TENTANG
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Dekan ini, yang dimaksud dengan:
1. F`akultas yang selanjutnya disebut FH UB adalah Fakultas Hukum
Universitas Brawij aya.
2. Dekan adalah Dekan FH UB.
3. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan adalah wakil dekan yang
membidangi urusan kemahasiswaan dan alumni.
4. Senat Fakultas adalah Senat FH UB.
5. Universitas yang selanjutnya disebut UB adalah Universitas
Brawijaya.
6. Unit Layanan Teapadu Kekerasan Seksual dan Perundungan yang
selanjutnya disingkat ULTKSP adalah unit yang berfungsi sebagai
penyelenggara pelayanan terpadu korban Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan yang dikelola oleh UB dan dilaksanakan
oleh FH UB.
7. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas
dosen dan mahasiswa.
8. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan , mengembangkan , dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
9. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di UB.
10.Tenaga Kependidikan adalah pegawai yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan yang
mempunyai jenjang karier tertentu.
11. Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan yang merendahkan
dan/atau menyerang terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/atau fungsi reproduksi seseorang, dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, balk secara fisik maupun psikis, atau
bertentangan dengan kehendak seseorang serta dalam kondisi
seseorang itu serta tidak mampu memberikan persetujuan dalam
keadaan bebas yang memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan,
atau ketergantungan seseorang berdasarkan jenis kelamin yang
dapat disertal dengan status sosial lainnya, berakibat atau dapat
mengakibatkan penderitaan atau kesengsaraan fisik, psikis,
seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, dan/atau budaya
terhadap Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan UB.
-4-
BAB 11
Pasal 3
ULTKSP bertujuan untuk:
a. menjaga standar nilai dan harkat kemanusiaan di FH UB, serta
melindungi Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan FH UB dari
segala bentuk Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan;
b. mencegah terjadinya Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan
yang dilakukan terhadap Sivitas Akademika dan/atau Tenaga
Kependidikan FH UB;
c. memberikan pelayanan, perlindungan, pemulihan, dan
pemberdayaan Korban dengan memastikan adanya langkah-
langkah yang tepat dalam rangka pencegahan dan penanganan
Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan yang dilakukan oleh
dan/atau terhadap Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan FH
UB;
d. melaksanakan program anti Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan di FH UB berbasis pada pengarusutamaan gender
yang berlandaskan Pancasila, nilai-nilal, dan jati diri FH UB;
e. membangun dukungan dan penerimaan keluarga dan masyarakat
FH UB yang kondusif terhadap Korban; dan
f. mendorong pengembangan keilmuan multidisipliner terkait
pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.
BAB Ill
SUSUNAN 0RGANISASI
Pasal 4
( 1) Susunan Organisasi ULTKSP terdiri atas:
a. Ketua;
b.Wakil Ketua;
c. Koordinator pencegahan ;
d. Koordinator penanganan korban; dan
e. Koordinator penanganan pelaku.
(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Koordinator berasal dari unsur Dosen
yang diangkat dan diberhentikan oleh Dekan sebagai pengurus
ULTKSP untuk nasa jabatan 4 (empat) tahun dengan Keputusan
Dekan.
(3) Masa jabatan Pengurus UIJTKSP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terhitung sejak penugasan, kecuali diberhentihan akibat
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
-6-
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 5
(1) Dekan dapat mengangkat anggota dengan mempertimbangkan
usul dari Ketua.
(2) Anggota terbagi menjadi anggota tetap dan anggota tidak tetap.
(3) Anggota tetap terdiri dari pendamping dan paralegal.
(4) Anggota tidak tetap bekelja berdasarkan surat tugas dan/atau
peljanjian kelja sama yang ditandatangani oleh Dekan.
(5) Anggota tidak tetap diberikan honorarium sebagai tenaga ahli
berdasarkan kebutuhan tiap kasus.
BABV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 6
(1) ULTKSP mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ULTKSP mengutamakan kesetaraan
gender, kepentingan terbaik bagi korban, dan dampak yang
ditimbulkan darn kekerasan seksual dan perundungan.
Pasal 7
Upaya Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
meliputi:
a. diseminasi program dan kebijakan anti Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan baik secara konvensional atau dengan
menggunakan teknologi informasi;
b. menyediakan program dan anggaran untuk pencegahan Kekerasan
Seksual dan/atau Perundungan;
c. meningkatkan pemahaman anti Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan melalui materi orientasi pengenalan akademik
kampus, perkuliahan, seminar, diskusi, kampanye publik, pelatihan
maupun melalui media lain baik cetak maupun elektronik serta
dengan memanfaatkan teknologi informasi;
d. melakukan penataan sarana dan prasararia yang aman dan
nyanan;
e. pengembangan kajian keilmuan dan dokumentasi berkelanjutan
tentang Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan berbasis pada
pengarusutamaan gender yang berlandaskan Pancasila, nilai-nilai,
dan jati diri; dan
f. mengembangkan dan meningkatkan program konsultasi dan
bantuan hukum tentang Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan
untuk Sivitas Akademika dan Tenaga Kependidikan.
-7-
Pasal 8
(1) Penanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
berkaitan dengan korban dan pelaku.
(2) Penanganan yang berkaltan dengan korban meliputi kegiatan
pendampingan, perlindungan, dan pemulihan,
(3) Penanganan yang berkaitan dengan pelaku meliputi pelaporan
kepada komisi etik dan/atau pihak yang berwenang sesual dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penanganan kepada Korban Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan meliputi :
a. penanganan awal; dan
b. penanganan lanjutan.
(5) Penanganan awal sebagainana dimaksud pada ayat (4) huruf a
diberikan terhadap Korban yang membutuhkan penanganan
secara cepat.
(6) Penanganan secara cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus diberikan paling lambat 10 x 24 jam sejak UIJTKSP menerima
laporan.
(7) Penanganan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
meliputi:
a, pelayanan medis dan/atau psikologis;
b. penerimaan dan dokumentasi data jenis Kekerasan Seksual
dan/ atau Perundungan;
c. konseling;
d. pendampingan;
e. perlindungan keamanan;
f. penyediaan tempat tinggal sementara;
9. perlindungan terhadap kerahasiaan identitas;
h. asessment psikologis dan/atau media;
i. pengobatan;
i. uisum et repertum,.
k. visum et pst:kiatrum; den/ a.ta.u
1. 1ayanan lain yang diperlukan.
(8) Penanganan lanjutan Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b, dilakukan setelah menerima rekomendasi tindak lanjut
penanganan Kekerasan Seksual dan/atau Penmdungan dari
ULTKSP di Fakultas lain dan/atau Komisi Btik secara tertulis.
(9) Penanganan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b dilakeanakan sesuai dengan kebutuhan Korban.
Pasal 9
(1) Tata cara penanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pelapor dan/atau Korban mendaftarkan laporan ke ULTKSP;
b. Pelapor dan/atau Korban mendaftarkan laporan dengan mengisi
fomiulir yang telah disediakan;
c. formulir pendaltarari berisi keterangan mengenai:
1. identitas Pelapor dan/atau Korban;
2. identitas terlapor;
3. penjelasan singkat tentang peristiwa Kekerasan Seksual
dan/atau Perundungan yang paling sedikit memuat:
a) waktu dan tempat kejadian perkara;
b) kronologis perkara;
-8-
Pasal 10
( 1) Pendalnpingan terhadap Pelapor dan/atau Korban dilakukan sejak
Korban melapor ke ULTKSP.
(2) Pendampingan terhadap Pelapor dan/atau Korban dapat berupa:
a. upaya teljalinnya komunikasi 24 jam;
b. pemantauan kondisi Pelapor dan/atau Korban secara rutin dan
teljadwal;
c. melaporkan perkembangan pendampingan terhadap Pelapor
dan/atau Korban kepada Koordinator dan/ atau Tenaga Ahli;
d, menjadi notulensi kegiatan pendampingan Tenaga Ahli;
e. melakukan kegiatan administrasi penanganan;
-9-
Pasal 12
(1) Upaya Pemulihan dilakukan terhadap Korban sejak adanya
pelaporan, saat pemeriksaan sampal dengan selesainya proses
penindakan terhadap Pelaku.
(2) ULTKSP memberikan infomasi tentang layanan pemulihan kepada
Korban.
(3) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Iayanan kesehatan lanjutan;
b. penguatan psikologis dan pemberian motivasi kepada Korban;
c. rujukan penyediaan bimbingan rohani dan spiritual;
d. penguatan dukungan keluarga, Sivitas Akademika dan
komunitas untuk pemulihan Korban
e. pemberdayaan korban dan/atau Pelapor; dan
f. adanya jaminan terhadap keberlanjutan akademik, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat di UB.
Pasal 13
( 1) Pelaku yang merupakan sivitas akademika wajib diberikan sanksi
adrninistrasi disiplin pegawai dan/atau etik.
(2) ULTKSP dapat menerbitkan surat permintaan pemeriksaan
dan/atau rekomendasi kepada Komisi Etik untuk penanganan
terhadap Pelaku dengan tembusan kepada Dekan.
(3) Penanganan terhadap Pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
tidak menghalangi mekanisme administrasi disiplin pegawai dan
mekanisme hukum dalaln hal Kekerasan Seksual dan/atau
Perundungan.
BAB VI
LARANGAN DAN SANKSI
Pasal 14
(1) Setiap anggota ULTKSP dilarang:
a. membuka dan menyebarluaskan identitas Korban dan/atau
Saksi;
b. menyebarluaskan perkembangan proses penanganan kasus
kepada selain Korban; dan
c. menjadi pelaku dalam Kekerasan Seksual dan Perundungan.
-10-
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 15
FH UB mengalokasikan dana untuk penyelenggaraan pencegahan dan
penanganan Kekerasan Seksual dan/atau Perundungan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Dekan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Malang
pada tanggal 23 September 2021
DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIVBRSITAS BRAWIJAYA,
ttd.
ttd.
RUJITA
LEMBARAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2021 NOMOR 38