Anda di halaman 1dari 10

SALINAN

PERATURAN DEKAN FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

NOMOR 2 TAHUN 2021

TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI, KEANGGOTAAN, TUGAS, DAN WEWENANG


UNIT LAYANAN TERPADU KEKERASAN SEKSUAL DAN
PERUNDUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (4)


Peraturan Rektor Nomor 70 Tahun 2020 tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dan
Perundungan, perlu menetapkan Peraturan Dekan
tentang Susunan Organisasi, Keanggotaan, Tugas, dan
Wewenang Unit Layanan Terpadu Kekerasan Seksual dan
Perundungan;

Mengingat : 1. FHtab undang-Undang Hukum pidana;


2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Ijembaran Negara 76 Tahun 1981,
Tambahan I+embaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209) ;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidihan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) ;
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban (I,embaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan
I.embaran Negara Nomor 4635) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 293) ;
-2-

5.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
I.embaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
lnformasi dan Transaksi Elektronik (Ijembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251);
6.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (I+embaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
I.embaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336) ;
7.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan I+embaran
Negara Republik Indonesia No 5494)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No 5500) ;
9. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kelja Universitas Brawijaya (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 34
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor
4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kelja
Universitas Brawijaya (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 781);
10. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 58 Tahun 2018 tentang Statuta
Universitas Brawijaya (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1578);
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 47);
12. Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomor 70
Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual Dan Perundungan (I.embaran
Universitas Brawijaya Tahun 2020 Nomor 87) ;
13. Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomor 25
Tahun 2020 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kelja (I.embaran Universitas Brawijaya Tahun 2020
Nomor 32) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Rektor Nomor 73 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Rektor Nomor 25 Tahun
2020 tentang Susunan Organisasi dan Tata Ker].a
(Lembaran Universitas Brawijaya Tahun 2020 Nomor
90);
-3-

14.Peraturan Dekan Nomor 7 Tahun 2020 tentang


Susunan Organisasi dan Tata Kelja (Lembaran
Universitas Brawijaya Tahun 2020 Nomor 33) ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DEKAN FAKULTAS HUKUM TENTANG


SUSUNAN ORGANISASI, KEANGGOTAAN, TUGAS,
DAN WEWENANG UNIT LAYANAN TERPADU
KEKERASAN SEKSUAL DAN PERUNDUNGAN.

BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Dekan ini, yang dimaksud dengan:
1. F`akultas yang selanjutnya disebut FH UB adalah Fakultas Hukum
Universitas Brawij aya.
2. Dekan adalah Dekan FH UB.
3. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan adalah wakil dekan yang
membidangi urusan kemahasiswaan dan alumni.
4. Senat Fakultas adalah Senat FH UB.
5. Universitas yang selanjutnya disebut UB adalah Universitas
Brawijaya.
6. Unit Layanan Teapadu Kekerasan Seksual dan Perundungan yang
selanjutnya disingkat ULTKSP adalah unit yang berfungsi sebagai
penyelenggara pelayanan terpadu korban Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan yang dikelola oleh UB dan dilaksanakan
oleh FH UB.
7. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas
dosen dan mahasiswa.
8. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan , mengembangkan , dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
9. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di UB.
10.Tenaga Kependidikan adalah pegawai yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan yang
mempunyai jenjang karier tertentu.
11. Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan yang merendahkan
dan/atau menyerang terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/atau fungsi reproduksi seseorang, dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, balk secara fisik maupun psikis, atau
bertentangan dengan kehendak seseorang serta dalam kondisi
seseorang itu serta tidak mampu memberikan persetujuan dalam
keadaan bebas yang memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan,
atau ketergantungan seseorang berdasarkan jenis kelamin yang
dapat disertal dengan status sosial lainnya, berakibat atau dapat
mengakibatkan penderitaan atau kesengsaraan fisik, psikis,
seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, dan/atau budaya
terhadap Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan UB.
-4-

12. Perundungan adalah proses, cara, perbuatan seseorang yang


menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi
orang yang lebih lemah darinya secara berulang-ulang dengan
memaksanya untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku
yang memiliki kekuasaan.
13. Komisi Etik adalah lembaga yang diberikan wewenang secara
otonomi oleh UB untuk melakukan penegakan penanganan
Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan.
14. Ancaman adalah setiap perbuatan secara melawan hukum berupa
ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan tubuh, balk dengan
atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut
atau mengekang kebebasan hakiki seseorang.
15. Korban adalah Sivitas Akademika dan/atau Tenaga Kependidikan
FH UB yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan.
16. Pelaku adalah setiap orang yang melakukan Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan.
17. Saksi adalah setiap orang yang memberikan keterangan guna
kepentingan pemeriksaan di Komisi Etik.
18. Pelapor adalah orang yang memberikan laporan, informasi, atau
keterangan kepada ULTKSP dan/atau Komisi Etik mengenai tindak
Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan.
19. Pencegahan adalah segala tindakan dan upaya yang dilakukan
untuk menghilangkan berbagai fcktor yang menyebabkan
teljadinya Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan.
20. Penanganan adalah tindakan yang dilakukan untuk memberikan
layanan laporan/pengaduan, layanan kesehatan, rehabilitasi
psikososial, penegakan kode etik dan hukum, bantuan hukum,
dan reintegrasi sosial.
21. Pendampingan adalah proses pemberian konsultasi, bimbingan,
dan penguatan yang diberikan pendamping kepada Korban dalaln
mengidentifikasi kebutuhan dan memecahkan masalah serta
mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan
keputusan, sehingga kemandirian Korban dapat diwujudkan.
22. Perlindungan adalah segala bentuk perlindungan fisik dan mental
dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak
manapun.
23. Pemulihan adalah segala upaya untuk menguatkan kemampuan
sosial, politik, budaya, dan ekonomi Korban sehingga Korban dapat
melanjutkan kehidupan yang lebih bermartabat dan sejahtera.
24. Pendamping adalah anggota tetap dari ULTKSP yang berasal dari
mahasiswa magang yang telah lulus pendidikan pelatihan
pendampingan, dan/atau relawan Pusat Pengembangan Hukum
dan Gender dan/atau anggota badan eksekutif mahasiswa FH UB
yang membidangi urusan keperempuanan.
25. Paralegal adalah setiap orang yang berasal dari komunitas,
masyarakat, atau pemberi bantuan hukum yang telah mengikuti
pelatihan Paralegal, tidak berprofesi sebagai advokat, dan tidak
secara mandiri mendampingi penerima bantuan hukum di
pengadilan.
-5-

26. Tenaga ahli dan/atau konselor merupakan akademisi dan praktisi


yang dilibatkan dalam penanganan kasus berdasarkan
keahliannya, meliputi advokat, psikolog, psikiater, tenaga medis
dan/atau tenaga ahli lainnya.

BAB 11

KEDUDUKAN DAN TUJUAN


Pasal 2
ULTKSP berkedudukan di bawah Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.

Pasal 3
ULTKSP bertujuan untuk:
a. menjaga standar nilai dan harkat kemanusiaan di FH UB, serta
melindungi Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan FH UB dari
segala bentuk Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan;
b. mencegah terjadinya Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan
yang dilakukan terhadap Sivitas Akademika dan/atau Tenaga
Kependidikan FH UB;
c. memberikan pelayanan, perlindungan, pemulihan, dan
pemberdayaan Korban dengan memastikan adanya langkah-
langkah yang tepat dalam rangka pencegahan dan penanganan
Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan yang dilakukan oleh
dan/atau terhadap Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan FH
UB;
d. melaksanakan program anti Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan di FH UB berbasis pada pengarusutamaan gender
yang berlandaskan Pancasila, nilai-nilal, dan jati diri FH UB;
e. membangun dukungan dan penerimaan keluarga dan masyarakat
FH UB yang kondusif terhadap Korban; dan
f. mendorong pengembangan keilmuan multidisipliner terkait
pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.

BAB Ill
SUSUNAN 0RGANISASI
Pasal 4
( 1) Susunan Organisasi ULTKSP terdiri atas:
a. Ketua;
b.Wakil Ketua;
c. Koordinator pencegahan ;
d. Koordinator penanganan korban; dan
e. Koordinator penanganan pelaku.
(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Koordinator berasal dari unsur Dosen
yang diangkat dan diberhentikan oleh Dekan sebagai pengurus
ULTKSP untuk nasa jabatan 4 (empat) tahun dengan Keputusan
Dekan.
(3) Masa jabatan Pengurus UIJTKSP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terhitung sejak penugasan, kecuali diberhentihan akibat
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
-6-

(4) Pengurus ULTKSP bertanggungjawab kepada Dekan melalui Wakil


Dekan Bidang Kemahasiswaan.

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 5
(1) Dekan dapat mengangkat anggota dengan mempertimbangkan
usul dari Ketua.
(2) Anggota terbagi menjadi anggota tetap dan anggota tidak tetap.
(3) Anggota tetap terdiri dari pendamping dan paralegal.
(4) Anggota tidak tetap bekelja berdasarkan surat tugas dan/atau
peljanjian kelja sama yang ditandatangani oleh Dekan.
(5) Anggota tidak tetap diberikan honorarium sebagai tenaga ahli
berdasarkan kebutuhan tiap kasus.

BABV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 6
(1) ULTKSP mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ULTKSP mengutamakan kesetaraan
gender, kepentingan terbaik bagi korban, dan dampak yang
ditimbulkan darn kekerasan seksual dan perundungan.

Pasal 7
Upaya Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
meliputi:
a. diseminasi program dan kebijakan anti Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan baik secara konvensional atau dengan
menggunakan teknologi informasi;
b. menyediakan program dan anggaran untuk pencegahan Kekerasan
Seksual dan/atau Perundungan;
c. meningkatkan pemahaman anti Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan melalui materi orientasi pengenalan akademik
kampus, perkuliahan, seminar, diskusi, kampanye publik, pelatihan
maupun melalui media lain baik cetak maupun elektronik serta
dengan memanfaatkan teknologi informasi;
d. melakukan penataan sarana dan prasararia yang aman dan
nyanan;
e. pengembangan kajian keilmuan dan dokumentasi berkelanjutan
tentang Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan berbasis pada
pengarusutamaan gender yang berlandaskan Pancasila, nilai-nilai,
dan jati diri; dan
f. mengembangkan dan meningkatkan program konsultasi dan
bantuan hukum tentang Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan
untuk Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan.
-7-

Pasal 8
(1) Penanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
berkaitan dengan korban dan pelaku.
(2) Penanganan yang berkaltan dengan korban meliputi kegiatan
pendampingan, perlindungan, dan pemulihan,
(3) Penanganan yang berkaitan dengan pelaku meliputi pelaporan
kepada komisi etik dan/atau pihak yang berwenang sesual dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penanganan kepada Korban Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan meliputi :
a. penanganan awal; dan
b. penanganan lanjutan.
(5) Penanganan awal sebagainana dimaksud pada ayat (4) huruf a
diberikan terhadap Korban yang membutuhkan penanganan
secara cepat.
(6) Penanganan secara cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus diberikan paling lambat 10 x 24 jam sejak UIJTKSP menerima
laporan.
(7) Penanganan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
meliputi:
a, pelayanan medis dan/atau psikologis;
b. penerimaan dan dokumentasi data jenis Kekerasan Seksual
dan/ atau Perundungan;
c. konseling;
d. pendampingan;
e. perlindungan keamanan;
f. penyediaan tempat tinggal sementara;
9. perlindungan terhadap kerahasiaan identitas;
h. asessment psikologis dan/atau media;
i. pengobatan;
i. uisum et repertum,.
k. visum et pst:kiatrum; den/ a.ta.u
1. 1ayanan lain yang diperlukan.
(8) Penanganan lanjutan Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b, dilakukan setelah menerima rekomendasi tindak lanjut
penanganan Kekerasan Seksual dan/atau Penmdungan dari
ULTKSP di Fakultas lain dan/atau Komisi Btik secara tertulis.
(9) Penanganan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b dilakeanakan sesuai dengan kebutuhan Korban.

Pasal 9
(1) Tata cara penanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pelapor dan/atau Korban mendaftarkan laporan ke ULTKSP;
b. Pelapor dan/atau Korban mendaftarkan laporan dengan mengisi
fomiulir yang telah disediakan;
c. formulir pendaltarari berisi keterangan mengenai:
1. identitas Pelapor dan/atau Korban;
2. identitas terlapor;
3. penjelasan singkat tentang peristiwa Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan yang paling sedikit memuat:
a) waktu dan tempat kejadian perkara;
b) kronologis perkara;
-8-

c) bentuk Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan; dan,


d) informasi lain yang relevan terkait Kekerasaan Seksual
dan/atau Perundungan.
d. dalam hal kondisi Korban tidak memungkinkan untuk mengisi
forrnulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada huruf b dan
huruf c, pendamping dapat membantu pengisian fomulir
pendaftaran;
e. dalam hal tidak terpenuhinya isian formulir pendaftaran secara
lengkap sebagaimana dimaksud pada huruf c, tidak menjadikan
penghentian penanganan kasus;
f. fomulir pendaftaran disetujui dan ditandatangani Pelapor
dan/atau Korban, kecuali ada kondisi yang tidak
memungkinkan;
9. Pelapor dan/atau Korban dapat melampirkan pembuktian;
h. dalam hal belum ditemukan bukti terkait dengan peristiwa yang
teljadi, maka pembuktian merupakan bagian dari penanganan
ULTKSP;
i. pendaftaran laporan dapat dilakukan secara online;
j. ULTKSP wajib merahasiakan segala bentuk data dan informasi
yang diberikan oleh Pelapor dan/atau Korban;
k. Korban tidak dapat dituntut secara pidana, administrasi,
dan/atau perdata terhadap peristiwa Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan yang dilaporkan dan/atau diadukan;
I. dalam hal Pelapor bukan berstatus sebagai Korban kekerasaan
seksual dan/atau Perundungan secara langsung, namun
mengetahui adanya peristiwa kekerasaan seksual dan/atau
Perundungan, malra laporan disertai dengan surat kuasa dari
Korban sebagai pemberi kuasa kepada Pelapor sebagai penerima
kuasa;
in. ULTKSP melaporkan hasil penanganan kepada Waldl Dekan
Bidang Kemahasiswaan untuk dilanjutkan kepada Komisi Etik;
dan
n. dalam hal pelaporan tersebut, apabila diperlukan demi
keamanan korban, ULTKSP dapat merahasiakan identitas
korban.
(2) pengawasan dan evaluasi terhadap pelcksanaan setiap tahapan
penanganan kasus Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan
dengan tujuan untuk mencegah teljadinya keberulangan kasus.

Pasal 10
( 1) Pendalnpingan terhadap Pelapor dan/atau Korban dilakukan sejak
Korban melapor ke ULTKSP.
(2) Pendampingan terhadap Pelapor dan/atau Korban dapat berupa:
a. upaya teljalinnya komunikasi 24 jam;
b. pemantauan kondisi Pelapor dan/atau Korban secara rutin dan
teljadwal;
c. melaporkan perkembangan pendampingan terhadap Pelapor
dan/atau Korban kepada Koordinator dan/ atau Tenaga Ahli;
d, menjadi notulensi kegiatan pendampingan Tenaga Ahli;
e. melakukan kegiatan administrasi penanganan;
-9-

(3) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diutamakan


dilakukan oleh Pendamping yang berienis kelanin sama dengan
Korban.
Pasal 1 1
Upaya Perlindungan terhadap Korban dan/atau Saksi meliputi:
a. perlindungan terhadap akses melaksanakan kegiatan akademik,
penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat;
b. perlindungan terhadap identitas Korban, Saksi, pihak lain dan/atau
Pelapor; dan
c. perlindungan hak atas informasi perkembangan penanganan kasus.

Pasal 12
(1) Upaya Pemulihan dilakukan terhadap Korban sejak adanya
pelaporan, saat pemeriksaan sampal dengan selesainya proses
penindakan terhadap Pelaku.
(2) ULTKSP memberikan infomasi tentang layanan pemulihan kepada
Korban.
(3) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Iayanan kesehatan lanjutan;
b. penguatan psikologis dan pemberian motivasi kepada Korban;
c. rujukan penyediaan bimbingan rohani dan spiritual;
d. penguatan dukungan keluarga, Sivitas Akademika dan
komunitas untuk pemulihan Korban
e. pemberdayaan korban dan/atau Pelapor; dan
f. adanya jaminan terhadap keberlanjutan akademik, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat di UB.

Pasal 13
( 1) Pelaku yang merupakan sivitas akademika wajib diberikan sanksi
adrninistrasi disiplin pegawai dan/atau etik.
(2) ULTKSP dapat menerbitkan surat permintaan pemeriksaan
dan/atau rekomendasi kepada Komisi Etik untuk penanganan
terhadap Pelaku dengan tembusan kepada Dekan.
(3) Penanganan terhadap Pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
tidak menghalangi mekanisme administrasi disiplin pegawai dan
mekanisme hukum dalaln hal Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.

BAB VI
LARANGAN DAN SANKSI
Pasal 14
(1) Setiap anggota ULTKSP dilarang:
a. membuka dan menyebarluaskan identitas Korban dan/atau
Saksi;
b. menyebarluaskan perkembangan proses penanganan kasus
kepada selain Korban; dan
c. menjadi pelaku dalam Kekerasan Seksual dan Perundungan.
-10-

(2) Pelanggaran terhadap larangan yang dimaksud dapat berakibat


dikeluarkan dari UIJTKSP dan mendapat pemberatan dari
hukuman disiplin dan etik melalui rekomendasi Ketua ULTKSP
kepada Komisi Etik.
(3) Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Ketua ULTKSP, maka
pengurus dapat mengajukan permohonan pemberhentian Ketua
UIJTKSP kepada Dekan.

BAB VII
PENDANAAN
Pasal 15
FH UB mengalokasikan dana untuk penyelenggaraan pencegahan dan
penanganan Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Dekan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Dekan ini dengan penempatannya dalaln I.embaran
Universitas Brawijaya.

Ditetapkan di Malang
pada tanggal 23 September 2021
DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIVBRSITAS BRAWIJAYA,

ttd.

MUCHAMMAD ALI SAFA'AT


Diundangkan di Malang
pada tanggal 7 0ktober 2021
Plt. KEPAIA BIRO UMUM DAN KEPEGAWAIAN
U NIVERSITAS BRAWIJAYA,

ttd.

RUJITA
LEMBARAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2021 NOMOR 38

Anda mungkin juga menyukai