupaten Padang Pariaman dengan peng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.
penyaluran bantuan dan keterpenuhan kebu- luas wilayah 1.328,79 Km2, terbagi menjadi Gempa bumi akibat bergesernya patahan Selain korban jiwa, kerusakan rumah tem-
tuhan korban bencana alam. Lokasi penelitian 17 Kecamatan, 40 Nagari, dan 366 Korong. lempeng sangat mungkin terjadi diikuti dengan pat tinggal serta lahan pertanian, kerugian
ditentukan di Kabupaten Padang Pariaman, Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai tsunami. Mengingat panjang dan landainya lainnya adalah kehilangan matapencaharian
secara lebih khusus pada kejadian bencana 343.571 jiwa, terdiri dari 193.472 jiwa laki-laki kawasan pantai wilayah ini dan merupakan dan pekerjaan. Gempa bumi yang terjadi pada
alam tanggal 30 Sepetember 2009. dan 200.099 jiwa perempuan, dengan tingkat jalur penunjaman (Subduction Zone), maka tanggal 30 September 2009 menimbulkan
Temuan hasil penelitian ini akan mendasari kepadatan penduduk 296 jiwa/km. Dilihat Kabupaten Padang Pariaman sangat potensial kerusakan sangat parah di 14 (empat belas)
rekomendasi mengenai kelayakan kebijakan dari tingkat pendidikan diketahui : 1 9.752 menjadi daerah bencana dengan kerusakan kecamatan dan 3 kecamatan dengan keru-
sistem penyaluran bantuan sosial bagi kor- orang tidak/belum tamat SD, sejumlah 48.002 yang sangat parah seperti halnya gempa bumi sakan cukup parah yaitu: Kecamatan Batang
ban bencana alam setelah berlakunya orang tamat SD,10.341 orang berpendidikan yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 Anai, Batang Gasan dan 2x11 Kayu Tanam.
Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang SLTA keatas. Jumlah penduduk yang bekerja seperti terlihat dalam deskripsi di bawah. Gempa bumi 30 September 2009, berakibat
Penanggulangan Bencana. Sumber Data be- 134.719 orang, terdiri dari 90.040 orang laki- pula hancurnya sarana dan prasarana pereko-
rupa Informasi yang diberikan oleh orang yang laki dan 44.679 orang perempuan. Tingkat
mengetahui dan menjadi pelaku langsung kesejahteraan penduduk; 22.333 orang dalam
kondisi prasejahtera, 32.363 orang kondisi

84 85
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92 Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................(Sri Prastyowati)

nomian seperti ; pasar, pertokoan, pabrik dan gempa bumi pada tanggal 30 September 2009, tuan, dengan mempertimbangkan kuantitas ekonomi,keterbatsan kepemilikan alat komu-
industri kecil. Hasil wawancara dengan korban maka pelaksanaan kebijakan sistem penya- dan kualitas barang bantuan, maka dilakukan nikasi dan transportasi dari warga di wilayah
bencana diperoleh informasi, bahwa kegiatan luran bantuan bencana alam yang ada dalam penyimpanan sementara pada gudang logistik bencana. Hasil wawancara dengan aparat
perekonomian di beberapa pasar kembali pu- ranah empiris diharapkan mampu mencapai di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat, kelurahan (Nagari) diketahui bahwa meskipun
lih pada H+7 pasca gempa. Meskipun demiki- tujuannya yaitu keterpenuhan kebutuhan dan atau didistribusikan langsung kepada selama ini belum pernah dilakukan pendataan
an masyarakat belum mampu memanfaatkan korban. posko-posko di bawahnya yaitu Kabupaten. secara resmi tentang kepemilikan alat komu-
pasar secara optimal karena perekonomian Hasil wawancara dengan aparat Dinas Sosial nikasi dan transportasi warga, namun dari
rumah tangga yang belum pulih. E. Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Kabupaten, diperoleh informasi bahwa untuk hasil observasi dan konfirmasi dengan kor-
Tabel 2 Alam dalam Kajian Empirik. penyimpanan bantuan berupa bahan makanan ban di wilayah terdampak diketahui bahwa
Deskripsi Kategori Kerusakan Rumah Penduduk dan peralatan dari provinsi ke kabupaten,belum kepemilikan alat komunikasi masih sebatas
di tiap-tiap Kecamatan akibat Gempabumi 30 Sebagaimana diketahui bahwa bekerja- menggunakan gudang penyimpanan sesuai telepon genggam dan radio, sedang alat
September 2009 nya sistem penyaluran bantuan bencana alam dengan standart penyimpanan sebagaimana transportasi sepeda motor jumlahnya terbatas.
No Kecamatan RR
Rumah Penduduk
RS RB
dapat diketahui dari mekanisme, prosedur dan ditentukan oleh Kementerian Sosial. Untuk Sebagai suatu kebijakan, mekanisme yang
1
2
Batang Gasan
Sungai Limau
361
981
445
1.095
1.721
4,538
sinergitas potensi personil pelaksana penya- penyimpanan barang bantuan baik yang ditempuh sudah sesuai dengan ketentuan yang
3
4.
V Koto Kampung Dalam
IV Koto Aur Malintang
694
699
1.18
1.316
4.523
3.274
luran bantuan. berupa bahan makanan maupun peralatan berlaku. Penyimpanan sementara, pencatatan
5
6
Sungai Geringging
V Koto Timur
587
91
1.137
360
5.609
4.435 masih menggunakan ruang di kantor Dinas dan proses administrasi dilakukan sebagai
7
8
Patamuan
VII Koto Sei Sarik
684
989
1.073
1.913
2.025
6.278 1. Mekanisme penyaluran Bantuan dan Ke- Sosial, dibawah pengawasan kepala bidang tindakan kehati-hatian yang dilakukan agar
9
10
2x11 Enam Lingkung
2x11 Kayu Tanam
392
2..409
811
1.014
3.265
861 terpenuhan Kebutuhan Korban bantuan sosial dengan jangka waktu yang bantuan dapat dikelola dan disalurkan sesuai
11 Sintuk Toboh Gadang 709 911 2.761
12 Lubuk Alung 1. 803 605 5.447 tidak dapat ditentukan. Dalam kondisi seperti dengan sasaran dengan tepat waktu dan tepat
13 Batang Anai 2666 1.775 1.389
14 Nan Sabaris 1.001 1.384 4.011 Mekanisme penyaluran bantuan logistik ini, maka barang bantuan menjadi tidak guna.Hasil konfirmasi dengan aparat Dinas
15 Ulakan Tapakis 609 692 3.864
16 Padang Sago 130 250 2.27 dan peralatan kepada para korban dilakukan terjaga kualitasnya. Hal ini diakui Kepala Sosial Kabupaten Padang Pariaman diperoleh
17 Enam Lingkung 343 564 3.557
Jumlah 15.148 16.525 59.693. dengan mekanisme sebagai berikut. Penerima- Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten informasi bahwa mekanisme penyaluran ban-
Sumber: Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman an, bantuan logistik dan peralatan dari BNPB, tuan dari provinsi ke kabupaten dapat ber-
Padang Pariaman yang menyatakan bahwa
Jumlah rumah dengan kategori rusak berat diterima dan dijemput oleh Satkorlak PB Pro- “penyimpanan barang bantuan belum ditem- jalan lancar, tetapi dalam keadaan tanggap
mencapai 59.693 unit. Hal ini dapat diartikan, vinsi Sumatera Barat pada beberapa posko patkan di gudang yang memenuhi syarat darurat penyaluran bantuan dari kabupaten ke
jika satu rumah dihuni oleh 1 KK, maka se- kedatangan bantuan, yaitu pada Posko Kantor dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Kami kecamatan dan nagari atau korong berjalan
banyak 59.693 KK di Kabupaten Padang Gubernur, Bandara Internasional Minangka- belum memiliki gudang penyimpanan yang lambat.
Pariaman terancam kemiskinan. Jumlah ke- bau (BIM) dan Bandara Tabing, Pelabuhan laut memenuhi syarat.” Belum tersedianya gudang Hasil diskusi dengan korban diperoleh in-
miskinan meningkat dari 13.718 KK ( 16% Teluk Bayur, dan Gudang Bulog Provinsi Su- penyimpanan barang bantuan diakui pula formasi bahwa keterlambatan tersebut bukan
dari 86.720 KK), pada tahun 2008 menjadi matera Barat. Bantuan yang diterima oleh Sat- oleh aparat Ditjen Perlindungan dan Bantuan saja terjadi karena lamanya waktu yang harus
27,315 KK (31% dari 87,408 KK) pada tahun lak PB dari Posko kedatangan dilaksanakan Sosial Kementerian Sosial, yang menyatakan ditempuh dari kabupaten ke daerah terdampak,
2009. Pada tahun 2010 jumlah keluarga miskin administrasinya untuk ditindaklanjuti sesuai bahwa di Kabupaten Padang Pariaman belum tetapi disebabkan pula karena kondisi jalan
menjadi 24.522 KK atau 28 % dari 89.424 dengan mekanisme pengelolaannya. Dari ha- tersedia gudang penyimpanan barang bantuan, dan alat penerangan jalan yang rusak. Dengan
KK. Bertambahnya jumlah keluarga miskin sil penelusuran kasus diketahui bahwa proses sehingga menjadi layak jika barang bantuan keterlambatan tersebut berakibat pada belum
terjadi seiring dengan jumlah permasalahan administrasi harus dilakukan dengan tujuan menjadi rusak meskipun belum kadaluwarso, terpenuhinya kebutuhan korban baik dari sisi
sosial lainnya yaitu ; korban bencana alam agar bantuan menjadi tepat sasaran, sesuai atau menjadi tidak layak pakai. Kerusakan kualitas maupun kuantitas barang bantuan.
mencapai 87.905 KK, Keterlantaran 11.503 dengan kebutuhan korban dan bermanfaat. barang dan kadaluwarso berakibat pada Dari sisi kualitas, barang bantuan yang sudah
kasus,Kecacatan 2.500 kasus,Wanita Rawan Hasil wawancara dengan kepala bidang ban- tidak terpenuhinya kebutuhan korban secara tersimpan lama kemungkinan akan rusak
Sosial Ekonomi 505 kasus. Berdasarkan data tuan sosial Dinas Sosial Kabupaten diketahui memadai, yaitu higienis dan berkualitas. atau kadaluwarso dan sudah tidak sesuai lagi
yang berhasil dihimpun oleh Dinas Sosial bahwa bantuan yang dikirim lewat bandara Sistem penyaluran bantuan sebagai ke- dengan kelayakan kebutuhan korban, dari
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2011 acapkali sudah dihadang oleh korban sebe- bijakan, maka ketersediaan prasana gedung sisi kunatitas diketahui keterlambatan beraki-
permasalahan sosial yang menonjol sebagai lum sampai tujuan. Dalam diskusi terfokus ter- yang mamadai menjadi hal penting untuk bat pada ketidak sesuaian antara jumlah
akibat terjadinya bencana alam adalah: korban ungkap bahwa hal ini terjadi karena menurut diperhatikan agar tujuan kebijakan tersebut barang bantuan dengan jumlah korban. Hal ini
bencana alam mencapai 87.905 KK, keluarga penilaian korban mekanisme yang dilakukan dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan pen- disebabkan karena jumlah korban yang selalu
miskin 24.683 KK, keterlantaran 11.503 kasus, terlalu lama sehingga bantuan yang diterima dapat Edward III bahwa untuk keberhasilan bertambah dan memerlukan pencatatan pe-
Kecacatan 2.500 kasus, Wanita Rawan Sosial tidak tepat waktu. pelaksanaan kebijakan diperlukan ketersediaan rubahan data korban yang dilakukan dengan
Ekonomi 505 kasus, RTLH 119 kasus, keluarga Penyimpanan; bantuan dilakukan setelah sumber diantaranya ketersediaaan personil tepat dan cepat. Pendataan jumlah korban
bermasalah psikologi mencapai 226 kasus. petugas satlak PB melakukan proses admi- dan prasarana tempat. Keterbatasan sumber dengan cepat dan tepat dalam pelaksanaan-
Dengan memperhatikan jenis bencana dan nistrasi dengan mengetahui jenis barang ban- sebagai penunjuang keberhasilan pelaksanaan nya memerlukan peralatan yang memadai dan
kerusakan yang terjadi pada bencana alam kebijakan terlihat pula dari keterbatasan personil pelaksana profesional.

86 87
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92 Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................(Sri Prastyowati)

Hasil penelusuran data melalui wawan- ditindak lanjuti oleh Satkorlak dengan me- merupakan kepatuhan aparat pelaksana ter- seperti ini, maka bantuan yang diterima
cara dengan aparat Kecamatan Nan Saba- lihat langsung pada lokasi bencana untuk hadap kebijakan sistem penyaluran bantuan, tidak merata, bantuan yang seharusnya
ris diketahui bahwa sarana prasarana trans- melakukan kajian tentang dampak bencana, namun dalam kenyataan hal ini dinilai oleh disampaikan di lokasi bencana berdasarkan
portasi, alat komunikasi dan personil yang kerusakan, banyaknya korban, kebutuhan korban sebagai mekanisme yang lamban dan data yang ada, dengan dihadang maka hanya
dipersiapkan untuk penyaluran bantuan di- korban, ketersediaan personil, peralatan, prosedur yang berbelit-belit. orang tertentu yang mendapat batuan. Hasil
kecamatan sangat terbatas. Keterbatasan gangguan terhadap pelayanan umum serta Hasil penelusuran melalui wawancara de- diskusi menyimpulkan, keinginan korban untuk
personil dan transportasi diakui oleh TKSK pemerintahan, kemampuan sumber daya alam ngan korban diketahui bahwa untuk mem- segera mendapatkan bantuan, prosedur yang
yang menyatakan bahwa kepemilkian alat dan sumber daya buatan. peroleh bantuan, setelah mendapat surat dari dinilai lebih mudah dan cepat, menjadi alasan
transportasi pribadi jumlahnya masih sangat Untuk bantuan yang berasal dari peme- camat, kami masih harus menunggu proses kuat bagi korban untuk mendapatkan bantuan
terbatas, belum dapat menjangkau lokasi rintah (Pusat dan Kabupaten) baik logistik administrasi terlebih dahulu. Dalam konteks ini, dengan cara menghadang di Bandara. Ber-
bencana dengan kadar kerusakan/kerugian yang berupa bahan makanan maupun pera- maka keterpenuhan kebutuhan korban belum kaitan dengan keterpenuhan kebutuhan
yang dialami korban (4011 rumah rusak berat). latan dilakukan sesuai dengan prosedur dapat terlaksana secara tepat waktu. Dari korban, salah satu anggota Tagana sekaligus
Begitu pula dengan alat komunikasi yang yang diawali dengan pendataan dari korong hasil wawancara dengan TKSK Kecamatan korban yang tinggal di Kecamatan Nan Saba-
dimilki oleh masyarakat masih sebatas hand ànagariàkecamatanàke kabupaten disertai Nan Sabaris diperoleh informasi, bahwa untuk ris menyatakan: “kadang bantuan tidak dapat
phone, radio dan televisi. surat permohonan bantuan dari kecamatan. keterpenuhan kebutuhan korban kendala yang langsung kami terima, walaupun kami sudah
Berkaitan dengan mekanisme penyalu- Untuk penyampaian kepada korban dilakukan dihadapi adalah keterbatasan jumlah buffer mengajukan permohonan bantuan kepada Di-
ran bantuan,diakui oleh korban sebagai me- dengan prosedur yang sama yaitu dari stock. Keterbatasan buffer stock diakui pula nas Sosial dengan segala persyaratannya”.
kanisme dengan birokrasi panjang,dengan Posko kabupaten àkecamatan àke nagari/ oleh seorang aparat dari Kecamatan Nan Ketika hal ini kami tanyakan kepada aparat da-
menyatakan; “Bantuan dari pemerintah baru korong. Prosedur tersebut dinilai oleh korban Sabaris dengan menyatakan bahwa, “buffer ri Dinas Sosial, diperoleh informasi bahwa hal
kami peroleh 7 (tujuh) hari setelah kejadian yang sekaligus menjadi TKSK, sebagai stock yang ada sangat terbatas dan hanya ini terjadi karena keterbatasan potensi personil
bencana”, untuk keperluan makan, kami ber- prosedur yang lamban dengan menyatakan ada di Kecamatan, sementara desa terdampak yang melakukan penyaluran bantuan.
bagi dengan sesama korban, menerima bantu- “Seharusnya kalau kami sudah membawa jauh dari kecamatan. ”Keterbatasan buffer Ada pula bantuan dari perseorangan dan
an langsung dari perseorangan. Keterbatasan surat dari Kecamatan, bantuan dapat langsung stock dan jauhnya jarak antara kecamatan atau dari LSM yang diberikantanpa prosedur
jumlah personil, keterbatasan kepemilikan alat kami terima”. dengan desa (korong) terdampak berakibat atau diberikan langsung kepada korban dengan
transportasi dan alat komunikasi serta jauh- Mekanisme dan prosedur penyaluran pada bantuan yang diberikan tidak merata, datang di lokasi bencana. Salah seorang
nya jarak dari kabupaten ke kecamatan serta bantuan yang dilakukan di Kabupaten Pa- atau kurang. Selain keterbatasan buffer stock korban menyatakan ” Pemberian bantuan yang
mekanisme yang lamban telah berakibat ke- dang Pariaman sudah sesuai ketentuan de- hambatan keterpenuhan kebutuhan korban, dilakukan langsung oleh perseorangan lebih
terpenuhan kebutuhan korban belum dapat ngan segala proses administrasinya. Hal ini terjadi karena keterbatasan shelter. Keter- cepat dan mudah kami dapatkan, karena tanpa
terlaksana secara tepat waktu. dapat dimaknai secara positif sebagai sifat batasan shelter atau hunian sementara telah prosedur. Bantuan dari pemerintah baru kami
kehati-hatian dari aparat/personil pelaksana menyebabkan sulitnya pendataan tentang peroleh setelah 7 (tujuh) hari setelah kejadian
2. Prosedur Penyaluran Bantuan dan penyaluran bantuan. Namun demikian, hasil jumlah dan kategori korban serta jumlah dan bencana” (korban bencana dari Kec Nan
Keterpenuhan Kebutuhan Korban; konfirmasi dengan korban bencana diketahui jenis kebutuhan korban, karena banyaknya Sabaris, H;5 ). Bantuan yang diberikan oleh
bahwa mekanisme yang ditempuh telah titik pengungsi. Keterbatasan shelter tersebut donatur baik itu berupa bahan makanan atau
Untuk keterpenuhan kebutuhan korban, berakibat bantuan yang disampaikan pada diakui kebenarannya oleh Kepala Dinas dengan peralatan rumah tangga dan diberikan secara
prosedur penyaluran bantuan logistik dikoordinir korban menjadi tidak tepat waktu bahkan ti- menyatakan bahwa shelter yang tersedia langsung kepada korban di lokasi bencana,
oleh Satkorlak/Satlak dan dilakukan dengan dua dak sesuai dengan kebutuhan karena selama masih sangat terbatas, sehingga korban ti- menimbulkan kecenderungan bantuan akan
sistem yaitu distribusi langsung berdasarkan proses administrasi berlangsung, bantuan dak terkoordinir secara baik. Tidak adanya diberikan kepada orang yang sudah dikenal.
permintaan/kebutuhan dari kecamatan dan akan menumpuk di satu tempat dengan wak- koordinasi tersebut pelaksana penyaluran Sedang untuk korban yang tidak dikenal hanya
atau nagari. Prosedur yang dilakukan atas tu yang tidak dapat ditentukan, sementara bantuan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan mendapatkan bantuan karena rasa
dasar permintaan, diawali dengan pendataan kebutuhan korban mendesak untuk segera korbansesuai kategori umur dan jenis kelamin belas kasihan bukan karena hak. Penerimaan
tentang lokasi bencana, kerugian materi, dipenuhi.Kondisi yang demikian dibenarkan yang secara tidak langsung berakibat belum bantuan dari perseorangan yang dilakukan
jumlah korban, kategori korban dan kebutuhan oleh Kepala Dinas Sosial dengan menyatakan terpenuhinya kebutuhan korban. tanpa prosedur, dinilai oleh korban lebih
korban. Dalam teknik pelaksanaannya pro- “Sebelum barang bantuan didistribusikan ke- Bantuan logistik yang berasal dari per- menjamin keterpenuhan kebutuhan korban.
sedur penyaluran yang dilakukan masih meng- pada korban dan selama proses administrasi seorangan dan atau dari masyarakat peduli, Namun demikian ada beberapa hal yang patut
gunakan Protap Satkorlak yang dilakukan berlangsung maka barang akan menumpuk di dan dikirim melalui Bandara Minangkabau untuk dipertimbangkan diantaranya:
dengan prosedur sebagai berikut: Informasi Dinas Sosial, proses administrasi ini penting tidak dapat disalurkan sesuai prosedur karena a. Pemberian bantuan tanpa koordinasi de-
awal kejadian bencana alam yang diperoleh dan harus dilakukan”. Penumpukan barang proses administrasi belum dilakukan, korban ngan dinas terkait yang berkompeten
dari masyarakat disampaikan pada Satkorlak bantuan disuatu tempat selama dilakukan sudah menghadang di bandara. Dalam kondisi dalam penyaluran bantuan akan berakibat
PB. Berdasarkan informasi tersebut kemudian proses administrasi adalah konsekuensi dan bantuan yang tidak merata.

88 89
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92 Sistem Penyaluran Bantuan Bencana Alam dan Keterpenuhan...............................(Sri Prastyowati)

b. Pemberian bantuan langsung dari per- dengan pelibatan potensi personil profesional, butuhan korban baik, logsitik, shelter maupun disi wilayah, jenis bencana dan potensi
seorangan tanpa koordinasi dengan dinas Kementerian Sosial yang bekerjasama dengan psikososial. Mekanisme, prosedur dinilai yang dimilki oleh daerah. Kewenangan
terkait yang berkompeten akan berakibat Dinsosnaker terlihat dari penempatan Tagana oleh korban sebagai proses yang panjang, tersebut hendaknya dimasukan dalam
bantuan yang diberikan tidak sesuai den- dan TKSK. Kabupaten Padang Pariaman sehingga keterpenuhan kebutuhan korban Undang-undang tentang otonomi daerah.
gan kebutuhan korban. memilki 38 Tagana dan 17 orang TKSK. Dalam belum merata, bahkan terlambat dan belum Pemerintah pusat hanya manangani
c. Pemberian bantuan langsung tanpa prose- orientasinya keberadaan Tagana dan TKSK sesuai dengan kebutuhan korban. Penerapan masalah yang tidak dapat diselesaikan
dur dan koordinasi membuka kecenderu- dimaksudkan untuk memberikan pelayanan sistem penyaluran bantuan sosial bencana oleh pemerintah pusat. (d) Realisasi
ngan bantuan yang diberikan sama. psikososial. Namun demikian dari hasil diskusi alam belum sesuai dengan kondisi wilayah, pembentukan Kampung Siaga Bencana
d. Pemberian bantuan langsung tanpa pro- diketahui bahwa karena keterbatasan potensi karakteristik bencana dan potensi yang dimiliki (KSB) dengan penegasan tentang fungsi
sedur dan tanpa koordinasi dengan instansi personil profesional baik yang dimilki oleh oleh daerah. Hak korban untuk ikut serta dalam dan perannya dalam penyaluran bantuan
dan dinas terkait menunjukkan belum BPBD maupun oleh Dinas Sosial, maka atas penanggulangan bencana dan penyaluran disertai monitoring dan evaluasi secara
adanya sinergitas potensi personil antara permintaan BPBD Tagana sering melakukan bantuan yang diamanatkan dalam pasal 26 periodik.
pemerintah, masyarakat dan LSM. kegiatan evakuasi. Dari fenomena tersebut Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang 2. Bagi pemerintah daerah selaku pelaksana
dapat diketahui bahwa sinergisme potensi Penanggulangan Bencana Nasional belum kebijakan pemerintah pusat perlu: (a)
3. Sinergisme Potensi Personil dan personil telah terjadi, namun dari aspek terlaksana dengan baik. Dinas Sosial Kabupaten selaku pemangku
Keterpenuhan Kebutuhan Korban profesional dan kuantitas potensi personil yang kebijakan penyaluran bantuan bencana
tersedia belum dapat mencukupi keterpenuhan G. Rekomendasi alam hendaknya meningkatkan koordinasi
Dalam konteks korban bencana alam kebutuhan psikososial korban. dan komunikasi dengan BPBD dan ins-
adalah penyandang masalah kesejahteraan Hasil wawancara dengan aparat Dinas 1. Bagi Kementerian Sosial, selaku instansi tansi lain yang tergabung dalam SKPD
sosial, maka keterpenuhan kebutuhan korban Sosial diketahui bahwa untuk mengatasi hal utama penentu kebijakan penyaluran penanggulangan bencana alam terkait
dapat tercapai jika dalam mekanisme dan ini pihak Dinas Sosial sudah bekerjasama bantuan sosial bagi korban bencana alam dengan keterpenuhan kebutuhan korban.
prosedur terjadi sinergisme potensi personil. dengan perguruan tinggi, namun hasilnya perlu: (a) Melakukan pemetaan secara Hasil koordinasi hendaknya dikomunika-
Sinergisme potensi personil antara masyara- belum sesuai dengan harapan. Anak-anak periodik terhadap pelaksanaan kebijakan sikan dengan Kementerian Sosial. (b)
kat, LSM dengan pemerintah secara konstitusi dan orangtua masih memerlukan pemenuhan penyaluran bantuan sosial bencana di tiap- Meningkatkan kemampuan profesional
dijamin dengan pasal 38 UU No. 11 Tahun kebutuhan psikososial dengan pendampingan tiap daerah yang pernah terjadi bencana potensi personil (Tagana dan TKSK)
2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dari hasil dalam janka waktu yang tidak dapat ditentukan, dan daerah rawan bencana. Hasil pemetaan dalam kegiatan penyaluran bantuan, dan
FGD diketahui bahwa saat tanggap darurat sementara tenaga pendamping untuk keter- tersebut dijadikan dasar untuk melakukan menyiapkan keikutsertaan masyarakat,
hampir di setiap korong terdapat Lembaga penuhan kebutuhan psikososial yang ada reorientasi terhadap kelayakan kebijakan menampung aspirasi masyarakat dalam
Sosial Masyarakat (LSM). Namun demikian dibatasi oleh waktu. Hasil penelusuran dengan penyaluran bantuan yang sedang berjalan rangka megoptimalkan keterpenuhan ke-
banyaknya Posko LSM tanpa ketentuan batas korban yang tidak mengalami masalah terkait dengan keterpenuhan kebutuhan butuhan korban. (c) Untuk tindakan preven-
waktu dan tanpa pengawasan, dinilai sebagai psikososial, diketahui bahwa pendampingan korban. (b) Kegiatan pemetaan hendaknya tif, perlu realisasi pembentukan Kampung
sesuatu yang membingungkan, karena sulit bagi anak- anak dan orangtua hanya dilakukan dilakukan dengan peningkatan koordinasi Siaga Bencana di tiap-tiap kecamatan
bagi korban untuk membedakan antara selama satu sampai tiga bulan. Belajar dan pelibatan korban bencana, masyarakat dengan memberikan motivasi kepada ma-
aparat pemerintah dengan LSM. Keberadaan dari kerusakan dan banyaknya korban saat sertapihak terkait (Dinas Sosial, BPBD). syarakat untuk selalu siaga mengurangi
LSM dapat dimaknai secara positif sebagai gempa bumi yang terjadi pada tanggal 30 Dalam pelaksanaan kebijakan sistem resiko bencana dan menghadapi bencana.
upaya untuk mempermudah keterpenuhan Sepetember 2009, maka untuk keterpenuhan penyaluran bantuan sosial bagi korban Kesiapsiagaan tersebut dapat dimulai dari
kebutuhan korban. Namun banyaknya LSM kebutuhan psikososial diperlukan peningkatan bencana alam dapat dilakukan dengan dalam keluarga.
tanpa kejelasan tentang kegiatan serta pe- sinergitas potensi personil antara masyarakat, penysusnan peraturan pelaksanaanya de- 3. Bagi masyarakat atau korban perlu: (a)
ngawasan, maka keberadaan LSM menjadi pemerintah dan LSM. ngan mencantumkan secara rinci tentang Menginformasikan dan mengkomunikasi-
kurang bermakna dibanding tujuan yang se- kapasitas dan kompetensi profesional po- kan permasalahan yang dihadapi terkait
benarnya. Ketidak jelasan tentang kegiatan F. Kesimpulan tensi personiluntuk peningkatan koordinasi dengan keterpenuhan kebutuhan korban.
LSM terungkap dari pernyataan korban dan komunikasi antar instansi terkait. (c) (b) Informasi dan komunikasi dapat di-
“Kami bingung dan ragu untuk berhubungan Hasil pengumpulan data tentang sistem Pemberian kewenangan penuh kepada lakukan dengan memanfaatkan potensi
dengan LSM, karena kami tidak mengerti penyaluran bantuan bencana alam dan pemerintah daerah untuk mengatur dan personil antara lain TKSK danatau Tagana
kegiatan kegiatan yang dilakukan, mereka keterpenuhan kebutuhan korban yang diperoleh menata sendiri pelaksanaan sistem serta Kampung Siaga Bencana.
di sini tanpa batas waktu”. Dalam FGD, pe- dari wawancara, observasi, FGD serta analisis penyaluran bantuan sesuai dengan kon-
serta FGD menyarankan agar pemerintah kasus dapat disimpulkan. Sistem penyaluran
melakukan pengawasan tentang kegiatan bantuan yang ada saat ini belum mampu
LSM dan memberikan batas waktu. Berkaitan mencapai tujuannya yaitu keterpenuhan ke-

90 91
Jurnal PKS Vol 12 No 1 Maret 2013; 80 - 92

Pustaka Acuan Robert MZ Lawang,1985, Buku Materi Pokok


7
Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Karunika Implementasi Model Pelayanan Sosial Penanggulangan Masalah Trafficking
Abdul Syahni,1994. Sosiologi, Skematika,Teori .(Universitas Terbuka ). Implementation of the Model of Social Service on Trafficking Prevention
dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, Sutomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya
Alvin L Bertrand.1980. Sosiologi (Terjemahan Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Kissumi Diyanayati
Sanapiah S. F. ). Jakarta: Bina Aksara. Pelajar Peneliti Madya bidang Kebijakan Sosial pada B2P3KS, Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1
Ankie M.M. Hoogvelt.1985. Sosiologi Masyara- Moeljarto Tjokrowinoto, dkk. 2001. Birokrasi Nitipuran, Yogyakarta. Telp. (0274) 377265, Fax (0274) 373530
Badiklit Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia email: <diyanasasongko@yahoo.com>
kat Sedang Berkembang. (disadur oleh Ali- dalam Polemik. Malang: Pustaka Pelajar Diterima 13 Maret 2013, disetujui 21 Maret 2013
mandan), Jakarta: Rajawali. Universitas Muhammadiyah.
Hadari Nawawi Mimi Martini. 1996. Pene- Tatang M Amirin. 1986. Pokok-pokok Teori Abstract
litianTerapan. Yogyakarta: Gajah Mada Sistem. Jakarta: Rajawali.
The model of social service on trafficking prevention is implemented esentially by stakeholders
Press Widjaya, HAW. 2001. Titik Serat Otonomi pada
covering prevention, undertaking, and rehabilitation of the victims problems. The model is implemented in
Joko Widodo. 2001. Good Govermance. daerah Tingkat II. Jakarta: Raja Grafindo two locations, Medan Municipality and Pakpak Bharat Regency. The model is implemented in six months,
Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Persada. through seeking local permision, socialization of the model, activity coordination with local institutions
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi Winarno Budi. 2002. Teori dan Proses related to this case to shape the same perception, special task action plan, implementation of the model,
dan Otonomi Daerah. Surabaya: Insan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Presindo. monitoring, and evaluation. The implementation is working as expected, manifested through establising
Local Anti-trafficking Disemination Team (D2AMT) in each location that have been succesfully preventing
Cendekia Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang against trafficking problem through socialization in several schools, mosques and churches youth, and local
Keputusan Menteri Sosial No. 80 Tahun 2010 Penanggulangan Bencana public figures. Due to involving many aspects, coordination among stakeholders on trafficking prevention is
Tentang Panduan Perencanaan Pembia- Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang needed, sort of poverty, education, human resources, and criminal conducts.
yaan Pencapaian Standart Pelayanan Mini- Kesejahteraan Sosial
Keywords: Implementation Model-Social Service-Trafficking
mal (SPM). Bidang Sosial Daerah Provinsi Keputusan Menteri Sosial No. 80 Tahun 2010
dan Daerah Kabupaten/Kota tentang Panduan Perencanaan Pembia-
yaan Pencapaian Standart Pelayanan Mini- Abstrak
mal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota Model pelayanan sosial penanggulangan masalah trafficking beresensikan penerapan koordinasi
antar-stakeholder menyangkut upaya pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi terkait permasalahan
trafficking. Model ini diujicobakan di dua lokasi, yakni Kota Medan dan kabupaten di Pakpak Bharat.
Proses implementasi model di lokasi dilaksanakan selama enam bulan dengan kegiatan koordinasi dalam
rangka memperoleh ijin dan dukungan, sosialisasi untuk menyamakan persepsi atas kegiatan yang
dilakukan, pemberdayaan dilanjut dengan pembentukan gugus tugas, penyusunan rencana aksi gugus
tugas, dan implementasi rencana aksi, monitoring, dan evaluasi. Implementasi model di dua lokasi dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di Medan terbentuk Tim Diseminasi Daerah Antisipasi Masalah
Trafficking (D2AMT) yang telah berhasil melaksanakan upaya pencegahan melalui kegiatan sosialisasi
masalah trafficking di beberapa sekolah, dan penanganan pada tiga orang yang terindikasi sebagai korban
trafficking. Sementara di Kabupaten Pakpak Bharat terbentuk gugus tugas yang telah menjalankan upaya
pencegahan melalui kegiatan sosialisasi masalah trafficking di kalangan remaja masjid dan tokoh serta
generasi muda gereja. Koordinasi antar-stakeholders dalam penanggulangan masalah trafficking sangat
diperlukan mengingat permasalahan trafficking menyangkut berbagai aspek, antara lain kemiskinan,
pendidikan, ketenagakerjaan, dan tindak kriminal.

Kata kunci: Implementasi Model–Pelayanan Sosial-Trafficking

92 93

Anda mungkin juga menyukai