Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN AGROBISNIS

Disusun oleh:
Kelompok XLVII

Aprianto                                 PT/06208


Dita Novitasari                      PT/06217
Anto Wicaksono                   PT/06386
Farras Yulia Kirana             PT/06405
Aulia Irfan Wazani               PT/06406

Asisten Pendamping : Arfan Helmidamara

                                    

LABORATORIUM AGROBISNIS
BAGIAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata
kuliah Manajemen Agrobisnis di Fakultas Peternakan  Universitas Gadjah Mada.
Laporan ini diperiksa dan disahkan oleh asisten pada tanggal      Juni 2014.

Yogyakarta,      Juni 2014

Asisten Pendamping

Arfan Helmidamara
   11/317652/PT/06142
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan acara
Praktikum Manajemen Agrobisnis dan menyelesaikan tugas penyusunan laporan ini.
            Praktikum Manajemen Agrobisnis dilaksanakan guna memenuhi salah satu
syarat Mata Kuliah Manajemen Agrobisnis. Selain itu juga untuk memperluas
cakrawala ilmu pengetahuan manajemen agrobisnis.
            Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.    Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada.
2.    Staf pengajar Mata Kuliah Manajemen Agrobisnis, Prof. Dr. Ir. Sudi Nurtini, SU.;  Dr.
Ir. Rini Widiati, MS.; Dr. Tri Anggraeni K, S.P., M.P.; Dr. Ir. Suci Paramitasari S, MM.;
dan Mujtahidah Anggriani U.M., S.Pt, MP, PhD.
3.    Segenap asisten dan karyawan Laboratorium Manajemen Agrobisnis yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
4.    Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan laporan ini.
            Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga laporan ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan penyusun. Untuk itu kritik dan saran kami harapkan
demi kesempurnaannya. Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.

                                                                                         Yogyakarta,   Juni 2014

     Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Praktikum Lapangan....................................................................... 2
Metode............................................................................................................. 2
BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN....................................................... 3
Sejarah Perusahaan.................................................................................... 3
Lokasi Perusahaan....................................................................................... 3
Keadaan Perusahaan Saat Ini................................................................... 4
Visi dan Misi Perusahaan........................................................................... 4
Struktur Organisasi Perusahaan................................................................ 5
Bidang Usaha................................................................................................ 5
BAB III. MANAJEMEN AGROBISNIS PADA PERUSAHAAN....................... 6
Sistem Agribisnis dan Keterkaitan Antar Subsistem yang Dijalankan 9
Manajemen Pengoperasian dan Pengawasan Produksi...................... 9
Manajemen Pemasaran............................................................................... 11
Perencanaan pemasaran..................................................................... 11
Kebijakan pemasaran............................................................................ 11
Distribusi.................................................................................................. 12
BAB IV. PENUTUP................................................................................................ 13
Kesimpulan.................................................................................................... 13
Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14
LAMPIRAN.............................................................................................................. 15

DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                              Halaman
Gambar 1. Layout RPH Giwangan............................................................. 3
Gambar 2. Struktur Organisasi RPH Giwangan...................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN
                                                                                                Halaman
Foto kegiatan praktikum............................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan
mulai dari hulu sampai hilir, dimana keberhasilan pengembangan agribisnis sangat
bergantung pada kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai pada setiap simpul yang
menjadi Sub Sistemnya. Agribisnis peternakan merupakan kegiatan usaha yang
terkait dengan subsektor peternakan, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses
produksi (budidaya), penanganan pasca panen, pengolahan, sampai pemasaran
produk ke konsumen.
Dalam subsektor peternakan, subsistem hulu meliputi industri bibit ternak,
pakan ternak, obat-obatan dan vaksin ternak, serta alat-alat dan mesin peternakan
(alsinnak). Berdasarkan jenis outputnya, subsistem usahatani dapat digolongkan
menjadi usaha ternak perah, usaha ternak potong/pedaging, usaha ayam petelur,
dan lain-lain. Subsistem agribisnis hilir meliputi usaha pemotongan hewan, industri
susu, industri pengalengan daging, industri telur asin, industri kulit, restauran dan
lain sebagainya. Subsistem institusi penunjang meliputi lembaga penelitian
pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, kesehatan hewan dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu melakukan pengamatan
secara langsung pada subsistem institusi agribisnis peternakan. Pengamatan pada
subsistem ini diharapkan mampu memberikan gambaran lain dari berbagai macam
subsistem industri peternakan yang kompleks. Subsistem institusi biasanya lebih
berorientasi ke arah kebijakan dan penyuluhan karena milik pemerintah.
Pengamatan ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan Giwangan.

Tujuan Praktikum Lapangan


Praktikum lapangan Manajeman Agrobisnis bertujuan untuk mengetahui
peranan dan pengelolaan organisasi agrobisnis, manajemen produksi, manajemen
keuangan dan manajemen pemasaran dari perusahaan yang bergerak di bidang
peternakan, dalam hal ini yaitu Rumah Potong Hewan Giwangan.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum lapangan Manajemen Agrobisnis
yaitu metode wawancara dan pengamatan secara langsung ke lokasi praktikum.
BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan
            Sejarah berdirinya RPH Giwangan, yaitu RPH di Yogyakarta awalnya berada
di daerah Mancasan pada zaman penjajahan Belanda. RPH dibangun untuk
memenuhi kebutuhan daging orang-orang Belanda. RPH di Mancasan akhirnya
pindah ke Giwangan pada tanggal 3 Mei 2008 agar jauh dari pemukiman penduduk.
Mulai saaat itu RPH diberi nama RPH Giwangan.
Lokasi Perusahaan
            Lokasi RPH Giwangan terletak di Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. RPH
terletak tepat di belakang pasar Giwangan yang juga dekat dengan terminal
Giwangan. Dalam areal lokasinya, RPH Giwangan terdapat beberapa bangunan
yang dapat dilihat seperti dibawah ini.

Gambar 1. Layout RPH Giwangan


Keterangan :

1.  Tempat pengistirahatan kambing                  9.  Garasi

2.  Tempat pemotongan kambing                       


10. Kantor

3.  Tempat pengistirahatan sapi                         


11. Tempat parkir

4.  Tempat pemotongan sapi                                12. Pos


satpam

5.  Laboratorium

6.  Penampung air

7.  Tempat pemotongan babi


8.  Penampung limbah rumen

            Menurut Widiati et al., (2013), suatu perusahaan dalam menentukan lokasi
pabrik paling tidak harus mengacu pada beberapa faktor yaitu : 1) sumber bahan
baku, 2) ketersediaan tenaga kerja, 3) lokasi pasar dan 4) insentif khusus yang
tersedia, sebagai contoh tersedianya fasilitas umum jalan tol dan sebagainya. Pada
agribisnis peternakan tentunya harus mempertimbangkan syarat hidup ternak dan
peraturan pemerintah. Sebagai contoh pada subsistem agribisnis budidaya ternak
sapi perah harus di lokasi dengan temperatur tertentu yang sesuai bagi kehidupan
ternak. Demikian juga peraturan pemerintah, seperti aktivitas peternakan yang
menimbulkan bau tidak boleh di daerah perkotaan yang sudah padat penduduk,
karena akan menimbulkan pencemaran atau mengganggu masyarakat sekitar.
Keadaan Perusahaan Saat Ini
RPH Giwangan adalah salah satu unit pelaksanaan teknis daerah yang
berada di bawah Dinas Perindakoptan yang termasuk dalam unit pelayanan teknis
pelayanan hewan Kota Yogyakarta. RPH Giwangan merupakan rumah potong
hewan kategori dua dengan jumlah pemotongan kurang dari 30 untuk pemenuhan
konsumsi Kota Yogyakarta. RPH Giwangan memiliki beberapa ruangan, yaitu ruang
penyembelihan, ruang peristirahatan, ruang pemeriksaan postmortem, pengulitan,
timbangan, pembersihan jeroan, dan pemotongan karkas. RPH yang baik memiliki
syarat berdiri, yaitu persyaratan lokasi, bangunan, peralatan, prasarana tambahan,
dan sumber daya manusia.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Mewujudkan RPH kota yogyakarta yang higienis untuk memperoleh hasil
produk yang asuh (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) guna mendukung upaya
peningkatan kualitas bahan pangan asal higienis dalam melindungi konsumen dari
penyakit zoosinensis.
Misi
         Meningkatkan kebersihan di dalam dan di luar tempat pemotongan
         Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan hidup pengguna jasa RPH
         Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan mitra kerja/ pengguna jasa
         Meningkatkan dan mengoptimalkan pemeriksaan medis terhadap hewan yang akan dipotong
         Mewujudkan hasil produk bahan pangan asal hewan yang asuh
Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 2. Struktur Organisasi RPH Giwangan
Bidang Usaha yang Dijalankan
           RPH giwangan merupakan sebuah usaha yang berjalan di bidang jasa
dengan spesifikasi jasa layanan tempat pemotongan sapi, kambing dan domba.
Selain itu, RPH Giwangan juga menyewakan tempat pendingin daging dan truk
pengantar daging. Dalam menjalankan usahanya, RPH Giwangan menggunakan
perhitungan jumlah ternak sebagai patokan harganya.  Dalam pemotongan, seluruh
daging, tulang kulit, dan jeroan diambil oleh jagal atau empunya ternak, sedangkan
sisa pemotongan seperti darah dan isi rumen dibuang di tempat penampungan
limbah di RPH Giwangan. Selain usaha tempat pemotongan dan penyewaan untuk
transportrasi daging, RPH Giwangan juga melakukan sosialisasi tentang daging
yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) kepada masyarakat, sebagai alat
pelayanan pemerintah.
BAB III
MANAJEMEN AGRIBISNIS PADA PERUSAHAAN

Sistem Agribisnis dan Keterkaitan Antar Subsistem yang Dijalankan


Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang berguna untuk memimpin, mengawasi, memotivasi,
mendelegasikan dan menilainya. Pengarahan adalah untuk mengarahkan penggerak peternakan pada arah
yang telah ditentukan. Pengarahan untuk menentukan kewajiban dan tanggung jawab bagi para pekerja. Selama
operasi produksi berjalan inilah koordinasi bekerja dan pengarahan sebagai kendalinya (Rasyaf, 1994). Menurut
Sirait (1997), secara teoritis harus memiliki rencana dan organisasi untuk melaksanakan pengarahan. Secara
logis adalah pengoperasian yaitu mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan. Namun, hal ini harus didahului
oleh proses pengarahan atau pemberian motivasi atau komando agar pegawai mulai bekerja. Pada dasarnya,
fungsi ini akan menumbuhkan kemauan pegawai untuk mulai bekerja secara efektif.
Menurut Yenni dan Ratih (2013), pengarahan adalah bagaimana cara untuk membuat atau
mendapatkan para karyawan dengan melakukan apa yang diinginkan, Selain itu pengembangan usaha juga
tergantung dari lingkungan internal perusahaan. lingkungan internal terdiri dari pemasaran, keuangan dan
Akuntansi, Sumber Daya Manusia, dan Produksi dengan pemilik dan investor, kemampuan berhubungan dengan
bank, besarnya modal yang ditanam, keuntungan yang diperoleh (nilai saham), efektivitas dan efisiensi sistem
akuntansi untuk perencanaan biaya-anggaran dan keuntungan. Proses pengarahan produksi di perusahaan
berjalan baik dan hampir tidak ada masalah yang berarti karena setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh
karyawan produksi sudah diperinci dan dijelaskan kepada karyawan produksi, sehingga kesalahan bisa
diminimalisir. Proses pengarahan yang dilakukan tiap unit usaha RPH Giwangan adalah dengan koordinasi
dengan masing-masing kepala bagian tiap usaha.
Hambatan-hambatan diatasi dengan dua cara, yang pertama dilakukan
sebelum pengikatan yaitu dengan tujuan yang jelas, analisa yang tepat, trade
checking, tidak over finance, legalitas usaha dan subyek hukum benar, dan jaminan
cover (Nani, 2008). Hambatan dalam pemberian perintah di RPH Giwangan adalah
apabila yang menyembelih tiba-tiba sakit. Solusi yang dilakukan adalah digantikan
dengan jagal lain.
Salah satu sarana komunikasi antara atasan dengan bawahan adalah
laporan. Melalui atasan, pihak bawahan dapat menginformasikan berbagai kegiatan
dan masukan berupa ide atau gagasan terhadap suatu permasalahan. Sementara
itu, pihak pimpinan dapat memperoleh berbagai data dan informasi yang kemudian
diolah, dikembangkan, dan digunakan sebagai pertimbangan pengambilan
keputusan serta perencanaan lebih lanjut. Selain itu, pimpinan juga dapat
memberikan penilaian terhadap permasalahan dan kinerja bawahan. Dengan
demikian, laporan menciptakan komunikasi antara atasan dengan bawahan maupun
sebaliknya (Munir, 2012). Komunikasi antar bawahan dan atasan RPH Giwangan
serta dengan institusi lainnya berjalan dengan baik. Kepala bagian fleksibel dengan
tata usaha atau fungsional. Adanya koordinasi antar kepala  RPH Giwangan dengan
setiap UPT. Kerjasama dengan institusi dengan mengirim surat melewati dinas
terlebih dahulu maksimal 7 hari sebelum kegiatan.
Hambatan dari pola komunikasi yang diterapkan di RPH Giwangan adalah
bila ada hajat atau acara sewaktu-waktu bila tidak ada izin tidak dipermasalahkan.
Sejumlah karyawan dan pekerja ada yang lebih menghargai hadiah atau ganjaran
bagi prestasi bagus yang mereka hasilkan dalam bentuk lain selain uang tunai. Di
negara industri maju salah satu cara yang telah dikembangkan perusahaan untuk
memberi penghargaan kepada kelompok kerja yang dianggap berprestasi bagus
adalah memberikan mereka "hak suara" cukup besar untuk merancang pekerjaan
mereka sendiri termasuk mengatur bagaimana mereka akan menjalankan pekerjaan
tersebut. Bentuk penghargaan non-finansial yang lain adalah memberikan cuti
tambahan, kesempatan mengikuti pendidikan formal (kuliah) dengan biaya
perusahaan, pemberian tanda penghargaan dalam sebuah upacara resmi, dan naik
haji menggunakan biaya perusahaan. Negara Indonesia yang tingkat upah dan atau
gaji pada karyawan dan pekerja tidak terampil dan semi terampil masih sangat
rendah. Pengahargaan dalam bentuk uang tunai masih tetap lebih dihargai daripada
bentuk lain (Ruky, 2006).
Bentuk penghargaan yang diberikan RPH Giwangan terhadap prestasi kerja
karyawannya dengan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah kota per tahun.
Penilaian dengan cara pemberian kuesioner kepada karyawan. Bentuk penghargaan
lain dengan memberikan piagam dan uang pembinaan.
Kepemimpinan menurut Soekanto (2006:250) merupakan kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang
dipimpin) sehingga orang lain tersebut bertingkahlaku sesuai dengan kehendak
pemimpin tersebut. ciri cara kepemimpinan demokratis yaitu: secara musyawarah
dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota kelompok untuk ikut serta
merumuskan tujuantujuan yang harus dicapai kelompok, pemimpin secara aktif
memberikan saran dan petunjukpetunjuk, ada kritik positif, baik dari pemimpin
maupun pengikut-pengikut, dan pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan kelompok (Lidhia, 2013). Pola kepemimpinan yang diterapkan di RPH
Giwangan adalah kepala bagian memberikan tugas yang diberikan pada tata usaha,
setelah itu pelaksanaan tugas secara fungsional.
Manajemen Pengoperasian dan Pengawasan Produksi
Pengawasan pada dasarnya adalah suatu usaha memberikan petunjuk
kepada para pelaksana suatu kegiatan agar bertindak sesuai dengan rencana.
Pengawasan menjadikan siklus fungsi menejemen lengkap den membawa
organisasi keperencanaan.  Pengawasan sendiri terdiri dari penentuan suatu
standar yang digunakan, supervisi kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil
dengan standar, serta kegiatan mengoreksi kegiatan (Reksohadiprodjo, 1992).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di UPT Rumah Potong Hewan
Giwangan, tipe pengawasan usaha  yang dilakukan adalah berdasarkan SOP yang
telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Yogyakarta. Pengawasan produksi
langsung dilakukan oleh seorang dokter hewan yang telah berijasah sarjana
kedokteran hewan. Langkah-langkah pengawasan produksi meliputi umur ternak,
kondisi ternak, jenis kelamin ternak, dan asal-usul ternak yang akan dipotong.
Standar pengawasan yang dilakukan hanya mengenai kesehatan ternak dan kondisi
reproduksi ternak. Kondisi reproduksi ternak yang dimaksud adalah ternak yang
dipotong bukan ternak yang masih produktif jika ternak itu merupakan ternak betina. 
Menurut Handoko (1999), tipe pengawasan dalam suatu menejemen
agrobisnis dibedakan menjadi 3, yaitu pengawasan pendahulu,
pengawasanconcurrent, dan pengawasan umpan balik. Pengawasan pendahulu
dirancang untuk mengantisipasi timbulnya suatu massalah ataupen penyimpangan-
penyimpangan dari suatu standar yang telah ditetapkan.
Pengawasan concurrent adalah pengawasan yang dilakukan selama suatu kegiatan
sedang berlangsung. Sedangkan pengawasan umpan balik adalah pengawasan
guna mengukur hasil-hassil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Pengawasan di UPT Rumah Potong Hewan Giwangan dilakukan atas dasar
kepentingan konsumen, dimana agar daging yang dihasilkan dari pemotongan
bersertifikat halal dan bebas dari penyakit menular, sehingga konsumen tidak meraa
dirugikan dengan produk daging yang dibelinya. Menurut Reksohadiprodjo (1992),
pengawasan sangat penting dilakukan bagi suatu kegiatan, hal ini disebabkan dalam
suatu kegiatan usaha pasti ada suatu perubahan kondisi yang disebabkan dari
dalam maupun dari luar suatu kegiatan usaha, kondisi ini tentu sangat memerlukan
perencanaan begitu juga pengawassan, kemudian kekomplekan dan kesalahan-
kesalahan ataupun penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku ataupun penggerak
suatu usaha perlu diadakan pengawasan untuk meminimalisirnya.
Manajemen Pemasaran
            Perencanaan pemasaran. Pemasaran dilakukan di daerah DIY dan
sekitarnya. Pemasaran produk-produk dilakukan oleh para jagal yang datang untuk
menyembelih ternak mereka. Periode peningkatan permintaan telur yaitu pada
waktu Idul Adha, hal ini berkaitan dengan hari raya qurban umat Islam. Menurut
Downey dan Erickson (1997), biaya pemasaran harga produk tergantung pada kadar
kerusakan, besarnya produk, sifat musiman, dan perbedaan bentuk antara produk
mentah dengan produk akhir.
            Kebijakan pemasaran. Standarisasi ternak-ternak yang boleh dipotong di
RPH Giwangan yaitu kualitas daging yang berkaitan dengan kesehatan ternak dan
perlakuan yang mengakibatkan daging ternak tidak sehat. Standarisaasi dilakukan
dengan pengecekan sebelum dipotong dan sesudah dipotong. Ternak yang
terjangkit penyakit tidak boleh dipotong. Ternak yang sudah dipotong, dilakukan
pengecekan terhadap organ seperti hati. Daging yang sudah bersih dari pengecekan
diberi label oleh RPH Giwangan. Perlakuan khusus bagi ternak bunting yaitu ternak
yang terdeteksi sedang bunting tidak boleh dipotong.
Cara yang dilakukan apabila terjadi over pengguna jasa yaitu dengan
menambah jam untuk pemotongan. Hari-hari biasa dilakukan pada jam 12.00 malam
waktu setempat, sedangkan saat terjadi over pengguna jasa pemotongan dimulai
saat sore. Harga berdasarkan jenis ternak yang dipotong. Sapi jantan dihargai Rp
30.000 persekali potong, sapi betina dihargai Rp 40.000 persekali potong dan
kambing dihargai Rp 5000 persekali potong.. Menurut Downey dan Erickson (1997),
perbedaan harga diantara berbagai produk biasanya mencerminkan perbedaan
kegunaan bentuk.
            Distribusi. Alur pemasaran yaitu RPH menytediakan mobil box untuk
mengantar produk sampai ke pasar. Biaya antar untuk mobil box kecil yaitu Rp
35.000 dan untuk mobil box besar Rp 65.000. Sistem pembayaran secara tunai.
Tidak ada asuransi dalam distribusi produk yang dihasilkan. Apabila terjadi
kesalahan atau kerusakan barang saat pengiriman barang, yang menanggung
semuanya adalah konsumen yaitu jagal. Pelanggan tetap akan datang karena dari
kepercayaan kualitas yang diberikan oleh perusahaan. Cara promosi yang dilakukan
yaitu melalui satu orang ke orang yang lainnya sebab apabila dilakukan
pemasangan iklan justru akan lama dan takutnya membuat jera konsumen karena
ada yang diiklankan tidak sesuai dengan kenyataan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
            Manajemen agrobisnis yang dikembangkan oleh RPH Giwangan merupakan
pelayanan di bidang jasa, dan pelayanan tentang pemotongan danging di
masyarakat. Dalam manajemennya RPH Giwangan menerapkan sistem
pengawasan dengan pengarahan dan motivasi. Selain itu diberikan juga
penghargaaan kepada pegawai yang berprestasi.
Manajemen produksi dilakukan dengan berdasarkan SOP yang sudah
direncanakan. Manajemen pemasaran RPH Giwangan dilakukan dengan cara mulut
ke mulut antar koneksi sehingga kurang dikenal di masyarakat umum.

Saran
            RPH giwangan sebaiknya memiliki sistem pemasaran yang dapat dikenal
publik secara umum agar menambah konsumen yang menggunakan jasa di RPH
Giwangan.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen: Edisi II. BPFE. Yogyakarta.


Lidhia Kusumawardani. 2013. Peran kepemimpinan kepala sekolah dasar perempuan
dalam meningkatkan kedisiplinan guru (studi kasus di SD Negeri Batursari 7
kecamatan mranggen kabupaten demak). Journal of Education, Society and Culture.
Solidarity, 2 (1).
Munir, Badri, Sukoco. 2012. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga.
Jakarta.
Nani Triwahyuniati. 2008. Pelaksanaan analisis pemberian kredit di PT bank haga cabang
Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rasyaf, Muhammad. 1994. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto. Dasar-Dasar Menejemen : Edisi V. BPFE. Yogyakarta.
Ruky, Achmad S. 2006. Manajemen Penggajian dan Pengupahan untuk Karyawan Perusahaan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Sirait, Justine, T. 1997. Memahami Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi. Grasindo. Jakarta.
Widiati, R., Tri, A. K. 2013. Manajemen Agribisnis : Aplikasi pada Industri Peternakan.
Percetakan Galangpress. Yogyakarta.
Yenni Pranata dan Ratih Indriyani. 2013. Pengelolaan dan pengembangan fungsi sumber
daya manusia pada UD. Delta aluminium surabaya. Agora. Vol. 1, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai