HMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
HMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
ILEUS OBSTRUKTIF
PEMBIMBING:
Disusun Oleh :
SMF RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat stase Ilmu Kesehatan Mata dengan
Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
referat ini terutama dr. Stephanie Christina, Sp.Rad selaku dokter pembimbing
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
i
DAFTAR ISI
......................................................................................................... 1
1.2 .........................................................................................................Tujuan
......................................................................................................... 2
1.3 .........................................................................................................Manfaat
......................................................................................................... 2
2.3.1 Definisi.................................................................................
2.3.3 Klasifikasi.............................................................................
2.3.4 Etiologi.................................................................................
2.3.10.............................................................................................Prognosis
..............................................................................................
ii
BAB 3 KESIMPULAN ...................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
lumen usus atau oleh gangguan peristaltik, dinding usus atau luar usus yang
Setiap tahun 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus.
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien
antara 10¬20% untuk semua pasien yang mengalami obstruksi pada usus
nyeri abdomen, muntah, distensi abdomen, tidak bisa buang air besar serta
1
penatalaksanaan klinis pasien di dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
ileus obstruktif
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Bhayangkara Kediri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm
sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. . Panjang jejenum 100-
110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm (Paulsen F. & J. Waschke, 2017).
Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yang
Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis (Paulsen
mesoduodenum. Duodenum terdiri atas beberapa bagian yaitu (Netter FH, 2014):
3
Jejunum dan ileum ini merupakan organ intraperitoneal. Pemisahan duodenum
dan jejenum ditandai oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium. Kira-kira dua per lima dari sisa usus halus adalah jejenum,
dan tiga per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai vaskularisasi
yang besar dimana lebih tebal dari ileum (Netter FH, 2014).
dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca. Duodenum diperdarahi oleh arteri
dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis
4
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari
pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum
dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus
5
2.1.2 Anatomi Usus Besar (Intestinum Crasum)
Usus besar besar lebih panjang dan lebih besar diameternya dari pada usus
halus. Panjang usus besar mencapai 1,5 m dengan diameter rata-rata 6,5 cm. Usus besar
dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati sekitar dua atau tiga
inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon ascenden, colon
transversum, descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk belokan tajam
yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan
fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan
berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu
Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh
cabang a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media.
Kolon transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar
6
rektum perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan
a.hemoroidalis superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon
dipersarafi oleh oleh serabut simpatis yang berasal dari n. splanknikus dan pleksus
presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari N.vagus (Basson, 2004)
2.2 Fisiologi
Pada duodenum pars superior secara histologis terdapat adanya sel liberkeuhn
yang berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa. Basa ini berfungsi untuk menaikkan
pH dari chymus yang masuk ke duodenum dari gaster, sehingga permukaan duodenum
tidak teriritasi dengan adanya chymus yang asam tadi (Sherwood, 2016).
enzymatic yang telah berbentuk disakarida. Duodenum merupakan muara dari ductus
pancreaticus, dimana pada pancreas diproduksi enzyme maltase, lactase dan sukrase.
Dimana enzyme maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula maltose menjadi
7
2 gugus gula glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus gula laktosa menjadi 1
gugus glukosa dan 1 gugus galaktosa. Sementara itu, enzyme sukrase akan memecah 1
gugus sukrosa menjadi 1 gugus fruktosa dan 1 gugus glukosa (Sherwood, 2016).
enzymatic. Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol akan teremulsi oleh adanya getah
empedu yang dialirkan melalui ductus choledocus dari vesica fellea dan hepar. Setelah
itu, emulsi lemak tersebut akan diubah oleh enzyme lipase pancreas menjadi asam
Dilihat secara histologik, jejunum dan ileum memiliki vili vhorialis. Dimana vili
chorialis ini berfungsi utk menyerap zat2 gizi hasil akhir dr proses pencernaan spt
glukosa, fruktosa, galaktosa, peptide, asam lemak dan 2 asilgliserol (Sherwood, 2016).
Fungsi motorik pada saluran pencernaan tergantung pada kontraksi sel otot polos
dan integrasi dan modulasi oleh saraf enterik dan ekstrinsik. Kontraksi yang terjadi
kimia. Kekacauan mekanisme yang mengatur fungsi motorik pencernaan ini dapat
1. Neurogenik.
otonom, dan sistem saraf enterik (ENS). ENS merupakan cabang bebas dari sistem saraf
perifer, terdiri dari sekitar 100 juta neuron dibagi dalam dua pleksus ganglion. Pleksus
myenteric yang lebih besar, juga dikenal sebagai pleksus Auerbach, terletak di antara
lapisan otot longitudinal dan sirkular dari externa muskularis; pleksus ini berisi neuron
yang bertanggung jawab atas motilitas gastrointestinal dan regulasi output enzimatik
dari organ-organ yang berdekatan. Pleksus submukosa yang lebih kecil disebut sebagai
8
pleksus Meissner's. ENS berhubungan langsung dengan usus sel otot polos, tetapi juga
2. Myogenic.
listrik yang dihasilkan oleh sel otot polos pada saluran pencernaan. Sebuah komponen
penting dari sistem kontrol myogenic adalah kegiatan pacu listrik yang berasal dari sel-
sel interstisial dari Cajal (ICC). ICC membentuk sistem alat pacu jantung nonneural
terletak di antara lapisan otot sirkuler dan longitudinal dari usus kecil. Yang mana-mana
gelombang lambat dari usus kecil, biasanya disebut sebagai aktivitas kontrol listrik
(ECA) dan potensi perintis (PP), berasal dari jaringan ICC berhubungan dengan pleksus
Auerbach. Selain menghasilkan alat pacu jantung kegiatan, ICC tampaknya berfungsi
sebagai perantara antara neurogenik (ENS) dan myogenic sistem kontrol karena mereka
secara luas dipersarafi dan berada di dekat sel otot polos gastrointestinal (Sherwood,
2016).
3. Kimia.
periode depolarisasi dari membran potensial, hanya terjadi jika ada neurotransmiter
seperti asetilkolin. Jarak terjadinya kontraksi tergantung dari banyaknya panjang dari
segmen yang menunjukkan aktivitas kontrol listrik dan panjang segmen neurokimia
parasimpatis kranial dan sakral dan pasokan torakolumbalis simpatik. Saraf kranial
terutama melalui saraf vagus, yang mempersarafi saluran pencernaan dari lambung ke
9
usus besar kanan dan terdiri dari serat preganglionik kolinergik yang bersinaps dengan
ENS. Pasokan serat simpatis ke perut dan usus kecil muncul dari tingkat T5 sampai T10
penting dalam integrasi impuls aferen antara usus dan SSP (Sherwood, 2016).
2.3.1 Definisi
Ileus adalah hambatan pasase usus yang disebabkan oleh obstruksi lumen usus
atau oleh gangguan peristaltik, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis pada
segmen usus tersebut ( Tjoekra, 2016). Ileus obstruktif merupakan suatu keadaan yang
2.3.2 Epidemiologi
Indonesia menempati urutan ke 107 dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh
penyakit saluran cerna di dunia tahun 2004, yaitu 39.3 jiwa per 100.000 jiwa
Setiap tahunnya, setiap 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus.
Obstruksi usus sering disebut juga ileus obstruktif yang merupakan kegawatan dalam
bedah abdomen yang sering dijumpai. Ileus obstruktif merupakan 60-70% seluruh kasus
akut abdomen yang bukan appendisitis akut (Sjamsulhidajat dan De Jong, 2008). Di
Amerika diperkirakan sekitar 300-400 ribu kasus tercatat tiap tahunnya sedangkan di
Indonesia tercatat 7.059 kasus yang dirawat inap dan 7.024 kasus rawat jalan pada 2004
(Tjoekra, 2016)
10
Obstruksi usus sering ditemukan pada neonatus yakni sekitar 1 dari 1500
kelahiran hidup.4,5 Data dari Amerika Serikat diperkirakan 3000 dalam setahun bayi
dilahirkan dengan disertai obstruksi usus. Di Indonesia jumlahnya tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan negara lain dan untuk seluruh dunia jumlahnya jauh melebihi
50.000 dalam setahun. Data dari rumah sakit di Cirebon tahun 2006 tercatat bahwa
obstruksi usus merupakan peringkat ke 6 dari 10 penyebab kematian tertinggi pada anak
usia 1 – 4 tahun dengan proporsi 3,34%, yakni sebanyak 3 kasus dari 88 kasus. Selain
itu berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Pringadi Medan pada tahun
2007 – 2010 didapatkan kasus ileus obstruksi sebanyak 11,5% dari 111 kasus. (Novita,
2015)
2.3.3 Klasifikasi
1) Letak tinggi sumbatannya mengenai usus halus (gaster sampai ileum terminal).
2) Letak rendah sumbatan mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
pembuluh darah.
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis
atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh
Untuk kasus tertentu dilakukan foto radiografi polos tiga posisi yaitu posisi
terlentang (supine), tegak dan miring ke kiri (left lateral decubitus). Biasanya posisi
11
demikian dimintakan untuk memastikan adanya udara bebas yang berpindah pindah bila
difoto dalam posisi berbeda. Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus
obstruktif dilakukan foto abdomen. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto
proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam
2) Posisi tegak. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level dan step
ladder appearance.
3) Posisi left lateral decubitus (LLD), untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air
fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang
(sumbatan paling distal di (ileocecal junction) dan kolaps usus di bagian distal
gambaran herring bone appearance karena dua dinding usus halus yang menebal dan
kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek seperti tangga yang disebut step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.
12
Gambar 2.5 Ileus Obstruktif Letak Tinggi
Dikatakan ileus obstruktif letak rendah bila lokasi sumbatan pada level
anorektal atau ileus obstruktif letak tinggi jika sumbatan berada jauh dari anorektal
seperti pada kolon sigmoid atau seksum dan lain-lain. Gambaran sama seperti ileus
obstruktif letak tinggi. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen. Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus
paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster
13
a. Adhesi atau perlekatan usus Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena
yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.
Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
enema barium.
c. Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus,
tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit.
Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan
dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
d. Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus
agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan
14
mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
e. Tumor Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat
menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus. f. Batu empedu yang masuk
ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu masuk ke
traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, ter utama
2.3.5. Patofisiologi
Pada ileus obstruksi, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler
dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul
dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi,
15
dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun,
dan dinding usus menjadi udema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan
sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi
biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,
menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis,
7. Meteorismus
8. Konstipasi
9. Distensi perut
(Margaretha, 2013)
16
2.3.7 Diagnosis
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum
kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan
muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang
usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan
setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan
meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan
atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan
kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak
pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga
terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi
terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah membesar
(Sjamsuhidajat R, 2014).
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising
usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada
dekubitus menunjukkan 15 gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
17
dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi
mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium inloop)
1. Anamnesis.
Nyeri (Kolik)
Muntah
Konstipasi
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Selain itu, invaginasi dapat didahului oleh
riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Riwayat operasi sebelumnya dapat
menjurus pada adanya adhesi usus serta onset keluhan yang berlangsung cepat dapat
18
dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus
letak rendah.
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat
terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus
Perkusi
Hipertimpani
Palpasi
Rectal Toucher
19
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit
obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar
perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan
air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon
yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi
ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada
20
tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut,
dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana (De jong, 2014).
1. Carcinoid gastrointestinal.
2. Penyakit Crohn.
4. Divertikulum Meckel.
5. Ileus meconium.
6. Volvulus.
9. TBC Usus.
2.3.10 Penatalaksanaan
Obstruksi mekanis di usus dan jepitan atau lilitan harus dihilangkan segera
setelah keadaan umum diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan
(Purnawan,2009)
1. Persiapan penderita
obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,
21
Balance Penderita dirawat di rumah sakit.
Penderita dipuasakan
2. Operatif
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang
ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
22
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
3. Pasca Operasi
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus
yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang
terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan
tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah
tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus.
Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca
bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca
bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring
pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain
pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya
mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum
luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting. (Purnawan, 2009)
23
2.3.11 Komplikasi
Nekrosis usus
Perforasi usus
Sepsis
Syok-dehidrasi
Abses
Gangguan elektrolit
2.3.12 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut
usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian
sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya
gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi usus
besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum merupakan
24
BAB III
KESIMPULAN
1. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
2. Etiologi ileus obtruktif adalah adhesi, hernia inkaserata, neoplasma, volvulus, cacing
3. Gejala yang sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik, mual, muntah, perut
distensi, obstipasi.
5. Pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan adanya dilatasi pada proksimal
25
7. Komplikasinya adalah strangulasi, perforasi, shock septic.
8. Prognosis ileus jika > dari 36 jam tidak segera ditangani 25 % menyebabkan kematian.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Basson, M.D. 2004. Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber,
Margaretha Novi Indrayani. (2013). Diagnosis dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. Umum
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/5113
Netter FH. 2014. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia, PA:
Saunders/Elsevier;
Novita Sari , Ismar , & Elda Nazriati . (2015). Gambaran Ileus Obstruktif Pada Anak di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Rian Periode Januari 2012 – Desember 2014.
Paulsen F. & J. Waschke. 2017. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Pasaribu N. 2012. Karakteristik penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD
28
Lampung:Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
pp : 32-26
Sjamsuhidajat R, DeJong W. 2014. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 4. Penerbit Buku
Tjoekra Roekmantara, Julia Kveta Wurarah, & Muhammad Uhud Pajajaran. (2016).
pada Pasien Ileus Obstruktif di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2014-
29