Nomor: 250/UIM/A.00/Skep/VI/2020
TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PECELECEHAN SEKSUAL DAN
PERUNDUNGAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Rektor Tentang Pencegahan dan Penanganan Pelecehan
Seksual dan Perundungan di Lingkungan Universitas Islam Makassar.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud dengan:
1. Yayasan adalah Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar.
2. Statute adalah peraturan dasar pengelolaan UIM yang digunakan sebagai landasan
penyusunan peraturan dan prosedur operasional di UIM.
3. Rektor adalah Rektor Universitas Islam Makassar
4. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di UIM.
5. Kehidupan kampus Qur’ani adalah kondisi keseharian kampus yang sesuai dengan syariat
Islam, yang tercermin dari pemikiran-pemikiran, ucapan, tulisan-tulisan dan tingkah laku
sivitasnya yang sesuai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Al-Qur’an.
6. Organisasi kemahasiswaan adalah wadah, wahana, dan sarana pengembangan diri
mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas
kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.
7. Bidang kemahasiswaan adalah subsistem pendidikan tinggi yang mencakup proses
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan, pengelolaan, pengendalian dan
pengembangan serta evaluasi kegiatan bidang kemahasiswaan.
8. Tim Ad Hoc penganganan Pelecehan Seksual dan Perundungan adalah Komisi Disiplin yang
dibentuk dan ditugaskan untuk menangani pelecehan seksual, perundungan (bullyng), dan
pelanggaran-pelanggaran lain yang diduga menimbulkan rasa tidak aman, nyaman dan
mengganggu kedamaian di lingkungan UIM.
9. Pelecehan seksual adalah tindakan fisik atau non-fisik terkait dengan hasrat seksual yang
mengakibatkan orang lain direndahkan, tidak aman dan/atau dipermalukan.
10. Perundungan (bullyng) adalah tindakan fisik atau non-fisik yang terkait dengan perlakuan
merendahkan sivitas akademika yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok
terhadap orang lain dan atau kelompok lain yang menciptakan rasa tidak nyaman, aman dan
dipermalukan.
11. Pencegahan pelecehan seksual dan perundungan (bullyng) adalah segala upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual dan perundungan (bullyng) di
lingkungan UIM.
12. Penanganan adalah tindakan yang dilakukan untuk menindaklanjuti adanya peristiwa
pelecehan seksual dan perundungan (bullyng) yang terjadi dan dilaporkan di lingkungan UIM.
13. Korban adalah setiap orang yang mengalami pelecehan seksual dan perundungan (bullyng)
di lingkungan UIM.
14. Saksi adalah orang yang mendengar, melihat, mengalami langsung terkait adanya pelecehan
seksual dan perundungan (bullyng).
15. Hak korban adalah ha katas pendampingan hukum dan psikologis selama proses
penanganan dan pasca putusan kasus.
16. Sivitas akademika UIM adalah semua Dosen, Tenaga Kependidikan, Mahasiswa di
lingkungan UIM.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Pasal 2
Pelecehan seksual dan perundungan meliputi tindakan fisik atau non-fisik terkait dengan hasrat
seksual dan perilaku merendahkan orang lain yang mengakibatkan orang lain tidak aman dan /
atau dipermalukan baik di dalam maupun di luar kegiatan tridarma perguruan tinggi:
Pasal 3
Tujuan Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual dan Perundungan (bullyng), yaitu:
1. Menerapkan standar nilai dalam menghargai harkat kemanusiaan, serta melindungi seluruh
sivitas akademika dari segala bentuk pelecehan seksual dan perundungan (bullyng).
2. Mencegah terjadinya pelecehan seksual dan perundungan (bullyng) yang dilakukan oleh dan
/ atau terhadap sivitas akademika UIM.
3. Memberikan pelayanan dan advokasi dalam rangka penanganan tindakan pelecehan seksual
dan perundungan (bullyng) yang dilakukan oleh dan / atau terhadap sivitas UIM.
4. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, tentram melalui dukungan penerimaan
keluarga dan sivitas akademika terhadap korban;
5. Mengembangkan integrase multi disiplin dalam upaya pencegahan dan penanganan
pelecehan seksual dan perundungan (bullyng) dilingkungan UIM.
BAB III
PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL DAN PERUNDUNGAN
Pasal 4
(1) Pencegahan terhadap pelecehan seksual di lingkungan UIM:
a. Diseminasi program dan kebijakan anti pelecehan seksual di lingkungan UIM;
b. Penguatan kajian dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu;
c. Penataan sarana dan prasarana kampus yang aman dan nyaman;
d. Meningkatkan kesadaran sivitas UIM.
(2) Pencegahan terhadap perundungan (bullyng) dilingkungan UIM:
a. Diseminasi kebijakan anti perundungan (bullyng) di lingkungan UIM;
b. Penguatan kajian dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu;
c. Penataan sarana dan prasarana kampus yang aman dan nyaman;
d. Meningkatkan kesadaran sivitas akademika, khususnya mahasiswa UIM;
e. Melakukan pembinaan organisasi kemahasiswaan secara maksimal.
(3) Pencegahan sebagaimana dimaksud dalamm ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Wakil
Rektor terkait dengan pimpinan fakultas terkait, serta pimpinan unit kerja terkait di lingkungan
UIM.
BAB IV
PENANGANAN PELECEHAN SEKSUAL DAN PERUNDUNGAN
Pasal 5
Mekanisme Pelaporan dan Pengaduan Pelecehan Seksual dan Perundungan
(1) Mekanisme pelaporan atau pengaduan pelecehan seksual adalah sebagai berikut:
a. Jika kejadian pelecehan seksual dan perundungan oleh/terhadap mahasiswa, maka
laporan atau pengaduan disampaikan melalui Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
b. Jika kejadian pelecehan seksual dan perundungan oleh/terhadap dosen dan/atau tenaga
kependidikan, maka laporan atau pengaduan disampaikan langsung kepada Wakil Rektor
III Bidang Kemahasiswaan.
(2) Pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui surat
dengan amplop tertutup dengan menyertakan identitas pelapor.
(3) Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan memverifikasi laporan atau pengaduan dari pelapor
dan / atau korban dan seterusnya diteruskan ke Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
untuk didisposisi ke Komisi Disiplin.
(4) Komisi Disiplin ditugaskan untuk menetapkan rekomendasi terhadap kasus pelecehan
seksual dan perundungan tersebut.
Pasal 6
Perlindungan Saksi dan Korban Pelecehan Seksual dan Perundungan
Saksi dan Korban berhak:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta
bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah
diberikannya;
b. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
c. Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
d. Identitas saksi dan korban dirahasiakan;
e. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
f. Mendapat nasehat hukum;
g. Mendapat pendampingan dan konsultasi psikologi.
Pasal 7
Tindak Lanjut Penanganan Terhadap Pelecehan Seksual
(1) Tindak lanjut penanganan terhadap pelaku pelecehan seksual dan perundungan yang
berasal dari mahasiswa dan dosen, dilakukan berdasarkan rekomendasi Komisi Disiplin
tentang kode etik mahasiswa dan dosen apabila menyangkut pelanggaran terhadap kode etik
mahasiswa dan dosen di lingkungan UIM dan / atau ketentuan yang berlaku bagi Aparatur
Sipil Negara.
(2) Tindak lanjut penanganan pelecehan seksual dan perundungan yang berasal dari Tenaga
Kependidikan dilakukan berdasarkan rekomendasi Komisi Disiplin.
(3) Apabila hasil rekomendasi Komisi Disiplin terkategori sebagai tindak pidana, maka dapat
disampaika kepada pihak yang berwenang.
Pasal 8
Penanganan Terhadap Pelecehan Seksual dan Perundungan
(1) Penanganan terhadap korban pelecehan seksual dan perundungan dilakukan melalui:
a. Pendampingan hukum;
b. Pendampingan psikologis.
(2) Pendampingan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di atas, akan dilakukan
oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) UIM.
(3) Pendampingan psikologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b di atas, akan
dilakukan oleh UPT Konseling dan apabila dianggap perlu maka akan direkomendasikan ke
ahli dibidang psikologi diluar lingkungan UIM.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Peraturan Rektor ini berlaku pada saat ditetapkan dan akan ditinjau ulang apabila terdapat
kekeliruan di dalamnya.
Ditetapkan di : Makassar
Pada tanggal : 15 Juni 2020